Anda di halaman 1dari 4

Medikamentosa Ulkus Peptikum

Antasid

Nama obat

Dosis

Toksisitas

Keterangan
1

Natrium Bikarbonat

1-4 mg/hari

Sindrom susu alkali

Alumunium
Hidroksida

0,6 g

Konsipasi, mual,
muntah

Alumunium fosfat
Kalsium karbonat

15-45 mL
0,5-0,6 g

Magnesium hidroksida

5-30 mL

Magnesium trisilikat

1-4 g/hari

konstipasi
Fenomena acid
rebound2
Diare, kelainan
neuromuskular
Diare
Siliceous nephroliths

Tidak mempengaruhi
absorpsi makanan
Kerja menabsorpsi
pepsin dan
menginaktifasinya
Menurunkan absorpsi
vitamin dan tetrasiklin
Masa kerja panjang
Kontra indikasi pada
penderita gagal ginjal
Diekskresikan melalui
urin

Tabel 5.1 Yang termasuk obat antasid (Estuningtyas, 2009)


Sindrom susu alkali sindroma ini hanya timbu pada pasien yang mengguanakan antasid
sistemik (natrium bikarbonat) dan minum susu dalam jumlah besar untuk jangka waktu lama
Gejalanya : sakit kepala, lemah, mual dan muntah
2. Fenomena acid rebound merupakan kerja langsung kalsium di antrum yang mensekresi
gastrin yang merangsang sel parietal yang mengeluarkan HCl (H+) akibatnya HCl sekresinya
meningkat pada malam hari yang akan mengurangi efek netralisasi obat ini
1.

Obat penghambat sekresi asam lambung


Penghambat Pompa Proton (PPI)
Farmakodinamik obat ini membutuhkan suasana asam untuk aktivasinya, setelah d absoprsi
masuk ke sirkulasi, obat ini akna berdifusi ke sel pareietal lambung, terkumpul di kanalikuli
sekretoar dan mengalami aktivasi di situ menjadi bentuk sulfonamid tetrasiklik berikatan
dengan gugus sulfihidril enzim H+, K+, ATPase(enzim pompa proton) dan berada di
membran apikal sel parietal menyebabkan terjadinya penghambatan enzim tersebut
Farmakokinetik diberikan dalam sediaan salut enterik (saat melewati gaster tidak berubah dan
larut dalam usus)
Efek samping mual, nyeri perut, kosntipasi, flatulensi (perut kembung)
Interaksi Obat mengurangi keberadaan ketokonazol darah (omeprazol), mempengaruhi
eliminasi warfarin, (omeprazol, ezomeprazol, rabeprazol), diazepam (ezoprazol dan
omeprazol)

Nama obat

Dosis lazim untuk


ulkus pepticum

Omeprazol

0,5-1,5 jam

20-40 mg 1x1

Esomeprazol
Lansoprazol
Pantoprazol
Rabeprazol

1,2-1,5 jam
1,5 jam
1,0-1,9 jam
1,0-2,0 jam

20-40 mg 1x1
30 mg 1x1
40 mg 1x1
20 mg 1x1

Tabel 5.2 Yang termasuk obat jenis PPI (Estuningtyas, 2009)


Prostaglandin (Misoprostol)
Obat ini berefek menghambat sekresi HCl, bersifat sitoproktektif (untuk mencegah
tukak saluran cerna yang di induksi obat AINS). Obat ini digunakan sebagai
profilaksis tukak lambung pada pasien berisiko tinggi (usia lanjut, pernah
menglamai tukak lambung dan pengguna obat AINS)
Efek samping mual, gangguan abdomen, pusing, sakit kepala
Kontra Indikasi dilarang penggunaanya pada wanita hamil, penelitian menyebutjan
timbulnya pendarahan pada 50% wanita hamil trimester I dan 7%
megalami keguguran
Dosis oral, 200 mg 4 kali/ hari , 30 menit sebelum makan
Obat yang meningkatkan PERTAHANAN mukosa lambung (Sukralfat)
Obat ini hampir tidak diabsorpsi ssecara sistemik
Efek samping efek samping yang tersering adalah kosntipasi
Kontra indikasi pada ibu hamil sebaiknya dihindari, penggunaan pada pasien gagal ginjal
harus hati-hati
Interaksi obat sukralfat dapat menggangu absorpsi tetrasiklin, warfarin, fenitoin, dan
digoksin anjuran pemberian interval 2 jam
Sukralfat juga menurunkan aktivitas nefropsasin dan siprofloksasin karena itu jangan
diberikan bersama dengan sukralfat
Dosis untuk tukak duodenum dan tukak peptik 1 g, 4 kali sehari dalam kondisi perut
kosong (1 jam sebelum makan) selama 4-8 minggu
Pemberian antasid sebagai mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan dengan interval 1 jam
setelah sukralfat.
Antagonis Histamin tipe 2 (AH2)
Histamin tipe 1 bekerja pada gangguan alergi pernafasan, sementara histamin tipe 2 bekerja
dalam perasngasangan sel parietal, hal ini menjawab pertanyaan mengapa digunakan
antihistamin tipe 2 bukan tipe 1 sebagai terapi ulkus pepetikum

Pembentukan ulkus
Peningkatan
HCl dan
pepsin3, sawar
mucosa lemah

Merangsang
sekresi
Histamin
(submukosa)

Sel parietal
mensekresi
HCl

Merangsang sel
parietal
3. Peningkatan HCl dan pepsin disebabkan berbagai penyebab seperti stress, alkohol,
kafein, infeksi (H.pylori) atau cidera berat
Nama
obat
Simetidi
n

Ranitidi
n

Famotid
in

farmakodina
mik
Hambat
reseptor
H2
secara selektif
dan reversiel.

Indikasi dan
dosis
-untuk tukak
deodenum
akut
800 mg 1x1
(selama
8
-Hambat
-Masuk
ke minggu)
sekresi asam SSP
dan
lambung
kadar dalam -Untuk
akibat
obat cairan spinal mencegah
muskarinik,
10-20%
kekambuhan
stimulasi
(dosis
vagus
atau -T 2 jam
setengahnya)
gastin
1x1
-memiliki efek
antiandrogener
gik
Sama dengan
Simetidin
hanya
ranitidin tidak
memiliki efek
antiandrogener
gik

Farmakokin
etik
-Absorpsinya
diperlambat
oleh
makanan4

-T 1,73jam6
Diekskresikan
melalui urin
(sebagian
besar)
dan
feses

Sama dengan -T 3-8 jam8


ranitidin7
-

-Untuk tukak
duodenum
akut 300 mg
1x1
(8
minggu)

Efek
samping
Nyeri
kepala,
malaise,
mialgia,
impoten

Interaksi
obat
-Antasid dan
metoklopra
mid
mengurangi
bioavailabili
tas

Kontra
indikasi
-Pada bumil
penggunaan
nya hanya
bila
diperlukan

-disfungsi
seksual dan -ketokenazol
ginekomast harus
ia5
diberikan 2
jam sebelum
pemberian
simetidin

-Dosis
dikurangi
pada
gangguan
fungsi ginjal

-Nyeri
kepala,
malaise,
mialgia

-Diazepam
mengurangi
absorpsi

-Pada pasien
gangguan
fungsi ginjal
harus
di
-Antasid dan monitoring
antikolinergi
k diberikan
dengan
selang
waktu 1 jam
-Untuk tukak Ringan dan -Tidak
Sama
duodenum
jarang
mengganggu dengan

Bioavailabilit
as 40-50%

Nizatidi
n

akut
40mg terjadi
1x1
akan (sakit
tiduroral
kepala,
konstipasi
dan diare)
IV20mg/12j
am

oksidasi
ranitidin
diazepam,
teofilin,
warafin atau
fenitoin

Ketokenazol
kurang
efektif jika
diberikan
bersama
Sama dengan -Tidak
-Tukak
Jarang
-Reumatik
ranitidin
dipengaruhi
duodenum
Penggunaan -Gangguan
makanan
300mg
1x1 Peningkata nya bersama fungsi ginjal
(8minggu)
kan kadar antasid tidak
-T 1 jam
asam urat menurunkan
-Lama kerja
(tidak
absorpsi
10 jam
menimbulk nizatidin yg
an gejala)
bermakna
-Disekresi
melalui ginjal
Ketokenazol
kurang
efektif jika
diberikan
bersama

Tabel 5.3 Jenis obat antihistamin tipe 2 (Dewatoro, 2009)


4.
5.
6.
7.

Diberikan bersama makanan atau segera setelah makan untuk tetap memperpanjang efek
Karena simetidin memiliki efek antiandrogenergik yang mempengaruhi fungsi seksual
Memanjang pada orang tua, pasien gagal ginjal dan gangguan hati
Hanya famotidin jauh lebih poten, dengan efek samping yang ringan dan jarang sekali
terjadi
8. Memanjang pada pasien gagal ginjal
Gunawan ,SG.(2007).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi
dan Terapeutik FKUI

Anda mungkin juga menyukai