Anda di halaman 1dari 7

POTENSI SUMBER DAYA HAYATI LAUT

DI ZONA EKOMONI EKSKLUSIF

POTENSI DAN DISTRIBUSI


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, mempunyai
panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Wilayah lautnya
yang merupakan perairan teritorial dan perairan nusantara, meliputi hampir 2/3
luas teritorialnya. Disamping itu berdasarkan UNCLOS 1982, Indonesia
memperoleh hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
seluas 2,7 km2 yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan
sumberdaya hayati dan non hayati, penelitian, dan yuridiksi mendirikan instalasi
ataupun pulau buatan (Anonim, 1996).
Perairan laut Indonesia yang berada diantara dan disekitar kepulauan
Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia, disebut sebagai
Laut Nusantara merupakan aset nasional yang berperan sebagai sumber kekayaan
alam, sumber energi, sumber bahan makanan, media lintas laut antar pulau,
kawasan perdagangan, dan wilayah pertahanan keamanan.
Perairan laut memiliki luas sekitar 5,7 juta km, perairan laut dibagi
menjadi dua jenis yakni perairan Indonesia dan perairan Nusantara. Perairan
Indonesia memiliki luas 3,1 juta km sedangkan perairan Nusantara memiliki luas
2,8 juta km. kemudian ada pembagian lebih spesifik pada perairan Nusantara,
perairan Nusantara dibagi menjadi dua yakni: perairan laut wilayah (Teritorial)
sekitar 0,3 juta km dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif (Zona Economic
Exclusive) sekitar 2,7 juta km, selain itu perairan-perairan di indonesia memiliki
potensi lestari yang sangat melimpah.
Perairan laut memiliki potensi sekitar 6,6 juta ton, kemudian potensi ini
dibagi lagi menjadi potensi perairan indonesia dan potensi perairan ZEE. Potensi
Perairan Indonesia yakni 4,5 juta ton dan Potensi Perairan ZEE sekitar 2,1 juta ton
yang terdiri dari: ikan pelagis 3,5 juta ton, demersal 2,5 juta ton, tuna 166 ribu ton,
cakalang 275 ribu ton, udang 89 ribu ton dan kerang 64 ribu ton. Potensi
Perikanan Indonesia hingga mencapai 9,1 juta ton/tahun dan yang telah

dimanfaatkan hanya sekitar 26,7% dengan rincian: Perairan Indonesia (25%)


yakni sekitar 1,125 juta ton dan Perairan ZEE (1,7%) sekitar 0,0357 juta ton
sedangkan Perairan Tawar 0,89 juta ton, jadi total yang sudah dimanfaatkan
sekitar 2,0507 juta ton.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.15 Tahun 1984 Tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
dalam pasal 2 disebutkan bahwa sumber daya alam hayati di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha perikanan
Indonesia. Orang atau badan hukum asing yang akan melakukan penangkapan
ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, wajib terlebih dahulu mengajukan
permohonan untuk memperoleh izin menangkap ikan kepada Menteri Pertanian
atau Pejabat yang ditunjuk olehnya dalam surat permohonan harus dilengkapi
dengan data sebagai berikut:
1. Jumlah kapal yang akan digunakan;
2. Nama, alamat dan Kebangsaan pemilik kapal;
3. Nama kapal;
4. Nama panggilan kapal;
5. Negara registrasi, nomor registrasi,dan bendera kapal;
6. Panjang kapal;
7. Berat kotor kapal;
8. Kekuatan mesin kapal;
9. Daya muat paklah ikan;
10. Nama, alamat, dan Kebangsaan nakhoda kapal;
11. Jumlah awak kapal;
12. Jenis dan jumlah alat penangkap ikan yang akan dibawa/digunakan masing
masing kapal;
13. Daerah penangkapan ikan yang diinginkan.
Barang siapa melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia tanpa memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan menurut ketentuan
Peraturan Pemerintah ini dipidana menurut ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan ayat
(2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983. Kapal perikanan yang digunakan

untuk melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dengan


menggunakan alat atau bahan yang terlarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 dikenakan denda setinggi-tingginya Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta
rupiah) dan pencabutan Surat Izin Penangkapan ikan.
Sumberdaya perikanan laut di Indonesia disusun dalam kelompokkelompok: Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustasea lainnya,
Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska Teripang/ Ubur-ubur, Benih
Alami, Reptilia dan Mamalia laut. Nama-nama jenis ikan yang termasuk di dalam
masing-masing kelompok disusun dalam Tabel 1. Sementara itu sebagai dasar
perhitungan potensi sumberdaya ikan di Indonesia, telah disepakati bahwa
perairan laut Indonesia dibagi dalam sembilan wilayah pengelolaan perikanan
meliputi Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Samudera Hindia, Selat
Makasar dan Laut Flores, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Teluk Tomini dan
Laut Maluku, Laut Arafura. Secara nasional potensi lestari sumberdaya perikanan
laut yang meliputi sumberdaya perikanan pelagis besar, pelagis kecil, demersal,
udang, ikan karang, dan cumi-cumi adalah sebesar 6,2 juta ton/ tahun (Anonim
1998).
Dalam laporan tersebut (Anonim, 1998) tersirat bahwa pada tahun 1997,
total produksi perikanan laut sejumlah 3,8 juta ton diantaranya kelompok ikan
84%, krustasea 6%, moluska 3%, rumput laut 3%, dan binatang air lainnya 4%.
Tingkat pengusahaan (pemanfaatan sumberdaya ikan) tersebut dibandingkan
dengan potensi sumberdaya ikan yang besarnya 6,2 juta ton, adalah 62% nya.
Dengan demikian peluang pengembangan sektor perikanan masih terbuka.
Peluang pengembangan untuk perikanan tangkap untuk beberapa jenis komoditas
ikan ekonomis penting disajikan pada Tabel 2.

Ketiadaan perumusan peraturan hukum konkret dalam pemanfaatan


sumber daya ikan di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia mengakibatkan
terabaikannya kepentingan rakyat, tidak sedikit negara lain yang turut terlibat
memanfaatkan sumber daya ikan di ZEE Indonesia. Terdapat ketidakjelasan unsur
hukum dalam pemanfaatan sumber daya ikan di ZEE Indonesia, terutama hak dan
kewajiban Indonesia yang dirumuskan dalam peraturan hukum konkret. (Ida
Kurnia, S.H., M.H dalam Artikel Humas UGM)
Hal ini memberikan konsekuensi kewajiban yang berhadapan dengan hak
negara lain menjadi tidak terukur. untuk menyatukan dan mencapai keseimbangan
antara berbagai kepentingan negara-negara yang terkait dengan pemanfaatan
sumber daya perikanan di ZEE Indonesia diperlukan sebuah pengaturan yang
dituangkan dalam perjanjian. Perlu ada model perjanjian internasional dalam
pemanfaatan surplus sumber daya perikanan di ZEE Indonesia yang dilandasi
pelaksanaan perjanjian internasional yang pernah dilakukan Indonesia dengan
China, Filipina, dan Thailand. Namun, perjanjian tersebut hanya didasarkan pada
potensi sumber daya ikan dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB). (Ida
Kurnia, S.H., M.H dalam Artikel Humas UGM)
Penentuan kapasitas usaha penangkapan ikan nasional yang seharusnya
dapat dibandingkan dengan JTB sumber daya ikan belum bisa ditentukan
sehingga belum bisa diketahui ada tidaknya surplus yang menjadi hak negara lain.
Perlunya model perjanjian internasional antara Indonesia dengan negara lain yang
mengatur pemanfaatan surplus perikanan di ZEE Indonesia untuk dijadikan
sebagai pedoman bagi pelaksanaan pemanfaatan surplus sumber daya perikanan.
Ketepatan pengaplikasian elemen dapat menjamin pembangunan perikanan yang
berkelanjutan dan tercukupinya kebutuhan rakyat Indonesia tanpa mengganggu
hak akses atas surplus sumber daya perikanan negara lain. (Ida Kurnia, S.H., M.H
dalam Artikel Humas UGM)

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Benua Maritim Indonesia. BPP Teknologi dan Dewan
Hankamnas, Jakarta.
fpk.unair.ac.id/webo/kuliah/ekonomi/EKOPER%203.ppt
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.15 Tahun 1984 Tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
Anonim. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut, Jakarta: 42
hal.
Humas UGM. 2013. Hukum Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di ZEE Belum
Jelas. Universitas Gadjah Mada Bulaksumur, Yogyakarta. http://www.ugm.ac.id/
id/berita/4255hukum.pemanfaatan.sumber.daya.perikanan.di.zee.indonesia.belum.
jelas
Darsono, Prapto. 1999. Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan Implikasinya Bagi
Masyarakat Nelayan. Oseana, Volume XXIV, Nomor 4, 1999 : 1 9. ISSN 02161877

Anda mungkin juga menyukai