Anda di halaman 1dari 7

APGAR score merupakan tes cepat yang dilakukan pada neonatus saat 1 dan 5 menit setelah lahir.

Satu
menit pertama menentukan seberapa baik neonatus mentoleransi proses kelahiran. Penilaian 5 menit
menunjukkan seberapa baik neonatus di lingkungan luar dari rahim ibu.
APGAR score dinilai dan dilakukan dengan dokter atau bidan dan suster yang membantu persalinan.
Pada APGAR score dinilai :

Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah neonatus memerlukan bantuan untuk bernapas atau juga
memiliki kelainan pada jantung.
Hasil nilai APGAR score menunjukkan :

7-10 : neonatus keadaan baik


4-6 : sianosis ringan
0-3 : sianosis berat

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)


Biasanya pada bayi cukup bulan atau sedikit premature, lahir dengan operasi seksio caesaria, precipitous
labour.
Gejala Klinis
Anak mengalami distress pernapasan ringan segera setelah lahir yang membaik dalam beberapa
jam kemudian, umumnya kurang dari 24 jam. Bila tidak segera membaik pikirkan kemungkinan
neonatal pneumonia.
Pemeriksaan Pencitraan
Foto thorax AP
Gambaran Pencitraan

Hiperinflasi paru atau normal, fisura interlobaris terlihat opak karena terdapat cairan, efusi
pleura, fuzzy vessel atau densitas bergaris.

Penyakit Membran Hialin


Penyakit membrane hialin (PMH) merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan imaturitas paru
dan defisiensi sufaktan, terutama terjadi pada neonatus usia gestasi <34 minggu atau berat lahir <1500
gram. Surfaktan mulai dibentuk pada usia kehamilan 24-28 minggu oleh karena itu kejadian PMH
berbanding terbalik dengan usia gestasi. Angka kejadian PMH pada neonatus dengan usia gestasi <30
minggu, 60%, usia gestasi 30-34 minggu, 25%, dan pada usia gestasi 35-36minggu adalah 5%. Faktor
predisposisi lain adalah kelahiran operasi seksio caesaria dan ibu yang diabetes.
Gejala Klinis

Sesak, merintih, takipnea, retraksi intercostal dan subcostal, napas cuping hidung, dan sianosis
yang terjadi dalam beberapa jam pertama kehidupan.
Bila gejala tidak timbul dalam 8 jam pertama kehidupan, adanya PMH dapat disingkirkan.

Pemeriksaan Pencitraan
Foto Thoraz AP
Gambaran Pencitraan

Bentuk thorax yang sempit disebabkan hipoareasi dan volume paru berkurang
Gambaran ground-glass, retikulogranuler menyeluruh serta perluasan ke perifer
Gambaran udara bronkus (air bronchogram) : gambaran granularitas yaitu distensi duktus dan
bronkiolus yang terisi udara dengan alveoli yang mengalami atelectasis
Tata laksana PMH yang semakin baik (penggunaan surfakta dan pemberian CPAP segera setelah
bayi lahir) menyebabkan gambaran yang tidak klasik pada foto thorax

Klasifikasi beratnya PMH

Derajat 1 : bercak retikulogranuler dengan air bronchogram


Derajat 2 : bercak retikulogranuler menyeluruh dengan air bronchogram
Derajat 3 : opasitas lebih jelas, dengan air bronchogram lebih jelas meluas ke cabang di
perifer, gambaran hantung menjadi kabur
Derajat 4 : seluruh lapangan paru terlihat putih (opak). Tidak tampak air bronchogram,
jantung tidak terlihat, disebut juga white lung.

ANTOPOMETRI
1. Berat Badan
Berat badan BBL normal adalah 2500-4000 gr.
Penurunan fisiologis 5-10% selama 10 hari pertama
Perkiraan berat badan :
5 bulan
= 2 X BB lahir
1 tahun
= 3 X BB lahir
2 tahun
= 4 X BB lahir
pra sekolah = 2 kg / tahun
Kenaikan berat anak pada tahun pertama kehidupan dengan gizi yang baik :
Triwulan pertama : 700 - 1000 gr
Triwulan kedua
: 500 - 600 gr
Triwulan ketiga
: 350 - 450 gr
Triwulan keempat : 250 - 350 gr
2. Panjang Badan/Tinggi Badan
Panjang badan BBl normal 48-50 cm.
Kenaikan tinggi badan pada tahun 1 peratama :
Triwulan pertama : 10 cm
Triwulan kedua
: 6 cm
Triwulan ketiga
: 5 cm
Triwulan keempat : 4 cm
Perkiraan panjang badan :
1 tahun
= 1,5 X PB lahir
4 tahun
= 2 X PB lahir
6 tahun
= 1,5 X TB 1 tahun
13 tahun = 3 X PB lahir
Dewasa
= 3,5 X PB lahir atau 2 X TB 2 tahun
3. Lingkar Kepala
Berhubungan dengan isi ruang tengkorak (Pertumbuhan otak).
Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada)
Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.
Perkiraan lingkar kepala :
6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
10 tahun : 53 cm
dewasa
: 55-57 cm
4. Lingkar Dada
Ukuran lingkar dada : 30-38 cm
Lingkar kepala biasanya lebih besar 2 sampai 3 cm dari lingkar dada. Hal ini akibat proses
molding kepala bayi saat kelahiran, kedua ukuran tersebut awalnya hampir sama.

5. Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas BBL adalah 9,5-13,5 cm.
Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh
keadaan cairan tubuh disbandingkan berat badan.
Efektif uuntuk mengetahui keadaan gizi atau tumbuh kembang anak pra sekolah yaitu 1-3
tahun.
Alat yang digunkan adalah pita ukur/metlin.
Diukur pada pertengahan lengan kiri bagian atas.
Lengan harus dalam keadaan tergantung bebas dan lingkar metlin tidak ketat dan tidak longgar.

Life Periods in Childhood


1. Prenatal period
a. Embryonal
b. Fetal
2. Infancy
a. Newborn
b. Infancy
3. Toddler
4. Preschool period
5. School period
6. Adolescence :
a. Female
b. Male
7. Young adult

:
:

conception-8weeks
>8weeks (37-42) weeks

:
:
:
:
:

0-27 days
1-12 months
1-2 years
3-6 years
6-18 years

:
:
:

10-18 years
12-18 years
18-21 years

Faktor Risiko pada bayi prematur


1. Sistem Pernapasan
a. Sindrom kegagalan pernapasan RDS (penyakit membran hialin PMH)
b. Displasia bronkopulmonal (DBP)
c. Pneumotoraks, pneumo mediastinum, emfisema interstisial
d. Pneumonia kongenital
e. Hipoplasia paru
f. Perdarahan paru
g. Apnea
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Duktus arteriosis paten PDA
b. Hipotensi
c. Bradikardia (dengan apnea)
d. Malformasi kongenital
3. Sistem Hematologis
a. Anemia
b. Hiperbilirubinemia indirek/direk
c. Perdarahan subkutan, organ (hati, adrenal)
d. Koagulopati intravascular tersebar
e. Defisiensi vitamin K
4. Sistem Pencernaan
a. Fungsi saluran pencernaan jelek motilita jelek
b. Enterokolitis nekrotikans
c. Anomali kongenital yang menghasilkan polihidramion
5. Metabolik Endokrin
a. Hipokalsemia
b. Hipoglikemia
c. Hiperglikemia
d. Asidosis metabolik
e. Hipotermia
6. Sistem Saraf Pusat
a. Perdarahan intraventrikuler
b. Leukomalasia periventrikuler
c. Ensefalopati hipoksik-iskemik
d. Kejang-kejang
e. Retinopati pada prematuritas
f. Ketulian
g. sHipotonia
h. Malformasi kongenital
i. Kernikterus

IMD (Inisasi Menyusui Dini)


Inisiasi Menyusui Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan
mencari putting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan langsung ke putingnya). Hal ini akan sangat
membantu dalam keberlangsungan pemberain ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan
demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kekurangan gizi.
Hal ini pun didukung kebijakan dari WHO dan UNICEF sebagai tindakan penyelamatan kehidupan karena
dapat menyelamatkan 22% bayi meninggal sebelum usia satu bulan.
Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini
1. Dalam proses melahirkan, ibu diharapkan mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi
terlalu banyak.
2. Setelah lahir, bayi secepatnaya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix.
3. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
4. Bayi yang ditengkurapkan dibiarkan untuk mencari sendiri putting susu ibunya (tidak
dipaksakan ke puting langsung).
5. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu
pertama selesai.
6. Setelah selesai IMD, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K, dan
tetes mata.
7. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung.
Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
1. Dada ibu memberikan kehangatan dengan tepat.
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang sehingga membantu pernafasan dan detak jantung yang lebih
stabil.
3. Bayi mendapat bakteri tidak berbahaya yang ada antinya dari ASI ibu.
4. Bayi mendapatkan kolostrum, cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh)
dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus.
5. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan
hidup sang bayi.
6. Bayi memperoleh ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin
kelangsungan hidup sang bayi.
7. Bayi yang diberikan IMD akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahaknakn
menyusu setelah 6 bulan.
8. Sentuhan, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang pengeluaran oksitosin
SOP inisiasi menyusu dini pada partus spontan :
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi atau tidak menggunakan obat
kimiawi.
3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasu, bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti.
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.

6. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusui


7. Biarkan kulit bayi dan kulit ibu saling bersentuhan paling tidak satu jam, bila menyusu awal
terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
8. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting
tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi, beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau
1 jam lagi.
9. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya satu jam atau selesai menyusu
awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukurm, dicap, diberi vit K.
10. Ibu-bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
11. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain, kecuali atas indikasi medis. Dan tidak diberi
dot atau empeng.
SOP Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Caesar
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan
2. Begitu lahir, diletakkan di meja resusitasu untuk dinilai, dikeringkan secepatnya terutama kepala
tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
3. Kalau bayi tidak perlu diresusitasi, bayi dibedong, dibawa ke ibu, diperlihatkan kelaminnya pada
ibu kemudian mencium ibu.
4. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit
serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti.
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari
puting sendiri.
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama 1 jam, bila menyusu awal
selesai sebelum satu jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam
7. Bila bayi menunjukkan kesiapan untuk minum, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke putting
tapi tidak emmasukkna puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting
ibu, beri tambahan waktu melekat pada dada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
8. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan
dipeluk erat oleh ibu. Kemudia ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih dengan bayi
tetap didadanya.
9. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasim diusulkan untuk mendampingi ibu dan
mendoakan anaknya saat di kamar pulih.
10. Ibu-bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai