PROPOSAL PENELTIAN
DOSEN PEMBIMBING UTAMA:
Ir. HENRIQUE MD. DA COSTA, M. Sc
OLEH
MIGUEL NUNES
04 01 01 036
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
(UNTL)
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Sriwidodo (1987), bahwa sistematika tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermamatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Conovolvulales
Famili : Conovolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea batatas L.
Tanaman ubi jalar yang tergolong dalam famili convolvulaceae yang terdiri atas 400 spesies
(Sriwidodo, 1987).
2.1.2. Morfologi
Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat dan teras bagian tengah bergabus.
Batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang ruas antara 1-3 cm. Setiap ruas ditumbuhi daun, akar
dan tunas. Diameter batang ubi jalar juga bervariasi, tergantung pada varietasnya, ada yang
berukuran besar, sedang dan kecil. Varietas ubi jalar merambat umumnya memiliki diameter
batang kecil ( Juanda et al., 2000).
Perakaran ubi jalar dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu penyerap hara dari dalam tanah
yang disebut akar penyimpanan energi hasil fotosintesis disebut ubi. Kedalaman akar maksimal
45 cm dan arahnya tidak lebih dari 30 derajat dari permukaan tanah. Pertumbuhan selanjutnya
sangat di pengaruhi oleh ketersediaan air didalam tanah. Apabila air tidak tersedia di lapisan
olah, panjangnya untuk mendapatkan air, sampai pada kedalaman 240 cm (Rukmana, 1997).
Daun ubi jalar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu bulat, lonjong dan runcing.
Sedangkan tipe daun bervariasi yakni rata, berlekuk dangkal dan menjari. Ukuran luas daun
berkorelasi positif dengan batang, yaitu pada varietas yang berbatang besar biasanya berdaun
lebar dan varietas yang berbatang kecil berdaun sempit. Warna daun hijau, daun tua sampai hijau
kuning. Warna tangkai daun dan tulang daun bervariasi antara hijau sampai ungu sesuai dengan
warna batangnya (Wargiono, 1989).
Selanjutnya Rukmana (1997) mengatakan bahwa bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong
dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal adalah lonjong agak panjang
dengan berat antara 200 g - 250 g per ubi. Kulit berwarna putih, kuning, ungu atau kemerahmerahan, tergantung jenis atau varietasnya. Struktur kulit ubi bervariasi antara tipis sampai
dengan tebal dan biasanya bergetah.
2.1.3. Syarat Tumbuh
Ubi jalar termasuk tanaman semusim. Tanaman ini cocok ditanam didaerah dengan ketinggian
500-1000 dpl, tapi dibawah 500 dan diatas 1000 dpl ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik,
tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya terendah, dan suhu 21-27 0 C serta
mendapatkan sinar matahari 11-12 jam per hari (Rukmana, 1997). Kelembaban udara (RH) 50%60% dengan curah hujan 750 mm-1.500 mm/tahun (Anonim, 2003). Selanjutnya Juanda et al.,
(2000) mengatakan bahwa ubi jalar masih toleran pada temperature 16 0C dan temperature
maksimun 40 0 C, tetapi hasilnya kurang baik.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ubi jalar meliputi
temperature dan kelembaban udara, curah hujan, penyinaran matahari, keadaan angin dan
keaadaan tanah, letak geografi, topografi tanah dan sifat tanah (Juada et al., 2000). Selanjutnya
ubi jalar ideal ditanam ditanah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik
saling menutupi, sehingga semua tanaman mendapat matahari secara penuh karena cahaya
merupakan salah satunya faktor dalam proses fotosintesis pada tanaman. Penggunaan jarak
tanam 100 cm x 25 cm dapat memberikan hasil yang tertinggi yakni 12,93 ton/ha, dan jarak
tanam 75 cm x 30 cm dapat memberikan hasil yang optimal yakni 8,23 ton/ha jika dibandingkan
penggunaan jarak tanam 75 cm x 25 cm dapat memberikan hasil yang terendah yakni 5,81
ton/ha.
2.5. Hipotesis
1. Di duga bahwa tanpa pemberian dosis ekstrak lamtoro dengan menggunakan jarak tanam 75 x
25 cm akan memberikan hasil terendah
2. Di duga dengan pemberian dosis ekstrak lamtoro 350 cc/liter air dan jarak tanam 75 x 30 cm
akan memberikan hasil optimun
3. Di duga dengan pemberian dosis ekstrak lamtoro 300 cc/liter air dan jarak tanam 100 x 25 cm
akan memberikan hasil maksimun
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Januari 2010, di Suco
Comoro, Sub Distrito Dom Aleixo Aldeia Beto Tasi Distrito Dili dengan ketinggian tempat 20
dpl.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan : Benih/setek ubi jalar, daun lamtoro, air dan fungisida
3.2.2. Alat : Parang, cangkul, linggis, Rol meter, Tali rafia, timbangan, jangka sorong, mister,
ember, jergen, drum, gembor dan alat tulis menulis.
3.3. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Split Plot
(RAK Split Plot Design) 3 x 3 yang diulang dalam tiga blok. Faktor utama adalah Dosis ekstrak
lamtoro (D) yang terdiri dari 4 aras atau level yaitu:
D0 = Tanpa Dosis Ekstrak Lamtoro
D1 = Dosis Ekstrak Lamtoro 250 cc/liter air
D2 = Dosis Ekstrak Lamtoro 300 cc/liter air
D3 = Dosis Ekstrak Lamtoro 350 cc/liter air
Anak petak adalah : Jarak Tanam (J) yang terdiri dari 3 aras atau level yaitu :
J1 = Jarak Tanam 75 x 25 cm
J2 = Jarak Tanam 75 x 30 cm
J3 = Jarak Tanam 100 x 25 cm
Dengan kombinasi perlakuan sebagaimana tercantum pada tabel 1 kombinasi perlakuan.
Tabel 1 kombinasi perlakuan
D /J J1 J2 J3
D0 D0J1 D0J2 D0J3
D1 D1J1 D1J2 D1J3
D2 D2J1 D2J2 D2J3
D3 D3J1 D3J2 D3J3
Keterangan
D0L1 : Tanpa dosis ekstrak lamtoro dengan jarak tanam 75 x 25 cm
D1J1 : Dosis ekstrak lamtoro 250 cc/liter air dengan jarak tanam 75 x 25 cm
D2J1 : Dosis ekstrak lamtoro 300 cc/liter air dengan jarak tanam 75 x 25 cm
D3J1 : Dosis ekstrak lamtoro 350 cc/liter air dengan jarak tanam 75 x 25 cm
D0J2 : Tanpa dosis ekstrak lamtoro dengan jarak tanam 75 x 30 cm
D1J2 : Dosis ekstrak lamtoro 250 cc/liter air dengan jarak tanam 75 x 30 cm
D2J2 : Dosis ekstrak lamtoro 300 cc/liter air dengan jarak tanam 75 x 30 cm
D3J2 : Dosis ekstrak lamtoro 350 cc/liter air dengan jarak tanam 75 x 30 cm
D0J3 : Tanpa dosis ekstrak lamtoro dengan jarak tanam 100 x 25 cm
D1J3 : Dosis ekstrak lamtoro 250 cc/liter air dengan jarak tanam 100 x 25 cm
D2J3 : Dosis ekstrak lamtoro 300 cc/liter air dengan jarak tanam 100 x 25 cm
D3J3 : Dosis ekstrak lamtoro 350 cc/liter air dengan jarak tanam 100 x 25 cm
3.3.1. Pelaksanaan Penelitian
3.3.2. Persiapan Bibit
Bibit ubi jalar diperoleh dari Seed of Life (Sols) Ministerio Agrikultura e Pescas. Caranya bibit
diambil dan disimpan di tempat teduh selama 1-7 hari. Tujuannya untuk masa dormansi (masa
istirahat).
3.3.3. Persiapan Lahan
Sebelum dilakukan penanaman di lapangan terlebih dahulu dilakukan suatu survey lokasi dengan
maksud untuk mengetahui keadaan topografi tanah berdasarkan kesuburan tanah untuk
membudidayakan tanaman tersebut. Sebelum dilakukan pengolahan pertama-tama dilakukan
pembersihan gulma, pembabatan, bersihkan sisa ranting tanaman dan batu-batuan di lahan
penelitian, selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan cara mengcangkul tanah dan
menghancurkan bongkahan tanah, kemudian membersihkan sisa-sisa akar tanaman liar dan batubatuan serta pembentukan bedengan. Luas lahan yang akan digunakan adalah seluas 460 m2
dengan ukuran 46 m x 10 m; ukuran bedengan 3 x 2 m, jarak antar petak 0,5 m dan jarak antar
blok 1 m.
3.3.4. Penanaman
Penanaman bibit setek ubi jalar perlu diperhatikan dengan baik karena sangat berpengaruh
terhadap jumlah umbi yang dihasilkan, keragaman umbi, dan bentuk umbi. Penanaman
dilakukan dengan cara miring. Penanamannya sesuai dengan perlakuan jarak tanam yang ada.
3.3.5. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
pembudidayaan suatu tanaman. Dalam hal ini apabila kegiatan ini tidak dilakukan akan
mempengaruhi hasil produksi yang diharapkan. Kegiatan ini meliputi : Pemupukan, penyiraman,
pendangiran, pemberantasan hama dan penyakit.
3.3.5.1. Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menambah unsur hara dalam
perkembangan dan pertumbuhan suatu tanaman, bila tanah tersebut mengalami kekurangan akan
bahan-bahan organik yang ada didalam tanah. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan perlakuan
yang ada. Cara pemberian adalah penyemprotan lewat daun atau stomata.
3.3.5.2. Penyiraman
Penyiraman adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga tidak terjadinya
kekeringan pada tanaman, oleh sebab itu kegiatan penyiraman sangat penting dilakukan dalam
perkembangan dan pertumbuhan tanaman. kegiatan penyiraman dilakukan 2 kali sekali yaitu
pagi dan sore hari.
3.3.5.3. Penyiangan
Kegiatan penyiangan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menyingkirkan
berbagai macam tanaman liar (gulma) dengan maksud tidak terjadinya persaingan unsur hara
antara tanaman yang dibudidayakan. Kegiatan penyiangan dilakukan sesuai dengan
perkembangan di lapangan.
3.3.5.4. Penyulaman
Penyulaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam prosees pemeliharaan
tanaman. Kegiatan dilakukan dengan maksud untuk menggantikan setek yang tidak tubuh
dengan setek yang sehat dan mempunyai umur yang sama dengan setek yang tidak tumbuh.
3.3.5.5. Pendangiran
Pendangiran atau pembumbunan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
mengemburkan tanah disekitar akar tanaman agar akar tanaman dapat bergerak bebas dalam
pengambilan unsur hara. Kegiatan pendangiran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu tanaman
berumur 4 MST dan 9 MST.
3.3.5.6. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Kegiatan pemeliharaan dalam pemberantasan hama dan penyakit sangat penting diperhatikan.
Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil produksi yang diharapkan. Dengan demikian
kegiatan tersebut perlu dilakukan dengan baik untuk mencegah supaya tidak terjadinya
penyerangan hama penyakit terhadap tanaman yang terserang oleh hama dan penyakit. Kegiatan
pemberantasan disesuai dengan perkembangan di lapangan.
3.3.5.7. Pemanenan
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang morfologis). Penentuan
waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada
umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Keterlambatan panen akan
memberikan pengaruh pada kenaikan hasil ubi (Rukmana, 1997).
4.1. Variabel Pengamatan
4.1.1. Variabel Lingkungan
4.1.2. Suhu Tanah ( 0 C )
Pengukuran suhu tanah dapat dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Caranya
membenamkan thermometer air raksa kedalam tanah dengan kedalaman 15 cm, selama 5 menit
pada masing-masing petak dengan tiga titik untuk setiap petak. Pengukuran suhu tanah dilakukan
pada pagi, siang dan sore hari.
4.1.3. Kadar Lengas Tanah (%)
Pengukuran kadar lengas tanah dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitiian. Caranya
adalah dengan melakukan pengambilan contoh tanah yang dilakukan secara komposit dalam tiga
titik dengan menggunakan pipa paralon yang disiapkan, dan ditancapkan kedalam tanah 15 cm.
Sampel tersebut dibawa ke laboratarium untuk dianalisis kadar lengas tanah. Pengukuran kadar
lengas tanah dilakukan dengan metode granmetri, dimana menimbang cawan ( BC ), kemudian
memasukkan tanah kedalam cawan, lalu timbang tanah guna mengetahui berat basah tanah ( BB
) dan setelah itu dioven dengan suhu 105 0 C selama 48 jam. Setelah dioven dikeluarkan dan
didinginkan dalam eksquator selama 15 menit. kemudian menimbang untuk mengetahui berat
kering tanah ( BK ). Untuk mengetahui kadar lengas tanah menggunakan rumus sebagai berikut :
XXXXXXXX
Ket :
Jarak Tanam : 75 x 25 cm
Jumlah Populasi Tanaman : 32 Tanaman
Jumlah Sampel Tanaman : 5 Tanaman
Jumlah Tanaman Korban : 2 Tanaman
XXXXXXX
XX@XX@X
X@X@#XX
X#XX@XX
Ket :
Jarak Tanam : 75 x 30 cm
Jumlah Populasi Tanaman : 28 Tanaman
Jumlah Sampel Tanaman : 5 Tanaman
Jumlah Tanaman Korban : 2 Tanaman
XXXXX@XX
X#@XXX@X
X@XX@XX#
Ket :
Jarak Tanam : 100 x 25 cm
Jumlah Populasi Tanaman : 24 Tanaman
Jumlah Sampel Tanaman : 5 Tanaman
Jumlah Tanaman Korban : 2 Tanaman