Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minamata adalah kota Jepang 34.000 orang di pantai utara-barat dari Kumamoto Prefecture di pulau
Kyushu. Itu terletak mengangkang sebuah sungai kecil yang bermuara ke Teluk Minamata, sebuah lengan
Laut (Yatsushiro) semienclosed Shiranui. Laut ini adalah sekitar 50 mil panjang dan 10 mil lebar dan
dipisahkan dari laut terbuka dengan rantai pulau pegunungan kecil.
Penyakit Minamata adalah nama yang diberikan untuk merkuri toksikosis (keracunan) yang berkembang
pada orang yang makan makanan laut yang terkontaminasi diambil dari Teluk Minamata dan perairan
pantai yang berdekatan dalam periode setelah Perang Dunia II. Selama ini, metil merkuri dibuang ke laut
sebagai yang tidak diinginkan oleh-produk dari proses asetaldehida di pabrik Perusahaan Chisso Terbatas
industri di Minamata.
Hampir empat puluh tahun telah berlalu sejak penyakit Minamata secara resmi diakui Mei 1956 tetapi,
meskipun kebutuhan mendesak untuk bantuan korban dan pemulihan lahan perikanan, ini dan isu-isu
lainnya masih tetap harus diselesaikan. Meskipun resolusi rumit oleh dispersi dan keragaman korban,
respons yang lambat dan tidak lengkap terutama disebabkan oleh tindakan individu dan organisasi yang
bingung dan diseret keluar proses pemulihan keseluruhan.
Pada tanggal 31 Maret 1993, penghitungan resmi pemerintah korban dikonfirmasi adalah 2.255 (baik
hidup maupun mati) dengan 2.376 orang lain yang masih berusaha untuk diklasifikasikan sebagai korban.
Jumlah orang menolak sertifikasi telah meningkat menjadi 12.503.. Jumlah sebenarnya korban tidak
diragukan lagi lebih besar dari angka resmi karena jumlah yang tidak diketahui orang meninggal akibat
penyakit ini tanpa sertifikasi atau memilih untuk tidak mengajukan permohonan sertifikasi. Beberapa
dokter memperkirakan bahwa setidaknya setengah dari 200.000 orang yang tinggal di sepanjang pantai
Laut Shiranui di akhir 1950-an dipengaruhi oleh beberapa bentuk keracunan merkuri.
Pasien yang meninggal ketika penyakit memasuki stadium akut mengalami penderitaan yang tak
tertandingi. Orang lain yang selamat membawa bekas luka fisik dan psikologis yang parah. Mereka yang
memiliki gejala-gejala ringan seperti ataksia dan inersia sering juga menunjukkan tanda-tanda gangguan
neurologis bersama-sama dengan gangguan intelektual. Penderitaan ini menghambat setiap aspek
kehidupan sehari-hari mereka, termasuk hubungan kerja dan social. Sejumlah besar anak-anak yang
diperoleh penyakit sebelum lahir melalui transfer melalui plasenta dari ibu.
Di atas semua, tidak ada kemungkinan untuk pemulihan sel-sel saraf yang dihancurkan oleh metil
merkuri. Praktis tidak ada penelitian tentang cara kemungkinan pengobatan berlangsung. Korban utama
dari penyakit Minamata tidak bisa mencari pekerjaan dan dipaksa untuk menanggung biaya medis dan
keperawatan yang berat.
Biasanya, biaya ini dipindahkan ke keluarga korban karena saling membantu di antara anggota keluarga
yang tradisional dalam komunitas ini. Akibatnya, banyak keluarga miskin harus mengikis bawah laras
hanya untuk memenuhi kebutuhan. Pada akhir tahun 1959, hanya 43 persen dari rumah tangga dengan
pasien penyakit Minamata menerima apapun bantuan publik. Seluruh rumah tangga dihadapkan dengan
runtuhnya. Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, gejala suram penyakit Minamata yang belum
pernah terjadi sebelumnya dan oleh karena itu sangat mengancam. Ini "penyakit aneh" ditakuti oleh
penduduk dusun nelayan, yang berbalik melawan menderita karena mereka dianggap pembawa penyakit
menular. Praktek pemerintah desinfektan dan mengisolasi pasien di rumah sakit diberikan alasan untuk

ketakutan tersebut. Dengan demikian, pasien kehilangan dukungan dari komunitas yang biasanya ramah
dan koperasi. Mereka kehilangan saling membantu dan keluarga mereka dikucilkan oleh tetangga.
Ketika penyebab penyakit Minamata akhirnya diidentifikasi, orang-orang yang tinggal di dekat, atau
memancing di, area yang terkontaminasi berada di bawah tekanan yang lebih besar dari pihak luar. Fakta
bahwa ikan adalah media di mana penyakit ini menyebar, melumpuhkan perikanan. Tidak hanya daerah
tangkapan menurun karena polusi namun penjualan lokal menangkap ikan seluruhnya
dilarang. Akibatnya, nelayan menjadi terobsesi oleh kemungkinan bahwa penyakit mungkin menyebar
dan melakukan apa yang mereka bisa untuk menutup penyakit keluar dari kehidupan mereka. Koperasi
nelayan metodis diplot untuk menyembunyikan kasus baru keracunan. Keluarga dengan penyakit-orang
menderita menjadi lebih dan lebih terasing dan terisolasi.
Satu fakta jelas bagi semua: lingkungan alam sedang terdegradasi. Bukti pencemaran laut jelas sebelum
manusia turun dengan penyakit Minamata. Beberapa nelayan setempat berusaha memerangi tangkapan
menurun dengan beralih ke teknik penangkapan ikan yang baru dan lokasi baru, tetapi mereka tidak
bertemu dengan kesuksesan karena pencemaran tersebar luas. Akibatnya, banyak dijual perahu mereka
dan mencari pekerjaan di pantai. Sejumlah besar orang lain pindah dari daerah. Migrasi luas korban
account untuk fakta bahwa banyak tuntutan hukum diajukan terhadap Chisso, prefektur Kumamoto, dan
pemerintah nasional oleh orang-orang yang tinggal di Osaka, Tokyo, Kyoto, Fukuoka, dan di tempat lain.
Penyakit Minamata khas dari polusi industri modern sejauh ia mewujudkan penyebaran geografis yang
luas dari dampak dan korban. Selanjutnya, seperti bencana polusi industri lainnya, sebagian besar efek
terkonsentrasi di bawah kelompok sosial ekonomi seperti buruh dari industri primer - dalam hal ini
nelayan dan keluarga mereka. Pantai publik sangat terganggu, terutama yang menyediakan memancing
dan kesempatan untuk berjalan-jalan liburan. Dengan kata lain, penyakit Minamata mempengaruhi
hampir setiap elemen masyarakat setempat. Sebagian dari masalah ini tetap harus diselesaikan sebelum
masalah pemulihan dapat dikatakan telah benar-benar diperhatikan.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sumber-sumber pencemaran pada kasus minamata?

2. Bagaimana port entry kasus minamata?

3. Bagaimana BML minamata?

4. Bagaimana dampak kasus minamata pada lingkungan dan manusian (Biomaker)?

5. Bagaimana upaya penanggulangan kasus minamata?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui sumber-sumber pencemaran pada kasus minamata.

2. Mengetahui port entry kasus minamata.

3. Mengetahui BML minamata.

4. Mengetahui dampak minamata pada lingkungan dan manusia (Biomaker).

5. Mengetahui upaya penanggulangan minamata.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Logam Berat
Mungkin istilah logam berat sudah tak asing bagi para kimiawan. Dari nomor atom sampai efek fisiologis
telah secara rinci dibahas dalam buku-buku kimia terutama kimia anorganik dan kimia lingkungan. Tapi
tak demikian dengan orang awam. Mungkin istilah logam berat masih terasa asing di telinga mereka dan
didefinisikan secara sederhana saja yaitu logam yang berat (dalam artian ditimbang) seperti besi, baja,
aluminium dan tembaga. Terlepas dari definisi di atas, biasanya dalam literatur kimia istilah logam
berat digunakan untuk memerikan logam-logam yang memiliki sifat toksisitas (racun) pada makhluk
hidup.
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang
berperan penting dalam sejarah peradaban manusia. Logam berat masih termasuk golongan logam
dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan
logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup Tidak semua logam
berat dapat mengakibatkan keracunan pada mahluk hidup, besi merupakan logam yang dibutuhkan
dalam pembentukan pigmen darah dan zink merupakan kofaktor untuk aktifitas enzim. Keberadaan
logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan
secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari
hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri.

b. Pengertian penyakit minamata


Minamata adalah penyakit yang disebabkan keracunan metil merkuri dengan akibat gangguan syaraf
pusat dan otak kecil karena logam merkuri. Penyakit Minamata tidak menular atau menurun secara
genetis. Selain itu, panyakit Minamata juga tidak dapat diobati, usaha perawatan sebatas mengurangi
gejala dan terapi rehabilitasi fisik.
Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh
keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas,

penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan
akut, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya mati.
Penyakit minamata mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang, yang
merupakan daerah penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu itu terjadi masalah wabah
penyakit di kota Mintamana Jepang. Ratusan orang mati akitbat penyakit yang aneh dengan gejala
kelumpuhan syaraf. Mengetahui hal tersebut, para ahli kesehatan menemukan masalah yang harus
segera diamati dan dicari penyebabnya. Melalui pengamatan yang mendalam tentang gejala penyakit dan
kebiasaan orang jepang, termasuk pola makan kemudian diambil suatu hipotesis. Hipotesisnya adalah
bahwa penyakit tersebut mirip orang yang keracunan logam berat. Kemudian dari kebudayaan setempat
diketahui bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak. Dari
hipotesis dan kebiasaan pola makan tesebut kemudian dilakukan eksperimen untuk mengetahui apakah
ikan-ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat (merkuri). Kemudian di susun teori bahwa
penyakit tesebut diakibatkan oleh keracunan logam merkuri yang terkandung pada ikan. Ikan tesebut
mengandung merkuri akibat adanya orang atau pabrik yang membuang merkuri ke laut. Penelitian
berlanjut dan akihirnya ditemukan bahwa sumber merkuri berasal dar pabrik batu baterai Chisso.
Akhirnya pabrik tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata kurang
lebih dari 26,6 juta dolar.
c. Studi kasus
Pada tanggal 21 April 1956, seorang anak perempuan berumur 5 tahun 11 bulan diperiksa pada Bagian
Anak Rumah Sakit Perusahaan Chisso. Gejala utamanya bersifat neurologik, termasuk adanya kesulitan
berjalan dan berbicara, serta kejang-kejang. Pasien ini dikirim ke rumah sakit 2 hari kemudian, pada
tanggal 23. Di hari yang sama ketika ia dikirim ke rumah sakit, adik perempuannya, 2 tahun 11 bulan,
mulai mengalami kesulitan berjalan dan menggerakkan kakinya, serta mengeluhkan nyeri pada lutut dan
jari-jarinya. Ia kemudian dibawa ke Bagian Anak pada tanggal 29, untuk pemeriksaan dengan gejala yang
serupa dengan kakaknya.Daerah di mana pasien ditemukan pertama kali berada di ujung sebuah teluk
kecil, di mana beberapa rumah berdiri berhimpit satu dengan yang lain. Diperoleh fakta ternyata tidak
hanya kedua anak perempuan di atas yang mengalami gejala tersebut, tetapi tetangga mereka juga
mengalaminya. Yang selanjutnya anggota keluarga yang lain jatuh sakit satu demi satu, sehingga pada
akhirnya semua anggota keluarga terjangkit Penyakit Minamata. (Affan Enviro, 2005, Kasus Pencemaran
Merkuri di Teluk Minamata Jepang,

2. Sumber-sumber pencemaran
Pencemaran umumnya berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik, buangan termis, limbah pabrik
bahan makanan dan limbah industri organik lain atau sisa-sisa pengolahan bahan organik. Demikian
halnya dengan sampah-sampah yang non-biodegradable (tidak terurai) misalnya plastik, serat-serat
sintetik, pestisida, minyak bumi, senyawa-senyawa logam berat dan senyawa-senyawa lain yang
umumnya dihasilkan industri modern yang setiap saat bertambah banyak macamnya. Bahan pencemar ini
jika terkontaminasi ke perairan akan terakumulasi dalam tubuh organisme (biomagnifikasi) kemudian
akan terbawa ke dalam sistem rantai makanan yang dapat pula secara langsung mematikan organisme
yang tak bisa mentolerirnya. Pada faktanya pencemaran tetap akan merugikan manusia sebagai (top
predator) dalam sistem rantai makanan. Bahan pencemar yang masuk ke lingkungan perairan walaupun
melewati berbagai perlakuan tetaplah merupakan sampah. Hal ini terus menumpuk seiring dengan
berjalannya waktu, sampai pada suatu saat manusia menyadari dan merasakan dampak negatif yang
diakibatkannya.
Penyakit pada manusia akibat polusi lingkungan tak pernah mengalami penjangkitan bersama secara tibatiba. Hal ini terjadi setelah mengalami perubahan-perubahan berjangka waktu lama pada lingkungan. Hal
ini bisa dikatakan terjadi pula pada kasus Minamata. Di tempat ini, sekitar awal tahun 1925-1926, dampak

pada industri perikanan telah muncul. Saat ini sudah dapat dipastikan bahwa Chisso (dulunya bernama
Nitchitsu) merupakan sumber pencemarannya. Minamata disebut sebagai kota istana dari Chisso (Shin
Nihon Chisso Hiryo Kabushiki Kaisha atau New Japan Nitrogenous Fertilizer, Inc.). Pada tahun 1908, Nihon
Carbide Company didirikan. Pada tahun yang sama, perusahaan itu mengadakan merger dengan Sogi
Electric dan nama perusahaan itu berubah menjadi Nihon Chisso Hiryo Kabushiki Kaisha (Japan
Nitrogenous Fertilizer, Inc.).
3. Porth the entry
Merkuri metalik digunakan secara luas dalam industri, diantaranya sebagai katoda dalam elektrolisis
natrium klorida untuk menghasilkan soda kautik (NaOH) dan gas klorin. Logam ini juga digunakan proses
ektraksi logam mulia, terutama ekstraksi emas dari bijihnya, digunakan juga sebagai katalis dalam industri
kimia serta sebagai zat anti kusam dalam cat. Merkuri metalik dapat masuk kedalam tubuh manusia
melalui saluran pernapasan. Termometer merkuri yang pecah merupakan salah satu contohnya. Ketika
termometer pecah, sebagian dari merkuri menguap ke udara. Merkuri metalik tersebut dapat terhirup
oleh manusia yang berada di dekatnya.
Merkuri metalik larut dalam lemak dan didistribusikan keseluruh tubuh. Merkuri metalik dapat
menembus Blood-Brain Barier (B3) atau Plasenta Barier. Keduanya merupakan selaput yang melindungi
otak atau janin dari senyawa yang membahayakan. Setelah menembus Blood-Brain Barier, merkuri
metalik akan terakumulasi dalam otak. Sedangkan merkuri yang menembus Placenta Barier akan
merusak pertumbuhan dan perkembangan janin.

4. BML standar merkuri


Di teluk minamata, Sedimen kerang mengandung 10-100 ppm metil merkuri. Konsentrasi merkuri
yang tinggi ditemukan pada ikan dan kerang-kerangan yang berasal dari Teluk Minamata, dan
menyebabkan Penyakit Minamata pada tikus dan kucing percobaan. Mereka memiliki kandungan merkuri
antara 20-40 ppm, yang memperkuat dugaan bahwa merkuri telah menyebar luas pada area Laut
Shiranui. Standar nasional merkuri yang diperbolehkan di lingkungan saat ini adalah 1,0 ppm. Selain itu,
Para penderita penyakit Minamata, menunjukan kadar Merkuri antara 200 sampai 500 mikrogram per
liter darahnya. Sementara batasan aman menurut WHO adalah antara lima sampai 10 mikrogram Merkuri
per liter darah.

5. Dampak kasus minamata


1. Pada lingkungan
Dampak kasus minamata pada lingkungan yaitu mencemari perairan atau lautan diteluk minamata.
Dimana minamata adalah sebuah desa yang dikelilingi oleh lautan dan sebagian besar penduduknya
bekerja sebagai nelayan. Merkuri mencemari perairan teluk minamata yang menyebabkan semua biota
yang ada diperairan itu terkontaminasi dengan merkuri. Akibat pencemaran yang terjadi, timbul gejalagejala aneh dan abnormal pada hewan yang hidup di sekitar Teluk Minamata. Adapun gejala-gejala
tersebut yaitu :
1. Di Matageta, gurita, bandeng laut mengambang dan dapat ditangkap dengan tangan
2. umput laut di Teluk Minamata berubah menjadi putih dan mulai mengambang di permukaan
3. kerang, tiram, kepah, siput, dll, banyak yang terbuka

4. Ganggang hijau, agar-agar, laver hijau, alaria dll memudar warnanya tercerabut dan mengambang.
Jumlah rumput laut menurun menjadi hanya 1/3 jumlah sebelumnya
Untuk biomaker lingkungan bisa dilihat dengan uji laboratorium dari hewan-hewan yang terkontaminasi
oleh merkuri. Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan kerang-kerangan yang berasal
dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit Minamata pada tikus dan kucing percobaan. Mereka
memiliki kandungan merkuri antara 20-40 ppm
2. Dampaknya pada manusia.
Dampak kasus minamata pada manusia adalah Metil merkuri yang masuk ke tubuh manusia akan
menyerang sistem saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi gemetar dan lemah,
kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan melemah, kehilangan pendengaran, bicara cadel
dan gerakan menjadi tidak terkendali. Beberapa penderita berat penyakit Minamata menjadi gila, tidak
sadarkan diri dan meninggal setelah sebulan menderita penyakit ini.
Penderita kronis penyakit ini mengalami gejala seperti sakit kepala, sering kelelahan, kehilangan indera
perasa dan penciuman, dan menjadi pelupa. Meskipun gejala ini tidak terlihat jelas tetapi sangat
mengganggu kehidupan sehari-hari. Yang lebih parah adalah penderita congenital yaitu bayi yang lahir
cacat karena menyerap metil merkuri dalam rahim ibunya yang banyak mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi metil merkuri. Ibu yang mengandung tidak terserang penyakit Minamata karena metil
merkuri yang masuk ke tubuh ibu akan terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin dalam
kandungannya. Panyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya untuk
mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik. Disamping dampak kerusakan fisik, penderita Minamata
juga mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat seperti dikucilkan, dilarang pergi tempat umum dan
sukar mendapatkan pasangan hidup.
Biomaker pada manusia dapat diketahui dengan melakukan uji laboratorium pada organ tubuh manusia
misalnya rambut, urin, dan darah. Level tertinggi dari merkuri yang dideteksi pada rambut penderita
penyakit Minamata adalah 705 ppm
Kadar merkuri yang besar juga dideteksi pada air seni penderita Penyakit Minamata, berkisar antar 30120 gamma per hari. Merkuri akan meracuni manusia saat kadarnya melebihi kadar normal dalam darah
(sekitar 0,04 ppm).

6. Penanggulangan
Dalam kasus penyakit minamata, penanggulangan yang bisa dilakukan yaitu :
1. Penutupan polutan dari sumber-sumber
Berkenaan dengan tanaman Chisso Minamata Co, Ltd, melalui penyelesaian sistem sirkulasi yang
sempurna pada tahun 1966, air limbah yang mengandung senyawa methylmercury tidak pernah
diberhentikan di luar pabrik pada prinsipnya, dan sumber polutan itu dihilangkan melalui penghentian
produksi asetaldehida pada tahun 1968. In the Agano River basin the process of producing acetaldehyde
had already closed before Minamata Disease was discovered. Di basin Sungai Agano proses produksi
asetaldehida sudah ditutup sebelum penyakit Minamata ditemukan.

2. Pengendalian limbah
Pada tahun 1969, drainase dari limbah pabrik yang mengandung methylmercury ke Teluk Minamata
regutated. Pada tahun 1970, Undang-Undang Pengendalian Pencemaran Air diberlakukan, yang

dipaksakan kontrol pembuangan limbah air di semua daerah di Jepang, dalam hubungannya dengan zatzat beracun, misalnya, merkuri dan cadmium. Selanjutnya, konversi metode produksi soda menyarankan
agar tanaman yang mungkin pembuangan merkuri selain Showa Denko Chisso dan tanaman.
3. Pemulihan lingkungan
Karena cukup methylmercury tetap konsentrasi di bawah endapan dari air yang terkait dengan daerahdaerah bahkan setelah pelepasan dari senyawa methylmercury dihentikan, dalam rangka untuk
menghilangkan endapan dasar ini, 1974-1990, Prefektur Kumamoto dilakukan untuk menangani proyek
dengan sekitar 1.500.000 kubik meter dari bawah sedimen dari Teluk Minamata yang mengandung
merkuri lebih dari standar penghapusan (25ppm dari total merkuri) dengan cara pengerukan dan TPA,
dan untuk membuat 58ha. TPA, dengan total biaya 48 miliar yen (dari jumlah total, perusahaan yang
bertanggung jawab menanggung 30.5 miliar yen). Pada tahun 1976, Prefektur Niigata dilakukan
pengerukan dasar sungai sedimen yang mengandung merkuri lebih dari standar penghapusan drainase di
sekitar outlet dari Showa Denko tanaman oleh beban perusahaan yang bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Di awal tahun 50an Teluk Minamata tercemar oleh limbah logam berat Mercury yang berasal dari
pabrik Chiso di kota Minamata propinsi Kumamoto, Jepang. Limbah mercury mencemari teluk Minamata,
sehingga ikan dan kerang-kerangan tercemar logam berat. Penduduk kota Minamata yang mengkonsumsi
ikan dan kerang-kerangan dari teluk Minamata menderita sakit sehingga korban berjatuhan. Dalam kasus
penyakit Minamata, lebih dari 3.000 korban telah terjangkit wabah penyakit Minamata ini

2. Saran
Dengan pengalaman kerusakan akibat bencana dari kasus penyakit Minamata ini menjadi awal sebagai
titik balik untuk mengemban langkah-langkah dalam melindungi lingkungan telah mengalami kemajuan
yang signifikan. Dari pengalaman yang terjadi di Jepang, dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi negaranegara lain khususnya Negara kita Indonesia untuk lebih waspada dan peduli akan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai