Anda di halaman 1dari 1

Kementerian Kehutanan telah berjanji untuk memperbaiki kondisi di Tropical Rainforest Heritage of Sumatera

(TRHS) untuk menyimpan statusnya sebagai warisan dunia dengan melakukan master plan lima tahun.
Hutan hujan saat ini beresiko dikeluarkan oleh UNESCO karena pembalakan liar merajalela dan pembangunan
infrastruktur.
"Pemerintah optimis bahwa dalam lima tahun ke depan, semuanya bisa menjadi lebih baik, sehingga TRHS
tidak lagi berstatus warisan dunia-in-bahaya," kata Hartono The Jakarta Post.
Dia berbicara di sela-sela Workshop Inception pada Membangun Ketahanan Tropical Rainforest Heritage of
Sumatera Mitigasi Perubahan Iklim dan Konservasi Keanekaragaman Hayati di Medan, Sumatera Utara, Rabu.
The TRHS adalah salah satu situs warisan dunia UNESCO dan meliputi tiga taman nasional di Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Bukit Barisan Selatan
National Park (TNBBS).
The TRHS telah bernama warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2004 Tujuh tahun kemudian, UNESCO
bernama TRHS warisan dunia dalam bahaya.
Hartono mengatakan perubahan status ini karena berbagai kegiatan yang dilakukan di luar sana saat ini dan di
masa lalu, seperti pembalakan liar, pembangunan proyek 30 sampai 80 kilometer jalan di hutan oleh beberapa
kabupaten dan rencana untuk membangun 1,000- km jalan.
Dia mengatakan sejak penamaan TRHS warisan dunia, UNESCO telah memberikan dana bantuan untuk
konservasi. Namun, ia mengklaim dana itu tidak sebanyak itu disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan.
Ia mencontohkan pemberian US $ 60.000 dana untuk pemulihan 100 hektar di daerah TRHS.
"Kami tidak khawatir kehilangan dana, tapi martabat negara. Apa yang akan dunia mengatakan jika kita tidak
mampu mengelola warisan dunia ini? "Ujar Hartono.
Ia mengatakan UNESCO telah mengusulkan tujuh solusi: meminimalkan deforestasi, mempertahankan spesies
utama, menghentikan pembangunan jalan di daerah, menghentikan penambangan, menetapkan batas-batas dan
meningkatkan penegakan hukum dan pengelolaan lanskap.
Dia mengatakan pemerintah telah mencoba untuk menerapkan beberapa saran ini dan akan meninjau rencana
pembangunan jalan baru di daerah dan melestarikan spesies satwa liar.
Budaya koordinasi, pariwisata, pemuda dan wakil urusan olahraga di Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat, Haswan Yunas, mengatakan upaya untuk melestarikan TRHS sering menerima resistensi dari kelompok
orang.
"Deforestasi masih berlangsung di Taman Nasional Gunung Leuser. Para pelaku sebagian besar adalah
kelompok masyarakat, khususnya mantan tsunami dan pengungsi konflik Aceh, "kata Haswan, menambahkan
petugas keamanan telah berulang kali menahan pembalakan liar di TNGL.
Wakil direktur UNESCO Jakarta dan spesialis program senior untuk unit ilmu ekologi dan bumi Shahbaz Khan
menyampaikan apresiasi atas upaya pemerintah Indonesia untuk dihapus dari status warisan dunia-in-bahaya.
Shahbaz mengatakan TRHS harus dilestarikan karena kehadirannya tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia,
tetapi juga dunia.
"Jika kita mampu melestarikan keanekaragaman hayati dan hutan, akan sangat berguna untuk generasi
mendatang," kata Shahbaz

Anda mungkin juga menyukai