MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Landasan Psikologis Pendidikan
yang dibina oleh Ibu Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd
Oleh
1.
2.
3.
4.
(130111600051)
(130111613640)
(130111613648)
(130111613634)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan
makalah
mata
kuliah
LANDASAN
PSIKOLOGIS
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Landasan Psikologis
Pendidikan di program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
pada Universitas Negeri Malang . Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Irene Maya Simon selaku dosen pembimbing
mata kuliah Landasan Psikologis Pendidikan dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangankekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biografi Lawrence Kohlberg
2.2 Pengertian Perkembangan Moral
3
4
11
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian moral menurut Kohlberg
2. Untuk mengetahui konsep dan teori perkembangan moral
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan perkembangan
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang memperngaruhi perkembangan
moral.
5. Untuk mengetahui kritik terhadap teori Kohlberg.
BAB II
PEMBAHASAN
Moral
Santrock
(1995)
Perkembangan
moral
adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai
yang berlaku dalam kelompok sosial.
2.3 Perkembangan Moral menurut Lawrence Kohlberg
Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori Piaget,
yaitu dengan pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkem-bangan yang
memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal). Selain itu Kohlberg juga
menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral (moral
behavior).Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya
moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang
diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran
moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan
perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari
keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget,yang
menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan
konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan
bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan
dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,walaupun ada dialog yang
mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan
cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada
2.4 Tiga Level dan Enam Tahap Penalaran Moral menurut Kohlberg
Level
Level
Rentang Usia
: Ditemukan
Tahap
pada Tahap
membuat
keputusan
Moralitas
anak-anak
prakonvensiona
Hukuman
: Orang
siswa (Punishment
obedience)
yang
apa
terbaik
mereka,
bagi
tanpa
and mempertimbangkan
kebutuhan
atau
mematuhi
tersebut
yang
lebih
berkuasa,
mereka
dan
mungkin
melanggarnya
mereka
bila
merasa
pelanggaran tersebut
tidak ketahuan orang
lain. Perilaku yang
salah
adalah
memahami
dan bahwa
menerima
orang
juga
(Exchange
memiliki
of kebutuhan.
favors)
lain
Mereka
mungkin
mencoba
memuaskan
kebutuhan orang lain
apabila
kebutuhan
memenuhi
perbuatan
(bila
tersebut
kamu
mau
memijat
punggungku;
aku
masih
mendefinisikan yang
benar dan yang salah
berdasarkan
konsekuensinya bagi
diri mereka sendiri.
Level
: Ditemukan
membuat
Moralitas
(good keputusan
konvensional
tingkat
melakukan tindakan
sejumlah
siswa
tertentu semata-mata
untuk
menyenangkan
biasanya
muncul
masa SMU)
tidak
sebelum
tokoh-tokoh
memiliki
yang
otoritas
sebaya
yang
populer).
Mereka
dan
serta
membuat
keputusan.
Tahap 4 : Hukum Orang
dan
tata
(Law
keteraturan).
memandang
yang
menyediakan
pedoman
bagi
perilaku.
Mereka
memahami
bahwa
menjamin
berjalan
harmonisnya
kehidupan bersama,
dan meyakini bahwa
tugas mereka adalah
mematuhi peraturanperaturan
tersebut.
Meskipun
begitu,
mereka menganggap
(tidak
fleksibel);
belum
mereka
menyadari
bahwa sebagaimana
kebutuhan
masyarakat berubahubah, peraturan pun
juga
seharusnya
berubah.
Level
Moralitas
postkonvension
al
: Jarang
Sosial
contract).
memahami
(Social bahwa
peraturan-
dari
persetujuan banyak
individu
mengenai
perilaku
yang
dianggap
tepat.
Peraturan dipandang
sebagai mekanisme
yang
bermanfaat
untuk
memelihara
keteraturan
social
Orang
juga
memahami
fleksibilitas
sebuah
peraturan; peraturan
yang
tidak
lagi
mengakomodasi
kebutuhan terpenting
masyarakat bisa dan
harus dirubah.
Tingkat
Prinsip
universal
ideal
: Orang-orang
etika dan
setia
taat
pada
(tahap beberapa
prinsip
yang abstrak
dan
hanya kesetaraan
semua
manusia,
komitmen
pada
keadilan)
yang
melampaui
norma-
normadan peraturanperaturan
spesifik.
sangat
hati
yang
Mereka
mengikuti
nurani
dan
peraturan
bertentangan
prinsip-
perkembangan kognitif umum, perkembangan rasio dan rationale, isu dan dilema
moral, dan perasaan diri.
1. Perkembangan Kognitif Umum.
Penalaran moral yang tinggi (advanced) penalaran yang dalam mengenai
hokum moral dan nilai-nilai luhur seperti kesetaraan, keadilan, hak-hak asasi
manusia memerlukan refleksi yang mendalam mengenai ide-ide abstrak. Dengan
demikian dalam batas-batas tertentu, perkembangan moral bergantung pada
perkembangan
kognitif
(Kohlberg,
1976;Nucci,2006;Turiel,2002).
Sebagai
contoh, anak-anak yang secara intelektual (gifted) berbakat umumnya lebih sering
berpikir tentang isu moral dan bekerja keras mengatasi ketidakadilan di
masyarakat local ataupun dunia secara umum ketimbang teman-teman sebayanya
(silverman,1994). Meski demikian, perkembangan kognitif tidak menjamin
perkembangan moral. Terkadang siswa berpikir abstrak mengenai materi
akademis dan pada saat yang sama bernalar secara prakonvensional, yang
berpusat pada diri sendiri (Kohlberg, 1976; Silverman, 1994).
2. Penggunaan Ratio dan Rationale.
Anak-anak lebih cenderung memperoleh manfaat dalam perkembangan
moral ketika mereka memikirkan kerugian fisik dan emosional yang ditimbulkan
perilaku-perilaku tertentu terhadap orang lain. Menjelaskan kepada anak-anak
alasan perilaku-perilaku tertentu tidak dapat diterima, dengan focus pada
perspektif
orang
lain,
dikenal
sebagai
induksi(induction)
(M.L.Hoffman,1970,1975).
3. Isu dan Dilema Moral.
Dalam teorinya mengenai perkembangan moral, Kohlberg menyatakan
bahwa anak-anak berkembang secara moral ketika mereka menghadapi suatu
dilema moral yang tidak dapat ditangani secara memadai dengan menggunakan
tingkat penalaran moralnya saat itu dengan kata lain, ketika anak menghadapi
situasi yang menimbulkan disequilibrium. Upaya untuk membantu anak-anak
yang menghadapi dilemma semacam itu, Kohlberg menyarankan agar guru
menawarkan penalaran moral satu tahap diatas tahap yang dimiliki anak saat itu.
Kohlberg (1969) percaya bahwa dilema moral dapat digunakan untuk memajukan
tingkat penalaran moral anak, tetapi hanya setahap demi setahap. Dia berteori
bahwa cara anak-anak melangkah dari satu tahap ke tahap berikut ialah dengan
berinteraksi dengan orang-orang lain yang penalarannya berada satu atau paling
tinggi dua tahap di atas tahap mereka.
4. Perasaan Diri.
Anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku moral ketika mereka
berpikir bahwa sesungguhnya mampu menolong orang lain dengan kata lain
ketika mereka memiliki pemahaman diri yang tinggi mengenai kemampuan
mereka membuat suatu perbedaan (Narfaez & Rest,1995). Lebih jauh, pada masa
remaja, beberapa anak muda mulai mengintegrasikan komitmen terhadap nilainilai
moral
terhadap
identitas
mereka
secara
keseluruhan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Moral adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma - norma
hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat
dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati
hukum
hukum
yang
berlaku
di
tempat
dia
hidup.
moralnya.
moral
pada
anak
sehingga
kita
dapat
mengupayakan
DAFTAR PUSTAKA