I. Pendahuluan
Rasulullah shallahu 'alayhi wasallam dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh
Abu Dawud dan at-Tirmidzi bahwasanya beliau bersabda :
Maknanya :"…Maka berpegang teguhlah dengan sunnahku (ajaranku) dan sunnah para
khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigit ia dengan erat dengan gigi taringmu, dan
jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap bid'ah adalah sesat".
Hadis ini adalah hadis sahih, namun ada sebagian orang yang tidak memahami
hadis ini sebagaimana mestinya sehingga hadis ini sering dijadikan dalil untuk
menyesatkan orang dan mengklaim pelakunya sebagai ahli bid'ah, hanya gara-gara apa
yang dilakukannya belum pernah dilakukan oleh nabi, tanpa memilah-milah apakah yang
dilakukannya itu sesuai dengan ajaran nabi dan para sahabatnya atau tidak.
Maka dari itu adalah penting bagi kita untuk memahami hadis ini dengan benar
sebagaimana yang difahami oleh para ulama' Islam yang mu'tabar, sehingga kita tidak
terburu-buru dalam menyesatkan orang.
Maknanya : "Barang siapa yang berbuat sesuatu yang baharu dalam syari'at ini yang tidak sesuai
dengannya, maka ia tertolak".
Bagian pertama : Bid'ah Hasanah, juga dinamakan Sunnah Hasanah yaitu sesuatu
yang baharu yang sejalan dengan al Qur'an dan Sunnah.
Bagian kedua : Bid'ah Sayyi-ah, juga dinamakan Sunnah Sayyi-ah yaitu sesuatu
yang baharu yang menyalahi al Qur'an dan Sunnah.
Pembagian bid'ah ini juga dapat dipahami dari hadis Jarir ibn 'Abdillah al Bajali, ia
berkata : Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
Maknanya : "Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik
maka baginya pahala dari perbuatan tersebut juga pahala dari orang yang melakukannya
(mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, dan barang siapa merintis
dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatan tersebut juga dosa dari orang
yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dosa-dosa mereka sedikitpun"
(H.R. muslim)
Berdasarkan dalil-dalil diatas maka Imam Syafi'i –semoga Allah meridlainya-
berkata:
“Perkara yang baru terbagi menjadi dua bagian. Pertama sesuatu yang menyalahi al Qur'an,
Sunnah, Ijma' atau Atsar (apa yang dilakukan atau dikatakan sahabat tanpa ada di antara mereka
yang mengingkari), inilah bid'ah yang sesat. Kedua perkara yang baru yang baik dan tidak
menyalahi al Qur'an, Sunnah, maupun Ijma', inilah sesuatu yang baru yang tidak tercela”.
(Diriwayatkan oleh al Bayhaqi dengan sanad yang sahih dalam kitabnya Manaqib asy-
Syafi'i.)
2. Bid’ah Sayyi’ah:
a. hal-hal yang baharu dalam masalah aqidah, seperti bid'ahnya golongan
Mu'tazilah, Khawarij dan mereka yang menyalahi apa yang telah menjadi
keyakinan para sahabat nabi.
b. Contoh lainnya dalam masalah furu' ( bid'ah sayyi'ah 'amaliah) seperti
penulisan shad setelah nama Nabi sebagai pengganti shallahu 'alayhi
V. Penutup
Dari penjelasan singkat di atas, tampak jelas bahwa bid'ah yang dilarang oleh nabi
sebagaimaba dimaksud dalam hadis pendahuluan di atas adalah bid'ah sayyi-ah (bid'ah
yang jelek), bid'ah yang bertentangan dengan ajaran nabi dan para khulafaur rasyidin.
Dengan demikian kita tidak gegabah dalam mengklaim seseorang sebagai orang sesat,
gara-gara melakukan perbuatan bid'ah, sementara bid'ah yang ia lakukan ternyata tidak
bertentangan sama sekali dengan al Qur'an, sunnah nabi dan atsar para sahabat. Wallahu
A'lam bishshawab.