Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita berputar atau bergerak atau


seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlansung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali. Benign paroxymal positional vertigo merupakan penyakit
yang sering ditemui, dimana vertigo terjadi secara mendadak dan berlansung kurang
dari 1 menit. Perubahan posisi kepala ( biasanya terjadi ketika penderita berbaring,
bangun, berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu
terjadinya episode vertigo ini. Penyakit ini tampaknya disebabkan oleh adanya endapan
kalsium di dalam salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam,
vertigo jenis ini mengerikan, tetapi tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan
sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan, dimana tidak disertai hilangnya
pendengaran maupun telinga mendenging.
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran
vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan
informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal
terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu
telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Vertigo sentral merupakan vertigo yang disebabkan oleh penyakit yang berasal
dari sistem saraf pusat. Dalam praktek klinis, sering juga terjadi lesi saraf kranial nervus
VIII. Seseorang yang mengalami vertigo akan mengalami halusinasi lingkungan sekitar
mereka seakan-akan bergerak. Vertigo sentral dapat disebabkan oleh gangguan
hemoragik atau iskemik pada otak kecil, nukleus vestibular, dan koneksi yang terjadi
dalam batang otak. Penyebab lainnya termasuk tumor pada SSP, infeksi trauma, dan
multipel sclerosis. Kejang dapat hadir dengan vertigo seta gejala motorik atau
kebingungan. Sekitar 5% dari kasus vertigo sentral disebabkan oleh kejang. Migrain
juga menyebabkan hampir 15 % dari kasus sentral vertigo. Multipel sklerosis
merupakan penyebab yang tidak biasa dari vertigo. Sekitar 2 % dari vertigo sentral
disebabkan oleh Multipel sklerosis. Vertigo yang disebabkan karena neuroma akustik
1

juga termasuk dalam kategori yang lebih luas dari vertigo sentral. Neuroma akustik
berkembang dalam saraf kranial VIII, biasanya dalam bagian kanalis auditorius interna,
namun sering meluas ke fossa posterior dengan efek sekunder pada saraf kranial lain
serta batang otak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Vertigo Sentral


Kata vertigo berasal dari Bahasa Latin yaitu vertere yang artinya memutar.
Nama ini diberikan kepada orang yang biasanya merasa dunia di sekitarnya berputar
sehingga hilang keseimbangan.1
Vertigo sentral adalah vertigo yang disebabkan oleh penyakit yang berasal dari
sistem saraf pusat (SSP), baik baik di pusat integrasi (serebelum dan batang otak)
ataupun di area persepsi (korteks). Dalam praktek klinis, sering juga terjadi lesi saraf
kranial VIII. Seseorang yang mengalami vertigo akan mengalami halusinasi lingkungan
sekitar mereka seakan-akan bergerak.1,3
Vertigo sentral dapat disebabkan oleh gangguan hemoragik atau iskemk pada
otak kecil, nukleus vestibular, dan koneksi yang terjadi di dalam baang otak. Penyebab
lainnya termasuk tumor pada SSP, infeksi trauma, dan sklerosis multiple.3
Vertigo yang disebabkan karena neuroma akustik juga termasuk dalam kategori
vertigo sentral. Neuroma akustik berkembang dalam saraf kranial VIII, biasanya dalam
bagian kanalis auditorius interna, namun sering meluas ke fossa posterior dengan efek
sekunder pada saraf kranial lain serta batang otak. Vertigo akibat gangguan di korteks
sangat jarang terjadi, biasanya menimbulkan gejala kejang parsial kompleks.3

2.2 Epidemiologi
2.2.1 Frekuensi3
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya.
Sekitar 85% stroke merupakan stroke iskemik dan 1,5% diantaranya terjadi di
serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan dengan stroke pendarahan
serebelum adalah 3-5:1. Sebanyak 10% dari pasien infark serebelum, hanya memiliki
gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insiden sklerosis multiple berkisar diantara 1080/ 100.000 pertahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didignosis setiap tahun di
Amerika.
2.2.2 Jenis Kelamin3
Insiden penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria dibandingkan
wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum, rasio antara penderita pria dan
3

wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua kali lebih banyak pada wanita dibandingkan
pria.
2.2.3 Usia3
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya faktor
risiko yang berkaitan, diantaranya hipertensi, diabetes melitus, atherosklerosis, dan
stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65 tahun, dengan setengah dari
kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun. Dalam satu seri, pasien dengan
hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.
2.2.4 Morbiditas/Mortalitas3
Cedera vascular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan kerusakan
yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada vertigo perifer akut
tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral.
Dalam suatu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar 7% dan
17% dengan distribusi arteri superior serebelar dan arteri posterior inferior serebelar.
Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior serebelar sering terkait dengan efek
massa dan penekanan batang otak dan ventrikel ke empat, oleh karena itu membutuhkan
manajemen bedah saraf yang agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya
datang dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya penurunan
kesadaran yang signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu GCS nya lebih dari
8, adalah 20%.
Neuroma akustik memiliki tingkat kematian yang rendah jika dapat didiagnosis
dengan cepat. Tumor dapat diangkat tanpa mengganggu N VII, namun gangguan
pendengaran unilateral dapat terjadi.

2.3 Etiologi
Adapun beberapa penyebab vertigo sentral adalah:3
1. Pendarahan dan infark serebelum
2. Sindrom Wallenberg
3. Insuffisiensi vertebrobasilar
4. Diseksi arteri vertebral

5. Sklerosis multiple
6. Neoplasma (termasuk neuroma akustik)
7. Infeksi sistem saraf pusat
8. Trauma

2.4 Patogenesis
Sensasi keseimbangan merupakan hasil dari informasi yang tepat yang dideteksi
atau diterima oleh reseptor sistem visual, sistem vestibular, dan system propioseptif,
yang kemudian diintegrasikan di serebelum dan batang otak, lalu dipersepsikan oleh
korteks,. Cara berjalan, postur, dan fokus mata selama kepala bergerak, semua
bergantung pada sensasi keseimbangan yang utuh. Gangguan informasi sensori, pusat
integrasi, dan persepsi berakibat pada gangguan keseimbangan.
Vertigo sentral merupakan sensasi gangguan keseimbangan akibat gangguan di
pusat integrasi (serebelum dan batang otak) atau persepsi (korteks). Patogenesis
beberapa penyakit penyebab vertigo sentral adalah sebagai berikut:
1. Vaskular
a. Oklusi Arteri dan Infark Iskemik

Oklusi arteri dan infark iskemik dapat terjadi akibat dari kardioembolisme,
emboli plak dari arteri vertebralis, atau thrombosis arteri local. Salah satu atau kedua
arteri vertebralis, arteri basilar, atau salah satu cabang yang lebih kecil dapat
tersumbat. Bahkan oklusi komplit pada arteri besar tidak dapat menyebabkan
kematian karena terjadinya aliran anastomosis sementara melalui lingkaran Willis
dan arteri komunikan posterior. Iskemia vertebrobasilar sementara dapat terjadi
karena sindrom migrain atau TIA. Perdarahan serebelar spontan adalah penyebab
signifikan yang mengancam jiwa pada vertigo yang berhubungan dengan penyakit
pembuluh darah hipertensi dan antikoagulasi.1,3
b. Insufisiensi Vertebrobasiler
Insufisiensi vertebrobasiler sering terjadi karena arterosklerosis arteri subklavia,
vertebralis dan basilaris. Iskemia sistem vertebrobasiler temporer mungkin terjadi
pada penyakit migraine, dan Transient Ischemic Attack. TIA pada sistem
vertebrobasiler sering menyebabkan vertigo terutama pada orang tua. Vertigo ini
muncul secara tiba-tiba, dan berlangsung beberapa menit disertai mual muntah. 48%

pasien dengan TIA vertebrobasiler selalu vertigonya disertai symptom iskemik


daerah yang didarahi oleh arteri-arteri pada sirkulasi posterior.
c. Infark Medula Lateral
Infark medulla lateral menyebabkan sindrom Walenberg dimana infark tampak
pada pinggir dorsolateral medula atau lateral dari ovile. Biasanya didapatkan
obstruksi pada arteri vertebralis ipsilateral dan jarang yang mengenai arteri
posteroinfero serebralis. Gejalanya berupa vertigo, mual, muntah, kehilangan
keseimbangan yang berat, kesemutan muka ipsi lateral, diplopia, disfagia, disfonia.
c. Infark Serebelum
Infark serebelum yang akut menyebabkan vertigo, muntah, dan ataksia. Harus
dibedakan antara gejala utama serebelum dan ataksia trunkus dan nistagmus. Pasien
dengan gangguan vestibuler perifer bisa pula menimbulkan ataksia dan nistagmus,
d. Perdarahan Pons
Insiden perdarahan pons diperkirakan 5-12%, biasanya berakibat fatal. Bila
sembuh banyak menyebebkan kecacatan. Gejala pokok yang tampak pertama kali
timbul adalah kesadaran menurun, nyeri kepala dan vertigo. Hal ini berhubungan
dengan destruksi jaras keseimbangan dan ARAS.

2. Tumor
a. Tumor Serebelum
Pada tumor serebellum, gangguan keseimbangan relatif lebih banyak dijumpai
disbanding tumor otaknya sendiri. Hampir secara keseluruhan, tumor serebellum
pada anak-anak bersifat primer sedang pada umur dewasa biasanya karena
metastasis. Jenis hemangioblastoma, tumor metastasis maupun pinealoma yang
menimbulkan hidrosefalus berakibat nyeri kepala. Gejala yang muncul pada fase
awal lainnya adalah ataksia, muntah serta diplopia. Papil edem bisa terjadi 7-10 hari.
Pada kasus dewasa, gejala awal tumor serebelum biasanya adalah ataksia, gangguan
keseimbangan, vertigo posisional serta nyeri kepala. Beberapa minggu kemudian
timbul nistagmus posisional, vomitus serta kadang-kadang diikuti papil edema.

3. Infeksi
a. Meningitis
Infeksi telinga dan os temporalis dapat menyebabkan vertigo. Infeksi telinga
dapat menimbulkan komplikasi intrakranial, misalnya otitis pada anak-anak, serta
6

otomastoiditis dan kholesteatoma yang tidak diobati. Komplikasi intrakranialnya


dapat berupa meningitis, abses intra dan ekstra dural, abses otak, tromboflebitis sinus
lateralis dan hidrosefalus otitik.
Gejala vertigo dapat disebabkan labirinitis. Pada meningitis bakterialis bisa
terjadi labirinitis bila bakteri memasuki ruang perilimfatik dari liquor cerebro
spinalis melalui akuaduktus kokhlearis atau kanalis audiotorus interna. Labirinitis
bakterialis dapat menyebabkan nekrosis membranous labyrinth dan hilangnya fungsi
vestibuler dan audiotorik yang permanen.

4. Trauma
a. Trauma Kepala
Pusing dan vertigo merupakan bagian integral dari sindrom post trauma,
disebabkan perubahan otak mikroskopis yang difus yang menyertai komosio ringan.
Gejala klinis komosio serebri terdiri dari pusing, sakit kepala, emosi labil, insomnia
dan hilangnya atensi dan kemampuan memproses informasi, yang dapat menetap
beberapa minggu atau bulan tanpa kelainan neurologis yang jelas. Percobaan pada
binatang menunjukkan bahwa trauma kepala ringan saja dapat menyebabkan
perdarahan oleh petechie karena kekuatan destrosi, terutama di dalam batang otak
dan nukleus vestibuler. Mekanisme paling sering kerusakan otak akibat trauma
kepala tumpul adalah gerakan dan deformasi otak pada waktu gerakan kepala yang
cepat tiba-tiba dihentikan. Bagian viskoelastik otak menyebabkan ia tetap bergerak,
dengan rotasi di sekitar sumbu batang otak sehingga menyebabkan kerusakan saraf
kranial, termasuk N.VII.

5. Sklerosis Multiple
Sklerosis multiple merupakan penyakit demyelinisasi pada sistem saraf pusat.
Perjalanan penyakitnya fluktuatif dengan berbagai gejala dan tanda.

6. Neuroma Akustik
Neuroma akustik adalah tumor sel Schwann yang berasal dari divisi vestibular
saraf cranial VIII (Vestibulokoklear) di kanal auditori interna proksimal. Neuroma
akustik biasanya berkembang di satu sisi (unilateral). Neuroma akustik bilateral
biasanya terjadi pada orang dewasa muda dan berkaitan dengan neurofibromatosis

tipe 2. Jika tidak diberi pengobatan, neuroma akustik dapat berkembang ke sudut
serebelopontin dan menekan saraf cranial VII (Fasialis) dan saraf cranial lainnya.

2.5 Gejala Klinis


Riwayat pasien sangat penting dalam mengevaluasi pasien yang mengeluhkan
pusing. Pasien diminta untuk menggambarkan gejala yang mereka alami dengan
menggunakan kata-kata selain pusing. Dasar pemikiran untuk menggunakan kata-kata
lain selain pusing adalah karena pasien dapat menggunakan kata pusing tidak spesifik
untuk menggambarkan vertigo, kegoyangan, kelemahan umum, sinkop, presinkop atau
jatuh. Perbedaan penting yang membedakan vertigo dari non vertigo. Vertigo
merupakan gerakan rotasi yang sebenarnya terjadi pada diri sendiri atau lingkungan
sekitarnya.

Non

vertigo

mencakup

pusing

kegoyangan,

intoleransi

gerak,

ketidakseimbangan, mengambang atau sensasi miring.5


Episode pusing yang tiba-tiba sering disebabkan karena penyakit telinga bagian
dalam, terutama jika terjadi juga gangguan pendengaran, tekanan telinga, atau tinnitus.
Gejala bertahap dan tidak jelas paling umum terjadi pada gangguan SSP, jantung dan
penyakit sistemik. Perjalanan waktu dari vertigo juga penting. Vertigo episodik yang
berlagsung selama beberapa detik dan berhubungan dengan perubahan posisi kepala
atau badan mungkin disebabkan oleh Benign Paroxysimal Positional Vertigo (BPPV).
Vertigo yang berlangsung selama beberapa jam atau hari mungkin disebabkan oleh
penyakit Meniere atau neuritis vestibular. Vertigo dengan onset mendadak yang
berlangsung selama beberapa menit dapat disebabkan oleh otak atau penyakit pembuluh
darah, terutama jika terdapat juga faktor resiko serebrovaskular.5
Vertigo sentral akibat terjadinya iskemia batang otak atau serebelum sering
dikaitkan dengan karakterisktik pada batang otak lainnya, termasuk diplopia, gejala
autonom, mual disartria, disfagia atau kelemahan fokal. Pasien yang mengalami
penyakit serebelum sering tidak dapat berjalan selama episode akut vertigo.5
Gejala pada pasien dengan vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, yang
biasanya akan timbul gejala seperti penglihatan ganda, sukar menelan, kelumpuhan otot
wajah, sakit kepala yang parah, kesadarah terganggu, tidak mampu berkata-kata,
hilangnya koordinasi, mula dan muntah serta timbul rasa lemah. Penyebab dan keluhan
vertigo biasanya terjadi secara mendadak diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti
banyak berkeringat, mual dan muntah.5

2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Pertama-tama tanyakan bentuk vertigo yang diderita seperti perasaan melayang,
goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga
keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo yaitu seperti adanya perubahan posisi
kepala dan tubuh, keletihan ataupun ketegangan. Profil waktu yang meliputi timbulnya
mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal,kronik, progresif atau
membaik. Tanyakan tentang riwayat adanya gangguan pendengaran yang biasanya
ditemukan pada lesi alat vestibuler atau N. vestibularis. Riwayat penggunaan obat
seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria yang diketahui mempunyai sifat
ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik.5

2.6.2 Pemeriksaan Fisik


Ditujukan untuk meneliti faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau
neurologic-vestibuler atau serebelum dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan
keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis
terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab seperti akibat kelainan di
sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat yaitu korteks serebri,
serebelum, batang otak atau berkaitan dengan sistem vestibuler/otologik selain itu harus
dipertimbangkan juga faktor psikologik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.5

2.6.3 Pemeriksaan Fisik Neurologis


1. Uji Romberg3,4
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya.pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan pendrita akan bergoyang menjauhi garis
tengah kemudian kembali lagi, pada saat mata terbuka badan akan kembli tegak.
Sedangkan pada kelainan serebelum badan penderita akan bergoyang pada saat mata
terbuka ataupun tertutup.

Gambar 1. Uji Romberg3,4


2. Tandem Gait3,4
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakan pada ujung kaki
kanan/kiri

ganti

berganti.

Pada

kelaianan

vestibuler

perjalannya

akan

menyimpangdan pada kelainan serebelum penderita akan cenderung jatuh.


3. Uji Unterberger3,4
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler
posisi penderita akan menyimpan berputar kea rah lesi dengan gerakan seperti orang
mlmpar cakram. Kepala dan badan berputar kea rah lesi, kedua lengan bergerakke
arah lesidengan lengan pada sisi lesi akan turun dan yang lainya akan naik. Keadaan
ini disertai dengan nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

10

Gambar 2. Uji Unter Berger3,4


4. Past-pointing test3,4
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, pendeita disuruh
mengangkat lengannya ke atas , kmudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuk dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.

Gambar 3. Past-pointing test3,4

11

5. Uji Babinsky-Weil3,4
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belkangselama setengah menit. Jika ada gangguan vestibular unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah bentuk bintang.

Gambar 4. Uji Babinsky-Weil3

2.6.4 Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis1


Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike1,4

12

Gambar 5. Uji Hallpike1,4


13

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke


belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis
horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat
dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori1,4
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian
dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik
dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak
permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis yaituabnormalitas
yang ditemukan disalah satu telinga baik setelah dirangsang dengan air hangat
maupun air dingin. Atau terdapat directional preponderance yaitu jika
ditemukan abnormalitas pada arah nistagmus yang sama pada masing-masing
telinga.1

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan vertigo sentral ditunjukan kepada penyakit penyebab vertigo
sentral. Gejala dari penyakit dasar yang mendasari vertigo sentral sangat bevariasi
tergantung letak lesi yang mengalami gangguan.6 Oleh karena itu, pada setiap penderita
vertigo harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan terarah untuk
menentukan bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya terjadinya vertigo sentral.7,8
Penatalaksanaan vertigo sentral sangat tergantung kepada keadaan klinis pasien
yang disebabkan oleh penyakit mendasarinya. Pasien bisa datang dalam keadaan sadar
penuh sampai pasien dengan penurunan kesadaran. Begitu pula pasien dapat datang
dengan keluhan lain seperti gangguan elektrolit, dehidrasi, kejang ataupun gangguan
kompleks lainnya. Jadi penatalaksanaan vertigo sentral dapat dilakuakan melalui:7
14

Penatalaksaan awal:7
Penatalaksanaan tanda tanda vital
Keseimbagan cairan, elektrolit dan gizi
o Pemasangan infus untuk merehidrasi pasien
o Kalori 25 kkal/kgBB/hari
Pemberian obat simtomatik (analgesia, antinausea, antiemesis)
Penatalaksanaan stroke iskemik:7
Terapi thrombolysis diberikan melalui, kateter
Sebelum pemberian terapi trombolitik, perhatikan terutama resiko terjadinya
perdarahan intraserebral seperti:
o Operasi mayor dalam 10 hari terahir
o Hipertensi berat
o Adanya perdarahan akut atau edema pada CT- Scan
Keputusan

untuk

memberikan

terapi

thrombolitik

dibuat

setelah

konsultasineurologis langsung dan dengan persetujuan pasien, setelah


pasien diberi penjelasan lengkap dan jelas.
Penatalaksanaan stroke perdarahan:7
Penelitian menyatakan bahwa pemberian recombinant activatedfactor
VII jika diberikan dalam 4 jam setelah onset gejala dikatakan memberikan
perbaikan yang nyata.
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan kesadaran dan perburukan kesadaran:7,8
Pasien yang lethargi dan dengan gangguan kesadaran dilakukan pengawasan
ketat terhadap tanda-tanda vital mencakup penggunaan monitor baik
elektrokardiogram, pulse oxymetry.
Pasien dengan gangguan kesadaran dan perburukan gejala membutuhkan
intervensi yang cepat untuk meminimalisasi edema dan kompresi
batangotak.
Hal yang dapat dilakukan diantaranya:
o Intubasu endotrakeal untuk menjaga jalan nafas, mengontrol
pernafasan dan untuk terapi hiperentilasi.
o Memberikan obat-obat dieresis seperti manitol dan furosemide
o Memberikan kortikosterois seperti dexamethasone

15

Konsultasi neurologis pasien dengan vertigo setral kepada ahli ilmu lain
seperti bedah saraf diperlukan. pasien dengan space occupaying lesion,
hidrosepalus dikonsultasikan kepada ahli bedah saraf, diantara pendarahan,
kompresi batang otak, edema, karena bedah dekompresi seperti suboccipital
kraniektomi dan vertrikulostomi dapat menyelamatkan jiwa.
Penatalaksanaan umum medikasi vertigo:
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangatterganggu

dengan

keluhan

vertigo

tersebut,

seringkali

menggunakan

pengobatansimptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi


dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan obat yang dapat
diberikan antara lain:7
a. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistaminyang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin: meksilin,siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo
juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat
anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada
penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi
ditelinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping
betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.7,8
Betahistin Mesylate (Merislon) dengan dosis 6 mg (1 tablet)12 mg, 3 kali
sehari per oral. Betahistin di Hcl (Betaserc) Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali
sehari. Maksimum 6 tablet dibagidalam beberapa dosis.- Dimenhidrinat
(Dramamine) Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis
25 mg 50mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.7
Difhenhidramin Hcl (Benadryl)Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam,
diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini
dapat juga diberikan parenteral. Efek samping pada penggunaan obat ni adal
mengantuk.7

16

b. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsiumCinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung
banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai
khasiat lainseperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang
lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui. Cinnarizine
(Stugerone) mempunyai efek menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg,
3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi),
rasa lelah, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.8
c. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil)
dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan
oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo. Promethazine
(Phenergan) merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati
vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5
mg 25 mg (1draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atauintravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi
(mengantuk),sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding
obat Fenotiazine lainnya. Khlorpromazine (Largactil)Dapat diberikan pada
penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.Obat ini dapat diberikan
per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang
lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari.Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).7
d. Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.Efedrin. Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali
sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti
vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan
menjadi gelisah, gugup.7
e. Obat Penenang Minor
17

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan


yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut
kering dan penglihatan menjadi kabur. Dosis lorazepam dapat diberikan 0,5 mg
1 mg. Dosis Diazepam dapat diberikan 2 mg 5 mg.7,8
f. Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas system
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo. Skopolamin dapat pula
dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin danmempunyai khasiat sinergistik.
Dosis skopolamin ialah 0,3 mg 0,6 mg, 3 4 kali sehari.7

Tabel 1. Obat-obat yang digunakan pada terapi simptomatik vertigo (sedative


vestibuler)7

Penatalaksanaan non medikamentosa:


a. Terapi Fisik Brand-Darrof7

18

Penanganan vertigo juga dapat dicoba metode Brandt-Daroff sebagai


upaya desensitisasi reseptor semisirkularis.

Gambar 6. Metode Brandt-Daroff7

Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung; lalu
tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan
selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan
tubuh dengan cara yang sama ke sisi lain, tahan selama 30 detik, kemudian
duduk tegak kembali. Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut)
pada pagi dan petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi. Latihan lain yang
dapat dicoba ialah latihan visual-vestibular; berupa gerakan mata melirik ke atas,
bawah, kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin cepat;
kemudian diikuti dengan gerakan fleksiekstensi kepala berulang dengan mata
tertutup, yang makin lama makin cepat.

Terapi kausal tergantung pada

penyebab yang (mungkin) ditemukan.1,5


b. Terapi Fisik Susunan Saraf Pusat
Terapi

fisik susunan

saraf

mengkompensasi gangguan

pusat

mempunyai

kemampuan

untuk

keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai

beberapa penderita yang kemampuan beradaptasinya kurang atau tidak baik. Hal
ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau
didapatkan defisit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat
tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan

19

bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,membiasakan atau mengadaptasi


diri terhadap gangguan keseimbangan. 7,8
Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3.

Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan


o Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
o Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
o Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan matatertutup.
o Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup.
o Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang
satu menyentuhjari kaki lainnya dalam melangkah).
o Jalan menaiki dan menuruni lereng.
o Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
o Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan
juga memfiksasi pada objek yang diam.7,8

2.8

Prognosis
Prognosis pasien dengan vertigo sentral bergantung pada penyakit yang

mendasarinya.

Perkembangan

ilmu

pengetahuan

tentang

neurosurgical

telah

meningkatkan prognosis dari berbagai kasus berat. Pada kasus infark pada arteri
basilaris atau arteri vetebra mempunyai prognosis yang buruk. Pada suatu penilitian,
sekitar 45% dari kasus tersebut mengalami koma. Prognosis pasien dengan perdarahan
serebral spontan juga buruk.1
Pasien dengan vertigo sentral walaupun penyakit dasarnya sudah di atasi, pada
beberapa kasus gejala vertigo sentral masih menetap. Namun sebagian besar kasus
dikatakan vertigo menurun dan tanpa adanya gangguan vertigo sama sekali.7

20

BAB III
SIMPULAN

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolaholah disekitar

pendenderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan

adanya mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo sentral adalah vertigo yang
disebabkan oleh penyakit yang berasal dari system saraf pusat (SSP). Dalam praktek
klinis, sering juga terjadi lesi saraf cranial VIII. Seseorang yang mengalami vertigo akan
mengalami halusinasi lingkungan sekitar mereka seakan-akan bergerak.
Penyakit cerebellar akut juga dapat menyebabkan vertigo sentral. Kehilangan
keseimbangan dan kesulitan untuk menjaga keadaan tubuh, berdiri, dan berjalan
menunjukan adanya penyakit cerebelar. Vertigo sentral akibat terjadinya iskemia batang
otak atau serebelum sering dikaitkan dengan karakterisktik pada batang otak lainnya,
termasuk diplopia, gejala autonom, mual disartria, dsfagia atau kelemahan fokal. Pasien
yang mengalami penyakit cerebellum sering tidak dapat berjalan selama episode akut
vertigo. Mendiagnosis vertigo meliputi anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik
seperti melakukan pemeriksaan koordinasi yaitu Romberg tes, tes telunjuk hidung
maupun pemeriksaan otoneurologis.
Pengobatan vertigo sentral tidak jauh berbeda dengan pengobatan vertigo pada
umunya. Pengobatan ini meliputi pengobatan simtomatik berupa antinausea dan
antiemesis serta analgesia. Pengobatan medikamentosa berupa antihistamin, antagonis
kalsium, fenotiazine, obat simpatomimetik, obat penenang minor dan obat anti
kholinergik. Sedangkan untuk terapi non medikamentosa berupa terapi fisik BrandDarrof dan terapi fisik susunan saraf pusat. Prognosis pada vertigo sentral sangat
bervariasi tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Namun dilaporkan dengan
kemajuan teknologi kedokteran, kesembuhan penyakit mendasari vertigo sentral lebih
meningkat.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Joesoef AA. Neuro-Otologi Klinis. Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI. Airlangga


University Press; Jakarta. 2002.
2. Wreksoatmodjo, BR. Vertigo: Aspek Neurologi. Rumah Sakit Marzuki Mahdi,
Bogor, Indonesia. 2004.
3. Marril KA. Central Vertigo. Medscape Reference.Updated : Jun 27st, 2013.
Available : Apr 8th, 2014. http://emedicine.medscape.com/article/794789-overview
4. Sidharta P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat, Jakarta; 2009.
5. Dwivedee S. Central Vertigo. Department of Neurology, Max Healthcare, New
Delhi. 2001.
6. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migrainein Journal Nerology 2009:25:333-3383
7.

Mark,

A.

2008.Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment

and Diagnosis.British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 69.
8. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2011. Diagnosing and Treating: Benign aroxysmalPositional
Vertigoin Journal Gerontological of Nursing. December:200610.

22

Anda mungkin juga menyukai