Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN
Resiko Entrepreneur Lokal Berbasis Agribisnis

Oleh Kelompok 3:
Suswatun Khanifah

125040201111234

Nindita Nindyarini

125040201111246

Hazarul ismali

125040201111251

Kristina Pandiangan

125040201111264

Dian Khoiratun R. S

125040201111273

Dwi Novia Sari

125040201111279

Dwi Ismachatul C

125040201111280

Lea Agita Tarigan

125040201111293

Marta Rizki Oktavia

125040201111306

Ali Yazid Muchsin

125040207111040

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sebagai akibat runtuhnya beberapa perusahaan AS baik karena kecurangan maupun
penipuan pelaporan akuntansi seperti yang dialami oleh Enron serta terjadinya krisis
keuangan global pada tahun 2008 membuat beberapa perusahaan berinisiatif untuk
meningkatkan good corporate governance dengan memberikan perhatian terhadap peran
manajemen risiko. Risiko merupakan bagian yang melekat pada strategi bisnis dan operasi
seharihari. Risiko dari segi finansial dan operasional selalu dihadapi oleh semua
perusahaan tanpa terkecuali. Di tengah situasi perekonomian yang penuh ketidakpastian,
persaingan bisnis serta kompleksitas perusahaan yang terus meningkat maka penerapan
manajemen risiko merupakan salah satu cara untuk mengurangi dan menangani setiap
risiko perusahaan yang mungkin timbul.
Manajemen risiko dinilai sangat penting saat manajemen sadar bahwa risiko pasti
ada dalam suatu perusahaan. Penerapan manajemen risiko yang baik harus memastikan
bahwa organisasi tersebut mampu memberikan perlakuan yang tepat terhadap risiko yang
akan mempengaruhinya (Susilo dan Kaho dalam Setyarini, 2011). Risiko juga erat
kaitannya dengan keberhasilan dan kegagalan, sistem manajemen risiko yang efektif
merupakan suatu kekuatan perusahaan yang membantu pencapaian tujuan bisnis
perusahaan dan peningkatan kualitas pengungkapan dan pelaporan keuangan sebagai
usaha perlindungan reputasi perusahaan (Subramaniam, et al., dalam Setyarini, 2011).
Penerapan berbagai aturan tentang manajemen risiko berimplikasi pada
meningkatnya praktik manajemen risiko dan pengungkapan manajemen risiko. Namun,
praktik manajemen risiko dan pengungkapannya bervariasi antar perusahaan. Dalam
mengambil keputusan pelaku bisnis sebaiknya juga mempertimbangkan tingkat toleransi
terhadap resiko. Upaya inilah yang akan membedakan pengambilan keputusan individu
dari setiap pelaku usaha.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pengambilan Resiko
Wirausaha sering dikenal sebagai orang yang mampu membuka usahanya sendiri
dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Menurut KBBI, wirausahawan
merupakan orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru
dalam berproduksi, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur
permodalan operasinya, serta memasarkanya. Seorang wirausaha harus mampu
menciptkan sesuatu yang berbeda dan mampu menangkap peluang yang ada.
Resiko bagi para wirausaha bukanlah sebagai suatu hambatan untuk meraih
kesuksesan tetapi dijadikan sebagai suatu tantangan. Wirausaha adalah orang yang lebih
menyukai hal-hal yang menantang untuk lebih mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Pengambilan resiko menurut perspektif wirausaha yaitu dengan mengambil resiko yang
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Karena seorang wirausaha selalu ingin
berhasil menjauhi resiko yang tinggi, dan menghindari resiko yang lebih rendah karena
bagi mereka tidak ada tantangan.
Dalam pengambilan resiko para wirausaha selalu memperhitungkan matangmatang keputusan yang akan diambil. Pengambilan resiko berkaitan erat dengan
kepercayaan diri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar
pula keyakinan dalam mempengaruhi hasil dan keputusan, serta semakin siap pula
mencoba apa yang menurut orang lain penuh dengan resiko.
Yang membedakan seorang wirausaha dengan yang lainnya adalah kesiapan dalam
pengambilan resiko. Kebanyakan orang lebih suka berada dalam titik yang aman dan
nyaman dengan tidak mengambil hal yang beresiko atau lebih memilih resiko yang lebih
rendah. Berbeda dengan wirausaha, resiko dijadikan sebagai tantangan untuk mencapai
kesuksesan, bukan suatu hambatan yang menjadikan kita gagal.
Anak muda sering dikatakan selalu menyenangi tantangan. Mereka tidak takut
mati. Inilah salah satu faktor pendorong anak muda menyenangi olah raga yang penuh
dengan resiko dan tantangan, seperti balap motor di jalan raya, balap mobil milik orang
tuanya. Tetapi, contoh-contoh tersebut dalam arti negatif. Olahraga beresiko yang positif
ialah panjat tebing, mendaki gunung, arum jeram karate atau olah raga bela diri dan
sebagainya.
Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa ke dalam wirausaha yang juga penuh resiko
dan tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku dan sebagainya.

