Anda di halaman 1dari 2

Masalah dan Kesengsaraan Hanya Ada dalam Persepsi

Pada kunjungan ke salah satu negara Arab, seorang perempuan berusia tiga puluh
tahun datang pada saya. Dengan suara lirih dan linangan air mata ia berkata, Dr. Ibrahim,
aku sudah menikah sejak sepuluh tahun yang lalu dan sekarang dikaruniai tiga orang anak.
Sebagai seorang pedagang, suamiku selalu pergi. Tiba-tiba perempuan itu terdiam. Tidak
lama kemudian, ia berkata lagi, Aku ingin bercerai darinya. Dan, aku ingin Anda
membantuku untuk mengambil keputusan ini. Saya tanyakan, Apakah suami Anda
menikahi perempuan lain? Ia menjawab, Tidak. Saya bertanya lagi, Apakah ia memukuli
Anda? Ia menjawab, Tentu tidak. Kalaupun mau, ia pasti tidak bisa lakukan hal itu. Saya
tanyakan lagi, Apakah ia menyayangi anak-anak? Ia menjawab, Ya. Sebenarnya ia sangat
menyayangi mereka. Saya bertanya lagi, Apakah ia menjalankan kewajibannya memberi
nafkah keluarga? Ia menjawb, Ya. Sebenarnya ia sangat dermawan. Ia tidak pernah
mengabaikan kebutuhan kami.
Saya bertanya lagi, Apakah ia pernah keluar dengan perempuan lain? Ia menjawab
tegas, Tidak. Aku masih sangat percaya ia lelaki setia. Kemudian saya katakan, Kalau
begitu, mari kita melihat gambaran suami Anda sampai saat ini. Seperti yang Anda katakan,
dia seorang Ayah yang menyayangi anak-anaknya; menunaikan tanggung jawab dan
kewajibannya terhadap keluarga; tidak menikahi perempuan lain; tidak pernah keluar
dengan perempuan lain; tidak memukul Anda; dan sangat setia. Bukankah begitu?
Perempuan

itu

menjawab,

Ya.

Saya

katakan,

Jika

Ada

benar-benar

ingin

meninggalkannya, pikirkan baik-baik. Bisa jadi ada ratusan perempuan yang mengharap
dapat menikah dengan laki-laki seperti ini.
Tiba-tiba perempuan itu tertawa, lantas berkata, Sepertinya ia tidak seburuk
dugaanku. Saya bertanya, Mengapa Anda sangat marah padanya? Ia menjawab, Ia
sudah tidak pernah meluangkan waktu untukku seperti dulu. Ia juga sudah tidak mau
menceritakan masalah dan pekerjaannya kepadaku. Tetapi, sekarang aku sadar bahwa
selama ini aku selalu mengkritik dan meremehkan impiannya. Mungkin karena itu ia tidak
mau tukar pikiran lagi denganku, saya bertannya, Apakah Anda masih ingin bercerai
darinya? Dengan senyuman tersipu malu ia berkata, Tidak, Dr. Ibrahim. Dia laki-laki
istimewa dan aku sangat mencintainya. Dengan nada bercanda saya katakan, Tapi ada hal
lain yang harus Anda ketahui. Jumlah kaum perempuan di dunia ini tiga kali lipat

dibandingkan jumlah laki-laki. Jika terus demikian, jumlah kaum laki-laki akan mengecil dan
pada akhirnya hanya ada di museum-museum, di samping dinosaurus. Suatu saat nanti akan
ada yang mengatakan ini dinosaurus dan ini manusia berjenis kelamin laki-laki. Karena itu,
seorang istri tidak boleh menyia-nyiakan suaminya. Sebab, ia tidak akan mendapatkan lakilaki lain menggantikannya. Sambil tertawa perempuan itu berkata, Aku tidak akan pernah
meninggalkannya.
Apa yang saya lakukan terhadap perempuan itu adalah mengubah persepsinya.
Dengan begitu, saya membantunya memperluas cakrawala pandangannya. Selanjutnya ia
mengubah persepsinya negatif menjadi positif. Akal manusia hanya bisa fokus pada satu
informasi dalam satu waktu. Wanita tersebut ternyata fokus pada hal-hal negatif tentang
suaminya yang ia tidak suka. Karena pikirana negatif itu terjadi berkali-kali maka jadi
keyakinan. Keyakinan itulah yang mendorong untuk meminta cerai, menenggelamkan biduk
rumah tangganya. Beruntung perempuan itu segera sadar bahwa ia bisa memperbaiki
hubungan dengan suaminya dengan tidak mengkritik, menyalahkan mengeluh, atau
meremehkan. Dengan demikian, kepercayaan sang suami tumbuh kembali padanya seperti
sedia kala.
Dengan mengubah persepsinya maka kenyataan jadi berubah. Dengan perceraian
yang direncanakan berubah menjadi cinta dan kekuatan untuk mempertahankan mahligai
tumah tangga.
Saya ingin bertanya kepada Anda:
Jika orang yang frustasi, sedih, dan selalu mengeluh dioperasi hingga persepsinya dibedah
dan kesehatannya kembali pulih, apakah ia masih akan menghadapi masalah lagi? Tentu
tidak. Sebab semua masalah yang ia hadapi ada dalam persepsinya. Selain persepsi, masalah
juga berhubungan dengan maksa yang ia rumuskan, cara berfikir, keputusan, dan pilihan.
Jika Anda mengubah persepsinya Anda tentang masalah, memikirkannya sebagai
hadiah terindah dari Allah, lalu berkonsentrasi pada upaya mencari solusi, maka Anda akan
menemukan pintu harapan terbuka lebar di hadapan Anda. Karena itu, jangan biarkan
persepsi Anda tentang suatu masalah memengaruhi Anda. Sebab persepsi adalah program
akal terdahulu yang bisa jadi keliru. Ubahlah persepsi Anda niscaya kehidupan Anda juga
berubah. Permasalahan dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi belaka.

Anda mungkin juga menyukai