Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah material komposit yang rumit. Beton terdiri dari campuran semen, air,
agregat halus misalnya pasir, agregat kasar misalnya kerikil, dan bahan tambah
misalnya fly ash.
Beton yang merupakan produk manusia dan dibuat dari bahan alami, maka mutu beton
dipengaruhi oleh faktor manusia dan faktor alam, sehingga dalam proses pembuatan
beton selalu dibuat perancangan campuran agar diperoleh kekuatan beton yang
dikehendaki.
Secara lengkap fungsi agregat dalam beton adalah:
1.
2.
3.
4.

Menghemat pemakaian semen untuk mendapatkan beton yang murah.


Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
Mengurangi penyusutan pada perkerasan beton
Gradasi agregat yang baik (tidak seragam) menghasilkan beton yang padat

(gradasi adalah variasi ukuran susunan butiran agregat)


5. Menghasilkan sifat yang workability.
Beton yang ada pada saat ini merupakan bahan konstruksi yang sangat umum,
mempunyai sifat yang khas yaitu mampu memikul gaya tekan yang besar. Dalam
perkembangannya biasanya beton digunakan bersama dengan bahan-bahan konstruksi
lainnya untuk menutupi kelemahan beton antara lain lemah terhadap gaya tarik. Bahan
tersebut adalah baja atau lebih dikenal dengan tulangan baja. Gabungan beton dengan
baja tersebut biasanya disebut beton bertulang.
Klasifikasi beton selama ini merupakan penggolongan yang berdasarkan kekuatan tekan
karakteristik, misalnya dalam SK SNI 1991 disebutkan bahwa beton mutu fc 20 MPa,
fc 25 MPa, fc 30 MPa. Hasil ini diperoleh dari hasil penilitian di laboratorium. Di
lapangan kekuatan beton dipengaruhi oleh bahan utama penyusun beton itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh keadaan prosesnya (cara pembuatan, perawatan dan orang yang
menangani). Oleh karena itu diperlukan quality control yang baik. Hai ini dapat
dilakukan oleh perencanaan secara langsung maupun oleh petugas lapangan yang

mengerti teknologi beton yang baik, sehingga diperoleh kekuatan beton yang di
inginkan untuk konstruksi yang diperlukan.

Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingakn dengan kuat tariknya, dan beton
merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari
kuat tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya
beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama
dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik.
Dengan demikian tersusun pembagian tugas, dimana batang tulangan bertugas
memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan untuk
menahan gaya tekan. Komponen struktur beton dengan kerjasama seperti itu disebut
sebagai beton bertulangan baja atau lazim disebut beton bertulang saja.
Dalam perkembangannnya, didasarkan pada tujuanpeningkatan kemampuan kekuatan
komponen, sering juga dijumpai beton dan tulangan baja bersama-sama ditempatkan
pada bagian struktur dimana keduanya menahan gaya tekan.
Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua bahan yang berbeda sifat dan
perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku struktural untuk
mendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda dngan apabila hanya digunakan
satu macam bahan saja seperti halnya pada struktur baja, kayu, aluminium, dan
sebagainya.
Kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan
didasarkan pada keadaan-keaadaan:
1. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang
membungkusnya sehingga tidak terjdi penggelinciran di antara keduanya
2. Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu
melindungi dan mencegah terjadinya karat baja

3. Angka muai kedua bahan hampir sama, dimana untuk setiap kenaikan suhu
satu derajat celcius angka muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan
baja 0,000012, sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai dapat
diabaikan
Sebagai konsekuensi dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan, di daerah tarik
suatu komponen struktur akan terjadi retak-retak beton di dekat baja tulangan. Retak
halus yang demikian dapat diabaikan sejauh tidak mempengaruhi penamapilan
struktural komponen yang bersangkutan.
Secara singkat dapat disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton
normal, antara lain:
1. Mutu semen Portland
2. Pertandingan adukan beton.
3. Susunan agregat halus dan kasar, gradasi yang baik menghasilkan beton yang
4.
5.
6.
7.

padat.
Pengaruh faktor air dan semen (FAS)
Umur beton (setelah 28 hari, kekutan beton tetap)
Proses pembuatan dan quality control
Suhu

Faktor-faktor di atas harus diperhatikan agar dapat diperoleh beton dengan mutu yang
baik.

SEMEN
Semen yang dipakai dalam campuran harus dipilih dari 5 tipe semen menurut
kebutuhan konstruksi dan diusahakan disimpan di tempat yang kering.

PERBANDINGAN ADUKAN BETON


Dalam perbuatan beton diperlukan perbandingan antara jumlah semen : pasir :
kerikil. Jumlah kandungan semen berpengaruh terhadap kekuatan beton
sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
Jika nilai FAS kecil, maka kandungan air (kadar air) di dalam beton akan sedikit,
hal ini berpengaruh pada proses pembuatan beton. Dimana beton akan sulit
dicetak (slump kecil) tapi mutu beton yang dihasilkan baik. Begitu juga
sebaliknya.

AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR


Pasir dan kerikil harus bergradasi baik, dalam arti bahwa ruang kosong antara
kerikil dapat diisi pasir sehingga dihasilkan susunan yang padat, untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan gradasi yang bertujuan untuk memperoleh perbandingan
yang proporsional untuk membentuk konstruksi beton.

Tujuan utama mempelajari sifat - sifat beton adalah untuk perencanaan campuran ( mix
design ), yaitu pemilihan dari bahan - bahan beton yang memadai, serta menentukan
proporsi masing - masing bahan untuk menghasilkan beton yang ekonomis dengan
kualitas yang baik. Syarat - syarat beton keras ditentukan oleh jenis struktur dan teknik
pengecoran ( peletakkan, pengangkutan, dan pemadatan ). Kedua hal ini menentukan
komposisi dari campuran, dengan memperlihatkan derajat pengawasan di lapangan.
Mengerti prinsip - prinsip dasar perencanaan campuran adalah lebih penting dari
perhitungan sendiri. Hanya jika prinsip perencanaan campuran sudah dimengerti maka
kualitas dapat dipertahankan dengan mengendalikan metode produksi. Perencanaan
campuran hanyalah alat untuk memproduksi beton.
Prosedur perencanaan meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalah mengumpulkan
persyaratan penggunaan struktur beton tersebut, kondisi lingkungannya, dan ukuran
penampang. Dari persyaratan tersebut ditentukan data tahap kedua, yang merupakan
dasar perencanaan campuran, yaitu kuat rencana, slump, ukuran butir terbesar, dan
sebagainya. Dari dasar inilah perhitungan dibuat, yaitu tahap ketiga. Ada berbagai
metode yang bisa digunakan pada tahap ini.
Sebelum suatu campuran diproporsi, perlu informasi tentang tujuan penggunaan beton,
kondisi exposure, ukuran, dan bentuk section, sifat fisik beton ( seperti kekuatan ) yang
dibutuhkan untuk struktur. Tidak hanya kekuatan dan workability saja. Beton yang
terekspose pada kelengasan, frost atau bahan agresif dalam tanah, misalnya harus
direncanakan pada faktor air semen yang lebih rendah, untuk membuat kedap air dan
mempunyai ketahanan.

Ada beberapa sifat - sifat fisik yang digunakan atau dibutuhkan dalam perencanaan
campuran ( mix design ); antara lain pemeriksaan kadar air, pemeriksaan kadar lumpur,
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat, pemeriksaan analisa saringan
(gradasi), dan pengujian keausan agregat ( abrasi ).
Pemeriksaan kadar air dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan kadar air agregat halus dan
pemeriksaan kadar air agregat kasar. Kandungan air serapan adalah kandungan air yang
diserap oleh rongga-rongga di dalam partikel agregat dan biasanya tidak terlihat.
Sedangkan kandungan air adalah kendungan air yang menempel pada permukaan
agregat. Besarnya kandungan air pada agregat yang akan digunakan perlu diketahui
untuk mengontrol besarnya jumlah air di dalam suatu campuran beton. Pengertian kadar
air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan
berat agregat dalam keadaan kering. Tujuan dari pemeriksaan kadar air adalah untuk
mengetahui kadar air dari agregat. Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya
dibagi atas:
Kering oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran
beton secara maksimal.
Kering udara, yaitu kondisi agregat yang kering permukaan namun sedikit air di
rongga-rongganya. Agregat jenis ini juga dapat menyerap air di dalam campuran
walaupun tidak dengan kapasitas penuh.
Jenuh dengan permukaan kering (SSD), yaitu kondisi agregat yang
permukaannya kering, namun semua rongga-rongganya terisi air. Di dalam
campuran beton, agregat dalam kondisi initidak akan menyerap ataupun
menyumbangkan air ke dalam campuran.
Basah, yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada
permukaannya. Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air ke dalam
campuran.
Pemeriksaan kadar lumpur agregat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan kadar lumpur
agregat halus dan pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar. Adapun tujuan dari
pemeriksaan kadar lumpur agregat adalah menentukan kadar persentase kadar lumpur
dalam agregat. Yaitu perbandingan antara berat lumpur yang dikandung agregat dengan
agregat dalam keadaan kering. Tanah liat dan lumpur biasanya serta bahan-bahan

organik tercampur dalam agregat halus. Bila jumlahnya cukup banyak dapat
mempengaruhi dan mengurangi kekuatan beton serta beberapa kemungkinanlainnya
dapat muncul sehingga dapat menghambat hidrasi semen. Keadaan ini akan menjadi
lebih buruk lagi bila lumpur atau tanah liat membentuk suatu lapisan yang menyelimuti
agregat sehingga mencegah terjadinya adhesi semen.
Dalam pemeriksaan ini, untuk menghilangkan lumpur atau tanah liat dari dalam agregat,
maka dilakukan pencucian agregat melalui saringan uji, sehingga diperoleh perbedaan
berat antara benda uji yang tertahan diatassaringan, selisih ini dianggap berupa lumpur
atau tanah liat. Pemeriksaan kadar lumpur ini dilakukan setelah pemeriksaan kadar air.
Kandungan lumpur < 5 % merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan
agregat halus untuk pembuatan beton. Sedangkan, kandungan lumpur < 1 %
merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat kasar untuk pembuatan
beton.
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
berat jenis dan penyerapan agregat halus dan pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar.
Berat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara kering udara dengan berat air
yang berat volumenya sama dengan volume sampel pada suhu atau temperatur yang
sama. Untuk mendapatkan berat jenis (specific gravity) pasir adalah dengan cara
memasukkan pasir dalam kondisi SSD (Saturated Surface Dry) seberat 500 gram ke
dalam picnometer. Untuk mengetahui pasir dalam kondisi SSD, dapat dilakukan
percobaan dengan memasukkan pasir ke dalam cetakan khusus atau saturated dry sand
conical mould yang ditumbuk dengan tongkat sebanyak 25 kali pukulan. Jika cetakan di
angkat, bentuk pasir berubah dan ketinggalan pasir menurun sepertiganya, maka pasir
tersebut dalam kondisi SSD. Kemudian piknometer dikocok hingga isinya tercampur
rata dan rongga udara hilang. Ukuran volume pasir setelah air hingga 500cc lagi,
kemudian pasir dikeringkan dan setelah itu ditimbang berat picnometer dan pasirnya.

Absorbsi pasir adalah perbandingan berat pasir kering udara dan pasir kering oven.
Untuk standar absorbsi pasir < 3,1%.
Yang dimaksud dengan (specific gravity) agregat kasar (kerikil) adalah perbandingan
antara berat agregat kasar dengan berat air suling yang mempunyai volume sama.
Specific gravity kerikil diperoleh dengan cara membandingkan antara berat kering
dengan selisih antara berat kering dengan berat kerikil dalam air.
Sedangkan penyerapan atau absorpsi kerikil adalah banyaknya air yang dikandung
dalam kerikil tersebut. Untuk standar penyerapan kerikil adalah lebih kecil dari 1,5 %.
Adapun tujuan dari pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus adalah
menentukan " bulk and apparent " specific gravity dan penyerapan ( absorption ) dari
agregat halus menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan
besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton. Sedangkan, tujuan dari
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar adalah menentukan " bulk dan
apparent " specific gravity dan penyerapan ( absorption ) dari agregat kasar menurut
prosedur ASTM C127. Nilai ini diperlukan untuk menentukan besarnya komposisi
volume agregat dalam adukan beton.
Pemeriksaan analisa saringan agregat ( gradasi ) dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
gradasi agregat halus (pasir) dan pemeriksaan agregat kasar (kerikil). Tujuan dari
pemeriksaan gradasi agregat halus dan pemeriksaan gradasi agregat kasar adalah
menentukan pembagian butir ( gradasi ) agregat. Gradasi agregat adalah distribusi
ukuran butir agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam),
maka volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori
diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi. Menurut ASTM C=33, batas bawah ukuran pasir sebesar 0.0075
mm (saringan no. 200), sedangkan batas atasnya adalah 4.75 mm (ukuran saringan
no.4).

Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi beton harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir- butir
harus bersifat kekal, dan tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti
hujan atau terik matahari.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 %
(ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur adalah
bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui 5 %, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak
dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan
larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan ini dapat juga
dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 hari dan 28
hari tidak kurang dari 95 % dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi
dicuci dalam 3 % NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air pada
umur yang sama.
4. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat
sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10 % berat
sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 95 % berat
5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan
yang diakui.
6. Butiran agregat halus berdiameter 0.075 mm hingga 4 mm.

Derajat kehalusan suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan (Fineness Modulus)
dengan batasan-batasan sebagai berikut:
Pasir Halus : 2,20 < FM < 2,60

Pasir Sedang : 2,60 < FM 2,90


Pasir Kasar : 2,90 FM 3,20
Sebagai bahan campuran beton, pasir harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Berdasarkan ASTM C 35-37, modulus kehalusan (fines modulus) antara 2.3
3.1
2. Berdasarkan SK SNI T-15 1990-03, agregat halus masuk dalam zona 2 (pasir
agak kasar).
Pada dasarnya kerikil, seperti halnya pasir terbentuk dari hasil proses disintegrasi
batuan alam. Kerikil merupakan salah satu jenis dari agregat kasar yang berupa natural
sand. Jenis lain dari agregat kasar adalah batu pecah atau batu kericak yang merupakan
hasil dari mesin pemecah batu atau coarse stone.
Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi persyaratanpersyaratan sebagai berikut:
1. Agregat kasar adalah agregat dengan besar butiran lebih dari 5 mm. Sesuai
dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton
maka agregat kasar harus memenuhi syarat.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat
seluruhnya. Butir-butir kasar harus bersifat kekal yang berarti tidak pecah
atau hancur akibat pengaruh cuaca seperti hujan dan terik matahari.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan
terhadap berat kering).Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui/lolos ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui
1 %, maka agregat kasar harus dicuci.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak
beton, seperti zat-zat yang aktif terhadap alkali.

5. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan mesin pengaus Los
Angeles dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat melebihi 5 %.
6. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam dan apabila
diayak, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat.
Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % dan 98 %.
Selisih antara sisa-sisa kumulatif ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60 % dan minimum 10 % dari berat
7. Berat butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal plat atau 3/4 dari jarak
bersih

minimum

di

antara

batang-batang

atau

berkas

tulangan.

Penyimpangan dari batasan ini diijinkan apabila menurut pengawas ahli,


cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak
terjadinya sarang-sarang kerikil.

Sebagai bahan untuk campuran beton, kerikil harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
Berdasarkan ASTM C 35-37, modulus kehalusan butir antara 7,49-9,55.
Berdasarkan SK SNI T-15 1990-03, agregat kasar masuk dalam zona 3.
Mempertahankan gradasi kerikil agar tetap konstan adalah sangat penting, karena
berpengaruh pada mutu beton. Maksudnya agar kerikil dan pasir (diameter 0,14 mm 5
mm) dapat berbentuk susunan agregat yang padat (beton padat) sehingga kekuatan
beton akan besar. Namun apabila situasi tidak memungkinkan untuk memperoleh hasil
yang disyaratkan, maka dapat diambil suatu pendekatan antara persyaratan teknis dan
ekonomisnya dalam batas-batas tertentu. Gradasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
menerus (continuous grade), seragam (uniform grade), dan sela (gap grade).
Pengujian keausan agregat ( abrasi ) mempunyai tujuan yaitu menentukan kekuatan
tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan dibuat maka agregat tersebut masih
cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Keausan adalah perbandingan antara

berat bahan yang hilang atau tergerus (akibat benturan bola-bola baja) terhadap berat
bahan awal (semula).
Mesin abrasi Los Angeles yang dipakai merupakan alat simulasi keausan dengan bentuk
dan ukuran tertentu terbuat dari pelat baja berputar dengan kecepatan tertentu. Pada
mesin abrasi digunakan bola baja yang merupakanbesi bulat dan masif dengan ukuran
dan berat tertentu yang digunakan sebagai beban untuk menggerus agregat pada mesin
abrasi.
Persyaratan mix design meliputi, jenis struktur, kondisi lingkungan, ukuran penampang,
kualitas material, dan koefisien material. Dasar perencanaan mix design meliputi,
ukuran butir terbesar, slump, kekuatan rencana, ketahanan, kelecakan, kekuatan semen,
dan jenis admixture. Sedangkan, perhitungan meliputi faktor air semen, jumlah air,
faktor semen - agregat, dan hitung semua proporsi.
Dalam merencakan campuran beton (mix design), data yang kita perlukan diantaranya
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan
air pada agregat kasar.
1. Berat jenis curah, yaitu perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu 25o C.
2. Berat jenis kering permukaan jenuh, yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25o C.
3. Berat jenis semu, yaitu perbandingan antaraberat agregat kering dalam
keadaan kering pada suhu 25o C.
4. Penyerapan, yaitu perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering (%).
Dari ketiga berat jenis tersebut di atas, jika dibandingkan nilainya, maka akan diketahui
sifat penyerapan air agregat kasar. Jika perbedaannya relatif kecil, maka sifat
penyerapan air agregat kasar tersebut kecil. Begitu pula sebaliknya, jika perbedaannya
besar, maka sifat penyerapan ait agregat kasar relatif besar. Penyerapan air ini berfungsi

untuk menentukan besarnya kandungan air dan agregat dalam pembuatan mix design
sehingga diperoleh campuran beton yang ideal.
Menurut A.M. Neville PROPERTIES OF CONCRETE disebutkan bahwa Bulk
Specific Gravity (berat jenis kering permukaan jenuh) berkisar antara 2,5 3,00.
Sedangkan penyerapan air berdasarkan SK SNI T-15 1990-03, pada Pengerjaan
Perencanaan Campuran Beton disebutkan bahwa penyerapan air agregat kasar (kerikil)
adalah < 1,63 %.
Berlainan dengan baja yang kuat terhadap tarik, beton mempunyai daya tahan terhadap
tekan yang sangat besar. Beton disusun dari bahan-bahan utama, yaitu : semen portland,
pasir, kerikil, air, dan bahan tambahan untuk memberi sifat yang menguntungkan dalam
perencanaan kontruksi. Hal ini berhubungan dengan segi kekuatan dan keekonomian
beton. Pembuatan beton sebagai bahan pendukung bangunan sangat bergantung pada
banyak faktor, tidak hanya pada pemilihan bahan dan perbandingan yang tepat dari
bahan-bahan penyusun saja, tapi juga cara pelaksanaannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kekuatan beton antara lain :

Faktor Air Semen (FAS)


Mix Desain dan Perbandingan campuran
Proses pembuatan dan quality kontrol
Perawatan

Anda mungkin juga menyukai