Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rangkaian listrik merupakan dasar dari teori rangkaian pada teknik
elektro yang menjadi dasar atau fundamental bagi ilmu-ilmu lainnya seperti
elktronika, sistem daya, sistem computer, dan sebagainya. Rangkaian listrik
adalah suatu kesatuan antara komponen elektronika dan sumber tegangan
yang dihubungkan secara terbuka agar arus listrik yang berasal dari sumber
dapat mengalir.
Berbicara mengenai rangkaian listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari
pengertian rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari
sekumpulan elemen atau komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian
penghubungnya dimana disusun dengan cara-cara tertentu dan minimal
memiliki satu lintasan tertutup. Dalam peralatan elektronika dasar, kita akan
menemukan komponen-komponen elektronika seperti resistor, sumber
tegangan, op-amplifier, dan komponen lainnya.
Suatu alat elektronik akan tersusun dari banyak rangkaian elektronika.
Serangkaian itu sesungguhnya hanya memanfaatkan penggabungan sifat dari
masing-masing komponen elektronika. Karena tiap-tiap komponen tersebut
memiliki karakteristik kerja yang berbeda. Perbedaan inilah yang akan
dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan rangkaian listrik yang
saling melengkapi sifatmya sehingga terciptalah suatu alat elektronik dengan
fungsi tertentu.
Komponen listrik yang sering digunakan dalam pembuatan suatu
rangkaian listrik sederhana diantaranya adalah resistor dan sumber tegangan.
Dari komponen listrik tersebut, beberapa jenis rangkaian dapat dibuat dengan
menghubungkan dua atau lebih elemen atau komponen listrik sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh, misalnya rangkaian seri dan rangkaian
paralel. Dalam pemasangan atau pembuatan rangkaian harus diperhatikan
pula resistivitas (kemampuan komponen atau benda dalam menghambat arus

listrik) agar rangkaian tersusun dengan tepat. Selain resistor dan sumber
tegangan, diperlukan pula op-amplifier yang merupakan penguat sinyal.
Dengan adanya komponen-komponen tersebut pada rangkaian listrik maka
akan mempengaruhi pula daya output yang dihasilkan oleh sumber tegangan
sehingga amplifier (penguat) ini sangat bermanfaat pada outputnya nanti.
Untuk lebih memahami mengenai rangkaian listrik termasuk
komponen-komponen yang terdapat pada rangkaian listrik tersebut maka
dibuatlah makalah Teori Rangkaian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka secara
umum permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana hukum mengenai arus dan voltase dalam rangkaian seri?
2. Bagaimana hukum mengenai arus dan voltase dalam rangkaian rangkaian
paralel?
3. Bagaimana hubungan arus dan voltase dalam rangkaian seri?
4. Bagaimana hubungan arus dan voltase dalam rangkaian paralel?
5. Bagaimana hubungan antara sumber tegangan dan beban dalam rangkaian
listrik?
6. Apa yang dimaksud dengan resistivitas masukan (resistivitas input) dan
bagaimana pengaruh dari resistivitas masukan pada voltmeter dan
amperemeter?
7. Apa yang dimaksud dengan penguat (amplifier)?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana hukum mengenai arus dan voltase dalam
rangkaian seri.
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum mengenai arus dan voltase dalam
rangkaian rangkaian paralel.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan arus dan voltase dalam rangkaian


seri.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan arus dan voltase dalam rangkaian
paralel.
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara sumber tegangan dan
beban dalam rangkaian listrik.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan resistivitas masukan
(resistivitas input) dan bagaimana pengaruh dari resistivitas masukan pada
voltmeter dan amperemeter.
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penguat (amplifier).

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai beberapa

rangkaian dasar listrik termasuk komponen penting di dalam rangkaian


listrik.
2. Sebagai bahan referensi untuk makalah yang relevan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Beberapa Rangkaian Dasar


2.1.1. Rangkaian Seri
2.1.1.1. Arus dan Voltase dalam Rangkain Seri
Kita akan menyelidiki rangkaian seri dengan dua komponen yang
disambung dengan sumber tegangan (berarti dengan sumber tegangan terdapat
tiga komponen dalam rangkaian ini) seperti diperlihatkan dalam gambar 2.1.
Karena ini rangkaian seri, maka hukum Kirchoff mengenai voltase mengatakan
bahwa jumlah voltase pada semua komponen (termaksud sumber tegangan) nol,
atau dengan kata lain jumlah voltase dari dua komponen yang kita perhatikan
sebesar (harga mutlak dari) voltase sumber tegangan:
(2.1)

Gambar 2.1 Rangkaian seri dengan dua komponen

Dari hukum Kirchoff mengenai arus terhadap arus I yang sama besar
dalam semua komponen.
Semua penjelasan ini tetap sama walaupun ada lebih dari dua komponen.
Hanya saja, dengan lebih banyak komponen, rumus (2.1) perlu tambahantambahan lagi sesuai dengan jumlah komponen.
4

2.1.1.2. Rangkaian Seri dengan Dua Resistor


Kalau kedua komponen merupakan resistor, maka hubungan antara arus
dan voltase dalam resistor R1dan R2 sesuai dengan hukum Ohm:
;

(2.2)

Karena arus I sama besar dalam kedua resistor, maka dari (2.2) langsung
didapatkan hubungan antara perbandingan resistivitas pada kedua resistor:
(2.3)
Karena voltase pada dua resistor dijumlahkan sehingga menghasilakan
voltase

antara ujung atas dari R1 dan dari ujung bawah dari R2, maka dengan

(2.2) terdapat:

V0 V1 V2 R1 I R2 I R1 R2 I

(2.4)

R0

V0 R0 I

Dari perhitungan (2.4) dapat dilihat bahwa hukum Ohm juga berlaku
untuk dua resistor bersama, brrti voltase dan arus padaseluruh rangkaian seri dua
resistor berbanding lurus. Sebab itu rangkaian seri ini bisa diganti dengan resistor
pengganti yang resistivitasnya merupakan jumlah dari resistivitas kedua resistor
itu.

Resistor

pengganti

bisa

dipakai

untuk

perhitungan

atau

untuk

menyederhanakan rangkaian sehingga tidak perlu sambungan dua resistor. Sifat


dari rangkaian dengan satu resistor dengan resistivitas

sama

persis dengan rangkaian seri daridua resistor tersebut. Hal ini diperlihatkan dalam
gambar 2.2.
Seringkali rangkaian seri dengan dua komponen dipakai untuk
mendapatkan voltase tertentu pada komponen kedua

Kemudian voltase

dipakai sebagai sumber voltase untuk bagaian rangakaian yang lain, sehhingga
keluaran dari rangkaian tersebut

(gambar 2.1). Kalau kedua komponen

merupakan dua resistor R1 danR2, maka hubungan antara voltase


input

dan voltase

bisa dihitung dengan mudah memakai (2.2) dan (2.4), berarti memakai

hukum Ohm untuk resistor masing-masing dan untuk resistor pengganti

Gambar 2.2 Rangkaian seri dari dua resistor dengan resistivitas R1 dan R 2 dapat
diganti dengan satu resistor dengan resistivitas R0 R1 R2 .

V0 R0 .I
V2 R2 .I
Dari

(2.5)

V0 R0 R1 R2
R2

V 2 V0 .
V2 R2
R2
R1 R2

terlihat

bahwa

perbandingan

voltase

(2.5)
sama

dengan

perbandingan resistivitas seperti dalam (2.3). Hanya disini terdapat perbandingan


antara resistivitas dan voltase pada resistor masing-masing, dan resistivitas dan
voltase seluruhnya (resistivitas dan voltase pada resistor pengganti).
Pada rangkaian seri dengan dua resistor, voltase input

dibagikan

kepada dua resistor R1 dan R2. Sebab itu rangkaian seri dengan dua resistor juga
disebut sebagai pembagi tegangan.
Dalam perhitungan (2.5) arus dalam semua komponen sama besar. Tetapi
kalau rangkaian pembagi tegangan ini dipakai sebagai sumber tegangan untuk
bagian rangkaian yang lain, maka pada rangkaian tersebut ada arus yang mengalir.
Arus dalam bagian rangkaian tersebut merupakan arus
dari rangkaian pembagi tegangan. Maka arus
dengan arus

yang mengalir keluar

dalam resistor R1 akan berbeda

yang mengalir dalam resistor R2. Dengan hukum Ohm dan hukum-

hukum Kirchoff kita bisa menghitung voltase dan arus diberbagai bagian dalam
rangkaian. Dalam pasal mengenai Rangkaian seri yang dibebaniakan kita hitung
voltase dan arus dalam rangkaian seperti ini.
Tentu saja semua penjelasan ini juga benar untuk lebih banyak resistor
yang dirangkai secara seri. Berarti perbandingan rotase selalu sama dengan
perbandingan resistivitas dalam rangkaian seri, dan resistor pengganti selalu
merupakan jumlah dari semua resistor yang dirangkai secara seri.

Satu komponen khusus yang sering dipakai sebagai pembagi tegangan


adalah potensiometer. Potensiometer merupakan suatu resistor yang terbuat dari
suatu lapisan karbon tipis. Selain lapisan karbon tipis, potensiometer juga bisa
dibuat dari bahan lain. Dua ujung dari lapisan karbon diberi sumbangan keluar
ddan diatas lapisan karbon diberi satu kontak yang bisa digeser sehingga
pembagian dari lapisan karbon bisa diatur dengan menggeser kontak tersebut.
Dalam gambar 2.3 diperlihatkan satu cara yang sering dipakai: Lapisan karbon
melingkar dan kontak geser dipasang pada suatu poros. Dengan memutar poros,
kontak bisa digeser dan resistivitas bagian kiri dan bagian kanan dari lapisan
korban bisa diubah.

Gambar 2.3 Potensiomer (di atas), lambangnya (tengah) dan resisyor pengganti
dengan dua resistor R1 dan R2

diubah. Komponen ini memiliki satu resistivitas tertentu antara dua kaki
ujungnya, tetapi resistivitas total ini bias dilihat sebagai jumlah resistivitas dari
dua resistor yang di bentuk oleh lapisan karbon di sebelah kanan dan di sebelah
kiri dari kontak geser di tengah. Resistivitas antara ujung dan sambungan tengah
bias diatur dengan mengubah posisih kontak. Artinya resistivitas dari resistor bias
diubahkan dari nol sampai ke resistivitas maksimal yang sama dengan besar
resistivitas total antara ujung kaki. Dengan mengubah posisih dari kontak,
pebandingan R1/R2 antara dua resistor (yang di bentuk oleh lapisan karbon di
sebelah kiri dan di sebelah kanan) bias diatur dengan bebas. Dalam gambar 2.3,
suatu potensiometer (di atas) digambarkan beserta lampang rangkaian untuk

potensiometer (di tengah) dan rangkaian pengganti yang sama dengan


potensiometer (di bawah).

2.1.1.3. Rangkaian Seri dengan Dua Komponen Umum.


Kalau dua komponen dalam rangkaian seri atau salah satu dari dua
komponen tersebut bukan, maka hukum Kirchhoff sesuai (2.1) tetap berlaku.
Bahwa arus sama dalam kedua komponen tetap berlaku, tetapi hukum ohm tidak
lagi berlaku. Hukum Ohm harus diganti dengan persamaan karakteristik dari sifat
komponen yang dipakai. Seiring kita tidak tahu persamaan itu secara persis dan
biasanya perhitugan menjadi sulit. Kalau sifat dari kedua komponen di ketahui
secara grafis, berati grafik hubungan antara arus dan voltase pada kedua
komponen di ketahui, maka voltase V2 dari rangakain seri bias ditentukan dengan
cara grafis.
Dari (2.1) terdapat voltase V2 sebagai perbedaan antara voltase
seluruhnya V0 dan voltase pada komponen pertama, V1 :
V2 = V0 V1

(2.6)

Karena V0 konstan dan hubungan antara voltase dan arus pada komponen
1 di ketahui, maka V2 terhadap arus I yang mengalir dalam rangkaian seri bias di
gambarkan ke dalam suatu grafik.garis yang didipatkan akan kita sebutkan
sebagai garis beban. Sebagai contoh, dalam gambar 2.4 kita pakai satu resistor
dengan resistivitas sebesar R1

1.5 k sebagai komponen 1 dan voltase dari

sumber tegangan sebesar V0 = 10V. Karena komponen 1 resistor, maka garis


beban dapat di hitung dengan hukum ohm:
V2 = V0 V1 = V0 R1. I V2 = 10 V - 15 k. I

(2.7)

Dari (2.7) dan (2.6) terlihat bahwa gatis beban adalah sifat komponen 1
yang di gamar dari voltase supply ke kiri. Untuk mendapatkan garis beban ini
garis sifat resistor harus dicerminkan pada sumbu arus dan kemudian digeser pada
skala voltase (ke kanan) sejauh voltase supply.
Setelah mencari dan menggambarkan garis beban ke dalam suatu grafik,
sifat karakteristik dari komponen kedua bisa dipakai. Arus yang mengalir dalam
komponen ke dua sama besar dengan arus yang mengalir dalam komponen

pertamadan voltase V2 telah dipakai sebagai sumbuh mendatar dalam grafik garis
beban ( dari komponen pertama). Titik pertemuan dari dua grafik tersebut adalah
titik yang memenuhi sifat dari kedua komponen, yang mana arus dalam ke dua
komponen sama besar dan yang mana yang jumlah voltase dari kedua komponen
sama dengan supply, maka pada titik itu.

Gambar 2.4 Garis beban dan garis karakteristik untuk rangkaian seri dengan
resistor 1.5 k dan diode zener 4.7 V

Terdapat arus yang memang akan mengalir dalam rangkaian ini dan
voltase V 2 sebagai voltase output. Titik pertemuan ini disebut sebagai titik kerja
dari rangkaian, karena di situ (pada arus dan voltase V 2 itu) rangkaian akan
bekerja. Kalau tidak ada arus yang keluar dari rangkaian ini, voltase V 2 pada titik
kerja berlaku sebagai voltase output. Kalau tidak ada arus yang mengalir , voltase
turun sesuai dengan resistivitas dalam yang terdapat dari rangkaian pararel dari
resistivitas diffrensial kedua komponen yang dipakai. (mengenai resistivitas
output lihat pasal 2.1.3. rangkaian seri yang di bebani.)

2.1.2. Rangkaian Pararel


2.1.2.1. Secara Umum
Kalau beberpa komponen dirangkai secara pararel, berate kaki komponen
di sambungkan sehingga arus tidak mengalir dari satu komponen ke komponen
yang lain, tetapi arus yang datangdari catu daya dibagi ke dalam berbagai
komponen. Dengan demikian terdapat rangkaian seperti dalam gambar 2.5.

