KEWIRAUSAHAAN
Resiko Entrepreneur Lokal Berbasis Agribisnis
Oleh Kelompok 3:
Suswatun Khanifah
125040201111234
Nindita Nindyarini
125040201111246
Hazarul ismali
125040201111251
Kristina Pandiangan
125040201111264
Dian Khoiratun R. S
125040201111273
125040201111279
Dwi Ismachatul C
125040201111280
125040201111293
125040201111306
125040207111040
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sebagai akibat runtuhnya beberapa perusahaan AS baik karena kecurangan maupun
penipuan pelaporan akuntansi seperti yang dialami oleh Enron serta terjadinya krisis
keuangan global pada tahun 2008 membuat beberapa perusahaan berinisiatif untuk
meningkatkan good corporate governance dengan memberikan perhatian terhadap peran
manajemen risiko. Risiko merupakan bagian yang melekat pada strategi bisnis dan operasi
seharihari. Risiko dari segi finansial dan operasional selalu dihadapi oleh semua
perusahaan tanpa terkecuali. Di tengah situasi perekonomian yang penuh ketidakpastian,
persaingan bisnis serta kompleksitas perusahaan yang terus meningkat maka penerapan
manajemen risiko merupakan salah satu cara untuk mengurangi dan menangani setiap
risiko perusahaan yang mungkin timbul.
Manajemen risiko dinilai sangat penting saat manajemen sadar bahwa risiko pasti
ada dalam suatu perusahaan. Penerapan manajemen risiko yang baik harus memastikan
bahwa organisasi tersebut mampu memberikan perlakuan yang tepat terhadap risiko yang
akan mempengaruhinya (Susilo dan Kaho dalam Setyarini, 2011). Risiko juga erat
kaitannya dengan keberhasilan dan kegagalan, sistem manajemen risiko yang efektif
merupakan suatu kekuatan perusahaan yang membantu pencapaian tujuan bisnis
perusahaan dan peningkatan kualitas pengungkapan dan pelaporan keuangan sebagai
usaha perlindungan reputasi perusahaan (Subramaniam, et al., dalam Setyarini, 2011).
Penerapan berbagai aturan tentang manajemen risiko berimplikasi pada
meningkatnya praktik manajemen risiko dan pengungkapan manajemen risiko. Namun,
praktik manajemen risiko dan pengungkapannya bervariasi antar perusahaan. Dalam
mengambil keputusan pelaku bisnis sebaiknya juga mempertimbangkan tingkat toleransi
terhadap resiko. Upaya inilah yang akan membedakan pengambilan keputusan individu
dari setiap pelaku usaha.
Namun semua tantangan ini harus dilakukan dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan
sudah matang, membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus
dengan tidak lupa berlindung kepada-Nya.
2.2 Strategi Resiko Reaktif Dan Proaktif
2.2.1 Strategi Reaktif
Subanar (2001) berpendapat peran sang tau wirausaha sangat mendominasi
perilaku bisnis dan sangat menentukan arah masa depan bagi suatu usaha kecil dan
menengah. Hodgetts dan Kuratko, 2001; Kickul dan Gundry, 2002 (dalam Boohene,
et.al., 2008) menjelaskan bahwa nilai-nilai pribadi yang terkait dengan strategi
proaktif, sering disebut sebagai nilai-nilai kewirausahaan. Menurut Blackman, 2003
(dalam Boohene, et.al., 2008) mengemukakan dalam literatur menunjukkan bahwa
pemilik-manajer dengan nilai-nilai kewirausahaan yang mengadopsi strategi proaktif
menunjukkan kinerja lebih kuat/baik daripada mereka yang kurang nilai-nilai
kewirausahaan dengan orientasi strategi reaktif.
2.2.2 Strategi Proaktif
Menurut Miller dan Friesen, 1978 (dalam Handoyo, 2001) memberikan istilah
proaktif bagi perusahaan yang membentuk pasar dengan memperkenalkan produk
baru, teknologi baru, teknik administrasi baru, dan perusahaan yang reaktif bagi
perusahaan melakukan respon, reaksi atau tindakan bilamana pesaing melakukan
tindakan.
2.3 Jenis Resiko dalam Bisnis
2.3.1 Menurut sifatnya dibedakan dalam :
a. Resiko murni, yaitu resiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan
terjadinya tanpa disengaja. Misal:
pencurian dsb.
b. Resiko speculatif, yaitu resiko yng sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan
agar memberikan keuntungan bagi pihak tertantu. Contoh:
utang-piutang,
d. Resko Khusus, yaitu resiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan
umumnya mudah diketahui penyebabnya, misal : kapal kandas, pesawat jatuh,
dsb.
e. Resiko dinamis, yaitu resiko yang timbul karen perkembangan dan kemajuan
masyarakat dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan,,teknologi, contoh: resiko
penerbangan luar angkasa, nuklir dsb.
2.3.2 Menurut dapat tidaknya resiko dialihkan kepada pihak lain(diasuransikan) :
a. Resiko yang dapat dialihkan pada pihak lain, dengan mempertanggungkan suatu
obyek yang akan terkena resiko pada perusahaan asuransi.
b. Resiko yang tidak dapat dialihkan pada pihak lain, misal barang-barang
purbakala, barang bersejarah.
2.3.3 Menurut sumber/penyebab timbulnya :
a. Resiko intern, yaitu resiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Resiko
usaha internal diantaranya adalah :
1) Kehilangan modal apabila piutang tidak terbayarkan oleh konsumen
2) Kehilangan dan kerusakan perangkat keras-lunak (hard-software) apabila
memiliki karyawan yang tidak terampil dan kompeten
3) Kehilangan karyawan / personil yang handal apabila tidak dapat menangani
dengan baik dalam bidang upah, kesempatan berkarier, fasilitas kerja,
wewenang, tanggung jawab, kebijakan, kesalahpahaman manajeman internal
4) Kehilangan kepercayaan konsumen karena tidak mampu memberikan barang
atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Kepercayaan
konsumen hilang akibat kesalahan membuat produk pesanan, kesalahan
jadwal pengiriman, kesalahan jumlah penagihan, dan kesalahan pelayanan
purna jual. Akibat ditinggalkan oleh konsumen adalah kesulitan mencari
konsumen baru yang baik dan memiliki loyalitas terhadap produk, merek,
dan kualitas.
5) Kehilangan kepercayaan supliyer yaitu resiko usaha yang berakibat
ditinggalkan oleh pihak luar perusahaan yang menjadi pemasok kebutuhan
perusahaan. Kebutuhan itu diantaranya persediaan bahan baku, alat kantor,
tenaga kerja, dan lain-lain. Resiko ini bisa terjadi karena keterlambatan
melakukan pembayaran ke pihak supliyer dan melanggar ketentuan
perjanjian kerjasama. Akibat ditinggalkan oleh supliyer adalah kesulitan
mencari pemasok yang baik, cepat, jujur, dan sesuai dengan kualitas
perusahaan.
6) Resiko Penghentian Ijin Usaha yaitu resiko usaha yang diberikan oleh
pemerintah dengan melakukan pencabutan ijin usaha. Pencabutan ijin usaha
ini dikarenakan melanggar ketentuan ijin bisnis yang ada di pemerintah,
melakukan penipuan dengan memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan
supaya tidak membayar pajak ke pemerintah, merusak lingkungan hidup,
menggangu keamanan dan kenyamanan masyarakat di sekitarnya.
7) Resiko tidak diterima oleh masyarakat sekitar yaitu resiko usaha yang terjadi
akibat dari ketidakterimaan masyarakat dengan adanya usaha yang
dijalankan. Resiko usaha ini bisa terjadi karena merusak tatanan masyarakat,
menggangu ketenangan dan keamanan masyarakat, tidak memberikan
dampak ekonomis bagi masyarakat sekitar, dan lain-lain.
b. Resiko ekstern, yaitu resiko yang berasal dari luar perusahaan itu. Resiko usaha
eksternal diantaranya adalah :
1) Resiko Pelestarian Lingkungan Hidup yaitu resiko usaha yang akan dihadapi
oleh wirausawan dalam rangka melestarikan lingkungan hidup supaya terjaga
lingkungan alam, ekosistem dan habitatnya. Resiko ini timbul karena bahan
baku dari usaha tersebut berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup.
Contoh usaha yang memiliki resiko usaha yang berhubungan dengan
lingkungan hidup adalah: industri kertas, industri furniture, pertambangan,
sumber energi, dan lain-lain.
2) Resiko Sosial dan Budaya Masyarakat yaitu resiko yang terjadi atas
berdirinya sebuah usaha dan berdampak pada lingkungan sosial dan budaya
masyarakat. Wujud dari resiko ini adalah perubahan struktur sosial
masyarakat (semula satu suku menjadi beberapa suku), perubahan budaya
masyarakat (semula tidak ada pementasan barongsai menjadi ada kegiatan
pentas barongsai), perubahan cara kerja masyarakat (semula waktu kerja
hanya pagi-sore berubah menjadi pagi-malam), perubahan gaya hidup
masyarakat (gaya hidup konsumtif yang meningkat).
3) Resiko Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yaitu resiko usaha yang timbul
sebagai bentuk kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Bentuk kepedulian ini seperti pemberian beasiswa,
bantuan pembangunan sarana dan prasarana umum (tempat ibadah,
pembangkit listrik, pengelolaan sumber air, jalan raya, irigasi), bantuan dana
produknya lebih dulu dan dibayar kemudian. Atau debitor meminjam uang untuk usaha
tetapi usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut (resiko kredit) diantarnya sebagai berikut:
1. Berikan kredit pada seseorang yang minimal memenuhi syarat sbb:
a. Dapat dipercaya,(character), yaitu watak dan reputasi yang telah diketahui
b. Kemampuan untuk membayar (capcity), hal ini dapat dilihat dari
c.
d.
e.
f.
entitas, tidak termasuk yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. Setiap
resiko yang diambil oleh seseorang pastilah memiliki suatu kerugian yang akan terjadi
pada seseorang tersebut. Ada dua bentuk kerugian yang diakibatkan oleh resiko, yaitu
kerugian langsung dan tidak langsung.
1. Kerugian langsung
Kerugian langsung ini merupakan jumlah nominal yang harus ditanggung akibat
dampak langsung dari resiko yang dapat terjadi. Kerugian yang langsung dapat
dihubungkan dengan biaya penggantian atau perbaikan terhadap harta yang terkena
peril (gedung yang terbakar, peralatan yang dicuri). Sebagai contoh : suatu kebakaran
menghancurkan bangunan yang merupakan kerugian langsung.
2. Kerugian tidak langsung
Kerugian tidak langsung ini merupakan nominal yang harus ditanggung akibat
dampak tidak langsung resiko yang terjadi. Contoh: rusaknya bahan-bahan yang
disimpan dalam lemari pendingin (cold storage). Karena tidak berfungsinya alat
pendingin akibat gardu listriknya rusak disambar petir. Upah yang harus tetap
dibayar, pada saat perusahaan tidak berproduksi, karena ada alat-alat produksinya
yang terkena peril. Contoh lainnya yaitu akibat kebakaran yang terjadi, mengalami
suatu kerugian secara tidak langsung seperti kegiatan bisnis dan perkantoran
terganggu terpaksa perusahaan mengeluarkan biaya ekstra untuk membangun fasilitas
perkantoran darurat.
2.7 Kalkulasi Resiko
Cara mengkalkulasi seberapa besar risiko yang mungkin terjadi :
1. Tentukan seberapa sering suatu risiko terjadi.
2. Tentukan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi.
3. Hitung kemungkinan prediksi kerugian dengan formula = FREKUENSI x DAMPAK
Frekuensi atau probability
Pengukuran frekuensi kerugian potensiil adalah untuk mengetahui berapa kali
suatu jenis peril dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena peril selama jangka
waktu tertentu.
Probabilitas adalah kesempatan atau kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau
peristiwa. Pengukuran kerugian baik dari dimensi frekuensi dan kegawatan berhubungan
dengan kemungkinan (probabilitas) dari kerugian potensiil tersebut. Untuk melakukan
analisa terhadap kemungkinan dari suatu kerugian potensiil perlu memahami prinsip
dasar teori probabilitas.
Langkah-langkah dalam menghitung probabilitas :
resiko
adalah
pelaksanaan
fungsi-fungai
manajemen
dalam
keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi
risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
b. Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko
tersebut (menahan risiko tersebut/ risk retention).
c. Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Contoh: memegang aset tidak
hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi, properti). Jika terjadi
kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh keuntungan
dari aset yang lainnya.
d. Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut
kita alihkan ke tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu,
kita dapat menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu
menghadapi risiko tersebut. Contoh: membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi
kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan
tersebut.
e. Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau
kejadian yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan
cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu
terjadi. Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap
dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko
kebakaran.
f. Pendanaan Risiko
Mempunyai arti bagaimana mendanai kerugian yang terjadi jika suatu risiko
muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana
sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian
hari seperti perubahan nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran.
Contoh: jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat
kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan.
Sebuah perbankan mempunyai kebijakan harus memiliki cadangan dalam bentuk
mata uang dolar sehingga jumlah perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan
nilai tukar dapat diantisipasi.
2.10 Tips dan Trik
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Agung. 2013. Daftar Kerugian Potensial. http://masgug.blogspot.com/2013/05/blogpost.html (Online). Diakses tanggal 27 Oktober 2014.
Rachman,
Reza.
2011.
http://rezafrachman.blogspot.com/2011/08/18-pengelolaan-risiko.html.
Hambali.
2012.
Konsep
Resiko
Wirausaha.