Identifikasi Antibiotika Aminoglikosida Dengan Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi
Isnaeni
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
The iderrtification of aminoglycoside antibiotics by High Performarzce Thin Layer Chromatograpltic (HPTLC) method has been investigated. The report deals with the chromatographic behaviour of 17 aminoglycoside antibiotics in one eluent system such as potassium dihidrogenphosphate solurion at several concentrations. They comprise the natural and semisynthetic aminoglycoside antibiotics, which commonly use as therapeutic agents in a single or combination drug preparation. The results showed that the eluent system at all concentrations perrnits identification all of the samples. Seven of seventeen aminogly-cosides can be separated, but the separation of others is not obtained in this system.
Key Words :Antibiotika arninoglikosida - Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi.
PENDAHULUAN Antibiotika aminoglikosida adalah antibiotika golongan karbohidrat yang pada umurnnya terdiri dari bagian aminosikloheksanol dan terikat secara glikosidik dengan gula amino lain (Crueger, 1984). Ditinjau dari struktur molekulnya, aminoglikosida dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu aminoglikosida berinti streptidin (streptomisin, daii lain-lain) dan 2dihidrostreptomisin deoksistreptamin (kanamisin, neomisin, gentamisin dan lain-lain) (Tattanahalli, 1982). Secara klinis aminoglikosida sering digunakan untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh kurnan Gram positif dan Gram negatif termasuk Mycobacterium tuberculosis, baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun kombinasi dengan antibiotika lain (Betina, 1983, Haffejee, 1984). Beberapa turunan aminoglikosida disebutkan memiliki khasiat sebagai anti jamur dan anti tumor. Identifikasi aminoglikosida dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) telah banyak dilaporkan sebelum 1970 (Mechr, 1967; Adorjan, 1975). Pemisahan aminoglikosida dengan Kromatografi Kolom Penukar Ion telah dilaporkan oleh Perlman (1978) dan diterapkan oleh Okami (1979) untuk isolasi dan pemurnian arninoglikosida baru istamisin. Metode ini terutama bermanfaat untuk isolasi aminoglikosida dari bahan alam. Selanjutnya berkembang metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) untuk identifikasi dan pemisahan komponen serta turunan kanamisin (Tsuji, 1975; Mays, 1986). Kebanyakan sistem eluen yang pernah dicoba hanya dapat digunakan untuk pemisahan atau identifikasi beberapa golongan antibiotika aminoglikosida. Penggunaan pasangan ion untuk meningkatkan resolusi pada KCKT ternyata tidak dapat diterapkan untuk semua golongan antibiotika aminoglikosida. Sebagai contoh sistem eluen bufer fosfat dengan pasangan ion heksana asam sulfonat, hanya sesuai untuk identifikasi dan rnampu memisahkan delapan senyawa aminoglikosida turunan streptomisin (Whall, 1981; Isaacson, 1986). Sistem metanol-air dengan pasangan ion kamfer asam sulfonat hanya efisien untuk pemisahan golongan 2-deoksistreptamin (Kirschbaum, 1986). Penambahan pasangan ion asam ptoluensulfonat ke dalam sistem eluen butanol jenuh air
untuk identifikasi turunan streptomisin dengan
Kromatografi Kertas menghasilkan noda yang berekor dan tidak kompak (Betina, 1975). Sistem ini juga tidak dapat diterapkan untuk golongan kanamisin. Claes, 1982 telah melaporkan hasil identifikasi 21 rnacam antibiotika aminoglikosida dengan KLT menggunakan tiga macam eluen, yang semula diusulkan oleh Dubost (1973). Dari ketiga sistem tersebut larutan KH2P04 10 % dan 15 % menghasilkan pemisahan relatif lebih baik dibandingkan dua sistem yang lain, karena dapat digunakan untuk identifikasi antibiotika aminoglikosida baik golongan streptidin maupun 2deoksi-streptamin. Penelitian ini bertujuan untuk optimasi kualitatif kromatogram KLT menggunakan KLTKT dengan variasi konsentrasi larutan KH2P04 sebagai eluen, karena dengan kondisi percobaan Claes beberapa antibiotika aminoglikosida menghasilkan noda yang berekor dengan resolusi rendah. Jumlah sampel yang diperlukan juga relatif tinggi (lebih dari 0.5 pg12pL). Hasil penelitian diharapkan dapat melengkapi informasi tentang cara identifikasi dan pemisahan antibiotika aminoglikosida yang lebih selektif dan efisien.
BAHAN DAN METODE
Bahan. Streptomisin (Sigma), kanamisin (Sigma), bekanamisin, dibekasin, tobramisin, amikasin, arbekasin, gentamisin, isepamisin, sisomisin, mikronomisin, netilmisin, ribostamisin, neomisin, paromomisin, astromisin dan istamisin diperoleh dari Laboratory of Bioactive Molecules, National Institute of Health of Japan Tokyo. Larutan KH2P04 (Merck, pro analisa) digunakan sebagai eluen dengan konsentrasi 5 % (A), 7.5 % (B), 8.5 % (C) dan 10 % (D) b/v dalam air suling. Ninhidrin (BDH, Laboratory reagent), digunakan sebagai penampak noda untuk antibiotika aminoglikosida golongan 2-deoksistreptamin pada konsentrasi 0.3 % dalam piridin (Merck, pro analisa). Natrium nitroprusida (Merck, pro analisa) + H202 (Merck, pro analisa) + NaOH (Merck, pro analisa) + metanol (Merck, pro analisa), digunakan sebagai penampak noda untuk aminoglikosida golongan streptidin. Pelat gelas KLTKT silikagel G (Merck, Art.5631) berukuran 10 x 10 cm.