Hukum Kirchhoff tentang arus menyatakan bahwa arus I0 yang masuk ke dalam
titik P1 akan dibagi ke dalam berbagai cabang dan jumlah arus dalam cabang
sama dengan arus total I0 :
I0 = I1 + I2 +I3 +

(2.8)

Karena kaki kiri dai semua komponen tersambung dengan sambungan


listrik (tersambung dengan logam), maka potensial dari kaki kiri sama untuk
semua komponen komponen. Sama juga dengan kaki kanan, maka voltase ( beda
potensial) sama untuk semua komponen. Dalam rangkaian gambar 2.5. Voltase
pada rangkaian paralel ini sebesar V dari sumber voltase. Arus yang mengalir
pada

Gambar 2.5 Dalam rangkaian pararel, voltase sama untuk semua komponen,
tetapi arus terbagi ke dalam berbagai cabang rangkaian.

cabang masing-masing tergantung dari sifat/ karakteristik komponen masing


masing dan voltase V.
Perlu diperhatikan bahwa hukum Kirchhoff mengenai voltase di sini bisa
di terapkan untuk setiap loop yang bias di bentuk dalam rangkaian ini. Misalnya
kta memakai loop yang terbentuk mulai dari P1 melalui komponen 1 ke P2dan
kemnudian kembali ke P1 memalui komponen 3. Menurut hukum Kirchhoff
mengenai voltase, jumlah voltase pada loop tertutup ini nol. Kaena komponen 3
dalam arah tebalik, maka voltase di hitung negative, sehingga jumlah voltase
dalam loop menjadi nol dan hukum Kirchhoff terpenuhi kalau harga mutlak dari
voltase pada klomponen 3 sama dengan voltase pada komponen 1.

10

5.1.2.2. Rangakaian Pararel Dengan Resistor


Kalau komponen dari gambar 2.5 merupakan resistor resistor, maka
terdapat situasi seperti diperlihatkan dalam gambar 2.6. Dalam situasi ini
hubungan antara arus dan resistivitas memenuhi hukum ohm. Dengan memakai
konduktivitas G maka di peroleh:
I1 = G1 . V ; I2 = G2 .V ; I3 = G3.V ; dst

(2.9)

Karena arus total I0 merupakan jumlah arus dalam komponen masing


masing, maka di dapatkan:
I0 = I1 + I2 + I3+ = G1. V + G2. V + G3. V +

( 2.10)

G1 G2 G3 ... V

G0

I0 = G0. V

Gambar 2.6 Rangkaian pararel dengan resistor sebagai komponennya.

11

Gambar 2.7 Rangkaian parallel dari resistor bisa diganti dengan resistor
pengganti yang mempunyai resistivitas R0

1
, dimana konduktivitas pengganti
G0

adalah jumlah dari konduktivitas resisitor masing-masing: G0 Gi .

Dari (2.10) terdapat hubungan linear antara arus dan voltase untuk
seluruh rangkaian paralel ini. Berarti rangkaian parallel memiliki sifat seperti satu
resistor Ohm dengan resistivitas R0

1
. Sebab itu seluruh rangkaian parallel ini
G0

bisa diganti dengan satu resistor pengganti dengan konduktivitas G0 (resistivitas


R0). Besar G0, dilihat dari (2.10) merupakan jumlah konduktivitas pada masingmasing resistor:
G0 = G1 + G2 + G3 + G0 Gi

(2.11)

Persamaan (5.11) bisa juga ditulis sebagai persamaan untuk resistivitas


dengan defenisi konduktivitas sebagai kebalikan dari resistivitas:
1
1
1
1

...
R0 R1 R2 R3

(2.12)

Jika hanya dua resistor yang disambung parallel, (2.12) bisa diubah
menjadi:
R0

R1 .R2
R1 R2

(2.13)

2.1.3 Rangkaian Seri yang Dibebani


Rangkaian seri seperti dalam gambar 2.1 atau rangkaian seri dengan dua
resistor seperti dalam gambar 2.8 sering dipakai sebagai sumber tegangan untuk
bagian rangkaian yang lain. Kalau rangkaian ini dipakai sebagai sumber tegangan
maka akan ada arus yang mengalir keluar dari rangkaian ini sehingga bisa

12

dikatakan bahwa rangkaian diberi beban sebesar arus Iout yang mengalir keluar
dari rangkaian ini. Dalam situasi ini arus dalam R1 akan bertambah besar dan arus
dalam R2 akan berkurang sehingga mengakibatkan voltase V1 ( V1 = R1 . I1 ) akan
bertambah dan voltase V2 ( V2 = R2 . I2 ) akan berkurang. Berarti voltase output (
Vout = V2 ) akan lebih kecil daripada situasi ketika Iout = 0. Kita akan menghitung
perubahan voltase output (Vout ) ketika arus output berubah sebesar Iout (
misalnya arus output berubah dari nol menjadi sebesar Iout )
Dari Hukum Kirchhoff mengenai arus terdapat hubungan antara arus I1,
I2, dan Iout.
I1 I2 = Iout

(2.14)

Kalau arus output bertambah sebesar Iout, maka :

Voltase V1 berubah sejauh V1 menjadi V1 = V1 + V1

Voltase V2 berubah sejauh V2 menjadi V2 = V2 + V2

Arus I dalam resistor R1 berubah sejauh I1 menjadi I1 = I + I1

Arus I dalam resistor R2 berubah sejauh I2 menjadi I2 = I + I2

Perubahan arus output Iout terdapat dari perubahan arus dalam


resistor R1 dan dalam resistor R2 sesuai dengan (2.14):

Iout = ( I1 I2 ) - ( I1 I2 )

(2.15)

Iout = (( I1 + I1 ) ( I2 + I2 )) ( I1 I2 ) = I1 - I2
Dari Hukum Kirchhoff mengenai voltase diketahui bahwa jumlah voltase
pada resistor tidak tergantung dari arus Iout yang mengalir keluar. Maka :

V1 V2 V0
V1 'V2 ' V0 V1 V1 V2 V2 V0

V1 V2 0

V V21

(2.16)

Dari hukum Ohm terdapat perubahan arus pada kedua resistor :


I1 = G1 . V1 dan I2 = G2 . V2

13

(2.17)

Gambar 2.8 rangkaian seri dengan dua buah resistor sebagai pembagi tegangan
diberi beban, maka voltase output akan turun.

Dari perubahan arus masing-masing resistor (2.17) dan dari (2.15)


terdapat perubahan arus output Iout:

I out I1 I 2 G1 .V1 G2 .V2

V1 V2

G1 G2 .V

(2.18)

G0

Dengan (2.18) terdapat voltase output Vout = V2dari rangkaian ini sbb:
Vout = V2= V2 + V2 = V2 = V2 R0 . Iout
Dimana R0 = dan G0 = G1 + G2.
Untuk perubahan voltase ouput ketika arus output berubah terdapat dari (2.18):
Vout = V2 = Iout = - R0 . Iout
Dalam (2.20) terdapat persamaan mengenai perubahan perubahan arus dan
perubahan voltase. Kalau perubahan itu kecil, besar resistivitas dan konduktivitas
diferensial. Dengan cara itu persamaan tersebut menjadi benar kalau kedua
komponen dalam rangkaian seri bukan resistor, tetapi merupakan komponen lain
yang tidak memiliki hubungan linear antara arus dan voltase. Maka untuk
komponen umum (2.20) bisa ditulis sbb :
Vout V2

1
I out R0 I out
G0

14

(2.20)

Gambar 2.9 Mengenai sifat ouput saja, rangakaian pembagi voltase bisa diganti
dengan rangkaian yang terdiri dari sumber voltase dan resistor seri. Rangkaian ini
disebut rangkaian ekuivalen pembagi tegangan.

Vout

1
I out r0 I out
g0

(2.21)

Dari hasil (2.19) tampak bahwa dengan penambahan arus output sebesar
Iout voltase V2 akan berkurang sebesar V2. Besar penurunan voltase output
didapat dari perubahan arus yang mengalir dalam rangkaian parallel dari dua
resistor R1 dan R2 (G0 = G1 + G2). Sifat dari rangkaian ini sama seperti sifat
rangkaian pengganti yang digambarkan dalam gambar 2.9. Terdapat satu sumber
tegangan ideal dengan tegangan V2 dan satu resistror seri yang merupakan
rangkaian paralel dari R1 dan R2. Ketika arus output nol (Iout =0 ) terdapat voltase
output V2 dan kalau ada arus output, maka voltase turun sejauh voltase yang
terdapat pada resistivitas R0 yang merupakan rangkaian parallel dua resistor R1
dan R2. (perhatikanlah: arus output I bisa negatif. Dalam situasi ini V2 akan
positif, berarti V2 akan bertambah). Untuk hubungan antara voltase output dan
arus output dalam rangkaian pengganti ini, terdapat persamaan yang sama dengan
(2.19):
Vout = V2-R0Iout

(2.22)

Perlu diperhatikan bahwa penyerapan daya akan berbeda dalam


rangkaian pengganti.
Yang dihitung dalam perhitungan di atas adalah perubahan arus I dan
perubahan voltase V yang kecil. Sebab yang sebenarnya adalah bukan
15

resistivitas yang masuk ke dalam perhitungan, tetapi resistivitas diferensial seperti


dijelaskan dalam persamaan 2.21.

Gambar 2.10 Rangkaian pembagi tegangan digambarkan dengan rangkaian


ekuivalen untuk arus bolak-balik untuk mendapatkan sifat dari outputnya.

Kalau rangkaian terdiri dari 2 resistor, maka resisitivitas difererensial sama


dengan resistivitas. Kalau salah satu komponen bukan resistor, tetapi komponen
yang lain (misalnya diode atau diode zener), maka bukan resistivitasnya, tetapi
resistivitas diferensialnya yang dipakai untuk menentukan sifat output dari
rangkaian tersebut.
Dari

pengertian

bahwa

sebenarnya

resistivitas

diferensial

yang

menentukan sifat keluaran, maka dengan mudah bisa dimengerti bahwa


resistivitas output (resistivitas keluaran) R0 dibentuk oleh rangkaian parallel dari
dua resistor R1 dan R2 :
Sumber voltase dianggap sebagai sumber voltase yang sempurna, (voltaase
tidak tergantung arus ), maka resistivitas diferensial dari sumber voltase akan nol :

V
0

0
I I

(2.23)

Untuk mengerti apa yang terjadi kalau arus atau voltase output berubah
sedikit, sumber voltase bisa diganti dengan resistor yang memiliki resistivitas 0,
yang berarti kaki sumber voltase disambungkan secara langsung. Dengan cara ini
rangkaian seri disebelah kiri dari gambar 2.10 berubah menjadi rangkaian

16

ditengah atau disebelah kanan dari gambar 2.10. Rangkaian ini disebut rangkaian
ekuivalen untuk arus bolak balik karena dengan voltase / arus campur pada
outputnya (misalnya terdapat voltase asli V2 dan tambahan voltase bolak balik)
rangkaian ekuivalen ini menggambarkan sifat dari bagian voltase boplak balik.
Dalam rangkaian ekuivalen untuk arus bolak balik semua voltase DC bisa
diabaikan. Pada rangkaian ekuivalen untuk arus bolak balik memang langsung
jelas bahwa rangkaian parallel dua resistor R1 dan R2 menetukan perubahan
voltase output ketika terdapat perubahan arus Iout pada output dari rangkaian
pembagi tegangan ini. Resistivitas Ro yang merupakan resistivitas pengganti dari
rangakaian parallel R1 dan R2 disebut resistivitas output dari sumber tegangan .
Arti resistivitas output bisa dimengerti dari rangkaian disebelah kanan dalam
gambar 2.9

2.1.4. Rangkaian Seri Dan Paralel Dengan Banyak Resistor


Kalau terdapat rangkaian yang kompleks, resistor pengganti untuk
seluruh rangkaian bisa dicari dengan membagi rangkaian itu kedalam bagianbagian rangkaian yang merupakan rangkaian parallel dan rangkaian seri, dan
resistor pengganti dihitung langkah demi langkah. Satu contoh diperlihatkan
dalam rangkaian 2.11. Dalam rangkaian itu pertama-tama kita menghitung
resistivitas R234 dari resistor pengganti R234 untuk rangkaian paralel yang
dibentuk oleh resistor R2, R3, R4. Kemudian kita menghitung resistivitas R2345
resistor pengganti R2345 dari rangkaian seri yang dibentuk oleh resistor R234 dan
resistor R5. Akhirnya resistivitas R12345 dari resistor pengganti R12345 untuk
seluruh rangkaian ini dihitung dari rangkaian parallel yang dibentuk oleh R1 dan
R2345.

17

Gambar 2.11 Kalau ada rangkaian resistor yang lebih kompleks, resistor
pengganti bisa dicari dengan membagikannya ke dalam bagian rangkaian seri dan
ranggkaian paralel.

2.2. Sumber Tegangan dam Beban


Dalam pasal 5.1.3, Rangkaian seri yang dibebani kita telah mengenal
suatu sumber voltase yang tidak ideal, berarti voltasenya tidak konstan. Volatase
akan turun ketika arus output naik. Sumber-sumber voltase yang sebenarnya ada
biasanya bukan sumber voltase ideal, dimana voltase konstan dan sama sekali
tidak tergantung dari besar arus yang mengalir. Kalau ada sumber voltase yang
ideal, maka jika output dari sumber voltase itu dihubungkan dengan sebuah
resistor dengan resistivitas R, arus yang mengalir akan ditentukan oleh Hukum
Ohm :

V
R

(2.24)

Ketika resistivitas R mendekati nol, arus akan mendekati tak berhingga


dan daya yang dikeluarkan dari sumber voltase tersebut akan menjadi tak
berhingga juga. Tetapi arus dan daya tidak mungkin menjadi tak berhingga.
Pada sumber tegangan, voltase akan turun kalau sumber dibebani dengan
arus. Situasi ini selalu bisa digambarkan dengan dua rangkaian untuk sumber
tegangan sbb:
Rangkaian pertama:
Situasi seolah-olah menunjukkan bahwa sumber tegangan dibentuk oleh
satu sumber tegangan ideal yang dirangkai secara seri dengan satu resistor. Situasi

18

ini seperti pada gambar 2.9 sebelah kanan dalam pasal 2.1.3, Rangkaian seri yang
dibebani atau dalam gambar 2.13 tengah. Kalau ada arus yang keluar dari sumber
tegangan ini, maka voltase pada sumber voltase ideal tetap konstan, tetapi voltase
pada resistor seri R d bertambah sesuai dengan hukum Ohm:
V Rd Rd I out

(2.25)

Voltase pada output sesuai dengan hukum kirchoff yaitu sebesar selisih
antara voltase antara sumber voltase ideal V 0 dengan voltase VRd pada resistor
seri:
Vout V0 VRd V0 Rdalam I out

(2.26)

Besar dari resistivitas seri ini disebut sebagai resistivitas dalam R dalam
dari sumber tegangan.
Memang jelas bahwa voltase output tidak munkin negative sehingga arus
output terbatas sampai arus maksimal I m ax dimana Vout 0 . Arus maksimal ini
akan mengalir kalau terinal dari sumber tegangan dihubung singkat. Hubungan
antara voltase dan arus output yang terdapat dari model ini digambatkan dalam
gambar 2.12. Hubungan antara arus output dan voltase output dengan dua titik
ujung adalah linear. Suatu ujung terdapat pada arus nol yang mana voltase output
maksimal dan sebesar V 0 atau voltase tanpa beban Vtb . Titik ujung kedua terdapat
pada hubungan songkat dimana voltase ouput dari sumber tegangan menjadi nol
dan arus menjadi sebesar arus hubung singkat I hs . Besar arus hubung singkat
terdapat dari (2.26):
Vout 0 V0 Rdalam I hs

V0
Rdalam

(2.27)

Rangkaian kedua:
Suatu model lain yanga menjelaskan sifat dari output sumber tegangan
adalah seperti rangkaian dalam gambar 5.13 sebelah kanan. Seolah-olah sumber
tegangan dibentuk oleh satu sumber arus yang ideal dan dirangkai secara
paralel dengan satu resistor. Kalau rangkaian ini dihubung singkat, maka
terdapat arus uput sebesar I 0 dari sumber arus, karena voltase akan nol dan sebab

19

itu tidak akan ada arus yang mengalir dalam resistor R dalam di dalam sumber
tegangan.

Gambar 2.12 Hubungan antara voltase dan arus ouput dari sumber tegangan yang
terdapat dari rangkaian linear.

Jadi arus hubung singkat I hs yang mengalir (ketika terdapat hubung singkat pada
keluaran sumber tegangan) sebesar arus I 0 dari sumber arus ideal. Kalau output
dihubungkan lewat suatu resistor, maka oada ouput ini terdapat voltase tertentu.
Karena adanya voltase, maka ada arus yang mengalir di dalam resistor dalam
sehingga arus ouput akan berkurang sebesar selisih antara arus I Rd dalam resistor
paralel:
I out I 0 I Rdalam I 0

Vout
Vout I 0 Rdalam Rdalam I out


Rdalam
V0

Rdalam I out

dari ..rangkaian
pertama

dari ..rangkaian
pertama

(5.28)

Kalau kedua rangkaian ini dibandingkan mengenai sifat outputnya, maka


keduanya sama persis. Hubungan antara kedua rangakaian dan antara besaranbesaran dari kedua rangkaian bisa langsung dilihat dari (5.28) dan didaftar dalam
tabel 5.1.
Setiap sumber tagangan yang memiliki rangkaian linear didalamnya bisa
digambaarkan dengan dua rangkaian pada Gambar 3.13. Dua rangkaian ini
disebut rangkaian ekuivalen Thevenin dan rangkaian kedua adalah rangkaian
ekuivalen Norton.
Rangkaian pertama dijelaskan dengan teorema Thevenin.

20

Mengenai sifat dari luar (sifat output) stiap jaringan linear dengan
resistor-resistor dan sumber-sumber energy bisa digantikan dengan rangkaian seri
dari satu sumber voltase ideal dan satu resistor dalam R dalam . Besar voltase V 0
dari sumber voltase sama dengan voltase pada output Vtb ketika rangkaian
terbuka; berarti ketika tidak ada sambungan pada output dan tidak ada arus yang
mengalir dari sumber tegangan.

Gambar 2.13 sifat keluaran dari suatu sumber tegangan selau bisa dimengerti
dengan rangkaian ekuivalen Thevenin dan rangkaian ekuivalen Norton.

Resistivitas Rdalam dari resistor Rdalam sebesar perbandingan antara voltase Vtb dan
aruis hubung singkat Ihs yang mengalir ketika output dihubungsingkatkan :
Rdalam

Vtb
I hs

Rangkaian kedua dijelaskan dengan teorema Norton :


Mengenai sifat dari luar (sifat output) setiap jaringan linear dengan
resistor-resistor dan sumber-sumber energi bisa digantikan dengan rengkaian
parallel dari satu sumber arus yang ideal dan satu resistor Rdalam. Besar arus I0 dari
sumber arus sama besar dengan arus Ihs yang mengalir dari output ketika output
dihubung singkat. Resistivitas Rdalam dari resistor Rdalam sebesar perbandingan dari
voltase Vtb yang terdapat kalau rangkaian terbuka, berarti tidak ada sambungan
pada output dan tidak ada arus yang mengalir dari sumber tegangan dan hubung
singkat Ihs :

21

Rdalam

Vtb
I hs

Mengenai dua rangkaian ekuivalen , harus diperhatikan bahwa hanya


sifat outputnya yang sama dengan rangkaian asli.

Tabel 5.1 Hubungan antara besaran-besaran dalam rangkaian ekuivalen Norton


dalam rangkaian ekuivalen Thevenin.
Besaran-besaran dalam

Besaran- besaran dalam

rangkaian thevenin

rangkaian Norton
Arus dari sumber arus dari

V0 dari rangkaian Thevenin

rangkaian

Norton dikalikan dengan resistivitas


dalam I0 . Rdalam

Arus hubung singkat dalam


rangkaian
Thevenin:

Arus I0 dari sumber arus dalam

rangkaian Norton

V0
Rdalam

Resistivitas dalam Rdalam dari


rangkaian Thevenin

Resistivitas dalam Rdalam dari

rangkaian Norton

Rangakaian asli sendiri mungkin jauh berbeda dari rangkaian ekuivalen.


Mengenai sifat lain, misalnya pemakaian daya listrik, rangkaian ekuivalen sama
denga rangkaian asli.
Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah bahwa dua rangkaian
ekuivalen ini hanya bisa dipakai secara sempurna untuk rangkaian linear. kalau
suatau sumber tegangan tidak merupakan rangkaian linear (berarti kalau
didalamnya ada komponen yang tidak linear seperti diode atau dioda zener). Maka
rangkaian ekuivalen tidak lagi menggambarkan sifat dari sumber tegangan itu
dengan benar. Tetapi kita tetap bisa memakai rangkaian ekuivalen dengan catatan
bahwa rangkaian ekuivalen ini sekarang merupakan suatu pendekatan. Pendekatan

22

biasanya cukup baik untuk perubahan voltase/arus yang tidak terlalu besar. (nilai
yang terlalu besar tergantuing dari rangkaian dan dari permintaan mengenai
ketelitian perhitungan).
Teori ini bukan hanya berlaku untuk arus DC saja, tetapi untuk setiap
sumber tegangan dengan bentuk tegangan apapun juga (seperti AC dan voltase
campur).

2.3. Resistivitas Masukan (Resistivitas Input)


2.3.1. Definisi dari Resistivitas Masukan
Setiap rangkaian elektronika yang memiliki suatu masukan, seperti
misalnya suatu amplifier atau alat ukur, ketika terdapat voltase pada masukan
maka akan ada arus yang mengalir kedalam masukan tersebut. Biasanya besar dari
arus yang mengalir bisa dimengerti dengan rangklaian ekuivalen untuk masukann
seperti dalam gambar 2.14 yang mana antara dua sambungan masukan terdapat
satu resistor Ri dengan resisitivitas Ri yang disebut resistivitas masukan .
Umumnya besar resistivitas masukan Ri bisa dilihat dari skema
rangkaian, tetapi kadang-kadang (khususnya kalau skema rangkaian tidak
diketahui) resistivitas masukan perlu diukur. Untuk mengukur resistivitas
masukan, suatu voltase dipakai pada masukan dan hubungan antara arus dan
voltase diukur. Cara pengukuran ini sama dengan cara mengukur sifat komponen.
Rangkaian ukur seperti dalam gambar 2.15 bisa dipakai.

