PENDAHULUAN
listrik) agar rangkaian tersusun dengan tepat. Selain resistor dan sumber
tegangan, diperlukan pula op-amplifier yang merupakan penguat sinyal.
Dengan adanya komponen-komponen tersebut pada rangkaian listrik maka
akan mempengaruhi pula daya output yang dihasilkan oleh sumber tegangan
sehingga amplifier (penguat) ini sangat bermanfaat pada outputnya nanti.
Untuk lebih memahami mengenai rangkaian listrik termasuk
komponen-komponen yang terdapat pada rangkaian listrik tersebut maka
dibuatlah makalah Teori Rangkaian.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana hukum mengenai arus dan voltase dalam
rangkaian seri.
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum mengenai arus dan voltase dalam
rangkaian rangkaian paralel.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai beberapa
BAB II
PEMBAHASAN
Dari hukum Kirchoff mengenai arus terhadap arus I yang sama besar
dalam semua komponen.
Semua penjelasan ini tetap sama walaupun ada lebih dari dua komponen.
Hanya saja, dengan lebih banyak komponen, rumus (2.1) perlu tambahantambahan lagi sesuai dengan jumlah komponen.
4
(2.2)
Karena arus I sama besar dalam kedua resistor, maka dari (2.2) langsung
didapatkan hubungan antara perbandingan resistivitas pada kedua resistor:
(2.3)
Karena voltase pada dua resistor dijumlahkan sehingga menghasilakan
voltase
antara ujung atas dari R1 dan dari ujung bawah dari R2, maka dengan
(2.2) terdapat:
V0 V1 V2 R1 I R2 I R1 R2 I
(2.4)
R0
V0 R0 I
Dari perhitungan (2.4) dapat dilihat bahwa hukum Ohm juga berlaku
untuk dua resistor bersama, brrti voltase dan arus padaseluruh rangkaian seri dua
resistor berbanding lurus. Sebab itu rangkaian seri ini bisa diganti dengan resistor
pengganti yang resistivitasnya merupakan jumlah dari resistivitas kedua resistor
itu.
Resistor
pengganti
bisa
dipakai
untuk
perhitungan
atau
untuk
sama
persis dengan rangkaian seri daridua resistor tersebut. Hal ini diperlihatkan dalam
gambar 2.2.
Seringkali rangkaian seri dengan dua komponen dipakai untuk
mendapatkan voltase tertentu pada komponen kedua
Kemudian voltase
dipakai sebagai sumber voltase untuk bagaian rangakaian yang lain, sehhingga
keluaran dari rangkaian tersebut
dan voltase
bisa dihitung dengan mudah memakai (2.2) dan (2.4), berarti memakai
Gambar 2.2 Rangkaian seri dari dua resistor dengan resistivitas R1 dan R 2 dapat
diganti dengan satu resistor dengan resistivitas R0 R1 R2 .
V0 R0 .I
V2 R2 .I
Dari
(2.5)
V0 R0 R1 R2
R2
V 2 V0 .
V2 R2
R2
R1 R2
terlihat
bahwa
perbandingan
voltase
(2.5)
sama
dengan
dibagikan
kepada dua resistor R1 dan R2. Sebab itu rangkaian seri dengan dua resistor juga
disebut sebagai pembagi tegangan.
Dalam perhitungan (2.5) arus dalam semua komponen sama besar. Tetapi
kalau rangkaian pembagi tegangan ini dipakai sebagai sumber tegangan untuk
bagian rangkaian yang lain, maka pada rangkaian tersebut ada arus yang mengalir.
Arus dalam bagian rangkaian tersebut merupakan arus
dari rangkaian pembagi tegangan. Maka arus
dengan arus
yang mengalir dalam resistor R2. Dengan hukum Ohm dan hukum-
hukum Kirchoff kita bisa menghitung voltase dan arus diberbagai bagian dalam
rangkaian. Dalam pasal mengenai Rangkaian seri yang dibebaniakan kita hitung
voltase dan arus dalam rangkaian seperti ini.
Tentu saja semua penjelasan ini juga benar untuk lebih banyak resistor
yang dirangkai secara seri. Berarti perbandingan rotase selalu sama dengan
perbandingan resistivitas dalam rangkaian seri, dan resistor pengganti selalu
merupakan jumlah dari semua resistor yang dirangkai secara seri.
Gambar 2.3 Potensiomer (di atas), lambangnya (tengah) dan resisyor pengganti
dengan dua resistor R1 dan R2
diubah. Komponen ini memiliki satu resistivitas tertentu antara dua kaki
ujungnya, tetapi resistivitas total ini bias dilihat sebagai jumlah resistivitas dari
dua resistor yang di bentuk oleh lapisan karbon di sebelah kanan dan di sebelah
kiri dari kontak geser di tengah. Resistivitas antara ujung dan sambungan tengah
bias diatur dengan mengubah posisih kontak. Artinya resistivitas dari resistor bias
diubahkan dari nol sampai ke resistivitas maksimal yang sama dengan besar
resistivitas total antara ujung kaki. Dengan mengubah posisih dari kontak,
pebandingan R1/R2 antara dua resistor (yang di bentuk oleh lapisan karbon di
sebelah kiri dan di sebelah kanan) bias diatur dengan bebas. Dalam gambar 2.3,
suatu potensiometer (di atas) digambarkan beserta lampang rangkaian untuk
(2.6)
Karena V0 konstan dan hubungan antara voltase dan arus pada komponen
1 di ketahui, maka V2 terhadap arus I yang mengalir dalam rangkaian seri bias di
gambarkan ke dalam suatu grafik.garis yang didipatkan akan kita sebutkan
sebagai garis beban. Sebagai contoh, dalam gambar 2.4 kita pakai satu resistor
dengan resistivitas sebesar R1
(2.7)
Dari (2.7) dan (2.6) terlihat bahwa gatis beban adalah sifat komponen 1
yang di gamar dari voltase supply ke kiri. Untuk mendapatkan garis beban ini
garis sifat resistor harus dicerminkan pada sumbu arus dan kemudian digeser pada
skala voltase (ke kanan) sejauh voltase supply.
Setelah mencari dan menggambarkan garis beban ke dalam suatu grafik,
sifat karakteristik dari komponen kedua bisa dipakai. Arus yang mengalir dalam
komponen ke dua sama besar dengan arus yang mengalir dalam komponen
pertamadan voltase V2 telah dipakai sebagai sumbuh mendatar dalam grafik garis
beban ( dari komponen pertama). Titik pertemuan dari dua grafik tersebut adalah
titik yang memenuhi sifat dari kedua komponen, yang mana arus dalam ke dua
komponen sama besar dan yang mana yang jumlah voltase dari kedua komponen
sama dengan supply, maka pada titik itu.
Gambar 2.4 Garis beban dan garis karakteristik untuk rangkaian seri dengan
resistor 1.5 k dan diode zener 4.7 V
Terdapat arus yang memang akan mengalir dalam rangkaian ini dan
voltase V 2 sebagai voltase output. Titik pertemuan ini disebut sebagai titik kerja
dari rangkaian, karena di situ (pada arus dan voltase V 2 itu) rangkaian akan
bekerja. Kalau tidak ada arus yang keluar dari rangkaian ini, voltase V 2 pada titik
kerja berlaku sebagai voltase output. Kalau tidak ada arus yang mengalir , voltase
turun sesuai dengan resistivitas dalam yang terdapat dari rangkaian pararel dari
resistivitas diffrensial kedua komponen yang dipakai. (mengenai resistivitas
output lihat pasal 2.1.3. rangkaian seri yang di bebani.)
Hukum Kirchhoff tentang arus menyatakan bahwa arus I0 yang masuk ke dalam
titik P1 akan dibagi ke dalam berbagai cabang dan jumlah arus dalam cabang
sama dengan arus total I0 :
I0 = I1 + I2 +I3 +
(2.8)
Gambar 2.5 Dalam rangkaian pararel, voltase sama untuk semua komponen,
tetapi arus terbagi ke dalam berbagai cabang rangkaian.
10
(2.9)
( 2.10)
G1 G2 G3 ... V
G0
I0 = G0. V
11
Gambar 2.7 Rangkaian parallel dari resistor bisa diganti dengan resistor
pengganti yang mempunyai resistivitas R0
1
, dimana konduktivitas pengganti
G0
Dari (2.10) terdapat hubungan linear antara arus dan voltase untuk
seluruh rangkaian paralel ini. Berarti rangkaian parallel memiliki sifat seperti satu
resistor Ohm dengan resistivitas R0
1
. Sebab itu seluruh rangkaian parallel ini
G0
(2.11)
...
R0 R1 R2 R3
(2.12)
Jika hanya dua resistor yang disambung parallel, (2.12) bisa diubah
menjadi:
R0
R1 .R2
R1 R2
(2.13)
12
dikatakan bahwa rangkaian diberi beban sebesar arus Iout yang mengalir keluar
dari rangkaian ini. Dalam situasi ini arus dalam R1 akan bertambah besar dan arus
dalam R2 akan berkurang sehingga mengakibatkan voltase V1 ( V1 = R1 . I1 ) akan
bertambah dan voltase V2 ( V2 = R2 . I2 ) akan berkurang. Berarti voltase output (
Vout = V2 ) akan lebih kecil daripada situasi ketika Iout = 0. Kita akan menghitung
perubahan voltase output (Vout ) ketika arus output berubah sebesar Iout (
misalnya arus output berubah dari nol menjadi sebesar Iout )
Dari Hukum Kirchhoff mengenai arus terdapat hubungan antara arus I1,
I2, dan Iout.
I1 I2 = Iout
(2.14)
Iout = ( I1 I2 ) - ( I1 I2 )
(2.15)
Iout = (( I1 + I1 ) ( I2 + I2 )) ( I1 I2 ) = I1 - I2
Dari Hukum Kirchhoff mengenai voltase diketahui bahwa jumlah voltase
pada resistor tidak tergantung dari arus Iout yang mengalir keluar. Maka :
V1 V2 V0
V1 'V2 ' V0 V1 V1 V2 V2 V0
V1 V2 0
V V21
(2.16)
13
(2.17)
Gambar 2.8 rangkaian seri dengan dua buah resistor sebagai pembagi tegangan
diberi beban, maka voltase output akan turun.
V1 V2
G1 G2 .V
(2.18)
G0
Dengan (2.18) terdapat voltase output Vout = V2dari rangkaian ini sbb:
Vout = V2= V2 + V2 = V2 = V2 R0 . Iout
Dimana R0 = dan G0 = G1 + G2.
Untuk perubahan voltase ouput ketika arus output berubah terdapat dari (2.18):
Vout = V2 = Iout = - R0 . Iout
Dalam (2.20) terdapat persamaan mengenai perubahan perubahan arus dan
perubahan voltase. Kalau perubahan itu kecil, besar resistivitas dan konduktivitas
diferensial. Dengan cara itu persamaan tersebut menjadi benar kalau kedua
komponen dalam rangkaian seri bukan resistor, tetapi merupakan komponen lain
yang tidak memiliki hubungan linear antara arus dan voltase. Maka untuk
komponen umum (2.20) bisa ditulis sbb :
Vout V2
1
I out R0 I out
G0
14
(2.20)
Gambar 2.9 Mengenai sifat ouput saja, rangakaian pembagi voltase bisa diganti
dengan rangkaian yang terdiri dari sumber voltase dan resistor seri. Rangkaian ini
disebut rangkaian ekuivalen pembagi tegangan.
Vout
1
I out r0 I out
g0
(2.21)
Dari hasil (2.19) tampak bahwa dengan penambahan arus output sebesar
Iout voltase V2 akan berkurang sebesar V2. Besar penurunan voltase output
didapat dari perubahan arus yang mengalir dalam rangkaian parallel dari dua
resistor R1 dan R2 (G0 = G1 + G2). Sifat dari rangkaian ini sama seperti sifat
rangkaian pengganti yang digambarkan dalam gambar 2.9. Terdapat satu sumber
tegangan ideal dengan tegangan V2 dan satu resistror seri yang merupakan
rangkaian paralel dari R1 dan R2. Ketika arus output nol (Iout =0 ) terdapat voltase
output V2 dan kalau ada arus output, maka voltase turun sejauh voltase yang
terdapat pada resistivitas R0 yang merupakan rangkaian parallel dua resistor R1
dan R2. (perhatikanlah: arus output I bisa negatif. Dalam situasi ini V2 akan
positif, berarti V2 akan bertambah). Untuk hubungan antara voltase output dan
arus output dalam rangkaian pengganti ini, terdapat persamaan yang sama dengan
(2.19):
Vout = V2-R0Iout
(2.22)
pengertian
bahwa
sebenarnya
resistivitas
diferensial
yang
V
0
0
I I
(2.23)
Untuk mengerti apa yang terjadi kalau arus atau voltase output berubah
sedikit, sumber voltase bisa diganti dengan resistor yang memiliki resistivitas 0,
yang berarti kaki sumber voltase disambungkan secara langsung. Dengan cara ini
rangkaian seri disebelah kiri dari gambar 2.10 berubah menjadi rangkaian
16
ditengah atau disebelah kanan dari gambar 2.10. Rangkaian ini disebut rangkaian
ekuivalen untuk arus bolak balik karena dengan voltase / arus campur pada
outputnya (misalnya terdapat voltase asli V2 dan tambahan voltase bolak balik)
rangkaian ekuivalen ini menggambarkan sifat dari bagian voltase boplak balik.
Dalam rangkaian ekuivalen untuk arus bolak balik semua voltase DC bisa
diabaikan. Pada rangkaian ekuivalen untuk arus bolak balik memang langsung
jelas bahwa rangkaian parallel dua resistor R1 dan R2 menetukan perubahan
voltase output ketika terdapat perubahan arus Iout pada output dari rangkaian
pembagi tegangan ini. Resistivitas Ro yang merupakan resistivitas pengganti dari
rangakaian parallel R1 dan R2 disebut resistivitas output dari sumber tegangan .
Arti resistivitas output bisa dimengerti dari rangkaian disebelah kanan dalam
gambar 2.9
17
Gambar 2.11 Kalau ada rangkaian resistor yang lebih kompleks, resistor
pengganti bisa dicari dengan membagikannya ke dalam bagian rangkaian seri dan
ranggkaian paralel.
V
R
(2.24)
18
ini seperti pada gambar 2.9 sebelah kanan dalam pasal 2.1.3, Rangkaian seri yang
dibebani atau dalam gambar 2.13 tengah. Kalau ada arus yang keluar dari sumber
tegangan ini, maka voltase pada sumber voltase ideal tetap konstan, tetapi voltase
pada resistor seri R d bertambah sesuai dengan hukum Ohm:
V Rd Rd I out
(2.25)
Voltase pada output sesuai dengan hukum kirchoff yaitu sebesar selisih
antara voltase antara sumber voltase ideal V 0 dengan voltase VRd pada resistor
seri:
Vout V0 VRd V0 Rdalam I out
(2.26)
Besar dari resistivitas seri ini disebut sebagai resistivitas dalam R dalam
dari sumber tegangan.
Memang jelas bahwa voltase output tidak munkin negative sehingga arus
output terbatas sampai arus maksimal I m ax dimana Vout 0 . Arus maksimal ini
akan mengalir kalau terinal dari sumber tegangan dihubung singkat. Hubungan
antara voltase dan arus output yang terdapat dari model ini digambatkan dalam
gambar 2.12. Hubungan antara arus output dan voltase output dengan dua titik
ujung adalah linear. Suatu ujung terdapat pada arus nol yang mana voltase output
maksimal dan sebesar V 0 atau voltase tanpa beban Vtb . Titik ujung kedua terdapat
pada hubungan songkat dimana voltase ouput dari sumber tegangan menjadi nol
dan arus menjadi sebesar arus hubung singkat I hs . Besar arus hubung singkat
terdapat dari (2.26):
Vout 0 V0 Rdalam I hs
V0
Rdalam
(2.27)
Rangkaian kedua:
Suatu model lain yanga menjelaskan sifat dari output sumber tegangan
adalah seperti rangkaian dalam gambar 5.13 sebelah kanan. Seolah-olah sumber
tegangan dibentuk oleh satu sumber arus yang ideal dan dirangkai secara
paralel dengan satu resistor. Kalau rangkaian ini dihubung singkat, maka
terdapat arus uput sebesar I 0 dari sumber arus, karena voltase akan nol dan sebab
19
itu tidak akan ada arus yang mengalir dalam resistor R dalam di dalam sumber
tegangan.
Gambar 2.12 Hubungan antara voltase dan arus ouput dari sumber tegangan yang
terdapat dari rangkaian linear.
Jadi arus hubung singkat I hs yang mengalir (ketika terdapat hubung singkat pada
keluaran sumber tegangan) sebesar arus I 0 dari sumber arus ideal. Kalau output
dihubungkan lewat suatu resistor, maka oada ouput ini terdapat voltase tertentu.
Karena adanya voltase, maka ada arus yang mengalir di dalam resistor dalam
sehingga arus ouput akan berkurang sebesar selisih antara arus I Rd dalam resistor
paralel:
I out I 0 I Rdalam I 0
Vout
Vout I 0 Rdalam Rdalam I out
Rdalam
V0
Rdalam I out
dari ..rangkaian
pertama
dari ..rangkaian
pertama
(5.28)
20
Mengenai sifat dari luar (sifat output) stiap jaringan linear dengan
resistor-resistor dan sumber-sumber energy bisa digantikan dengan rangkaian seri
dari satu sumber voltase ideal dan satu resistor dalam R dalam . Besar voltase V 0
dari sumber voltase sama dengan voltase pada output Vtb ketika rangkaian
terbuka; berarti ketika tidak ada sambungan pada output dan tidak ada arus yang
mengalir dari sumber tegangan.
Gambar 2.13 sifat keluaran dari suatu sumber tegangan selau bisa dimengerti
dengan rangkaian ekuivalen Thevenin dan rangkaian ekuivalen Norton.
Resistivitas Rdalam dari resistor Rdalam sebesar perbandingan antara voltase Vtb dan
aruis hubung singkat Ihs yang mengalir ketika output dihubungsingkatkan :
Rdalam
Vtb
I hs
21
Rdalam
Vtb
I hs
rangkaian thevenin
rangkaian Norton
Arus dari sumber arus dari
rangkaian
rangkaian Norton
V0
Rdalam
rangkaian Norton
22
biasanya cukup baik untuk perubahan voltase/arus yang tidak terlalu besar. (nilai
yang terlalu besar tergantuing dari rangkaian dan dari permintaan mengenai
ketelitian perhitungan).
Teori ini bukan hanya berlaku untuk arus DC saja, tetapi untuk setiap
sumber tegangan dengan bentuk tegangan apapun juga (seperti AC dan voltase
campur).
Gambar 2.14 Rangkaian ekuivalen untuk masukan dari suatu alat elektronik
23
suatu contoh. Ada juga beberapa rangkaian lain yang bisa digunakan untuk
mengukur resistivitas masukan.
dalam nol disebut amperemeter ideal. Tetapi amperemeter ideal tidak ada. Setiap
amperemeter memiliki resistivitas dalam yang lebih besar dari nol. Sebab itu,
ketika arus mengalir dalam amperemeter, akan ada voltase pada amperemeter dan
voltase itu akan mempengaruhi rangkaian aslinya. Kalau voltase itu cukup kecil
(dibandingkan dengan voltase lain yang terdapat dalam rangkaian), voltase itu
bisa diabaikan, tetapi kalau besar voltase dalam amperemeter itu hampir sebesar
atau bahkan lebih besar dari voltase lain dalam rangkaian, pengaruh dari
amperemeter kepada rangkaian akan besar. Amperemeter yang ada mempunyai
sifat seperti diperlihakan dalam gambar 2.16 dimana suatu amperemeter ideal
24
25
Fungsi dari suatu penguat sudah jelas dari namanya: menguatkan suatu
sinyal. Sering sinyal yang terdapat dari suatu pengukuran atu penerimaan dari
antenna pada radio atau sinyal asli yang lain tidak cukup kuat untuk dipakai secara
langsung sehingga perlu dikuatkan untuk diperlihatkan pada suatu display atau
untuk menggerakkan suatu alat sebagi reaksi atas sinyal pada input. Beberapa
contohnya adalah sbb:
Sinyal yang dibaca oleh reading head pada tape merupakan suatu sinyal yang
kecil. Untuk menggerakkan speaker dari tape diperlukan sinyal yang kuat,
maka diperlukan suatu penguatan untuk menguatkan sinyal asli.
Sinyal yang didapatkan dari suatu diode peka cahaya adalah kecil dan perlu
dikuatkan sehingga suatu lampu atau suatu counter bisa dihidupkan atau
dimatikan oleh sinyal tersebut.
Sinyal yang diterima oleh antena radio adalah kecil sehingga perlu dikuatkan
supaya bisa menggerakkan speaker.
Untuk mangetahui sifat dari input dan output rangkaian, input dan output bisa
diganti dengan rangkaian-rangkaian ekuivalenya. Sifat terpenting dari gerbang
input adalah resistivitas input. Oleh sebab itu input yang sebenarnya bisa diganti
dengan rangkaian ekuivalen untuk inputyang terdiri dari satu resistor antara kedua
sampbungan input saja. Output dari suatu penguat merupakan satu sumber daya
listrik, berarti satu sumber voltase atau sumber arus dengan resistivitas dalam.
Resistivitas dalam ini sering disebut sebagi resistivitas output dari penguat. Sebab
out output bisa digambarkan dengan rangkaian ekuivalen Thevenin atau rangkaian
ekuivalen Norton untuk sumber daya listrik. Jadi suatu penguat keseluruhan bisa
digambarkan seperti dalam gambar 2.18 atau seperti dalam gambar 2.19. besar
26
(2.29)
(2.30)
27
Rip
(2.31)
Rip Rds
Rip
(2.32)
Rip Rds
Arus yang mengalir dalam beban ditentukan oleh rangkaian seri dari
resistivitas ouput penguat, Rdp , dan resistivitas input pada beban, Ri ,beban . Maka
terdapat voltase, arus dan daya pada beban:
Vout V0
Ri ,beban
Rdp Ri ,beban
28
I out
V0
Rdp Ri ,beban
Pbeban V0 I out
(2.33)
Ri ,beban
Ri ,beban
dp
Dari (2.31) sampai (2.33) terdapat rumus untuk volase, arus dan daya
output terhadap besar voltase input tanpah beban adalah sbb:
Vout V0,in
Rip
Rip Rds
Rip
I out V0,in
Rip Rds
Ri ,beban
(2.34)
Rdp Ri ,beban
(2.35)
Rdp Rbeban
2
Rip
Ri ,beban
A
2
R R
R R
ds
dp
i ,beban
ip
(2.36)
Gambar 2.20 Satu system elektronik dengan sumber tegangan, penguat dan
beban
29
Tabel 2.2 Beberapa nilai untuk output dari penguat kalau resistivitasresistivitasnya dalam dari penguat berbeda-beda.
Rip ( )
Rdp ( )
Iout ( mA)
Vout ( mV)
Pout ( w)
20
100
1,43
143
204,5
20
10k
0,0283
2,83
0,08
10k
100
4,975
4,975
2475,2
10k
10k
0,099
9,85
0,97
30
yang
diberikan penguat kepada beban dan daya P1 yang masuk kedam input penguat.
Power gain biasanya tergantung pada frekuensi yang sering dinyatakan dalam
satuan Db (desibel). Definisi dari satuan db adalah sbb:
P
Power gain (dB) 10 log 2
P1
Dimana :
(2.37)
V
Voltage gain (dB) 20 log 2
V1
(2.38)
Dimana :
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimoulan sebagai berikut:
1. Pada rangkaian seri, hukum Kirchoff mengenai arus, arus I sama besar
dalam semua komponen:
I 0 I1 I 2
Sedangkan hukum Kirchoff mengenai voltase pada rangkaian seri
mengatakan bahwa jumlah voltase pada semua komponen (termaksud
sumber tegangan) nol, atau dengan kata lain jumlah voltase dari dua
komponen yang kita perhatikan sebesar (harga mutlak dari) voltase sumber
tegangan:
V0 V1 V2
2. Pada rangkaian paralel, hukum Kirchoff tentang arus menyatakan bahwa
arus I 0 yang masuk ke dalam titik P1 akan dibagi ke dalam berbagai
cabang dan jumlah arus dalam cabang sama dengan arus total I 0 :
I 0 I 1 I 2 I 3 ...
Sedangkan hukum Kirchoff mengenai voltase pada rangkaian paralel
yaiutu sebesar V dari sumber voltase:
V0 V1 V2
3. Hubungan antara arus dan voltase dalam resistor R1dan R2 pada rangkaian
seri sesuai dengan hukum Ohm yaitu:
V1 R1 I ; V2 R2 I
4. Hubungan antara arus dan voltase dalam resistor R1dan R2 pada rangkaian
paralel sesuai dengan hukum Ohm yaitu:
I 0 G0 V
V
R
33
Alat ukur yang ideal tidak akan mempengaruhi rangkaian yang akan
diukur. Artinya sama sekali tidak ada perbedaan dalam rangkaian ketika
amperemeter dipasang
3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca juga bisa menjadi
sumber referensi juga acuan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharakan dalam penulisan makalah ini.
34