BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan .......................................................................................... 2
a. Latar Belakang ................................ ................................ ........... 2
b. Tujuan ................................ ................................ ...................... 3
2. Kemitraan Terpadu ............................................................................... 4
a. Organisasi ................................ ................................ ................. 4
b. Pola Kerjasama ................................ ................................ .......... 6
c. Penyiapan Proyek................................ ................................ ........ 7
d. Mekanisme Proyek ................................ ................................ ...... 8
e. Perjanjian Kerjasama ................................ ................................ .. 9
3. Aspek Pemasaran.................................................................................11
a. Pemasaran Sapi Potong Penggemukan ................................ ......... 11
b. Informasi Pendukung................................ ................................ . 12
4. Aspek Produksi.....................................................................................15
a. Proses Penggemukan................................ ................................ . 15
b. Persyaratan Teknis................................ ................................ .... 15
c. Lingkungan ................................ ................................ .............. 17
5. Aspek Keuangan...................................................................................18
a. Investasi ................................ ................................ ................. 18
b. Modal Kerja untuk Biaya Operasional ................................ ........... 19
c. Pendapatan ................................ ................................ .............. 21
d. Analisa Kekayaan................................ ................................ ...... 22
e. Kelayakan Usaha ................................ ................................ ...... 22
f. Besar Kredit dan Jumlah Sapi Untuk Kelanjutan Usaha .................... 23
6. Kesimpulan ...........................................................................................25
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada
peningkatan
pendapatan
perkapita
penduduk
telah
menyebabkan
meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal
ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah sapi yang dipotong maupun
daging sapi yang dikonsumsi secara nasional beberapa tahun terakhir.
Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak
mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat
adanya kelebihan permintaan di bandingkan penyediaan.
Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah ditempuh upaya untuk
mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi dengan cara lain mengimpor baik
dalam bentuk sapi, sapi potong, daging sapi maupun semen untuk IB.
Diantara yang banyak diimpor tersebut adalah impor sapi potong.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di dalam
Negeri, baik yang berasal dari sapi potong impor maupun sapi potong lokal,
telah banyak berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan sapi
potong yang dilakukan oleh para feedlotters ataupun para peternak kecil di
Indonesia. Bagi peternak kecil, yang kebanyakan adalah petani di desa-desa,
usaha penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa di lakukan untuk
menambah pendapatan keluarga. Dengan penggemukan selama 2 sampai 6
bulan, akan dapat di peroleh hasil berupa nilai tambah berat badan sapi
potong dengan kualitas dagingnya yang lebih baik.
Kegiatan penggemukan sapi ini bisa di lakukan oleh sejumlah peternak kecil
secara bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan
kerjasama kemitraan secara terpadu dengan Pengusaha Peternakan Besar
(Feedlotters) yang memiliki kegiatan impor sapi bakalan atau pedangang
sapi lokal dan pemasaran sapi hasil penggemukan yang dilakukannya. Untuk
itu sebagai anggota KUD mereka bekerjasama dengan Perusahaan
Penternakan Besar menggunakan kredit perbankan untuk modal investasi
dan modal kerjanya dalam suatu Proyek Kemitraan Terpadu (PKT)
Penggemukan Sapi.
Dengan makin berkembangnya jumlah kegiatan penggemukan sapi yang
dilakukan oleh para peternak kecil dalam Proyek Kemitraan Terpadu ini,
maka makin banyak pula akhir-akhir ini permintaan kredit yang di ajukan
kepada perbankan untuk keperluan usaha penggemukan sapi. Kredit yang
dimintakan adalah KUK atau KKPA yang memiliki tingkat bunga relatif
murah. Salah satu model kelayakan PKT ialah PKT Penggemukan Sapi, untuk
dipergunakan sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
khususnya pihak perbankan di dalam mengadakan evaluasi terhadap adanya
2. Kemitraan Terpadu
a. Organisasi
Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu
yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan
bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan
dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan
kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling
menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam
meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.
Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri
Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai
kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai
pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi,
bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.
Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang
usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha
kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.
Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan
bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil
dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti
halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti
Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan
Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian
menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan
pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal
sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling
berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang
dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok
tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap
Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan
koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para
petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi
dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua
kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang
waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.
2. Koperasi
Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi
anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan
kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh
melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus
sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup
baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para
anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran
koperasi primer tidak merupakan keharusan
3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir
Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama
sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan
dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia
membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan
atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan
teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk
keperluan petani plasma/usaha kecil.
Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk
mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan
dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk
diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi
petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil
dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual
kepada Perusahaan Inti.
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA
kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai
Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok
tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan
Mitra.
b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui
koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili
anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir.
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan.
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma,
dari :
10
3. Aspek Pemasaran
a. Pemasaran Sapi Potong Penggemukan
Pemasaran sapi potong hasil penggemukan (finished cattle) memerlukan
keterkaitan langsung dengan perusahaan inti dan usaha pemotongan.
Mekanisme Pemasaran
Dalam PKT Penggemukan Sapi ini, pemasaran hasil penggemukan sapi,
sesuai dengan kesepakatan harus di jual oleh peternak plasma kepada
Perusahaan Inti, dan Perusahaan inti harus membeli hasil penggemukan
sapi. Kesepakatan ini harus dituangkan Nota Kesepakatan/Perjanjian yang
mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan hal itu. Dalam Nota
Kesepakatan ini pula di cantumkan bahwa pengadaan sapi bakalan harus
dilakukan oleh Perusahaan Inti dan petani plasa membeli sapi bakalan dari
Perusahaan Inti.
11
b. Informasi Pendukung
Konsumsi daging sapi semakin meningkat sesuai dengan peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat di Indonesia. Dari data statistik
menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita sebesar 8,45% per
tahun memberikan dampak peningkatan konsumsi daging sapi sebesar 2,1
% per tahun.
12
13
14
4. Aspek Produksi
a. Proses Penggemukan
1). Sapi impor
Penggemukan sapi impor dilakukan dengan sistem kandang kering (dry
fattening) , yaitu dengan cara menempatkan sapi-sapi bakalan di dalam
kandang terus menerus selama waktu tertentu antara 60 sampai 90 hari dan
di beri ransum pakan setiap hari.
2). Sapi Lokal
Penggemukan sapi lokal di lakukan dengan cara kereman, yaitu
menempatkan tiap ekor sapi dalam tempat tersendiri (sistem baterai 1,8 m x
2,0 m ) tidak berkelompok dan diberi ransum pakan setiap hari. Lama
penggemukan 90 sampai 180 hari.
b. Persyaratan Teknis
1). Lokasi penggemukan
Lokasi lahan usaha baik untuk sapi impor maupun sapi lokal memerlukan
persyaratan sebagai berikut :
Jarak antara INTI dan PLASMA sebaiknya tidak lebih dari 1 jam perjalanan
kendaraan truk.
2). Kandang
Sapi Import
Untuk sapi impor luas kandang per baterai berukuran 3,0 m2 per ekor
sapi di ikat, dan dalam satu kandang di tempatkan sejumlah sapi.
Konstruksi kandang dilengkapi dengan emperan (gang way) seluas 1,5
Sapi lokal
Dalam sistem baterai setiap satu sapi di tempatkan dalam kandang
berukuran 1,8 x 2 m, jadi sapi tidak ditempatkan secara berkelompok.
15
Sapi import
Sapi import didatangkan dari Australia pada umumnya jenis Brahman
Cross. Jenis sapi ini mempunyai Average Daily Growth (ADG) yang
cukup tinggi berkisar 0,8 - 1,2 kg/hari. Berat awal berkisar 300 sampai
dengan 350 kilogram dengan umur 1,5 sampai 2 tahun.
Sapi bakalan
Ada beberapa jenis sapi lokal yang dapat di gunakan sebagai sapi
bakalan. Jenis sapi Bali dan sapi Ongole mempunyai potensi sebagai
sapi bakalan. Sapi Bali mempunyai ADG 1,5 - 1,0 kg/hari. Sedangkan
sapi Ongole mempunyai 0,4 - 0,8 kg/hari. Berat awal berkisar 200
sampai 300 kg dengan umur 1,5 sampai 2 tahun.
4). Pakan
Sapi import
Komposisi pakan sapi import terdiri dari konsentrat dan hijauan
dengan persentasi 85% dan 15%. Komposisi makanan sangat penting
karena di gunakan sebagai sumber energi dan pembentukan protein.
Kebutuhan gizi minimal untuk keperluan pertumbuhan bobot.
Komposisi beberapa jenis hijauan dan konsentrat terlampir.
Sapi lokal
Komposisi pakan sapi lokal terdiri dari konsentrat dan hijauan. Pada
umumnya kebutuhan hijauan per hari sekitar 10% dari bobot sapi,
sedangkan konsentrat sekitar 1-2 kg/hari. Untuk meningkatkan
efisiensi pakan telah di kembangkan suatu probiotik, yaitu semacam
enzim pemecah karbohidrat struktural (selulusa, hemiselulosa, dan
lignin), protein dan lemak.
Hijauan pakan untuk sapi lokal bisa di sediakan dengan menanam rumput
gajah atau king grass. Untuk ini peternak perlu menggunakan bagian lahan
usaha pertaniannya untuk menanam rumput tersebut. Untuk ini peternak
perlu menggunakan kebutuhan 4 ekor sapi penggemukan, rumput harus
minimal di tanam pada lahan seluas 0,4 ha. Dengan pemupukan yang baik,
rumput di panen dengan sistem ratoon. Apabila kelembaban tanah cukup,
pemberian pupuk setelah panen akan mempercepat pertumbuhan tunas dan
kelebatan rumput.
16
5). Pemeliharaan
6). Panen
Sapi impor dapat dipanen pada kisaran 60 sampai dengan 90 hari
penggemukan. Sedangkan sapi lokal dapat di panen pada kisaran 90 sampai
180 hari. Penimbangan berat akhir di lakukan di lokasi INTI atau di lokasi
peternak sesuai perjanjian. Karena transportasi sapi bisa menganggu berat
badan, maka apabila di timbang di lokasi inti, lokasi peternakan harus tidak
jauh dari lokasi Perusahaan Inti (sekitar 1 jam perjalanan kendaraan).
c. Lingkungan
Usaha penggemukan sapi ini selama di laksanakan di luar kota tidak akan
memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Justru dari limbah
penggemukan sapi ini, akan diperoleh kotoran sapi yang akan bisa menjadi
pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan petani, ini akan
mengakibatkan bisa diperolehnya peningkatan hasil pertanian.
17
5. Aspek Keuangan
a. Investasi
Komponen investasi untuk usaha penggemukan sapi potong oleh peternak
kecil plasma akan terdiri dari atas biaya untuk :
Pengadaan lahan,
Pembangunan kandang.
Pengadaan pertama sapi bakalan
Peralatan
1). Lahan
Lahan untuk pembangunan kandang disediakan oleh peternak plasma dari
lahan yang telah dimilikinya, berupa lahan pekarangan atau lahan usaha
tegalan. Ini merupakan porsi pembiayaan sendiri dalam komponen investasi,
kecuali apabila pola usahanya di rancang secara lain, yang mengharuskan
peternak menempatkan kandangnya pada satu lokasi lahan di luar
kepemilikannya. Dalam hal seperti ini, pengadaan bisa di lakukan dengan
membeli lahan yang diperlukan atau mengadakan penyewaan yang biayanya
merupakan bagian dari biaya operasional sebagai modal kerja.
2). Biaya Kandang
Biaya pengadaan kandang bervariasi sesuai tipe kandang yang akan di
pergunakan berdasarkan rancangan yang di anjurkan oleh pihak Perusahaan
Inti. Untuk analisis finansial besarnya biaya pembangunan kandang
diperhitungkan berdasarkan luas kandang dengan satuan per m 2. Biaya ini
diperhitungkan Rp. 70.000/m2 dengan kisaran antara Rp. 50.000/m2 sampai
Rp. 90.000/m2 sesuai harga bahan dimasing masing tempat. Bahan untuk
tiang dan atap bisa bervariasi sesuai dengan biaya yang ada. Akan tetapi,
untuk biaya lantai dasar harus disediakan sehingga memenuhi persyaratan
kekuatan.
3). Harga sapi bakalan
Harga sapi bakalan di perhitungkan atas dasar berat badan sapi hidup per
kg. Tergantung pola penggemukan yang di rancang oleh pihak Perusahaan
Inti , dibedakan antara harga sapi bakalan impor dan sapi bakalan lokal
(untuk sapi bali atau lainnya).
Harga sapi bakalan impor Rp. 3.700/kg berat badan, dengan kisaran
3.600/kg sampai Rp. 3.900/kg
Harga sapi bakalan lokal Rp. 3.300/kg berat badan dengan kisaran Rp.
3.000/kg sampai Rp. 3.500 /kg.
18
Dengan harga diatas kisaran tersebut, akan bisa berakibat sulitnya mencapai
kelayakan arus dana apabila tidak diikuti dengan kenaikan harga jual sapi
hasil penggemukan yang bersangkutan.
Karena adanya kenaikana harga sesuai tingkat inflasi, analisis finansial untuk
kelayakan usaha, akan dibuat dengan memperkirakan kemungkinan besar
kenaikkan harga sapi bakalan per tahun. Kenaikan tersebut dapat di rujuk
sampai 5% per tahun.
b. Modal Kerja untuk Biaya Operasional
Komponen modal kerja meliputi biaya-biaya untuk keperluan operasional
proses produksi yang terdiri dari atas :
19
ahlinya. Harga pada umumnya berkisar antara Rp. 200/kg sampai Rp.
280/kg dengan modus Rp. 250/kg.
3). Biaya Obat-obatan dan Pengawasan Kesehatan
Untuk menjaga agar ternak penggemukan senantiasa dalam keadaan sehat,
pihak Inti memberikan bantuan tenaga dokter hewan untuk secara rutin
mengawasi dan bertanggung jawab terhadap kesehatan ternak. Biaya obat
untuk perawatan kesehatan karena macam dan penggunaannya yang tidak
pasti, maka biaya persediaan obat disatukan dan mencakup pula biaya
pengawasan yang jumlahnya untuk masing-masing ekor ternak selama masa
penggemukan diperkirakan rata-rata Rp. 25/ekor/hari. Biaya ini bisa
meningkat setiap tahunnya dengan perhitungan naik Rp. 2/ekor/hari.
4). Biaya transportasi
Biaya pengangkutan sapi bakalan dari lokasi Inti sampai ke lokasi kandang
plasma dan pengangkutan sapi hasil penggemukan dari lokasi kandang ke
lokasi Inti, menjadi beban peternak plasma kecuali apabila di rancang lain
dalam proyek kemitraan yang bersangkutan. Biaya transpor untuk semua
peternak plasma agar diperhitungkan sama, sehingga terjadi adanya
tanggung renteng. Biaya transportasi ini diperhitungkan Rp. 10.000/ekor
untuk datang dan pergi. Biaya ini bisa naik setiap tahun dengan perkiraan
5%/tahun.
5). Biaya tenaga kerja
Untuk tenaga kerja diperhitungkan atas dasar penggemukan 24 ekor
sapi/HOK. Untuk jumlah ekor sapi yang lebih kecil dari itu diperhitungkan
besar bagian HOK yang bersangkutan. Artinya apabila dalam 1 paket
penggemukan per peternak menggunakan 4 ekor sapi, besarnya HOK setiap
hari diperhitungkan menjadi 4/24 HOK. Sedangkan besarnya masing-masing.
Biaya ini dengan memperhatikan rata-rata persentase kenaikan pertahun
selama 5 tahun berakhir, dipergunakan untuk menghitung besarnya biaya
tenaga selama masa sampai kredit lunas.
6). Biaya pengadaan air
Karena air harus tersedia secara cukup selama masa penggemukan,
sebaiknya hanya peternak yang lokasi lahannya memiliki sumber air
melimpah dapat diikut sertakan didalam proyek usaha penggemukan sapi
potong ini. Sehingga dalam hal ini, air menjadi bukana hal yang perlu
diperhitungkan biaya pengadaannya. Namun demikian apabila keadaanya
terpaksa harus lain, biaya pengadaan air bisa ikut diperhitungkan didalam
analisis finansial untuk mempelajari kelayakannya. Biaya ini bisa
diperhitungkan sampai Rp. 10/m3. Sebaiknya hanya peternak yang
dilokasinya tersedia cukup air bisa ikut serta dalam usaha penggemukan sapi
ini.
20
c. Pendapatan
Pendapatan peternak plasma dari hasil penggemukan sapi ditentukan oleh
besarnya total kenaikkan berat badan sapi selama masa penggemukan dan
harga jual sapi potong setiap kg berat badan. Total kenaikkan berat badan di
21
tentukan oleh lama masa penggemukan dan besarnya tambahan berat badan
per hari (ADG-average growth). ADG ini dapat dicapai dengan kisaran
anatara 0,8 kg/hari sampai 1,2 kg/hari. Untuk analisis ini dipergunakan nilai
ADG sebesar 0,9 /kg hari. Harga jual sapi hasil penggemukan kepada pihak
inti RP. 4.000 per kg bobot hidup.
Sebagai batasan, antara harga beli sapi bakalan dan harga jual sapi hasil
penggemukan perlu memiliki perbedaan minimal Rp. 300/kg berat badan
sapi. Kurang mempengaruhi arus angsuran pelunasan kredit.
d. Analisa Kekayaan
1). Tabel arus dana
Dari tabel arus dana yang dibuat untuk data-data tersebut diatas, diperoleh
bahwa variabel masukan yang menentukan sekali di dalam melihat
kelayakan usaha penggemukan sapi bagi kegiatan petani plasma terutama
adalah :
22
Dengan ukuran usaha 4 ekor sapi peternak, dan koefisien variabel masukan
dan keluaran sebagai berikut :
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
3 ekor
300 kg/ekor
90 hari/periode
0,90 kg
Rp. 3.700/kg
Rp. 4.000/kg
5%
Rp. 10.000
45 kg/ekor
Rp. 20/kg
Rp. 2/kg
8 kg/ekor
Rp. 250/kg
10%
Rp. 25/hari
Rp. 70.000/m2
3M2
Rp. 5.000
Rp. 70.000
Rp. 175
23
6.581.000
18,3
13.092.000
18,5
15
24.486.250
18,6
22
35.880.500
18,6
24
39.136.000
18,6
24
6. Kesimpulan
Dari bahasan yang telah di sampaikan melalui bab-bab sebelum ini, dapat
diketahui bahwa kegiatan penggemukan sapi merupakan usaha yang bisa
dilaksanakan oleh para petani/peternak dengan memanfaatkan lahan
pekarangan atau lahan lain kepemilikannya, untuk meningkatkan atau
menambah pendapatan keluarga, dan layak mendapatkan pinjaman Bank
apabila :
1. Di lakukan dengan PKT Penggemukan Sapi;
2. Ukuran usaha bisa bervariasi, minimal 4 ekor/peternak dan paling
besar 24 ekor/peternak;
3. Besar kredit yang diperlukan peternak plasma untuk memulai usaha
dengan 4 ekor sapi/peternak dengan tingkat harga sekarang adalah
Rp. 39.136.000,- tidak diperlukan adanya masa tenggang dalam pola
kredit ini.;
4. Pihak-pihak yang terlibat didalam PKT : Peternak Plasma/Kelompok
Peternak dan KUD, Perusahaan Besar Inti, dan Bank harus dapat
melaksanakan peran, kewajiban, tanggung jawab dan haknya.
5. Dengan ukuran usaha penggemukan sapi yang menggunakan 4 ekor
sapi/peternak, pada akhir tahun -5 saat kredit lunas peternak akan
menghasilkan kelanjutan usaha miliknya sendiri dengan 1
ekor/peternak , sedangkan selama masa kredit belum lunas peternak
menerima pendatapat upah sebesar 4/24 UMR setiap hari selama
masa penggemukan. Dengan jumlah ekor yang lebih besar itu,
penghasilan peternak akan naik, sampai pada maksimal 24
eor/peternak pada akhir tahun ke-5 saat kredit lunas menghasilkan
kelanjutan usaha miliknya sendiri dengan 6 ekor sapi/peternak,
sedangkan selama kredit belum lunas peternak akan menerima
pendapatan upah sebesar UMR setiap hari;
6. Pihak Perusahaan Besar Inti akan dapat menerima keuntungan dari
hasil kerjasama melalui penjualan sapi bakalan, pakan ternak dan
konsentrat serta pembelian sapi hasil penggemukan yang wajar;
7. Pihak Bank akan dapat memperbanyak kewajiban KUK
mendapatkan hasil dari pemberian kredit yang relatif aman;
dan
25
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
26