Gambar 2.14 Rangkaian ekuivalen untuk masukan dari suatu alat elektronik

23

Gambar 2.15 Rangkaian untuk mengukur resistivitas dari suatu rangkaian

suatu contoh. Ada juga beberapa rangkaian lain yang bisa digunakan untuk
mengukur resistivitas masukan.

2.3.2. Pengaruh dari Resisvitas Masukan Pada Voltmeter dan Amperemeter


Kalau kita mengukur arus dalam suatu rangkaian, maka sambungan arus
dimana arus mau diukur dibuka dan amperemeter dirangkai secara seri di dalam
sambungan itu. Kalau mau mengukur suatu rangkaian, maka volt-meter dirangkai
secara pararel pada dua titik dimana voltase mau diukur. Alat ukur yang ideal
tidak akan mempengaruhi rangkaian yang akan diukur.
Kalau seandainya amperemeter memiliki resistivitas dalam nol, maka
arus bisa mengalir dalam amperemeter dan bisa diukur tanpa adanya voltase pada
amperemeter. Berarti sama sekali tidak ada perbedaan dalam rangkaian ketika
amperemeter dipasang

atau tidak dipasang. Amperemeter dengan resisivitas

dalam nol disebut amperemeter ideal. Tetapi amperemeter ideal tidak ada. Setiap
amperemeter memiliki resistivitas dalam yang lebih besar dari nol. Sebab itu,
ketika arus mengalir dalam amperemeter, akan ada voltase pada amperemeter dan
voltase itu akan mempengaruhi rangkaian aslinya. Kalau voltase itu cukup kecil
(dibandingkan dengan voltase lain yang terdapat dalam rangkaian), voltase itu
bisa diabaikan, tetapi kalau besar voltase dalam amperemeter itu hampir sebesar
atau bahkan lebih besar dari voltase lain dalam rangkaian, pengaruh dari
amperemeter kepada rangkaian akan besar. Amperemeter yang ada mempunyai
sifat seperti diperlihakan dalam gambar 2.16 dimana suatu amperemeter ideal

24

Gambar 2.16 Amperemeter yang sebenarnya mempunyai sifat seperti


rangkaian seri dengan amperemeter ideal dan resistor dalamnya.

dirangkai secara seri dengan resistor dalam.


Situasi dengan voltmeter sebagai berikut: Kalau suatu voltmeter memiliki
resistivitas dalam yang tak berhingga, maka tidak ada arus yang mengalir di
dalamnya. Ketika voltmeter ini dipasang pada rangkaian, rangkaian itu sama
sekali tidak dipengaruhi oleh voltmeter. Voltmeter dengan resistivitas dalam yang
tak berhingga. Maka akan ada arus dalam voltmeter dan arus itu akan
mempengaruhi rangkaian yang diukur. Kalau arus ini cukup kecil dibandingkan
dengan arus-arus lain dalam rangkaian, arus dalam voltmeter bisa diabaikan,
tetapi kalau arus-arus lain dalam rangkaian kira-kira sama atau bahkan lebih kecil
daripada arus dalam voltmeter, maka arus dalam voltmeter bisa mempengaruhi
kerja dari rangkaian asli secara drastis. Voltmeter yang ada bisa dimengerti seperti
dalam gambar 2.17 dimana suatu voltmeter digambaran sebagai rangkaian paralel
dengan voltmeter ideal dan resistor dalam.

Gambar 2.17 Voltmeter yang sebenarnya sebagai rangkaian paralel


dengan voltmeter ideal dan resistor dalamnya.

2.4. Penguat (Amplifer)


2.4.1. Prinsip-Prinsip Kerja

25

Fungsi dari suatu penguat sudah jelas dari namanya: menguatkan suatu
sinyal. Sering sinyal yang terdapat dari suatu pengukuran atu penerimaan dari
antenna pada radio atau sinyal asli yang lain tidak cukup kuat untuk dipakai secara
langsung sehingga perlu dikuatkan untuk diperlihatkan pada suatu display atau
untuk menggerakkan suatu alat sebagi reaksi atas sinyal pada input. Beberapa
contohnya adalah sbb:

Sinyal yang dibaca oleh reading head pada tape merupakan suatu sinyal yang
kecil. Untuk menggerakkan speaker dari tape diperlukan sinyal yang kuat,
maka diperlukan suatu penguatan untuk menguatkan sinyal asli.

Sinyal yang didapatkan dari suatu diode peka cahaya adalah kecil dan perlu
dikuatkan sehingga suatu lampu atau suatu counter bisa dihidupkan atau
dimatikan oleh sinyal tersebut.

Sinyal yang diterima oleh antena radio adalah kecil sehingga perlu dikuatkan
supaya bisa menggerakkan speaker.

Suatu penguat elektronik adalah suatu rangkaian yang memiliki satu


masukan dan satu keluaran. Masukan terdiri dari dua sambungan dan keluaran
juga terdiri dua sambungan. Satu pasang sambungan yang berhubungan disebut
satu gerbang. Berarti penguat memiliki dua gerbang, satu gerbang input dan satu
gerbang output. Sering pemakai tidak perlu mengetahui seluruh rangkaian di
dalam penguat, tetapi

cukup mengerti sifat dari input dan output rangkaian.

Untuk mangetahui sifat dari input dan output rangkaian, input dan output bisa
diganti dengan rangkaian-rangkaian ekuivalenya. Sifat terpenting dari gerbang
input adalah resistivitas input. Oleh sebab itu input yang sebenarnya bisa diganti
dengan rangkaian ekuivalen untuk inputyang terdiri dari satu resistor antara kedua
sampbungan input saja. Output dari suatu penguat merupakan satu sumber daya
listrik, berarti satu sumber voltase atau sumber arus dengan resistivitas dalam.
Resistivitas dalam ini sering disebut sebagi resistivitas output dari penguat. Sebab
out output bisa digambarkan dengan rangkaian ekuivalen Thevenin atau rangkaian
ekuivalen Norton untuk sumber daya listrik. Jadi suatu penguat keseluruhan bisa
digambarkan seperti dalam gambar 2.18 atau seperti dalam gambar 2.19. besar

26

penguatan A bisa didefinisikan sebagai penguatan voltase dimana A adalah


perbandingan antara voltase output tanpa beban, V 0 , dengan voltase input Vin
yang bisa dituliskan sebagai persamaan:
V0 A.Vin

(2.29)

Dimana dianggap bahwa penguatan linear, berarti factor A tidak


tergantung dari voltase input. Kalau penguatan linear, persamaan (2.29) hanya
berguna untuk voltase input tertentu.
Kalau output dinyatakan sengan rangkaian ekuivalen Norton seperti
dalam gambar 2.19 lebih praktis untuk mendefinisikan penguatan aarus sebesar A.
dengaan mendefinisikan penguatan arus terdapat arus hubung singkat pada output
sebesar:
I 0 A.Vin

(2.30)

Gambar 2.18 Rangkaian ekuivalen untuk penguat dengan memakai rangkaian


ekuivalen Thevenin. V0 A.Vin

Gambar 5.19 Rangkaian ekuivalen untuk penguat dengan memakai rangkaian


ekuivalen Norton. I 0 A.Vin

Dimana persamaan (2.30) juga ditulis untuk penguatan linear

27

Berarti besaran-besaran yang penting untuk mengerti sifat dari suatu


penguat adalah resistivitas input, resistivitas output, penguatan dan linearitas.
Pentingnya dari besaran-besaran tersebut akan menjadi jelas kalau kita
menghitung voltase-voltase dan daya-daya pada satu system elektronik secara
keseluruhan yang terdiri atas sumber tegangan, penguat dan beban. sumber
tegangan bisa merupakan entena radio, reding head pada tape, output dari satu
sensor suhu atau sensor cahaya atau sensor untuk besaran fisik yang lain atau bisa
juga merupakan satu rangkaian lain. Beban bisa berupa speaker radio, lampu,
display, tahap penguat atau rangkaian pengelola berikutnya, dll. Secara
keseluruhan terdapat rangkaian seperti dalam gambar 2.20 yang mana sumber,
penguat dan beban dirangkai bersama dala satu system elektronik.
Kita akan menghitung voltase output dan daya yang diberikan kepada
beban dalam system ini.
Dari gambar 2.20 terlihat situasi dalam rangkaian ini. Voltase input Vin
dari penguat diperoleh dari sumber tegangan yang digambarkan dengan rangkaian
ekuivalen Thevenin. Maka voltase V 0 dari sumber tegangan dibagi oleh pembagi
tegangan yang dibentuk oleh resistor input penguat, Rip . Maka terdapat voltase
input Vin pada penguat sebesar:
Vin V0,in .

Rip

(2.31)

Rip Rds

Maka dari penguatan voltase sebesar A terdapat voltase pada sumber


voltase output sebesar:
V0 A.Vin A.V0,in .

Rip

(2.32)

Rip Rds

Arus yang mengalir dalam beban ditentukan oleh rangkaian seri dari
resistivitas ouput penguat, Rdp , dan resistivitas input pada beban, Ri ,beban . Maka
terdapat voltase, arus dan daya pada beban:
Vout V0

Ri ,beban
Rdp Ri ,beban

28

I out

V0
Rdp Ri ,beban

Pbeban V0 I out

(2.33)

Ri ,beban

Ri ,beban

dp

Dari (2.31) sampai (2.33) terdapat rumus untuk volase, arus dan daya
output terhadap besar voltase input tanpah beban adalah sbb:
Vout V0,in

Rip
Rip Rds
Rip

I out V0,in

Rip Rds

Ri ,beban

(2.34)

Rdp Ri ,beban

(2.35)

Rdp Rbeban
2

I out Vout I out V0,in

Rip

Ri ,beban

A
2
R R
R R
ds
dp
i ,beban
ip

(2.36)

Sebagai contoh kita menghitung situasi di mana terdapat suatu penguat


dengan penguatan voltase sebesar A = 100. Imput dari penguat di pasang pada
suatu sumber tegangan yang menyediakan voltase AC dengan voltase efektif
sebesar Veff = 10 mV pada rangkaian terbuka (tanpa beban). Resistivitas output
dari sumber itu sebesar Rds = 50 . Beban yang mau dijalankan dengan penguat
ini memilik resistivitas masuk sebesar R I,beban = 100 . Kita menghitung arus dan
voltase output serta daya yang diberikan kepada beban pada dua resistivitas imput,
yaitu Rip = 10 k dan Rip = 20 dari penguat dan dua resistivitas output dari
penguat , yaitu Rdp = 100 dan Rdp = 10 k. hasilnya dicatat dalam tabel 2.2.

Gambar 2.20 Satu system elektronik dengan sumber tegangan, penguat dan
beban

29

Tabel 2.2 Beberapa nilai untuk output dari penguat kalau resistivitasresistivitasnya dalam dari penguat berbeda-beda.
Rip ( )

Rdp ( )

Iout ( mA)

Vout ( mV)

Pout ( w)

20

100

1,43

143

204,5

20

10k

0,0283

2,83

0,08

10k

100

4,975

4,975

2475,2

10k

10k

0,099

9,85

0,97

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa penguatan voltase yang


sebenarnya didpatkan jauh lebih kecil dari pada penguatan A dari penguat. Hal ini
terjadi karena adanya pengaruh dari resistivitas imput dan output. Kalau
dikehendaki supaya penguatan voltase lebih besar, maka resistivitas impu dari
penguat harus dibuat lebih besar dan resistivitas outputnya harus dibuat kecil.
Suatu penguat voltase yang ideal memiliki resistivitas imput yang tak terhingga
dan resisivitas outputnya nol. Tetapi pengua seperti ini tidak mungkin di buat.
Juga dengan mengubahresistivitas dalam dari sumber tegangan dan dari beban,
voltase output penguat dan daya yang diberikan kepada beban akan berubah.
Untuk setiap rancangan penguat terhadap siituasi tersendiri dengan nilai tertentu
untu resistivitas dalam dari sumber tegangan yang pakai, resistivitas beban,
penguatan yang dibutuhkan dan syarat syarat lain yang terdapat dalam konstruksi.
Situasi ini akan menentukan bagaimana penguat akan di rancang.
Kalau yang dikehendaki bukan penguat voltase, tetapi penguat arus yang
maksimal, situasi menjadi lain! Resistivitas imput dan output harus berapa besar
untuk mendapatkan penguatan arus yang ideal?
Jadi berapa besar resistivitas input dan output yang paling baik terganung
situasi pemakaian dari susatu penguat. Resistivitas-resistivitas dalam itu selalu
merupakan besaran yang harus diperhatikan dengan baik.

30

2.4.2. Daya Output


Suatu pernyataan yang bisa diajukan pada suatu sumber daya adalah
beban harus memiliki resistivitas besar sehingga daya pada beban menjadi
maksimal. Hal ini menjadi penting kalau daya yang disediakan terbatas dan oleh
sebab itu penguatan perlu dimaksimalkan. Dari hasil dari analisa secara umum
sbb.
Kalau terdapat sumber tegangan resistivitas output Rab maka daya yang
diberikan kepada suatu beban R beban kecil menjadi maksimal apabila beban
memiliki resistivitas Rin yang sama dengan resisitivitas output Rd dari sumber
tegangan. Kalau output dari sumber tegangan memiliki impedansi outpt Z yang
kompleks maka impedansi beban harus memiliki beban impedasi Z* yang
conjugated complex dari impedansi sumber. Membuat beban memiliki relastivitas
yang sama disebut impedansi matching atau penyusuain Impedansi penyusuaian
Impedansi sangat penting dalam berbagai bidang elektronika, misalnya pada
pemakaian frekuensi tinggi yang mana menyediakan daya listrik yang sulit dan
mahal (kalau daya besar, sumber daya menjadi alat yang juga besat dan berat).
Tetapi juga perlu juga diperhatikan bahwa daya yang diserap dalam
penguat juga menjadi besar ketika beban dioptimalkan terhadap daya output.
Sebab itu penguat daya tidak dirancang dengan impedance matching untuk daya,
tetapi resitivitas outpunya dibuatkan sekecil mungkin sehingga daya diserap
didalamnya menjadi kecil.

2.4.3. Beberapa Definisi lagi Mengenai Penguat


Power gain (penguatan daya): Perbandingan antara daya P2

yang

diberikan penguat kepada beban dan daya P1 yang masuk kedam input penguat.
Power gain biasanya tergantung pada frekuensi yang sering dinyatakan dalam
satuan Db (desibel). Definisi dari satuan db adalah sbb:

P
Power gain (dB) 10 log 2
P1

Dimana :

P2 : daya yang diberikan penguat kepada beban


31

(2.37)

P1 : daya yang masuk ke dalam input penguat


Kalau daya pada output lebih kecil dari pada daya pada input dari suatu
rangkaian, power gai dalan db (decibel) akan memiliki nilai yang negative
Voltage gain (penguatan voltase): perbanding antara voltase output dan
voltse input pada suatu penguat. Voltage gain juga sering dinyatakan dalam satuan
dB, karena satuan dB aslinya merupakan satuan untuk daya maka definisi untuk
voltase perlu disesuaikan dengan memperhatikan bahwa daya berhubungan
dengan kuadrat dari voltage. Definisi untuk voltage gain dan satuan dB sbb:

V
Voltage gain (dB) 20 log 2
V1

(2.38)

Dimana :

V 2 : voltase pada pengeluara penguat


V1 : voltase pada input penguat
Frekuency response (ketergantungan frekuensi): ketrgantungan
frekuensi dari penguatan disebut frekuency response dari suatu penguat. Biasanya
terdapat hubungan antara besar penguatan dengan frekuensi seperti tampak
gambar 2.2.1. Disitu terlihat penguatan turun pada frekuensi kecil dan besar,
sedangkan pada frekuensi sedang penguatan akan lebih besar.

Gambar 2.21 Hubungan antara penguatan dan frekuensi

32

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimoulan sebagai berikut:
1. Pada rangkaian seri, hukum Kirchoff mengenai arus, arus I sama besar
dalam semua komponen:
I 0 I1 I 2
Sedangkan hukum Kirchoff mengenai voltase pada rangkaian seri
mengatakan bahwa jumlah voltase pada semua komponen (termaksud
sumber tegangan) nol, atau dengan kata lain jumlah voltase dari dua
komponen yang kita perhatikan sebesar (harga mutlak dari) voltase sumber
tegangan:
V0 V1 V2
2. Pada rangkaian paralel, hukum Kirchoff tentang arus menyatakan bahwa
arus I 0 yang masuk ke dalam titik P1 akan dibagi ke dalam berbagai
cabang dan jumlah arus dalam cabang sama dengan arus total I 0 :
I 0 I 1 I 2 I 3 ...
Sedangkan hukum Kirchoff mengenai voltase pada rangkaian paralel
yaiutu sebesar V dari sumber voltase:
V0 V1 V2

3. Hubungan antara arus dan voltase dalam resistor R1dan R2 pada rangkaian
seri sesuai dengan hukum Ohm yaitu:

V1 R1 I ; V2 R2 I
4. Hubungan antara arus dan voltase dalam resistor R1dan R2 pada rangkaian
paralel sesuai dengan hukum Ohm yaitu:
I 0 G0 V

5. Hubungan antara sumber tegangan dan resistor dalam suatu rangkaian


listrik yaitu dinyatakan dengan hukum Ohm yaitu:
I

V
R

6. Resistivitas masukan (resistivitas input) adalah resistivitas dari suatu


peralatan elektronik yang dimasukkan ke dalam suatu rangkaian listrik.

33

Alat ukur yang ideal tidak akan mempengaruhi rangkaian yang akan
diukur. Artinya sama sekali tidak ada perbedaan dalam rangkaian ketika
amperemeter dipasang

atau tidak dipasang. Amperemeter dengan

resisivitas dalam nol disebut amperemeter ideal. Tetapi amperemeter ideal


tidak ada. Setiap amperemeter memiliki resistivitas dalam yang lebih besar
dari nol. Sebab itu, ketika arus mengalir dalam amperemeter, akan ada
voltase pada amperemeter dan voltase itu akan mempengaruhi rangkaian
aslinya. Kalau voltase itu cukup kecil (dibandingkan dengan voltase lain
yang terdapat dalam rangkaian), voltase itu bisa diabaikan, tetapi kalau
besar voltase dalam amperemeter itu hampir sebesar atau bahkan lebih
besar dari voltase lain dalam rangkaian, pengaruh dari amperemeter
kepada rangkaian akan besar.
7. Penguat (amplifier) adalah suatu komponen listrik yang berfungsi untuk
menguatkan sinyal.

3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca juga bisa menjadi
sumber referensi juga acuan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharakan dalam penulisan makalah ini.

34

Anda mungkin juga menyukai

  • 68 en Ta 2014
    68 en Ta 2014
    Dokumen19 halaman
    68 en Ta 2014
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • 9299 30045 1 PB
    9299 30045 1 PB
    Dokumen4 halaman
    9299 30045 1 PB
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • 6039 17093 1 PB
    6039 17093 1 PB
    Dokumen8 halaman
    6039 17093 1 PB
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Alfan Faisal Rizal
    Belum ada peringkat
  • 2887 6857 1 SM
    2887 6857 1 SM
    Dokumen11 halaman
    2887 6857 1 SM
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • 29 en Ta 2015
    29 en Ta 2015
    Dokumen15 halaman
    29 en Ta 2015
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • 508 851 1 PB
    508 851 1 PB
    Dokumen16 halaman
    508 851 1 PB
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • 1023 1493 1 PB
    1023 1493 1 PB
    Dokumen13 halaman
    1023 1493 1 PB
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • 68 en Ta 2014
    68 en Ta 2014
    Dokumen19 halaman
    68 en Ta 2014
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Optik
    Optik
    Dokumen5 halaman
    Optik
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • S1 2015 297785 Abstract
    S1 2015 297785 Abstract
    Dokumen2 halaman
    S1 2015 297785 Abstract
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pengolahan Sinyal
    Tugas Pengolahan Sinyal
    Dokumen17 halaman
    Tugas Pengolahan Sinyal
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Prak. Elektronika Daya
    Prak. Elektronika Daya
    Dokumen12 halaman
    Prak. Elektronika Daya
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Praktek Automatic Sistem Smart Grid Dan PLC
    Praktek Automatic Sistem Smart Grid Dan PLC
    Dokumen1 halaman
    Praktek Automatic Sistem Smart Grid Dan PLC
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Laporan JST
    Laporan JST
    Dokumen30 halaman
    Laporan JST
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Laporan JST
    Laporan JST
    Dokumen30 halaman
    Laporan JST
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • TP
    TP
    Dokumen5 halaman
    TP
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hal 18
    Hal 18
    Dokumen2 halaman
    Hal 18
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Kinerja Trafo Tanpa Beban
    Kinerja Trafo Tanpa Beban
    Dokumen7 halaman
    Kinerja Trafo Tanpa Beban
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hal 23
    Hal 23
    Dokumen1 halaman
    Hal 23
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hal 26
    Hal 26
    Dokumen1 halaman
    Hal 26
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hal 26
    Hal 26
    Dokumen1 halaman
    Hal 26
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hal 19
    Hal 19
    Dokumen1 halaman
    Hal 19
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hal 21
    Hal 21
    Dokumen1 halaman
    Hal 21
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hardware Dan Software Pada Komputer
    Hardware Dan Software Pada Komputer
    Dokumen14 halaman
    Hardware Dan Software Pada Komputer
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • Hal 20
    Hal 20
    Dokumen1 halaman
    Hal 20
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • BAB I Transistor
    BAB I Transistor
    Dokumen2 halaman
    BAB I Transistor
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • EDM
    EDM
    Dokumen11 halaman
    EDM
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat
  • BAB V Pengertian Ide (Itegrated Development Environment)
    BAB V Pengertian Ide (Itegrated Development Environment)
    Dokumen2 halaman
    BAB V Pengertian Ide (Itegrated Development Environment)
    Dwie Eric Santoso
    Belum ada peringkat