Anda di halaman 1dari 7

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsentrat
MenurutDarmono (1993) bahwa Pakan penguat atau konsentrat adalah
pakan yang berasal dari biji-bijian dan mengandung protein yang cukup tinggi dan
mengandung serat kasar kurang dari 18 %. Pakan penguat atau konsentrat
diberikan dengan tujuan menambah nilai gizi pakan, menambah unsur pakan yang
defisiensi dan meningkatkan konsumsi pakan (Murtidjo, 1993).Hartadi et al.
(1997) menambahkan bahwa konsentrat adalah suatu bahan pakan yang
dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari
keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai
suplemen (pelengkap) atau makanan pelengkap.
Sapi yang sedang tumbuh ataupun yang sedang dalam periode
penggemukan harus diberikan pakan penguat yang cukup, sedangkan sapi yang
digemukkan dengan sistem dry lot fattening justru sebagian besar pakan berupa
pakan berbutir atau penguat (Darmono, 1993).Konsentrat sumber protein dapat
diperoleh dari hasil samping penggilingan berbagai biji-bijian, bahan pakan
sumber protein hewani, dan hijauan sumber protein, sedangkan konsentrat sumber
energi dapat diperoleh dari dedak dan biji-bijian seperti jagung (Parakkasi, 1999).
Bahan pakan penguat ini meliputi bahan makanan yang berasal dari biji-bijian
seperti jagung giling, menir, bulgur, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan
berbagai umbi. Fungsi pakan penguat ini adalah meningkatkan dan memperkaya
nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah.
Konsentrat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu konsentrat sumber protein
dan konsentrat sumber energi. Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi
apabila mempunyai kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar
18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai
kandungan protein lebih besar dari 20% (Tillman et al.,1991).
Pemberian pakan konsentrat biasanya diberikan sebelum pakan kasar atau
hijauan. Hal ini dimaksudkan agar mikrobia rumen telah mendapat cukup energi

sehingga dapat berkembangbiak secara optimal dan selanjutnya mikrobia tersebut


diharapkan mampu mengkonversi pakan kasar yang berupa hijauan menggunakan
enzyme selulase dan kemudian diserap oleh tubuh ternak. Pemberian hijauan
dilakukan biasanya selang 2 jam setelah pemberian konsentrat agar mikroba
dalam rumen dapat berkembang biak terlebih dahulu, sehingga dapat mencerna
hijauan dengan baik. Imbangan pemberian hijauan dan konsentrat dalam bahan
kering supaya dapat dicapai koefisien cerna pakan tertinggi adalah sebesar 60 : 40
(Sutardi, 1981).
Konsentrat sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia (sapi potong),
karena bahan-bahan tersebut mudah difermentasikan sehingga konsentrat akan
meningkatkan kadar propionat yang berguna dalam pembentukan daging dan akan
merangsang pertumbuhan mikrobia rumen sehingga mempercepat kemampuan
mencerna serat kasar. Kualitas konsentrat perlu diperhatikan dalam menyusun
pakan sapi potong ditentukan oleh kandungan protein dan energinya (Siregar,
1995). Selain komposisi kimia faktor penting dalam mengevaluasi konsentrat
terkandung dalam pakan sapi perah adalah palatabilitas, kualitas produk dan biaya
(Ensminger,

1983).

Penambahan

konsentrat

pada

ternak

ruminansia

memungkinkan ternak untuk mengkonsumsi pakan yang lebih baik nutriennya


dan lebih palatabel, selain itu kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat
memanfaatkan pakan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan
selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada. Konsentrat sangat mudah
dicerna dan berperan sebagai sumber zat pakan utama seperti karbohidrat dan
protein (Tillman et al., 1991).

DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.
Ensminger, M. E. 1983. Dairy Cattle Science. 3rd ed. The Interstate Printers
Publishers Inc. Denvile, Illionis. New York.
Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan
Makanan

Ternak

Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta


Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius, Jakarta
Parakkasi,

A.

1999.

Ilmu

Nutrisi

dan

Makanan

Ternak

Ruminan.

Universitas Indonesia Press,Jakarta.


Siregar, S. B. 1995. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makananya. Fakultas Peternakan
IPB, Bogor.

III
PEMBAHASAN

3.1. Pengolahan Konsentrat Secara Biologis


Pengolahan terhadap limbah pertanian sebagai pakan telah banyak
dilakukan yaitu secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya. Pengolahan secara
biologis yaitu pengolahan dengan menggunakan media jamur atau mahluk hidup
lainnya.Pengolahan

secara

biologis

mikroorganisme saat ini banyak

dengan

memanfaatkan

bantuan

dilakukankarena lebih ramah terhadap

lingkungan, waktu singkat dan efisien, tidak tergantung cuaca tetapi perlu kondisi
yang optimum bagi pertumbuhan mikrobia (suhu, kelembaban, pH dan lainnya).
Adapun kelemahan dari pengolahan secara biologis yaitu memerlukan peralatan
yang mahal dan hasilnya kurang disukai ternak.
3.1.1. Pengolahan Konsentrat dengan Penambahan Probiotik dan Effektife
Mikroorganisme (EM4)
Menurut Fuller (1989) yang disitasi oleh Ramia (2000) probiotik
merupakan pakan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang dapat memberikan
pengaruh menguntungkan bagi ternak inang dengan meningkatkan keseimbangan
populasi mikroba dalam saluran pencernaan ternak. Menurut Aryogi et al (1999)
probiotik merupakan kumpulan hasil seleksi mikrobiaproteolytic, lignolytic,
cellulolytic, dan lipolytic yang mampu menguraikan senyawa organik komplek
dalam suatu bahan pakan menjadi senyawa organik sederhana yang lebih mudah
diserap oleh alat-alat pencernaan ternak.
Probiotik tergolong dalam makanan fungsional dimana bahan makanan ini
mengandung komponen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak
dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan
ternak. Probiotik merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses

penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat


residu dan tidak terjadi mutasi pada ternak (Samadi, 2007).
Manfaat probiotik sebagai bahan aktif ditunjukkan dengan meningkatkan
ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, disamping itu probiotik juga
meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan
(Samadi, 2007).
Teknologi EM4 pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa
dari Universitas Ryukyus Jepang pada tahun 1980. Em4 merupakan campuran
dari mikroorganisme fermentasi dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara
sinergis (saling menunjang) untuk memfermentasi bahan organik. Bahan organik
tersebut berupa sampah kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui
proses fermentasi bahan organik diubah kedalam bentuk gula, alkohol, dan asam
amino. EM4 masuk Indonesia pada tahun 1993, yangsebelumnya dilakukan
usaha-usaha peneletian selama tiga tahun antara tahun 1990-1993. Penelitian
tentang EM4 diprakarsai oleh yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming
Societes, merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang penelitian dan
pengembangan pertanian.
Produk EM4 merupakan kultur EM dalam medium cair berwarna coklat
kekuning-kuningan yang menguntungkan untuk prtumbuhan dan produksi ternak
dengan ciri-ciri berbau asam manis. EM4 peternakan mampu memperbaiki jasad
renik didalam saluran pencernaan ternak sehingga kesehatan ternak akan
meningkat, tidak mudah stres dan bau kotoran akan berkurang. Pemberian EM4
pada pakan dan air minun ternak akan meningkatkan nafsu makan ternak karena
aroma asam manis yang ditimbulkan. EM4 peternakan tidak mengandung bahan
kimiawi, sehingga aman bagi ternak.
Ada banyak mikroorganisme yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut
antara

lain

adalah

EM4.

mengandung Lactobacillus,

EM4
jamur

adalah

campuran
fotosintetik,

kultur

yang
bakteria

fotosintetik,Actinomycetes, dan ragi. Telah dibuktikan bahwa EM4 mempunyai


kemampuan untuk menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan palatabilitas
bahan pakan(Santoso, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Ramia, I.K., 2000. Suplementasi Probiotik dalam Ransum Berprotein Rendah
terhadap Penampilan Itik Bali. Majalah Ilmiah Peternakan. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana, Denpasar: 45-54.
Samadi. 2007. Probiotik Pengganti Anti Biotik dalam Pakan Ternak. Fakultas
Pertanian Prodi Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Sumber :
http:/www.indo.net.id .Diakses 5 Oktober 2014 pukul 16.00.
Santoso, U.,dan I. Aryani. 2008. Perubahan Komposisi Kimia Daun Ubi Kayu
yang

Difermentasi

EM4.

Jurusan

Peternakan.

Fakultas

Pertanian.

Universitas Bengkulu. http://www.wordpress.com//pe/pemanfaatan em4


pada pakan/. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2014 pukul 16.00.

3.1.2. Kulit Ubi Kayu Fermentasi


Kandungan

nutrien

dalam

kulit

ubi

kayu

fermentasi

dengan

Rhizopusoligosporus berdasarkan bahan kering adalah serat kasar 24,95%, protein


kasar 18,78%, lemak 2,99%, Ca 0,312%, P 0,127%, ME 22% dan kadar HCN
19,44ppm (Prasetyo, 2005).
Zat racun asam sianida yang terdapat di dalam umbi atau daun merupakan
alah satu faktor penghambat dalam penggunaan ubi kayu sebagai bahan makanan
ternak ataupun manusia. Sebenarnya HCN ini tidak didapatkan di dalam tanaman
sebelum glukosida dan enzim tertentu di dalam tanaman bereaksi, yakni bila
tanaman dipotong, dikunyah, dan dicerna. (Parakkasi, 1983).
Fermentasi

adalah

suatu

proses

perubahan

kimia

dalam

satu

substratorganik yang dapat berlangsung karena aksi katalisator biokimia yaitu


enzim yang dihasilkan oleh mikrobia tertentu. Fermentasi padat dengan substrat

kulit ubi kayu dilakukan untuk meningkatkan kandungan protein dan


mengurangimasalah limbah pertanian (Oktora dkk.,2008).
Kandungan

nutrien

dalam

kulit

ubi

kayu

fermentasi

dengan

Sacharomycescerevicae (ragi tape) berdasarkan bahan kering adalah serat kasar


17,37%, proteinkasar 7,87% dan lemak 8,74%. Kulit ubi kayu merupakan limbah
yang dapatdimanfaatkan untuk pakan ternak (Prasetyo, 2005).

Oktora, E.D., I. Zuhriansyah, N.F. Dewi. 2008. Produksi Sel Tunggal


HasilFermentasi Kulit Ubi Kayu. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang.
Parakasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak . Angkasa. Bandung.
Prasetyo, H. 2005. Pengaruh Penggunaan Kulit Ubi Kayu (Manihot utilsima)
Fermentasi sebagai Substitusi Konsentrat Komersial terhadap Performan
Domba Lokal Jantan. Skripsi S1. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai