Anda di halaman 1dari 27

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

PENGGEMUKAN SAPI POTONG

BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

DAFTAR ISI
1. Pendahuluan .......................................................................................... 2
a. Latar Belakang ................................ ................................ ........... 2
b. Tujuan ................................ ................................ ...................... 3
2. Kemitraan Terpadu ............................................................................... 4
a. Organisasi ................................ ................................ ................. 4
b. Pola Kerjasama ................................ ................................ .......... 6
c. Penyiapan Proyek................................ ................................ ........ 7
d. Mekanisme Proyek ................................ ................................ ...... 8
e. Perjanjian Kerjasama ................................ ................................ .. 9
3. Aspek Pemasaran.................................................................................11
a. Pemasaran Sapi Potong Penggemukan ................................ ......... 11
b. Informasi Pendukung................................ ................................ . 12
4. Aspek Produksi.....................................................................................15
a. Proses Penggemukan................................ ................................ . 15
b. Persyaratan Teknis................................ ................................ .... 15
c. Lingkungan ................................ ................................ .............. 17
5. Aspek Keuangan...................................................................................18
a. Investasi ................................ ................................ ................. 18
b. Modal Kerja untuk Biaya Operasional ................................ ........... 19
c. Pendapatan ................................ ................................ .............. 21
d. Analisa Kekayaan................................ ................................ ...... 22
e. Kelayakan Usaha ................................ ................................ ...... 22
f. Besar Kredit dan Jumlah Sapi Untuk Kelanjutan Usaha .................... 23
6. Kesimpulan ...........................................................................................25

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada
peningkatan
pendapatan
perkapita
penduduk
telah
menyebabkan
meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal
ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah sapi yang dipotong maupun
daging sapi yang dikonsumsi secara nasional beberapa tahun terakhir.
Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak
mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat
adanya kelebihan permintaan di bandingkan penyediaan.
Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah ditempuh upaya untuk
mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi dengan cara lain mengimpor baik
dalam bentuk sapi, sapi potong, daging sapi maupun semen untuk IB.
Diantara yang banyak diimpor tersebut adalah impor sapi potong.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di dalam
Negeri, baik yang berasal dari sapi potong impor maupun sapi potong lokal,
telah banyak berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan sapi
potong yang dilakukan oleh para feedlotters ataupun para peternak kecil di
Indonesia. Bagi peternak kecil, yang kebanyakan adalah petani di desa-desa,
usaha penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa di lakukan untuk
menambah pendapatan keluarga. Dengan penggemukan selama 2 sampai 6
bulan, akan dapat di peroleh hasil berupa nilai tambah berat badan sapi
potong dengan kualitas dagingnya yang lebih baik.
Kegiatan penggemukan sapi ini bisa di lakukan oleh sejumlah peternak kecil
secara bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan
kerjasama kemitraan secara terpadu dengan Pengusaha Peternakan Besar
(Feedlotters) yang memiliki kegiatan impor sapi bakalan atau pedangang
sapi lokal dan pemasaran sapi hasil penggemukan yang dilakukannya. Untuk
itu sebagai anggota KUD mereka bekerjasama dengan Perusahaan
Penternakan Besar menggunakan kredit perbankan untuk modal investasi
dan modal kerjanya dalam suatu Proyek Kemitraan Terpadu (PKT)
Penggemukan Sapi.
Dengan makin berkembangnya jumlah kegiatan penggemukan sapi yang
dilakukan oleh para peternak kecil dalam Proyek Kemitraan Terpadu ini,
maka makin banyak pula akhir-akhir ini permintaan kredit yang di ajukan
kepada perbankan untuk keperluan usaha penggemukan sapi. Kredit yang
dimintakan adalah KUK atau KKPA yang memiliki tingkat bunga relatif
murah. Salah satu model kelayakan PKT ialah PKT Penggemukan Sapi, untuk
dipergunakan sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
khususnya pihak perbankan di dalam mengadakan evaluasi terhadap adanya

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

permintaan kredit sejenis sehingga dapat menunjang pengembangan usaha


dalam subsektor peternakan.
b. Tujuan
Model kelayakan PKT Penggemukan Sapi yang khusus di buat untuk
pegembangan sub sektor peternakan ini di buat dengan tujuan untuk :
1. Dapat di pergunakan oleh Bank di dalam mempertimbang
pemberianKUK dalam rangka mendorong pengembangan usaha kecil
penggemukan sapi potong pada khususnya dan usaha kecil sejenis
pada umumnya dengan menggunakan PKT;
2. Dipergunakan sebagai pedoman bagi Pengusaha Kecil Peternakan di
dalam mendapatkan bantuan kredit perbankan yang mampu untuk
mengembangakan usahanya secara mantap dan berkelanjutan, seada
meningkatkan pendapatan.
3. Mendorong pengembangan usaha kecil peternakan penggemukan sapi
sehingga mampu meningkatkan produksi sapi potong dalam rangka
memenuhi kebutuhan daging di Indonesia, dan mampu meningkatkan
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat di
sekitarnya.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

2. Kemitraan Terpadu
a. Organisasi
Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu
yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan
bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan
dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan
kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling
menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam
meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.
Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri
Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai
kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai
pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi,
bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.
Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang
usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha
kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.
Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan
bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil
dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti
halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti
Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan
Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian
menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan
pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal
sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling
berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang
dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok
tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap
Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan
koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para
petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi
dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua
kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang
waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.
2. Koperasi
Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi
anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan
kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh
melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus
sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup
baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para
anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran
koperasi primer tidak merupakan keharusan
3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir
Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama
sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan
dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia
membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan
atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan
teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk
keperluan petani plasma/usaha kecil.
Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk
mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan
dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk
diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi
petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil
dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual
kepada Perusahaan Inti.
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang


memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing
petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini
bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada
petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi.
Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin
besar pula honor yang diterimanya.
4. Bank
Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak
Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir
sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal
kerja pembangunan atau perbaikan kebun.
Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek
budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak
bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana
pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat
menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk
pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai
dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya
pendapatan bersih petani yang paling besar.
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra,
dapat dibuat menurut dua pola yaitu :
a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan
perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan
Eksportir.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA
kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai
Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok
tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan
Mitra.
b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui
koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili
anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan.
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma,
dari :

sebaiknya dan dalam


keberhasilan, minimal
Kalau PKT ini akan
perintisannya dimulai

a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi


dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau
lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan
produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri
dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha.
Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan


untuk
bekerja
sama
dengan
perusahaan
perkebunan/
pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit
(KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;
b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang
bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu
memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses
pemasarannya;
c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha
perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh
kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai
dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak
yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa
dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan
pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan
yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang
diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;
d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para
anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan
di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang
berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk
peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari
perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah
yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam
kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan
persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai
badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling
agent);
e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak
instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan,
Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda);
f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini,
harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa
diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas
statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya
kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen
Kehutanan dan Perkebunan.
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip


bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota
kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak
dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi
dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau
plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke
rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana
produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak
akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah
sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau
koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman
plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU.
Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk
diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya
dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak


Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai
berikut :
1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra
(inti)
a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan
hasil;
b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana
produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta
pemeliharaan kebun/usaha;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca
panen untuk mencapai mutu yang tinggi;
d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan
e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit
bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam
rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma.
2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma
a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;;
b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang
lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pascapanen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan;
d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang
disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit;
e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya
oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak
termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit;
f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan
sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen
dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan
g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga
produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu
dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank
dan pembayaran bunganya.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

10

3. Aspek Pemasaran
a. Pemasaran Sapi Potong Penggemukan
Pemasaran sapi potong hasil penggemukan (finished cattle) memerlukan
keterkaitan langsung dengan perusahaan inti dan usaha pemotongan.
Mekanisme Pemasaran
Dalam PKT Penggemukan Sapi ini, pemasaran hasil penggemukan sapi,
sesuai dengan kesepakatan harus di jual oleh peternak plasma kepada
Perusahaan Inti, dan Perusahaan inti harus membeli hasil penggemukan
sapi. Kesepakatan ini harus dituangkan Nota Kesepakatan/Perjanjian yang
mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan hal itu. Dalam Nota
Kesepakatan ini pula di cantumkan bahwa pengadaan sapi bakalan harus
dilakukan oleh Perusahaan Inti dan petani plasa membeli sapi bakalan dari
Perusahaan Inti.

Grafik 1. Mekanisme Pemasaran Hasil Penggemukan Sapi Potong

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

11

b. Informasi Pendukung
Konsumsi daging sapi semakin meningkat sesuai dengan peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat di Indonesia. Dari data statistik
menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita sebesar 8,45% per
tahun memberikan dampak peningkatan konsumsi daging sapi sebesar 2,1
% per tahun.

Grafik 2. Peningkatan Pendapatan per Kapita Periode 1989 - 1997

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

12

Grafik 3. Peningkatan Konsumsi Daging Sapi Periode 1989 - 1997

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa konsumsi daging sapi masyarakat


Indonesia semaking meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan
perkapita.
Kebutuhan daging sapi dalam tahun 1995 telan mencapai 404.000 ton,
sedangkan produksi daging secara nasional hanya 338.400 ton sehingga
masih
terdapat
kekurangan
suplai
sebesar
64.400
ton.
Sampai dengan tahun 1995 permintaan daging sapi import naik rata-rata
50% (sumber GINSI, 1996). Peningkatan permintaan daging sapi import dari
tahun ke tahun di tunjukkan dalam grafik dibawah ini.

Grafik 4. Permintaan Daging Sapi Impor

Berdasarkan kebutuhan daging sapi pada tahun 1995 dan peningkatan


konsumsi daging rata-rata maka kebutuhan daging sapi ditahun-tahun
mendatang dapat ditunjukkan dalam grafik berikut.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

13

Grafik 5.Proyeksi Kebutuhan Daging Sapi

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

14

4. Aspek Produksi
a. Proses Penggemukan
1). Sapi impor
Penggemukan sapi impor dilakukan dengan sistem kandang kering (dry
fattening) , yaitu dengan cara menempatkan sapi-sapi bakalan di dalam
kandang terus menerus selama waktu tertentu antara 60 sampai 90 hari dan
di beri ransum pakan setiap hari.
2). Sapi Lokal
Penggemukan sapi lokal di lakukan dengan cara kereman, yaitu
menempatkan tiap ekor sapi dalam tempat tersendiri (sistem baterai 1,8 m x
2,0 m ) tidak berkelompok dan diberi ransum pakan setiap hari. Lama
penggemukan 90 sampai 180 hari.

b. Persyaratan Teknis
1). Lokasi penggemukan
Lokasi lahan usaha baik untuk sapi impor maupun sapi lokal memerlukan
persyaratan sebagai berikut :

Topografi relatif dasar


Tersedia cukup air (kebutuhan air 70 l/ekor/hari)
Kesuburan tanah cukup untuk penanaman hijauan
Sarana dan prasarana cukup memadai
Mudah di jangkau oleh truk (mobil angkutan)
Tenaga kerja yang cukup dan terampil.

Jarak antara INTI dan PLASMA sebaiknya tidak lebih dari 1 jam perjalanan
kendaraan truk.
2). Kandang

Sapi Import
Untuk sapi impor luas kandang per baterai berukuran 3,0 m2 per ekor
sapi di ikat, dan dalam satu kandang di tempatkan sejumlah sapi.
Konstruksi kandang dilengkapi dengan emperan (gang way) seluas 1,5

Sapi lokal
Dalam sistem baterai setiap satu sapi di tempatkan dalam kandang
berukuran 1,8 x 2 m, jadi sapi tidak ditempatkan secara berkelompok.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

15

3). Sapi bakalan

Sapi import
Sapi import didatangkan dari Australia pada umumnya jenis Brahman
Cross. Jenis sapi ini mempunyai Average Daily Growth (ADG) yang
cukup tinggi berkisar 0,8 - 1,2 kg/hari. Berat awal berkisar 300 sampai
dengan 350 kilogram dengan umur 1,5 sampai 2 tahun.

Sapi bakalan
Ada beberapa jenis sapi lokal yang dapat di gunakan sebagai sapi
bakalan. Jenis sapi Bali dan sapi Ongole mempunyai potensi sebagai
sapi bakalan. Sapi Bali mempunyai ADG 1,5 - 1,0 kg/hari. Sedangkan
sapi Ongole mempunyai 0,4 - 0,8 kg/hari. Berat awal berkisar 200
sampai 300 kg dengan umur 1,5 sampai 2 tahun.

4). Pakan

Sapi import
Komposisi pakan sapi import terdiri dari konsentrat dan hijauan
dengan persentasi 85% dan 15%. Komposisi makanan sangat penting
karena di gunakan sebagai sumber energi dan pembentukan protein.
Kebutuhan gizi minimal untuk keperluan pertumbuhan bobot.
Komposisi beberapa jenis hijauan dan konsentrat terlampir.

Sapi lokal
Komposisi pakan sapi lokal terdiri dari konsentrat dan hijauan. Pada
umumnya kebutuhan hijauan per hari sekitar 10% dari bobot sapi,
sedangkan konsentrat sekitar 1-2 kg/hari. Untuk meningkatkan
efisiensi pakan telah di kembangkan suatu probiotik, yaitu semacam
enzim pemecah karbohidrat struktural (selulusa, hemiselulosa, dan
lignin), protein dan lemak.

Hijauan pakan untuk sapi lokal bisa di sediakan dengan menanam rumput
gajah atau king grass. Untuk ini peternak perlu menggunakan bagian lahan
usaha pertaniannya untuk menanam rumput tersebut. Untuk ini peternak
perlu menggunakan kebutuhan 4 ekor sapi penggemukan, rumput harus
minimal di tanam pada lahan seluas 0,4 ha. Dengan pemupukan yang baik,
rumput di panen dengan sistem ratoon. Apabila kelembaban tanah cukup,
pemberian pupuk setelah panen akan mempercepat pertumbuhan tunas dan
kelebatan rumput.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

16

5). Pemeliharaan

Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari.


Kebutuhan air sebanyak 70 liter per ekor per hari
Kebersihan kandang harus di perhatikan
Sapi yang tidak sehat dipisahkan dari kelompok.
Sapi jangan terganggu lingkungannya.

6). Panen
Sapi impor dapat dipanen pada kisaran 60 sampai dengan 90 hari
penggemukan. Sedangkan sapi lokal dapat di panen pada kisaran 90 sampai
180 hari. Penimbangan berat akhir di lakukan di lokasi INTI atau di lokasi
peternak sesuai perjanjian. Karena transportasi sapi bisa menganggu berat
badan, maka apabila di timbang di lokasi inti, lokasi peternakan harus tidak
jauh dari lokasi Perusahaan Inti (sekitar 1 jam perjalanan kendaraan).

c. Lingkungan
Usaha penggemukan sapi ini selama di laksanakan di luar kota tidak akan
memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Justru dari limbah
penggemukan sapi ini, akan diperoleh kotoran sapi yang akan bisa menjadi
pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan petani, ini akan
mengakibatkan bisa diperolehnya peningkatan hasil pertanian.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

17

5. Aspek Keuangan
a. Investasi
Komponen investasi untuk usaha penggemukan sapi potong oleh peternak
kecil plasma akan terdiri dari atas biaya untuk :

Pengadaan lahan,
Pembangunan kandang.
Pengadaan pertama sapi bakalan
Peralatan

1). Lahan
Lahan untuk pembangunan kandang disediakan oleh peternak plasma dari
lahan yang telah dimilikinya, berupa lahan pekarangan atau lahan usaha
tegalan. Ini merupakan porsi pembiayaan sendiri dalam komponen investasi,
kecuali apabila pola usahanya di rancang secara lain, yang mengharuskan
peternak menempatkan kandangnya pada satu lokasi lahan di luar
kepemilikannya. Dalam hal seperti ini, pengadaan bisa di lakukan dengan
membeli lahan yang diperlukan atau mengadakan penyewaan yang biayanya
merupakan bagian dari biaya operasional sebagai modal kerja.
2). Biaya Kandang
Biaya pengadaan kandang bervariasi sesuai tipe kandang yang akan di
pergunakan berdasarkan rancangan yang di anjurkan oleh pihak Perusahaan
Inti. Untuk analisis finansial besarnya biaya pembangunan kandang
diperhitungkan berdasarkan luas kandang dengan satuan per m 2. Biaya ini
diperhitungkan Rp. 70.000/m2 dengan kisaran antara Rp. 50.000/m2 sampai
Rp. 90.000/m2 sesuai harga bahan dimasing masing tempat. Bahan untuk
tiang dan atap bisa bervariasi sesuai dengan biaya yang ada. Akan tetapi,
untuk biaya lantai dasar harus disediakan sehingga memenuhi persyaratan
kekuatan.
3). Harga sapi bakalan
Harga sapi bakalan di perhitungkan atas dasar berat badan sapi hidup per
kg. Tergantung pola penggemukan yang di rancang oleh pihak Perusahaan
Inti , dibedakan antara harga sapi bakalan impor dan sapi bakalan lokal
(untuk sapi bali atau lainnya).

Harga sapi bakalan impor Rp. 3.700/kg berat badan, dengan kisaran
3.600/kg sampai Rp. 3.900/kg
Harga sapi bakalan lokal Rp. 3.300/kg berat badan dengan kisaran Rp.
3.000/kg sampai Rp. 3.500 /kg.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

18

Dengan harga diatas kisaran tersebut, akan bisa berakibat sulitnya mencapai
kelayakan arus dana apabila tidak diikuti dengan kenaikan harga jual sapi
hasil penggemukan yang bersangkutan.
Karena adanya kenaikana harga sesuai tingkat inflasi, analisis finansial untuk
kelayakan usaha, akan dibuat dengan memperkirakan kemungkinan besar
kenaikkan harga sapi bakalan per tahun. Kenaikan tersebut dapat di rujuk
sampai 5% per tahun.
b. Modal Kerja untuk Biaya Operasional
Komponen modal kerja meliputi biaya-biaya untuk keperluan operasional
proses produksi yang terdiri dari atas :

Pengadaan pakan hijauan


Pengadaan konsentrat
Obat-obatan dan pengawasan kesehatan
Transportasi
Tenaga kerja
Pengadaan air
>Pengganti alas kandang
Manajemen dan pembinaan
Sewa lahan kering
Lain-lain.

Biaya-biaya tersebut di perlukan untuk setiap periode penggemukan, didalam


1 tahun di lakukan 3 periode penggemukan.
1). Biaya Pengadaan Konsentrat
Analisa selanjutnya mengenai ini hanya di buat usaha untuk penggemukan
sapi potong yang dibuat oleh Perusahaan Inti. Pada dasarnya bisa dibedakan
macam pakan tersebut sebagai berikut :

Pakan khusus hijauan limbah


Pakan berupa hijauan hasil penanaman(rumput gajah, kinggrass,
tebon dll)
Pakan hijauan yang telah tersedia pada lahan peternak (rumput
tagelan, jerami padi, dll). Ketiganya memerlukan biaya yang yang
bervariasi menurut macam pakan. Harganya berkisar dari nol rupiah
sampai Rp. 30/kg dengan modus sebesar Rp. 20/kg.

2) Biaya Pengadaan Konsentrat


Konsentrat yang di berikan berasal dari pihak Perusahaan Inti. Masingmasing Inti menyiapkan konsentrat berdasarkan komposisi yang dibuat oleh

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

19

ahlinya. Harga pada umumnya berkisar antara Rp. 200/kg sampai Rp.
280/kg dengan modus Rp. 250/kg.
3). Biaya Obat-obatan dan Pengawasan Kesehatan
Untuk menjaga agar ternak penggemukan senantiasa dalam keadaan sehat,
pihak Inti memberikan bantuan tenaga dokter hewan untuk secara rutin
mengawasi dan bertanggung jawab terhadap kesehatan ternak. Biaya obat
untuk perawatan kesehatan karena macam dan penggunaannya yang tidak
pasti, maka biaya persediaan obat disatukan dan mencakup pula biaya
pengawasan yang jumlahnya untuk masing-masing ekor ternak selama masa
penggemukan diperkirakan rata-rata Rp. 25/ekor/hari. Biaya ini bisa
meningkat setiap tahunnya dengan perhitungan naik Rp. 2/ekor/hari.
4). Biaya transportasi
Biaya pengangkutan sapi bakalan dari lokasi Inti sampai ke lokasi kandang
plasma dan pengangkutan sapi hasil penggemukan dari lokasi kandang ke
lokasi Inti, menjadi beban peternak plasma kecuali apabila di rancang lain
dalam proyek kemitraan yang bersangkutan. Biaya transpor untuk semua
peternak plasma agar diperhitungkan sama, sehingga terjadi adanya
tanggung renteng. Biaya transportasi ini diperhitungkan Rp. 10.000/ekor
untuk datang dan pergi. Biaya ini bisa naik setiap tahun dengan perkiraan
5%/tahun.
5). Biaya tenaga kerja
Untuk tenaga kerja diperhitungkan atas dasar penggemukan 24 ekor
sapi/HOK. Untuk jumlah ekor sapi yang lebih kecil dari itu diperhitungkan
besar bagian HOK yang bersangkutan. Artinya apabila dalam 1 paket
penggemukan per peternak menggunakan 4 ekor sapi, besarnya HOK setiap
hari diperhitungkan menjadi 4/24 HOK. Sedangkan besarnya masing-masing.
Biaya ini dengan memperhatikan rata-rata persentase kenaikan pertahun
selama 5 tahun berakhir, dipergunakan untuk menghitung besarnya biaya
tenaga selama masa sampai kredit lunas.
6). Biaya pengadaan air
Karena air harus tersedia secara cukup selama masa penggemukan,
sebaiknya hanya peternak yang lokasi lahannya memiliki sumber air
melimpah dapat diikut sertakan didalam proyek usaha penggemukan sapi
potong ini. Sehingga dalam hal ini, air menjadi bukana hal yang perlu
diperhitungkan biaya pengadaannya. Namun demikian apabila keadaanya
terpaksa harus lain, biaya pengadaan air bisa ikut diperhitungkan didalam
analisis finansial untuk mempelajari kelayakannya. Biaya ini bisa
diperhitungkan sampai Rp. 10/m3. Sebaiknya hanya peternak yang
dilokasinya tersedia cukup air bisa ikut serta dalam usaha penggemukan sapi
ini.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

20

7). Biaya alas kandang


Tergantung pada pola pemeliharaan sapi yang dirancang oleh pihak Inti,
sebagai alas kandang di atas lantai dasar bila ditaburkan serbuk gergaji
untuk selama masa penggemukkan. Alas ini diganti setiap bulan. Cara lain
kandang bisa dalam keadaan tanpa alas dan lantai dasar setiap waktu
tertentu. Keduanya banyak dilakukan di lapangan.
Apabila kandang direncanakan mengguna alas harus di ganti setiap habis
panen, maka biaya pengadaan bahan alas perlu di perhitungkan. Biaya
bahan alas kandang ini diperhitungkan mencapai Rp. 3.000/ekor
sapi/periode.
8). Biaya manajemen dan pembinaan
Untuk keperluan kegiatan pengelolaan dan pembinaan Proyek Kemitraan
Terpadu ini, banyak diperlukan biaya yang sebagian merupakan bantuan
pihak Perusahaan Inti. Namun demikian ada kegiatan-kegiatan tertentu,
terutama penyelenggaraan latihan-latihan di dalam rangka pembinaan
plasma dan koperasi yang masih harus diadakan dan seharusnya pihak
peternak plasma dan koperasi yang harus diadakan dan seharusnya pihak
peternak plasma ikut membiayainya. Untuk ini diperhitungkan 5% dari biaya
operasional. Biaya untuk ini juga bisa diambil dari dana cadangan karena
penggunaannya yang masih belum pasti, mengingat pembinaan di harapkan
merupakan bantuan dari pihak inti.
9). Sewa lahan kandang
Apabila lahan yang dipergunakan harus berada diluar lahan kepemilikan
petani, biaya sewa lahan akan di bebankan kepada peternak plasma dari
dana yang diperhitungkan sebagai cadangan. Sebaiknya hanya peternak
yang memiliki lahan untuk kepeluan kandang yang dapat ikut serta dalam
usaha penggemukan sapi potong.
10). Biaya lain-lain
Biaya-biaya lain yang merupakan tambahan bagi pengurusan kredit
perbankan, termasuk biaya notaris dan asuransi (Perum PKK) menjad bebab
peternak plasma yang jumlahnya di perhitungkan Rp. 70.000/plasma yang
ditambah dengan Rp.175/ ekor/hari untuk keperluan yang pembiayaan
belum pasti.

c. Pendapatan
Pendapatan peternak plasma dari hasil penggemukan sapi ditentukan oleh
besarnya total kenaikkan berat badan sapi selama masa penggemukan dan
harga jual sapi potong setiap kg berat badan. Total kenaikkan berat badan di

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

21

tentukan oleh lama masa penggemukan dan besarnya tambahan berat badan
per hari (ADG-average growth). ADG ini dapat dicapai dengan kisaran
anatara 0,8 kg/hari sampai 1,2 kg/hari. Untuk analisis ini dipergunakan nilai
ADG sebesar 0,9 /kg hari. Harga jual sapi hasil penggemukan kepada pihak
inti RP. 4.000 per kg bobot hidup.
Sebagai batasan, antara harga beli sapi bakalan dan harga jual sapi hasil
penggemukan perlu memiliki perbedaan minimal Rp. 300/kg berat badan
sapi. Kurang mempengaruhi arus angsuran pelunasan kredit.

d. Analisa Kekayaan
1). Tabel arus dana
Dari tabel arus dana yang dibuat untuk data-data tersebut diatas, diperoleh
bahwa variabel masukan yang menentukan sekali di dalam melihat
kelayakan usaha penggemukan sapi bagi kegiatan petani plasma terutama
adalah :

harga beli dan harga jual sapi


rata-rata tambahan berat badan sapi per hari (ADG)
lama masa penggemukan setiap periode, dan
>biaya pembangunan kandang.

2). Pengaruh ukuran usaha


Karena faktor masukan investasi kandang relatif kecil dibandingkan faktor
masukan lainnya yang terjadi setiap periode penggemukan, maka untuk pola
pengemukan sapi yang dipelihara setiap peternak plasma. Seorang peternak
plasma dapat dirancang ikut dalam usaha penggemukan sapi potong ini,
mulai dari paket dengan 4 ekor sapi sampai 22 ekor sapi. Perbedaannya
hanya pada jumlah sapi yang dapat di hasilkan untuk usaha selanjutnya
dengan biaya sendiri, setelah kredit yang direncanakan lunas pada akhir
tahun ke-5.
e. Kelayakan Usaha
Hasil analisis menunjukkan bahwa agar usaha penggemukan sapi potong ini
layak dan menunjang usaha peternak dapat berkelanjutan, pihak Perusahaan
Inti harus dapat mengadakan sapi bakalan ex. Impor dengan harga paling
tinggi Rp. 3.700/kg berat badan sapi hidup dan membeli sapi penggemukan
dengan harga paling rendah Rp. 4.000/kg. Harga sapi bakalan yang lebih
dari harga ini, dan harga sapi hasil penggemukan yang kurang dari itu, akan
mengakibatkan kelayakan hanya akan tercapai apabila ada penghematan
biaya pada komponen laiinya tetapi tidak merubah aspek teknis budidaya
penggemukan sapi (Tabel Parameter Teknis).

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

22

Dengan ukuran usaha 4 ekor sapi peternak, dan koefisien variabel masukan
dan keluaran sebagai berikut :

Jumlah periode penggemukan setiap tahun


Rata-rata berat sapi bakalan
Lama masa pengemukan
Pertambahan rata-rata berat badan/hari (ADG)
Harga beli sapi bakalan
Harga jual sapi hasil penggemukan
Harga beli dan harga jual naik pertahun
Biaya transportasi sapi perekor/periode
Jumlah kg pakan ternak hijauan perhari
Harga pakan hijauan
Kenaikan harga pakan hijauan pertahun
Jumlah kg konsetrat perhari
Harga konsentrat
Kenaikan harga konsentrat pertahun
Biaya obat dan pengawasan kesehatan perekor
Biaya pembuatan kandang
Luas kandang per ekor
Tenaga kerja (24 ekor 1 HOK), UMR/HOK
Administrasi kredit dan asuransi per petani
Biaya lain-lain per ekor/hari

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

3 ekor
300 kg/ekor
90 hari/periode
0,90 kg
Rp. 3.700/kg
Rp. 4.000/kg
5%
Rp. 10.000
45 kg/ekor
Rp. 20/kg
Rp. 2/kg
8 kg/ekor
Rp. 250/kg
10%
Rp. 25/hari
Rp. 70.000/m2
3M2
Rp. 5.000
Rp. 70.000
Rp. 175

Sampai akhir tahun ke-5 kegiatan usaha penggemukan akan memberikan


NPV = Rp. 974.950 dengan IRR = 18,3% (Tabel Analisa Kelayakan
Investasi).
Jumlah kredit yang diperlukan untuk usaha penggemukan sapi dengan 4
ekor sapi per peternak adalah Rp. 6.581.000 yang angsuran
pengembaliaannya akan lunas pada akhir tahun ke-5 apabila menggunakan
KKPA dengan bunga 14%/tahun. Pada akhir tahun pelunasan kredit,
peternak akan memiliki Rp. 1.877.183 yang pada waktu itu bisa selanjutnya
di pergunakan untuk usaha penggemukan dengan 1 ekor sapi yang menjadi
miliknya sendiri.
f. Besar Kredit dan Jumlah Sapi Untuk Kelanjutan Usaha
Perencanaan usaha penggemukan sapi dalam PKT ini, harus diupayakan agar
usaha peternak bisa berkelanjutan dengan pengertian bahwa pada waktu
kredit lunas, dan harisl penggemukan sapi sebelumnya sebagai miliknya
sendiri yang diperoleh setelah kredit lunas.
Hasil analisis memberikan rincian besanya kredit yang di perlukan peternak
untuk memulai usaha penggemukan berdasarkan ukuran jumlah ekor sapi
penggemukan yang diusahakan, dan jumlah sapi ekor sapi bakalan yang
berhasil diperoleh peternak untuk kegiatan usaha selanjutnya setelah kredit
lunas di akhir tahun ke-5 sebagai berikut :

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

23

Ukuran usaha Jumlah kredit Jumlah hasil ekor IRR


(ekor sapi)
(Rp)
sapi milik sendiri
(%)
3
4.953.250
18,2
4

6.581.000

18,3

13.092.000

18,5

15

24.486.250

18,6

22

35.880.500

18,6

24

39.136.000

18,6

Apabila biaya pembuatan kandang bisa di hemat dengan menggunakan


bahan yang bisa disediakan sendiri oleh peternak, umpamanya tiang
menggunakan kayu di dapatkan sendiri dari kebunnya, atap menggunakan
asal daun diusahakan cukup kuat dan rapi ( tetapi alas kandang senantiasa
menggunakan lantai semen yang kuat), dengan biaya pembuatan kandang
seharga Rp. 45.000/m2 minimal ukuran usaha bisa diperkecil menjadi hanya
3 ekor/peternak dengan jumlah kredit yang diperlukan sebesar Rp.
4.728.250. Dengan ini, pada akhir tahun ke -5 kredit lunas dan pada saat itu
peternak bisa melanjutkan usahanya dengan 1 ekor sapi miliknya sendiri.
Usaha ini memiliki kelayakan finansial dengan IRR = 19,7%.
Analisa diatas di buat dengan mendasarkan bahwa selama kredit belum
lunas, peternak hanya akan menerima hasil usaha penggemukan dari uang
tenaga kerja. Jumlahnya apabila dengan 24 ekor sapi, setiap hari kerja
selama masa penggemukan akan menerima sebesar UMR ( Rp.5.000). Untuk
jumlah ekor sapi yang lebih kecil akan menerima jumlah upah yang lebih
kecil secara proposional. Sebagai contoh, apabila usaha penggemukan hanya
4 ekor sapi, setiap hari selama masa penggemukan akan menerima 4/24 dari
Rp. 5.000 atau Rp. 8.333/hari.
Pendapatan petani tersebut akan naik apabila penggemukkan berhasil
mencapai ADG yang lebih besar dari 0,90 kg dan jumlah angsuran pokok
tetap seperti rencana. Sebaliknya apabila ADG lebih kecil dari itu akan bisa
mengakibatkan tidak tercapainya jumlah sapi bakalan milik sendiri untuk
kelanjutan usahanya pada saat kredit lunas.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

24

6. Kesimpulan
Dari bahasan yang telah di sampaikan melalui bab-bab sebelum ini, dapat
diketahui bahwa kegiatan penggemukan sapi merupakan usaha yang bisa
dilaksanakan oleh para petani/peternak dengan memanfaatkan lahan
pekarangan atau lahan lain kepemilikannya, untuk meningkatkan atau
menambah pendapatan keluarga, dan layak mendapatkan pinjaman Bank
apabila :
1. Di lakukan dengan PKT Penggemukan Sapi;
2. Ukuran usaha bisa bervariasi, minimal 4 ekor/peternak dan paling
besar 24 ekor/peternak;
3. Besar kredit yang diperlukan peternak plasma untuk memulai usaha
dengan 4 ekor sapi/peternak dengan tingkat harga sekarang adalah
Rp. 39.136.000,- tidak diperlukan adanya masa tenggang dalam pola
kredit ini.;
4. Pihak-pihak yang terlibat didalam PKT : Peternak Plasma/Kelompok
Peternak dan KUD, Perusahaan Besar Inti, dan Bank harus dapat
melaksanakan peran, kewajiban, tanggung jawab dan haknya.
5. Dengan ukuran usaha penggemukan sapi yang menggunakan 4 ekor
sapi/peternak, pada akhir tahun -5 saat kredit lunas peternak akan
menghasilkan kelanjutan usaha miliknya sendiri dengan 1
ekor/peternak , sedangkan selama masa kredit belum lunas peternak
menerima pendatapat upah sebesar 4/24 UMR setiap hari selama
masa penggemukan. Dengan jumlah ekor yang lebih besar itu,
penghasilan peternak akan naik, sampai pada maksimal 24
eor/peternak pada akhir tahun ke-5 saat kredit lunas menghasilkan
kelanjutan usaha miliknya sendiri dengan 6 ekor sapi/peternak,
sedangkan selama kredit belum lunas peternak akan menerima
pendapatan upah sebesar UMR setiap hari;
6. Pihak Perusahaan Besar Inti akan dapat menerima keuntungan dari
hasil kerjasama melalui penjualan sapi bakalan, pakan ternak dan
konsentrat serta pembelian sapi hasil penggemukan yang wajar;
7. Pihak Bank akan dapat memperbanyak kewajiban KUK
mendapatkan hasil dari pemberian kredit yang relatif aman;

dan

8. Ada dukungang dan bantuan pembinaan dari Pemerintah Daerah,


Dinas Peternakan dan Kandep Koperasi & PKK setempat;
9. Ada dampak ekonomi sosial yang meliputi :
o penyerapan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja dari luar
atau upahan;
o Pemberian peluang pekerjaan bagi usaha lain yang terkait
seperti
budidaya
rumput,
industri
pengolahan
pakan,
perdagangan sapi, dan usaha pemotongan;

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

25

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Meningkatkan PAD melalui retribusi ternak;


Meningkatkan pendapatan Koperasi dan anggota;
Meningkatkan pajak;
Mendorong berkembangnya usaha pengadaan sapronak (sarana
produksi peternak);
Mendorong usaha perdagangan sapi hidup, daging sapi, dan
pengalengan (canning);
Mengurangi impor daging sapi, sehingga menghemat devisa;
Berperan serta dalam memperbaiki gizi masyarakat;
Limbah dapat diolah menjadi bahan baku untuk biogas sebagai
sumber energi dan penerangan;
Ketersediaan bahan industri kulit;
Akhirnya limbah ternak merupakan pupuk organik yang baik
untuk meningkatkan kesuburan lahan dan akibatnya adalah
peningkatan produksi pertanian.

Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

26

Anda mungkin juga menyukai