Namun semua tantangan ini harus dilakukan dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan
sudah matang, membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus
dengan tidak lupa berlindung kepada-Nya.
2.2 Strategi Resiko Reaktif Dan Proaktif
2.2.1 Strategi Reaktif
Subanar (2001) berpendapat peran sang tau wirausaha sangat mendominasi
perilaku bisnis dan sangat menentukan arah masa depan bagi suatu usaha kecil dan
menengah. Hodgetts dan Kuratko, 2001; Kickul dan Gundry, 2002 (dalam Boohene,
et.al., 2008) menjelaskan bahwa nilai-nilai pribadi yang terkait dengan strategi
proaktif, sering disebut sebagai nilai-nilai kewirausahaan. Menurut Blackman, 2003
(dalam Boohene, et.al., 2008) mengemukakan dalam literatur menunjukkan bahwa
pemilik-manajer dengan nilai-nilai kewirausahaan yang mengadopsi strategi proaktif
menunjukkan kinerja lebih kuat/baik daripada mereka yang kurang nilai-nilai
kewirausahaan dengan orientasi strategi reaktif.
2.2.2 Strategi Proaktif
Menurut Miller dan Friesen, 1978 (dalam Handoyo, 2001) memberikan istilah
proaktif bagi perusahaan yang membentuk pasar dengan memperkenalkan produk
baru, teknologi baru, teknik administrasi baru, dan perusahaan yang reaktif bagi
perusahaan melakukan respon, reaksi atau tindakan bilamana pesaing melakukan
tindakan.
2.3 Jenis Resiko dalam Bisnis
2.3.1 Menurut sifatnya dibedakan dalam :
a. Resiko murni, yaitu resiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan
terjadinya tanpa disengaja. Misal:

kebakaran, kebanjiran, bencana alam,

pencurian dsb.
b. Resiko speculatif, yaitu resiko yng sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan
agar memberikan keuntungan bagi pihak tertantu. Contoh:

utang-piutang,

perdagangan berjangka, pembelian saham dsb.


c. Resiko fundamental, yaitu resiko yang penyebabnya tidak bisa dilimpahkan
kepada seseorang dan menderita cukup banyak. Misal: banjir, gempa bumi,
gunung meletus dsb.

d. Resko Khusus, yaitu resiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan
umumnya mudah diketahui penyebabnya, misal : kapal kandas, pesawat jatuh,
dsb.
e. Resiko dinamis, yaitu resiko yang timbul karen perkembangan dan kemajuan
masyarakat dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan,,teknologi, contoh: resiko
penerbangan luar angkasa, nuklir dsb.
2.3.2 Menurut dapat tidaknya resiko dialihkan kepada pihak lain(diasuransikan) :
a. Resiko yang dapat dialihkan pada pihak lain, dengan mempertanggungkan suatu
obyek yang akan terkena resiko pada perusahaan asuransi.
b. Resiko yang tidak dapat dialihkan pada pihak lain, misal barang-barang
purbakala, barang bersejarah.
2.3.3 Menurut sumber/penyebab timbulnya :
a. Resiko intern, yaitu resiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Resiko
usaha internal diantaranya adalah :
1) Kehilangan modal apabila piutang tidak terbayarkan oleh konsumen
2) Kehilangan dan kerusakan perangkat keras-lunak (hard-software) apabila
memiliki karyawan yang tidak terampil dan kompeten
3) Kehilangan karyawan / personil yang handal apabila tidak dapat menangani
dengan baik dalam bidang upah, kesempatan berkarier, fasilitas kerja,
wewenang, tanggung jawab, kebijakan, kesalahpahaman manajeman internal
4) Kehilangan kepercayaan konsumen karena tidak mampu memberikan barang
atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Kepercayaan
konsumen hilang akibat kesalahan membuat produk pesanan, kesalahan
jadwal pengiriman, kesalahan jumlah penagihan, dan kesalahan pelayanan
purna jual. Akibat ditinggalkan oleh konsumen adalah kesulitan mencari
konsumen baru yang baik dan memiliki loyalitas terhadap produk, merek,
dan kualitas.
5) Kehilangan kepercayaan supliyer yaitu resiko usaha yang berakibat
ditinggalkan oleh pihak luar perusahaan yang menjadi pemasok kebutuhan
perusahaan. Kebutuhan itu diantaranya persediaan bahan baku, alat kantor,
tenaga kerja, dan lain-lain. Resiko ini bisa terjadi karena keterlambatan
melakukan pembayaran ke pihak supliyer dan melanggar ketentuan
perjanjian kerjasama. Akibat ditinggalkan oleh supliyer adalah kesulitan

mencari pemasok yang baik, cepat, jujur, dan sesuai dengan kualitas
perusahaan.
6) Resiko Penghentian Ijin Usaha yaitu resiko usaha yang diberikan oleh
pemerintah dengan melakukan pencabutan ijin usaha. Pencabutan ijin usaha
ini dikarenakan melanggar ketentuan ijin bisnis yang ada di pemerintah,
melakukan penipuan dengan memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan
supaya tidak membayar pajak ke pemerintah, merusak lingkungan hidup,
menggangu keamanan dan kenyamanan masyarakat di sekitarnya.
7) Resiko tidak diterima oleh masyarakat sekitar yaitu resiko usaha yang terjadi
akibat dari ketidakterimaan masyarakat dengan adanya usaha yang
dijalankan. Resiko usaha ini bisa terjadi karena merusak tatanan masyarakat,
menggangu ketenangan dan keamanan masyarakat, tidak memberikan
dampak ekonomis bagi masyarakat sekitar, dan lain-lain.
b. Resiko ekstern, yaitu resiko yang berasal dari luar perusahaan itu. Resiko usaha
eksternal diantaranya adalah :
1) Resiko Pelestarian Lingkungan Hidup yaitu resiko usaha yang akan dihadapi
oleh wirausawan dalam rangka melestarikan lingkungan hidup supaya terjaga
lingkungan alam, ekosistem dan habitatnya. Resiko ini timbul karena bahan
baku dari usaha tersebut berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup.
Contoh usaha yang memiliki resiko usaha yang berhubungan dengan
lingkungan hidup adalah: industri kertas, industri furniture, pertambangan,
sumber energi, dan lain-lain.
2) Resiko Sosial dan Budaya Masyarakat yaitu resiko yang terjadi atas
berdirinya sebuah usaha dan berdampak pada lingkungan sosial dan budaya
masyarakat. Wujud dari resiko ini adalah perubahan struktur sosial
masyarakat (semula satu suku menjadi beberapa suku), perubahan budaya
masyarakat (semula tidak ada pementasan barongsai menjadi ada kegiatan
pentas barongsai), perubahan cara kerja masyarakat (semula waktu kerja
hanya pagi-sore berubah menjadi pagi-malam), perubahan gaya hidup
masyarakat (gaya hidup konsumtif yang meningkat).
3) Resiko Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yaitu resiko usaha yang timbul
sebagai bentuk kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Bentuk kepedulian ini seperti pemberian beasiswa,
bantuan pembangunan sarana dan prasarana umum (tempat ibadah,
pembangkit listrik, pengelolaan sumber air, jalan raya, irigasi), bantuan dana

sosial untuk kegiatan keagamaan, kegiatan budaya lokal maupun hari


nasional,
4) Resiko Pengelolaan Limbah yaitu resiko bisnis yang timbul sebagai akibat
dari limbah industri yang keluarkan dalam rangka memproduksi sebuah
barang atau jasa. Limbah dari produksi dapat berupa limbah cair dan limbah
padat. Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan
akibat pencemaran lingkungan seperti air, udara dan tanah. Supaya tidak
menimbulkan pencemaran maka setiap perusahaan diwajibkan oleh
pemerintah dan pencinta lingkungan untuk mengolah limbah industrinya
dengan baik sebelum dibuang ke luar pabrik.
5) Resiko Perekonomian Masyarakat dan Negara adalah resiko bisnis yang
terjadi karena sebuah kesalahan manajemen di internal perusahaan dan
menimbulkan dampak perubahan perekonomian masyarakat dan negara.
Akibat dari resiko ini adalah memburuknya kondisi perekonomian akan
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Kondisi ekonomi makro yang
buruk akan berpengaruh terhadap volume kegiatan usaha.
6) Resiko Perubahan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah yaitu resiko usaha
yang timbul dan berakibat kepada perubahan dan kebijakan pemerintah.
Resiko ini terjadi karena kesalahan perusahaan dalam melakukan operasinya
yang mengakibatkan suhu politik (baik lokal, nasional maupun internasional)
dapat berakibat kurang baik. Kesalahan perusahaan dalam operasional yang
berakibat pada sebuah bencana bagi masyarakat dan menuntut lahirnya
sebuah peraturan dan kebijakan pemerintah yang baru.
2.4 Kategori Resiko
2.4.1 Resiko Teknis
Resiko ini terjadi akibat kekurangmampuan manajer/wirausaha dalam mengambil
keputusan. Resiko yang sering terjadi adalah:
1. Biaya produksi yang tinggi (inefisien),
2. Pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang, misal terlalu banyak tenaga
kerja.
3. Sering terjadi pencurian, akibat pengawasan/penjagaan yang kurang baik.
4. Sering terjadi kebakaran, target produksi tak tercapai, penempatan tenaga tidak
tepat/tidak sesuai, perencanaan dan desain produk salah dsb.

Upaya mengatasi/menanggulangi resiko teknis:


1. Menajer/wirausaha harus menambah pengetahuan tentang:
a. Ketrampilan teknis /technological skill, terutama yang berkaitan dengan proses
produksi. Diupayakan dengan memakai metode yang dapat menurunkan biaya
produksi, misal dengan teknologi tepat guna /modern.
b. Ketrampilan mengorganisasi /organization skill , yaitu kemampuan meramu
yang tepat dari faktor-faktor produksi dalam melakukan usahanya
c. Ketrampilan memimpin/managerial skill, yaitu kemampuan untuk mencapai
tujuan usaha dan dapat dikerjakan dengan baik dan serasi oleh semua orang
yang ada pada organisasi tsb. Untuk ini setiap pimpinan dituntut membuat
konsep kerja yang baik/conceptional skill.
2. Membuat strategi usaha yang terarah untuk masa depan, yang meliputi strategi
produksi, strategi keuangan, strategi sumber daya (SDA dan SDM), strategi
operasional, strategi pemasaran, dan strategi penelitia dan pengembangan. Tujuan
strategi ini ada tiga yaitu; tetap memperoleh keuntungan, hari depan tetap lebih
baik dari sekarang (usaha berkembang) dan tetap bertahan (survive). Upaya yang
dilakukan adalah keandalan menganalisis dan memprognosa keadaan didalam dan
diluar lingkup organisasi.
3. Mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi, dengan konsekuensi setiap saat
harus membayar premi asuransi yang akan menjadi pengeluaran biaya.
2.4.2 Resiko Pasar
Resiko ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku atau tidak laku
dipasar. Produk telah menjadi kuno (absolensense) yang diperoleh terus menurun dan
terjadi kerugian. Akibatnya penerimaan/revenue yang diperoleh terus menurun dan
terjadi kerugianterus. Hal ini akan menjadi bencana usaha yang berakibat usahanya
sampai diterminal alias gulung tikar.
Upaya yang dapat ditempuh pengusaha adalah sbb:
1. Mengadakan inovasi produk/product inovation, yaitu membuat desain baru dari
produk yang disenangi calon pembeli. Dalam usaha pertanian, misal budidaya
kelinci, lele dumbo,asparagus dsb. Relatif sulit untuk inovasi, tetapi hal ini akan
dipermudah bila ada upaya kearah agro industri.
2. Mengadakan penelitian pasar/market research untuk memperoleh informasi pasar
secara berkisinambungan. Cara ini memerlukan dana yang cukup besar dan hanya
layak untuk perusahaan besar, misal pabrik mobil, tekstil, perabot rumah tangga,
dan hiburan. Sedang dalam bidang pertanian hal ini cukup berat dilakukan.

2.4.3 Resiko Kredit


Adalah resiko yang ditanggung kreditor akibat debitor tidak mampu membayar
pinjaman sesuai waktu yang telah disepakati.

Sering terjadi produsen menaruh

produknya lebih dulu dan dibayar kemudian. Atau debitor meminjam uang untuk usaha
tetapi usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut (resiko kredit) diantarnya sebagai berikut:
1. Berikan kredit pada seseorang yang minimal memenuhi syarat sbb:
a. Dapat dipercaya,(character), yaitu watak dan reputasi yang telah diketahui
b. Kemampuan untuk membayar (capcity), hal ini dapat dilihat dari
c.

kemampuan/hasil yang diperoleh dari usahanya (laba usaha).


Kemampuan modal sendiri yang ditempatkan dalam usaha (capital)

d.

sehingga merupakan net personal assets.


Keadaan usahanya selama ini (conditions) adalah menunjukan trend naik

e.

mendatar atau menurun.


Jangan memberikan pinjaman yang terlalu besar sambil mengevaluasi
kredibilitas debitor.

f.

Memperhatikan pengelolaan dana debitor bila yang bersangkutan memiliki


perusahaan. Dan yang perlu diperhatikan adalah lembaran neraca, laporan
laba-rugi tahunan dan aliran Dana setiap tahunnya.

2.4.4 Resiko Alam


Resiko ini terjadi diluar pengetahuan dan kemampuan manusia, misalnya gempa
bumi,banjir,anginputing beliung, kemarau panjang dsb. Karena peristiwa ini
kemungkinan sangat kecil resikonya dapat dianggap tidak ada, tetapi bila takut
menghadapi resiko tersebut,ada perusahaan asuransi yang berani menanggung resiko
tersebut.
Resiko yang sudah diketahui oleh Robert Charette adalah resiko yang dapat
diungkap setelah dilakukan evaluasi secara hati-hati terhadap rencana proyek,
bisnis,dan lingkungan teknik dimana proyek sedang dikembangkan, dan sumber
informasi reliable lainnya, seperti :
a. Tanggal penyampaian yang tidak realitas
b. Kurangnya persyaratan yang terdokumentasi
c. Kurangnya ruang lingkup Software
d. Lingkungan pengembangan yang buruk
e. Resiko yang dapat diramalkan
f. Diekstrapolasi dari pengalaman proyek sebelumnya. Misalnya :
1) Pergantian staff
2) Komunikasi yang buruk dengan para pelanggan

3) Mengurangi usaha staff bila permintaan pemeliharaan sedang berlangsung


dilayani
g. Resiko yang tidak diharapkan. Resiko ini dapat benar-benar terjadi, tetapi sangat
sulit untuk diidentifikasi sebelumnya.
2.5 Lima Resiko Bisnis Utama
Kerugian potensial dalam sistem yang mengandung resiko dapat digolongkan ke
dalam bidang: ekonomil, sosial, politik dan psikologi, fisik, legal atau kombinasi dari
semuanya. Three Classes of Economic Risk:
1. Pure speculative risk (A. H. Mowbray)
a. Pure risk terjadi bila kemungkinan rugi ada tetapi kemungkinan yang
menguntungkan tidak ada. Contoh: kecelakaan pada mobil
b. Speculative risk, timbul bila kesempatan adanya rugi maupun untung (gain)
sama-sama ada. Contoh: dalam ekspansi perusahaan.
2. static or dynamic risk (A. H. Willet)
a. static risk, selalu dihubungkan dengan kerugian yang disebabkan irregular action
karena peristiwa alam atau karena kesalahan dari human being (manusia).
Statistic losses, biasanya menyebabkan kerugian pada masyarakat dalam periode
tertentu dan pengaruhnya terhadap individual selalu berupa pure risk.
b. Dinamic risk, biasanya dihubungkan dengan perubahan kehendak manusia.
Contoh: umpamanya ada perkembangan machinery dan organisasi.
3. Fundamental or particular risk (C. A. Kulp)
Fundamental risk, adalah resiko yang dihubungkan dengan adanya uncertainty,
ketidakcermatan, bencana alam. Particular risk, adalah resiko yang sifatnya personal
yang kadang-kadang dapat dicegah, seperti kehilangan pekerjaan. Sedangkan
fundamental risk.
Risk managemen procces terdiri dari lima langkah sebagai berikut:
a. Harus adanya pembinaan prosedur dan komunikasi dalam organisasi secara
baik, supaya dapat menyusun serta menemukan kemungkinan adanya resiko
yang akan terjadi.
b. Selalu melakukan identifikasi pada risk. Pengukuran kerugian ini mencakup:
a) Penetapan probilitas pada kerubian yang akan terjadi
b) Penetapan pengaruh terhadap aspej fiansial
c) Kemampuan memperkirakan (predicting)
c. Pengambilan keputusan (decision maker), keputusan mana yang diangga paling
baik dan paling tepat untuk mengatasi masalah, dapat dilakukan dengan caracara sebagai berikut:

a) Avoiding the risk


b) Reducng the loss
c) Transfering the risk
d) Retaining the risk internally (risk retention)
4. Implementasi daripada metode yang sudah dipilih
5. Evalusi terhadap keputusan yang telah diambil
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko menempatkan salah satu nilai
utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau megambil resiko akan sukar
memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani
menanggung resiko ialah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan
dengan cara yang baik. Wirausaha ialah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang
lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan ketimbang usaha yang
kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai resiko yang terlalu
rendah atau yang terlalu tinggi. Wirausaha akan menyukai resiko yang paling seimbang
(moderat). Dengan demikian, keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai
kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik.
Bahwa pengambil resiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya,
semakin besar keyakinan seorang kepada kemampuan sendiri, semakin besar keyakinan
orang tersebut akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan. Dan
semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain
sebagai resiko. Oleh sebab itu, pengambil resiko ditemukan pada orang-orang yang
inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan.
Dalam perusahaan besar, manajemen senior biasanya mengambil keputusan data
dan dokumentasi perusahaan yang terdapat dalam survei, laporan dan anjungan komite.
Informasi ini, biasanya telah dihimpun dengan cara yang baku, sesuai dengan teknikteknik pemecahan persoalan. Sebuah persoalan utama dapat dibagi-bagi sehingga
sebagian daripadanya dapat dipecahkan dengan segera. Biasanya karena ada kebutuhan
mendesak yang hasilnya cukup pasti. Biasanya keputusan dicapai melalui prosedur tetap,
yang dimengerti dengan baik oleh manajemen, dan mungjin ini hasil musyawarah karena
banyak orang yang bersedia memikul tanggung jawab pribadi atas keputusan tadi.
2.6 Bentuk Kerugian Akibat Resiko
Kerugian adalah suatu penurunan terhadap ekuitas dan entitas yang diimbulkan oleh
transaksi diluar operasi utama atau transaksi yang terjadinya jarang dan dari seluruh
transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan-keadaan lainnya yang mempengaruhi

entitas, tidak termasuk yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. Setiap
resiko yang diambil oleh seseorang pastilah memiliki suatu kerugian yang akan terjadi
pada seseorang tersebut. Ada dua bentuk kerugian yang diakibatkan oleh resiko, yaitu
kerugian langsung dan tidak langsung.
1. Kerugian langsung
Kerugian langsung ini merupakan jumlah nominal yang harus ditanggung akibat
dampak langsung dari resiko yang dapat terjadi. Kerugian yang langsung dapat
dihubungkan dengan biaya penggantian atau perbaikan terhadap harta yang terkena
peril (gedung yang terbakar, peralatan yang dicuri). Sebagai contoh : suatu kebakaran
menghancurkan bangunan yang merupakan kerugian langsung.
2. Kerugian tidak langsung
Kerugian tidak langsung ini merupakan nominal yang harus ditanggung akibat
dampak tidak langsung resiko yang terjadi. Contoh: rusaknya bahan-bahan yang
disimpan dalam lemari pendingin (cold storage). Karena tidak berfungsinya alat
pendingin akibat gardu listriknya rusak disambar petir. Upah yang harus tetap
dibayar, pada saat perusahaan tidak berproduksi, karena ada alat-alat produksinya
yang terkena peril. Contoh lainnya yaitu akibat kebakaran yang terjadi, mengalami
suatu kerugian secara tidak langsung seperti kegiatan bisnis dan perkantoran
terganggu terpaksa perusahaan mengeluarkan biaya ekstra untuk membangun fasilitas
perkantoran darurat.
2.7 Kalkulasi Resiko
Cara mengkalkulasi seberapa besar risiko yang mungkin terjadi :
1. Tentukan seberapa sering suatu risiko terjadi.
2. Tentukan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi.
3. Hitung kemungkinan prediksi kerugian dengan formula = FREKUENSI x DAMPAK
Frekuensi atau probability
Pengukuran frekuensi kerugian potensiil adalah untuk mengetahui berapa kali
suatu jenis peril dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena peril selama jangka
waktu tertentu.
Probabilitas adalah kesempatan atau kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau
peristiwa. Pengukuran kerugian baik dari dimensi frekuensi dan kegawatan berhubungan
dengan kemungkinan (probabilitas) dari kerugian potensiil tersebut. Untuk melakukan
analisa terhadap kemungkinan dari suatu kerugian potensiil perlu memahami prinsip
dasar teori probabilitas.
Langkah-langkah dalam menghitung probabilitas :

a. Mendefinisikan hasil yang mungkin terjadi


b. Memperkirakan probabilitas suatu kejadian
Penetapan probabilitas suatu kejadian harus memenuhi dua persyaratan :
a. Probabilitas suatu kejadian berada diantara 0 s/d 1 (0 P 1)
b. Jumlah dari suatu probabilitas adalah 1
Sebagai contoh dalam mengkalkulasi resiko dalam suatu usaha dagang:
Resiko terjadinya pencurian barang dagangan
Frekuensi: 1 bulan 5 kali
Dampak yang timbul: dalam setiap kejadian rata-rata yang ditanggung adalah Rp.
300.000
Kemungkinan prediksi kerugian: 5 x Rp.300.000 = Rp. 1.500.000
Artinya dalam satu bulan terdapat resiko pencurian barang dagangan yang berpotensi
menyebabkan kerugian sebesar Rp. 1.500.000
2.8 Teknik Teknik Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko adalah usaha sistematis untuk menentukan ancaman terhadap
rencana proyek. Tujuan identifikasi risiko: Untuk menghindari resiko bilamana mungkin,
serta menghindarinya setiap saat diperlukan.
1. Tipe resiko :
a. Resiko generik. Merupakan ancaman potensial pada setiap proyek Software.
b. Resiko produk spesifik. Hanya dapat diidentifikasi dengan pemahaman khusus
c. mengenai teknologi, manusia, serta lingkungan yang spesifik terhadap proyek
yang ada.
d. Metode untuk mengidentifikasi resiko adalah menciptakan checklist item risiko.
2. Kategori checklist item risiko :
a. Resiko ukuran produk
b. Resiko yang mempengaruhi bisnis
c. Resiko yang dihubungkan dgn karakteristik pelanggan
d. Resiko definisi proses
e. Resiko teknologi yang akan dibangun
f. Resiko lingkungan pengembangan
g. Resiko yang berhubungan dgn ukuran dan pengalaman staf
3. Komponen Resiko dan Driver
Pedoman untuk mengidentifikasi resiko Software dan pengurangannya yaitu
menghendaki agar manajer proyek mengidentifikasi resiko driver yang mempengaruhi
komponen risiko Software :kinerja, biaya, dukungan dan jadwal.Komponen risiko
didefinisikan dengan cara sbb :

a. Resiko kinerja = tingkat ketidakpastian dimana produk akan memenuhi


persyaratannya dan cocok dengan penggunaannya.
b. Resiko biaya = tingkat ketidakpastian dimana biaya proyek akan dijaga
c. Resiko dukungan = tingkat ketidakpastian dimana Software akan mudah
dikoreksi, disesuaikan dan ditingkatkan.
d. Resiko jadwal = tingkat ketidakpastian dimana jadwal proyek akan dijaga dan
produk akan disampaikan tepat waktu.
4. Proyeksi Resiko / Perkiraan Resiko
Probabilitas di mana resiko adalah nyata Konsekuensi masalah yang berhubungan
dengan resiko. Perencanaan proyek bersama dengan manajer dan staf teknik melakukan
4 aktifitas proyeksi resiko :
a. Membangun suatu skala yang merefleksikan kemungkinan resiko yang
dirasakan
b. Menggambar konsekuensi resiko
c. Memperkirakan pengaruh resiko pada proyek dan produk
d. Memcatat keseluruhan akurasi proyeksi proyek resiko sehingga akan tidak ada
kesalahpahaman.
2.9 Pengelolaan Resiko
Manajemen

resiko

adalah

pelaksanaan

fungsi-fungai

manajemen

dalam

penanggulangan resiko terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan,


keluarga, dan masyarakat. Manajemen resiko mencakup kegiatan merencanakan,
mengorganisir, menyusun, mengkoordinir, dan mengawasi program penanggulangan
resiko. Program manajemen resiko mencakup tugas-tugas: mengidentifikasi resiko yg
dihadapi, mengukur/menentukan besarnya resiko, mencari jalam untuk menghadapi atau
menanggulangi resiko, menyusun strategi untuk memerkecil atau mengendalikan resiko,
mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan resiko serta mengevaluasi program
pennaggulangan resiko yang telah dibuat.
1. Pengelolaan Resiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah selanjutnya dalam manajemen
risiko adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola
risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian besar.
Berbagai cara pengelolaan risiko:
a. Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah dengan menghindar.
Tetapi cara semacam ini tidak optimal.Contoh: jika ingin memperoleh

keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi
risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
b. Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko
tersebut (menahan risiko tersebut/ risk retention).
c. Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Contoh: memegang aset tidak
hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi, properti). Jika terjadi
kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh keuntungan
dari aset yang lainnya.
d. Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut
kita alihkan ke tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu,
kita dapat menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu
menghadapi risiko tersebut. Contoh: membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi
kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan
tersebut.
e. Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau
kejadian yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan
cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu
terjadi. Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap
dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko
kebakaran.
f. Pendanaan Risiko
Mempunyai arti bagaimana mendanai kerugian yang terjadi jika suatu risiko
muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana
sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian
hari seperti perubahan nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran.
Contoh: jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat
kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan.
Sebuah perbankan mempunyai kebijakan harus memiliki cadangan dalam bentuk
mata uang dolar sehingga jumlah perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan
nilai tukar dapat diantisipasi.
2.10 Tips dan Trik

Upaya penanggulangan/meminimumkan resiko berdasar pada sifat dan obyek


yang terkena resiko. Upaya mengatasi/menanggulangi resiko teknis:
1. Menajer/wirausaha harus menambah pengetahuan tentang:
a. Ketrampilan teknis /technological skill, terutama yang berkaitan dengan proses
produksi. Diupayakan dengan memakai metode yang dapat menurunkan biaya
produksi, misal dengan teknologi tepat guna /modern.
b. Ketrampilan mengorganisasi /organization skill , yaitu kemampuan meramu yang
tepat dari faktor-faktor produksi dalam melakukan usahanya.
c. Ketrampilan memimpin/managerial skill, yaitu kemampuan untuk mencapai
tujuan usaha dan dapat dikerjakan dengan baik dan serasi oleh semua orang yang
ada pada organisasi tsb. Untuk ini setiap pimpinan dituntut membuat konsep kerja
yang baik/conceptional skill.
2. Membuat strategi usaha yang terarah untuk masa depan, yang meliputi strategi
produksi, strategi keuangan, strategi sumber daya (SDA dan SDM), strategi
operasional, strategi pemasaran, dan strategi penelitia dan pengembangan. Tujuan
strategi ini ada tiga yaitu ; tetap memperoleh keuntungan, hari depan tetap lebih baik
dari sekarang (usaha berkembang) dan tetap bertahan (survive). Upaya yang
dilakukan adalah keandalan menganalisis dan memprognosa keadaan didalam dan
diluar lingkup organisasi.
3. Mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi, dengan konsekuensi setiap saat
harus membayar premi asuransi yang akan menjadi pengeluaran biaya.

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Agung. 2013. Daftar Kerugian Potensial. http://masgug.blogspot.com/2013/05/blogpost.html (Online). Diakses tanggal 27 Oktober 2014.

Rachman,

Reza.

2011.

http://rezafrachman.blogspot.com/2011/08/18-pengelolaan-risiko.html.

Diakses tanggal 28 Oktober 2014.


Vespa,

Hambali.

2012.

Konsep

Resiko

Wirausaha.

http://hambalivespa.wordpress.com/2012/10/04/konsep-resiko-wirausaha/ diakses pada 29


Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai