Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat mineral-mineral
padat yang tidak tersementasi dan dari bahan-bahan organic yang telah melapuk
disertai zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong antara partikel padat..
Tanah sudah tidak asing lagi bagi orang-orang yang tinggal di bumi ini karena
sering di jumpai. Mahluk hidup sangat memerlukan tanah karena dengan adany
tanah maka mahluk hidup tersebut dapat hidup dengan normal, tempat mereka
berpijak, tempat mereka tumbuh dan lain-lain.
Butiran-butiran mineral

yang membentuk bagian padat dari tanah

merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran dari setiap butiran padat
tersebut sangat berfariasi dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari
factor-faktor ukuran, bentuk, dan komposisi kimia dari butiran. Untuk lebih
jelasnya mengenai factor-faktor tersebut , harus lebih dikenal terlebih dahulu
tipe-tipe dasar dari batuan yang membentuk kerak bumi , mineral-mineral yang
membentuk batuan , dan proses pelapukan.
Tanah terdiri dari tiga fase, yaitu butiran padat, air dan udara. Dan untuk
memisahkan antara tanah dengan air, di gunakan uji kadar air untuk
menghilangkan airnya, dimana tanah nantinya akan di oven selama 24 jam
sehingga di dapat berat tanah kering, dan kita dapat mengetahui berapa berat
airnya.
Dalam praktikum kali ini kita akan membahas tentang Pemadatan.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan hubungan antara kadar air
dan kepadatan (berat volume kering) tanah bila dipadatkan dengan alat
pemadatan tertentu, sedangkan tujuan dari percobaan pemadatan ini adalah

untuk mendapatkan nilai pemadatan yang terbaik / maksimum pada kondisi


kadar air optimum dan berat isi kering maksimum.
Diharapkan setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat memahami
tentang uji pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya baik di dalam kegiatan
laboratorium maupun di lapangan.

1.2. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu :
Untuk mendapatkan nilai pemadatan yang terbaik/maksimum pada kondisi
kadar air optimum dan berat isi kering maksimum.

BAB 2
DASAR TEORI
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organic yang melapuk
(yang partikel padata) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Mineral-mineral yang membentuk
bagian padat dari tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran dari setiap
butiran padat tersebut sangat beragam dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak
tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk dan komposisi kimia dari butiran.
Ukuran dari partikel tanah sangat beragam dengan bervariasi yang cukup
besar. Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel) , pasir (sand) , lanau
(silt) ,atau lempung (clay), tergsntung pada ukuran partikel yang paling dominan
terhadap tanah tersebut. Kerikil (gravel) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang
kadang-kadang juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar dan
mineral-mineral lain. Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan
feldspar. Butiran dari mineral lain mungkin juga masih ada pada golongan ini.
Lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mkroskopis (berukuran sangat kecil)
dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus , dan sejumlah
partikel berbentuk lewmpengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari
mineral-mineral mika.

Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel

mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengsn
mikroskop biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan
partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay minerals), dan mineralmineral halus lainnya.

Dari segi mineral(bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (dan


mineral lempung) ialah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang
menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air. Jadi dari segi
mineral, tanah dapat juga disebut sebagai tanah bukan lempung (non-clay soil)
meskipun terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil (partikel-partikel
quartz,feldspar dan mika dapat berukuran submikroskopis, tetapi umumnya mereka
tidsk dapat menyebabkan sifat plastis dari tanah). Dari segi ukuran, partikel-partikel
tersebut memang dapat digolongkan sebagai partikel lempung. Untuk itu akan lebih
tepat apabila partikel-partikel tanah yang berukuran lebih kecil dari 2 mikron (=2),
atau <5 mikron menurt sistem klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai partikel
berukuran lempung daripada disebut sebagai lempung saja. Partikel-partikel dari
mineral lempung biasanya berukuran koloid (<1) dan ukuran 2 merupakan batas
atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung.
Istilah tanah dalam bidang Mekanika Tanah dimaksudkan untuk mencakup
semua bahan dari tanah lempung (clay) sampai berangkal (batu-batu besar). Semua
macam tanah ini secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran tanahnya sendiri,
serta air dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut. Ruangan
ini disebut pori (voids). Apabila tanah sudah benar-benar kering maka tidak akan ada
air sama sekali dalam porinya. Keadaan semacam ini jarang ditemukan pada tanah
yang masih dalam keadaan asli di lapangan. Air hanya dapat dihilangkan sama sekali
dari tanah apabila diambil tindakan khusus, misalnya dengan memanaskannya dalam
oven pada suhu tertentu, tanah dengan kondisi demikaian disebut tanah dalam
keadaan kering. Sedangkan apabila kondisi tanah yang poro-porinya sama sekali
tidak mengandung udara tetapi terisi oleh air semua, maka tanah dengan kondisi
demikian disebut tanah dalam keadaan jenuh.

Untuk tanah yang pori-porinya

mengandung air dan udara, maka kondisi demikian disebut tanah dalam keadaan
basah.
Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, artinya tanah adalah sesuatu
yang berwujud, dapat diukur beratnya, volumenya dan luasnya. Dengan demikian

tanah menduduki ruang tertentu di muka bumi Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu
banyak tergantung pada ukuran butirnya. Karena itu pengukuran besarnya butir tanah
merupakan suatu percobaan penting yang sering dilakukan dalam Mekanika Tanah.
Tanah terbagi dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian rongga. Bagian
padat terdiri dari partikel partikel padat, sedangkan bagian berongga terisi air atau
udara setengahnya bila tanah tersebut jenuh atau kering. Apabila gumpalan tanah
tidak sepenuhnya dalam keadaan basah atau jenuh, maka rongga tanah akan terisi
oleh air dan udara.
Tanah berbutir kasar (coarse grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir
0,075 mm atau tanah yang tertahan pada saringan no. 200. Tanah berbutir halus (fine
grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir < 0,075 mm atau tanah yang lolos
ayakan no. 200.
Tanah tidak seperti besi atau baja dan beton yang tidak banyak ragam sifat
sifat fisiknya. Keragaman ini menentuakn sifat tanah dengan berbagai persoalan
sesuai dengan kondisi tertentu yang dikehendaki dalam pelaksanaan.
Mekanika tanah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Hal ini dapat
dilihat dari pekerjaan-pekerjaan sipil yang sangat banyak hubungannya dengan
masalah tanah. Misalnya pengujian tanah, pengklasifikasian tanah, sifat-sifat tanah
alami dan lain sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu mekanika tanah
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tanah, yang ditinjau dari segi fisik, sifat
maupun karakternya.
Tanah ditinjau secara geologis merupakan bahan organic, sedangkan untuk
tanah yang merupakan batuan tetap merupakan ilmu tersendiri yaitu ilmu mekanika
batuan. Pada dasarnya semua macam jenis tanah terdiri dari tiga bahan utama yang
membentuknya, yaitu : butiran tanah itu sendiri, air dalam tanah dan udara yang
berada dalamruangan (pori) diantara butir-butir tanahnya.
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan
teknik dan sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Oleh karena itu, haruslah
diketahui sifat-sifat dasar tanah seperti asal usul tanah, penyebaran ukuran butir,

kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila menerima bermacam-macam


gaya.
Sifat sifat penting tanah untuk sebuah proyek tergantung pada jenis atau
fungsi proyek. Sesuai dengan sifat sifatnya penting diketahui tipe proyek yang
dilaksanakan. Adapun sifat sifatnya antara lain:

Permeabilitas (Permeability)

Sifat ini untuk mengukur atau menentukan kemampuan tanah dilewati air
melalui pori porinya.
Sifat ini penting dalam konstruksi bendung tanah urugan dan persoalan
drainase.

Konsolidasi (Consolidation)
Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban.
Sifat ini dipergunakan untuk menghitung penurunan bangunan.

Tegangan geser (Shear Strength)


Untuk menentukan kemampuan tanahn menahan tekanan tekanan tanpa
mengalami keruntuhan.
Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas pondasi atau dasar yang
dibebani, stabilitas tanah isian atau timbunan di belakang bangunan penahan
tanah dan stabilitas timbunan tanah.

Pemadatan
Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, bandungan tanah, dan
banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan
untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung
pondasi di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah

yang

tidak

diinginkan

dan

meningkatkan

kemantapan

lereng

timbunan

(embankments). Penggilas besi berpermukaan halus (smoot-wheel rollers), dan


penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan di lapangan
untuk pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk
memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar dari
permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut vibroflotation
(pemadatan getar apung).
Prinsip-prinsip umum pemadatan
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air
tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumnas) pada partikel-partikel
tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak
dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat.
Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila
kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat. Harap dicatat bahwa pada
saat kadar air w=0, berat volume basah dari tanah () adalah sama dengan berat
volume keringnya (d), atau

Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan
yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga
meningkat secara bertahap pula. Misalnya, pada w = w 1, berat volume basah dari
tanah sama dengan:
Berat volume kering dari tanah tersebut pada kadar air ini dapat dinyatakan
dalam

Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan kadar air
justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan
karena air tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang
sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana
harga berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air optimum.
Percobaan-percobaan

di

laboratorium

yang

umum

dilakukan

untuk

mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah Proctor
Compaction Test (Uji Pemadatan Proctor, menurut nama penemunya, Proctor, 1933).
Cara dan prosedur untuk melakukan percobaan tersebut akan dibahas dalam uraianuraian berikut.
Uji Proctor Standar (Standard Proctor Test)
Pada uji Proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume
1/30 ft3 (= 943,3 cm3). Diameter cetakan tersebut adalah 4 in. (=101,6 mm). Selama
percobaan di laboratorium, cetakan itu dikelem pada sebuah pelat dasar dan di
atasnya diberi perpanjangan (juga berbentuk silinder). Tanah dicampur air dengan
kadar yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan menggunakan penumbuk
khusus. Pemadatan tanah tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) lapisan (dengan tebal tiap
lapisan kira-kira 1,0 in.) dan jumlah tumbukan adalah 25 x setiap lapisan. Berat
penumbuk adalah 5,5 lb (massa = 2,5 kg) dan tinggi jatuh sebesar 12 in. (=304,8
mm). Untuk setiap percobaan, berat volume basah dari tanah yang dipadatkan
tersebut dapat dihitungan sebagai berikut:

Dimana :
W

= berat tanah yang dipadatkan di dalam cetakan

V(m)

= volume cetakan (= 1/30 ft3 = 943,3 cm3)

Juga pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang dipadatkan
tersebut dapat ditentukan di laboratorium. Bila kadar air tersebut diketahui, berat
volume kering d dari tanah tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

Dimana w(%) = Presentase kadar air


Harga d dari persamaan di atas dapat digambarkan terhadap kadar air untuk
mendapatkan berat volum kering maksimum dan kadar air optimum
Prosedur pelaksanaan Uji Proctor Standart telah dirinci dalam ASTM Test
Designation D-698 dan dalam AASHTO Test Designation T-99.
Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara teorotis
didapat bila pori-pori tanah sudah tidak ada udaranya lagi, yaitu pada saat di mana
derajat kejenuhan tanah sama dengan 100%. Jadi berat volume kering maksimum
(teoritis) pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi zero air voids ( pori-pori
tanah tidak mengandung udara sama sekali) dapat ditulis sebagai:

Dimana :
zav

= berat volum pada kondisi zero air voids

= berat volume air

= angka pori

Gs

= berat spesifik butiran padat tanah

Untuk keadaan tanah jenuh 100%, e = wGs, jadi

Di mana w = kadar air


Untuk mendapatkan variasi dari zav terhadap kadar air, gunakanlah prosedur
berikut:
1. Tentukan berat spesifik butiran pada tanah
2. Cari berat volume air (w)

3. Tentukan sendiri beberapa harga kadar air w, misalnya 5%, 10%, 15%,...
dan seterusnya
4. Gunakan persamaan di atas untuk mencari zav dari kadar-kadar air
tersebut
Pemadatan disini diartikan sebagai suatu proses dimana udara pada pori-pori
tanah dikeluarkan dengan suatu cara mekanis (digilas / ditumbuk). Kepadatan yang
dicapai tergantung dari banyaknya air dalam tanah tersebut, yaitu kadar airnya. Untuk
pembuatan timbunan tanah untuk jalan, struktur teknik, bandungan tanah, tanah yang
lepas harus dipadatkan untuk memperbaiki sifat-sifat dari tanah yang dapat memberi
akibat buruk pada konstruksi.
Ada dua cara pemadatan yang didasarkan pada jumlah tenaga yaitu
pemadatan standart dan memadatan berat atau modifikasi. Yang membedakan antara
keduanya adalah pada panjang penumbuk, pemadatan berat atau modifikasi
menggunakan penumbuk yang lebih panjang dibandingkan dengan pemadatan
standard.

1
2
5
6

STANDARD
Cara A
Cara B
Silinder pemadatan
kecil
besar
Material, lewat saringan
No.4
No.4
Penumbuk
Standard Standard
Jumlah lapis
3
3
Jumlah tumbukan tiap lapis 25
56
Material siap tumbuk
2,7 kg
6,4 kg

Cara C
kecil

Standard
3
25
4,5 kg

Cara D
besar
3/4
Standard
3
56
10 kg

1
2
3
4
5
6

BERAT (MODIFIED)
Cara A
Cara B
Silinder pemadatan
kecil
besar
Material, lewat saringan
No.4
No.4
Penumbuk
berat
berat
Jumlah lapis
5
5
Jumlah tumbukan tiap lapis 25
56
Material siap tumbuk yang 3,2 kg
7,3 kg
perlu disediakan setiap kali

Cara C
kecil

berat
5
25
5,4 kg

Cara D
besar
3/4
Berat
5
56
11,3 kg

60.3 mm

50.8 mm

114.3 mm

9.5 mm

3.2 mm

108.0 mm
9.5 mm
6.4 mm

116.434 0.127 mm

101.6 0.406 mm

50.8 mm

6.4 mm D. Slud

6.4 mm
9.5 mm

15.9 mm
12.7 mm

0.8 mm

12.7 mm
9.5 mm
152 mm

1
5

3
7

Garis luar cetakan tanah

Tapak dari pemadatan


oleh penumbuk
(tahap urutan dari
pukulan alat penumbuk)

lapisan pertama

14

16

15
7

13
5

17

10
11

12
lapisan kedua

Gambar 4 : Cara melakukan penumbukan

20

22

21
7

19
5

25

23
24

18
lapisan ketiga

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan :
Penumbuk berat (modified)
Mould/Silinder Pemadatan
Contoh tanah
Cawan
Alat untuk mengeluarkan contoh tanah
Timbangan dengan kapasitas 12 kg dengan ketelitian 5gr
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
Pisau perata contoh tanah
Saringan no. 4
Oven listrik dengan suhu > 1000C
3.2 Prosedur Percobaan
Silinder/mould yang akan digunakan dibersihkan. Timbang silinder/mold
dengn ketelitian 5gram (M1) dan hitung volumenya.
Mould dijadikan satu dan letakkan pada alas yang kokoh.
Ambil contoh tanah (dalam keadaaan kering) yang lolos saringan no. 4 dan
dengan ketentuan banyaknya sebesar 2,7 kg.
Kemudian tuang air dengan kadar yang berbeda
(300ml,400ml,500ml,600ml).
Kemudian masukkan kedalam mould lapisan yang pertama.

Tumbuk dengan alat penumbuk dengan pola yang telah ditentukan.


Isikan lagi untuk lapis berikutnya dengan jumlah tumbukan sama dengan
lapisan pertama.
Pengisian dilanjutkan hingga 3 lapisan. Sambungan mould harus digunakan
untuk mengindari meleset keluarnya alat penumbuk.
Setelah selesai penumbukan, potong disekitar leher silinder dengan pisau
dan lepaskan dari platnya.
Gunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga betul-betul
rata bagian atas dan bawahnnya.
Timbang silinder berisi tanah tersebut.(M2)
Keluarkan contoh tanah tersebut dan ambil sedikit untuk pemeriksaan kadar
air.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Uji
Berat Silinder

= 1750 gram

Diameter silinder (D)

= 10,85 cm

Tinggi silinder

= 11,5 cm

Volume

D2 t

= x 22/7 x (10,85)2 x 11,5


= 1063,7 cm3
Massa Penumbuk

= 4247 gram

Jumlah Lapisan

= 3 lapis

Jmlh. Tumbukan/lapis = 25

Tabel daftar pemadatan


Ukuran silinder
Diameter = 10,85cm
Tinggi
Volume

= 11,5cm
= 1063,7 cm

Berat penumbuk
3

Jumlah lapisan

Percobaan nomor

= 4247 gr
= 3

Tumbukan per lapisan = 25

Berat silinder + tanah padat

3305

3374

3509

3490

Berat silinder

1750

1750

1750

1750

Berat tanah padat (A gr)

1555

1624

1759

1740

Berat volume basah : b = A/V

1,461

1,526

1,653

1,635

No. Cawan timbang

D2

B3

F6

A9

I10

B15

F3

Berat cawan kosong

W1

12,9

12,5

12,5

12,8

12,4

12,6

12,7

12,9

Berat cawan + tanah basah

W2

94,4

91,2

66,8

89,2

74,65

74,35

80,2

76,9

Berat cawan + tanah kering

W3

86

83,3

58,9

79

65

64,7

67,9

65,4

Berat air

A= W2 -- W3

8,4

7,9

7,9

10,2

9,65

9,65

12,3

11,5

Berattanah kering

B = W3 - W1

73,1

70,8

46,4

66,2

52,6

52,1

55,2

52,5

Kadar air

W=A/Bx100%

11,49

11,15

17,02

15,4

18,34

18,52

22,28

21,9

Kadar air rata-rata %

11,32

16,21

18,34

22,09

0,118

0,088

0,085

0,07

Berat volume kering % :


d =

b
1 w

4.2. Prosedur Perhitungan


1. Percobaan 1
Berat volume basah : =

gram

A=
V

1555
1,461
1063,7

cm 3

( Cawan D2 ):

Berat air : A = W2 W3 = 94,4 86 = 8,4 gram


Berat tanah kering : B = W3 W1 =86 12,9 = 73,1 gram
Kadar air : w = A' 100% = 8,4 x100% 11,49%
B

73,1

( Cawan 6 ):

Berat air : A = W2 W3 = 91,2 83,3 = 7,9 gram


Berat tanah kering : B = W3 W1 = 83,3 12,5 = 70,8 gram

Kadar air : w = A' 100% = 7,9 x100% = 11,15 %

70,8

Kadar air rata-rata:

(11,49 11,15)
11,32%
2

Berat volume kering : d =

1,461
b
gram
= 1 11,32 0,118
cm 3
1 w

2. Percobaan 2

Berat volume basah : = A = 1624 1,526 gram


V

1063,7

cm 3

( Cawan B3 ):

Berat air : A = W2 W3 = 66,8 58,9 = 7,9 gram


Berat tanah kering : B = W3 W1 = 58,9 12,5 = 46,4 gram
Kadar air : w = A' 100% = 7,9 x100% 17,02%
B

46,4

( Cawan F6 ):

Berat air : A = W2 W3 = 89,2 79 = 10,2 gram


Berat tanah kering : B = W3 W1 = 79 12,8 = 66,2 gram
Kadar air : w = A' 100% = 10,2 x100% = 15,4 %
B

66,2

Kadar air rata-rata:


(17,02 15,4)
16,21%

Berat volume kering : d =

1,526
b
gram
= 1 16,21 0,088
1 w
cm 3

3. Percobaan 3
Berat volume basah : b =

gram

A=
V

1759
1,653
1063,7

cm 3

( Cawan A9 ):

Berat air : A = W2 W3 = 74,65 65 = 9,65 gram


Berat tanah kering : B = W3 W1 = 65 12,4 = 52,6 gram
Kadar air : w = A' 100% = 9,65 x100% 18,34%
B

52,6

( Cawan I10 ):

Berat air : A = W2 W3 = 74,35 64,7 = 9,65 gram


Berat tanah kering : B = W3 W1 = 64,7 12,6 = 52,1 gram
Kadar air : w = A' 100% = 9,65 x100% = 18,52 %

Kadar air rata-rata:


(18,34 18,52)
18,34%

52,1

Berat volume kering : d =

1,653
b
gram
= 1 18,34 0,085
1 w
cm 3

4. Percobaan 4
Berat volume basah : b = A = 1740 1,635 gram

1063,4

cm 3

( Cawan B15 ):
Berat air : A = W2 W3 = 80,2 67,9 = 12,3 gram

Berat tanah kering : B = W3 W1 = 67,9 12,7 = 55,2 gram

Kadar air : w = A' 100% = 12,3 x100% 22,28%

55,2

( Cawan F3 ):
Berat air : A = W2 W3 = 76,9 65,4 = 11,5 gram

Berat tanah kering : B = W3 W1 = 65,4 12,9 = 52,5 gram

Kadar air : w = A' 100% = 11,5 x100% 21,9%

52,5

Kadar air rata-rata:


( 22,28 21,9)
22,09%

Berat volume kering : d =

4.3. Pembahasan

1,635
b
gram
= 1 22,09 0,07
1 w
cm 3

Pada percobaan nomor 1, digunakan air sebanyak 300ml untuk di


campur dengan tanah yang sudah disaring (saringan No.4).

Harga-harga d dari perhitungan di atas dapat digambarkan terhadap


kadar air untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air
optimum. Persamaan tersebut menunjukkan suatu grafik hasil pemadatan suatu
tanah lempung berlanau.
Dari ketidaksesuaian grafik diatas dapat dilihat bahwa dalam melakukan
percobaan tersebut terdapat faktor - faktor kesalahan,yakni ketidakseragaman
pengambilan berat sampel tanah,kurang meratanya adukan yang dilakukan saat
menambahkan kadar air pada tanah dan ketidakseragaman memberikan
kekuatan pada saat menumbuk tanah(pemadatan).

BAB 5
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dari percobaan yang tekah dilakukan, pada grafik


hubungan kepadatan kering dan kadar air di atas, dapat disimpulkan nilai kadar
air yang terbaik (wopt) untuk tanah yang digunakan sebagai sampel yaitu pada
11,32% untuk mencapai d terbesar atau kepadatan maksimum (d

gram

cm 3

) 0,118

maks

4.2. Saran
Pada setiap percobaan pemadatan dilakukan penambahan

air dengan jumlah yang tetap agar di dapat hasil yang optimal.
Diharapkan dalam melakukan penumbukan dilakukan

dengan benar-benar sesuai dengan pola dan jumlah tumbukan yang telah
ditentukan agar didapat hasil yang diinginkan

LAMPIRAN

SKETSA PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai