Anda di halaman 1dari 41

7

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1

Persamaan Regresi
Analisis regresi adalah hubungan yang didapat dan dinyatakan dalam bentuk

persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antar variabel. Scalzo,


Xu, Asgari, Bergsneider, dan Hu (2009 :967) menambahkan bahwa analisis regresi
adalah sebuah tehnik statistika yang digunakan untuk menganalisis variabel input (X)
dan variabel output (Y). Dalam hal ini, variabel output yang dimaksud dapat disebut
sebagai

variabel terikat (dependent). Sedangkan variabel input yang dimaksud

disebut sebagai variabel bebas (independent). Variabel terikat dinotasikan dengan


"Y", sedangkan variabel bebas dinotasikan dengan "X".
Berdasarkan bentuk kelinearan data, model regresi dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu regresi linear dan regresi non linear. Suatu persamaan dapat
dikatakan regresi linear apabila hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen adalah linear. Sedangkan regresi dikatakan non linear apabila hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen tidak linear.
Sedangkan berdasarkan jumlah variabel bebas, regresi linear terdiri dari dua,
yaitu regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Analisis regresi sederhana
merupakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tak bebas.
Sedangkan analisis regresi berganda merupakan hubungan antara 3 variabel atau
lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dengan satu variabel tak bebas.
Tujuan dari analisis regresi adalah untuk membuat perkiraan nilai suatu
variabel terikat jika nilai variabel bebas yang berhubungan dengannya sudah

ditentukan dan menguji hipotesis signifikansi pengaruh dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.

2.2

Regresi Linear Berganda


Regresi linear berganda adalah perkembangan dari regresi sederhana yang

menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas
(Freund, Wilson, & Sa, 2006 : 73). Tujuan utama analisis regresi linear berganda
sama seperti dengan regresi sederhana, yaitu menggunakan hubungan antara variabel
terikat (response) dan variabel bebas (factor) untuk memprediksi atau menjelaskan
karakteristik dari variabel (Freund, Wilson, & Sa, 2006 : 73). Secara umum model
regresi linear berganda dapat dituliskan sebagai berikut :
y = 0 + 1x1 + 2x2 + . + mxm +

(2.1)

Dengan :
y

= Variabel terikat
m

= Variabel bebas
0

= Konstanta
m

= Koefisien regresi ke-m

2.3

= Residual
Structural Equation Modelling (SEM)
Structural equation modelling (SEM) adalah suatu metode analisis

multivariat yang powerful, dimana memungkinkan adanya interaksi antara teori dan
data (Preotrius, Lix, dan Giesbrecht, 2011 : 155). Pandangan berbeda mengatakan
bahwa SEM adalah suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan
konfirmatiori untuk menganalisis sebuah teori struktural yang dikarenakan suatu
fenomena (Brahim, Blavet, Gallali, dan Bernoux, 2011 : 314). Santoso (2012 : 14)

menambahkan bahwa SEM adalah suatu teknik statistika multivariat yang


merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi, yang bertujuan
untuk menguji hubungan - hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model,
baik itu antar variabel manifes (indikator) dengan variabel laten, ataupun hubungan
antar variabel laten
Menurut Hair et al. (1998) dalam Wijanto (2009 : 7), terdapat dua
karakteristik yang membedakan mode SEM dengan teknik regresi dan multivariat
lainnya, yaitu :
1.

Estimasi terhadap multiple interrelated dependence relationshops yang


dimaksud adalah beberapa persamaan regresi berganda yang terpisahkan
tetapi saling berkaitan. Perbedaan yang paling kelihatan antara SEM
dengan susunan regresi berganda biasa adalah pada SEM sebuah variable
bebas (independent variabel) pada satu persamaan bisa menjadi variable

2.

terikat (dependent variabel) pada persamaan lain


Kemampuan untuk menunjukkan konsep - konsep tidak teramati
(unobserved concepts) serta hubungan - hubungan yang ada di dalamnya,
dan perhitungan terhadap kesalahan - kesalahan pengukuran dalam
proses estimasi.

SEM menyajikan konsep tidak teramati melalui

penggunaan variabel - variabel laten. Sebuah variabel laten adalah


sebuah variabel yang tidak teramati dan hanya dapat diperoleh melalui
variabel - variabel teramati. Sementara variabel teramati adalah variabel
yang nilainya dapat diperoleh. Variabel teramati ini biasa dikenal dengan
variabel manifes atau measured variabel.
Menurut Wijanto (2008 : 9), terdapat tiga komponen utama dalam model
SEM yang tediri dari :
a.

Variabel

10

Metode SEM memiliki dua jenis variabel yaitu variabel laten (latent
variable) dan variabel manifes (Observed or manifest variable). Variabel
laten biasa disebut sebagai variabel abstrak atau variabel yang tidak dapat
diukur, contohnya adalah perilaku orang, perasaan dan motivasi. Variabel
laten memiliki dua jenis yaitu variabel laten eksogen dan variabel laten
endogen.
Variabel laten eksogen dapat disebut sebagai variabel bebas dalam suatu
persamaan sedangkan variabel laten endogen merupakan variabel terikat pada
suatu persamaan. Dalam notasi matematika, variabel laten eksogen
dinotasikan dengan dan variabel laten endogen dinotasikan dengan .
Sedangkan variabelmanifes merupakan variabel yang dapat diamati atau
dapat diukur secara empiris. Variabel manifes dapat disebut sebagai efek atau
ukuran dari variabel laten. Dalam notasi matematika, variabel manifes
dinotasikan dengan X.

Laten
Eksogen
Laten
Endogen

Manifest
Variable

Gambar 2.1. Variabel laten eksogen, laten endogan dan variabel termati
b.

Model
Metode SEM memiliki dua jenis model yaitu model strukural (structural

model) dan model pengrukuran (mesaurement model). Model struktural


adalah model yang menggambarkan hubungan - hubungan yang ada di antara
variabel - variabel laten. Pada model struktural, variabel laten eksogen

11

dinotasikan dengan dengan sedangkan variabel endogen dinotasikan dengan


.

Parameter yang menunjukkan regresi pada variabel laten eksogen diberi

label , sedangkan parameter yang menunjukkan regresi pada variabel laten


endogen diberi label . Contoh model struktural digambarkan pada Gambar
2.2.
Model pengukuran adalah model yang menggambarkan hubungan antara
variabel laten dengan variabel - variabel manifes melalui model pengkuruan
yang berbentuk analisis faktor.

Pada analisis faktor, variabel laten

dimodelkan sebagai sebuah faktor yang mendasari variabel - variabel manifes


yang terkait. Besarnya muatan faktor (factor loading) yang menghubungkan
variabel - variabel laten dengan variabel manifes dinotasikan dengan .
Contoh model pengukuran digambarkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.2. Model Struktural

12

Gambar 2.3. Model Pengukuran


c.

Kesalahan
Metode SEM memiliki dua jenis kesalahan yaitu kesalahan strucktural

(structural error) dan kesalahan pengukuran (measurement error). Secara


umum, kesalahan struktural adalah nilai kesalahan yang terdapat pada model
struktural. Pada umunya kesalahan terjadi karena pengguna SEM tidak
berharap bahwa variabel eksogen dapat memprediksi secara sempurna
variabel endogen sehinga model haru ditambahkan komponen kesalahan
struktural. Kesalahan pada model struktural diasumsikan hanya berkorelasi
pada variabel endogen yang biasa dinotasikan dengan . Misalnya pada
Gambar 2.2, model matematika yang mengandung kesalahan struktural dapat
dituliskan :
1 = 11 1 + 12 2 + 1
(2.2)
2 = 21 1 + 2
(2.3)
Sedangkan kesalahan pengukuran adalah nilai kesalahan yang terdapat
pada model pengukuran dimana biasanya variabel manifes tidak dapat
mengukur variabel laten secara sempurna. Pada kesalahan pengukuran,
komponen kesalahan pengukuran berkaitan dengan indikator (X) dan
dinotasikan dengan . Misalnya pada Gambar 2.3, model matematika yang
mengandung kesalahan pengukuran dapat ditulis sebagai berikut :
X1 = 11 1 + 1
X2 = 21 1 + 2
X3 = 31 1 + 3

(2.4)
(2.5)
(2.6)

Selain model struktural dan model pengukuran, SEM juga mengenal


Hybrid Model atau Full Model yang merupakan gabungan dari model
struktural dan model pengukuran. Contoh dari hybrid model ditunjukkan pada
Gambar 2.4

13

Gambar 2.4. Hybrid Model


(Sumber : Wijanto, 2008 : 19)

Pada hybrid model Gambar 2.4, model pengukuran yang terbentuk adalah
X1 = x11 1 + 1

X2 = x21 1 + 12

X3 = x31 1 + 3

X4 = x41 1 + 4

X5 = x51 1 + 5
Y1 = y11 1 + 1

Y2 = y21 1 + 2

Y3 = y31 1 + 3

Y4 = y42 2 + 4

Y5 = y52 2 + 5

Y6 = y62 2 + 6

Y7 = y72 2 + 7

Y8 = y83 3 + 8

14

Y9 = y93 3 + 9

Y10 = y103 3 + 10

(2.7)

Pada hybrid model Gambar 2.4, model struktural yang terbentuk adalah
1 = 11 1 + 12 2 + 1
2 = 21 1+ 2
3 = 31 1 + 32 2 + 3

2.4

(2.8)

Partial Least Square (PLS)


Partial Least Square (PLS) pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold

sekitar tahun 1966. Pada awalnya PLS dikembangkan sebagai metode umum untuk
mengestimasi path mode yang menggunakan variabel laten dengan multiple
indocator. PLS awalnya diberi nama NIPALS (Nonlinear Iterative Partial Least
Square) karena PLS menggunakan dua prosedur iterative yaitu metode estimasi least
squares (LS) untuk single dan multi component model untuk conanical correlation.
Pendekatan PLS adalah distribution free yang artinya data tidak dapat berdistribusi
tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio. Dalam
pengembangannya, model dasar PLS diselesaikan oleh Herman Wold pada tahun
1977 yang kemudian dikembangkan lebih lajut oleh Lohmoller pada tahun 1984 dan
1989, dan kemudian dikembangkan oleh Chin pada tahun 1996. (Ghozali, 2011 : 18).
Sirohi et al. (1998) dalam Giraldi dan Lopes (2012 : 26) berpendapat bahwa
PLS merupakan tehnik yang kuat dalam menganalisis variabel laten yang memiliki
beberapa indikator pada SEM. Chin (1998) dalam Giraldi dan Lopes (2012 : 26)
menambahkan bahwa PLS menggunakan prosedur estimasi berbasis minimum
squares, dimana tidak memiliki tekanan pada skala pengukuran, distribusi data
ataupun ukuran sampel. Ghozali (2011 : 19) menyimpulkan bahwa PLS adalah
sebuah pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis
covariance menjadi berbasis variance. Desain PLS dimaksudkan untuk mengatasi

15

keterbatasan metode SEM lainnya ketika data mengalami masalah seperti


pengukuran data dengan skala tertentu, jumlah sampel yang kecil, adanya missing
value, data tidak normal dan adanya multikolinearitas. Selain itu PLS dapat
digunakan pada setiap jenis skala data (nominal, ordinal, interval, rasio) serta syarat
asumsi yang lebih fleksibel.
Terdapat tiga kategori dalam melakukan estimasi parameter pada PLS, yaitu
weight estimate, path estimate, dan means dan lokasi parameter. Weight estimate
digunakan untuk mencipatakan skor dari variabel laten. Path estimate (estimasi jalur)
digunakan untuk menghubungkan antar variabel laten dan juga menghubungkan
variabel laten dengan blok indikatornya (loading). Means dan lokasi parameter
sebagai nilai konstanta regresi dari indikator dan variabel lain. Selain itu, PLS
menggunakan proses iterasi tiga tahap dan estiap tahap menghasilkan estimasi. Tahap
pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan inner model dan
outer model, dan tahap ketiga menghasilkan means dan lokasi (konstanta).
Pada tahap pertama dan kedua, komponen skor estimasi untuk setiap variabel
laten dapat menggunakan dua cara, yaitu melalui outside approximation dan
menggunakan inside approximation. Outside approximation menggambarkan
weighted

agregat

dari

indikator

konstruk,

sedangkan

inside

aproksimasi

menggunakan weighted agregat component score lain yang berhubungan dengan


konstruk dalam model teoritis.
Pada tahap ketiga, dilakukan perhitungan mean setiap indikator dengan
menggunakan data asli untuk mendapatkan parameter mean, kemudian melakukan
perhitungan means dari nilai weight pada variabel laten yang didapat dari tahap satu.
Dengan nilai mean untuk setiap variabel laten dan path estimate dari tahap dua, maka
lokasi parameter untuk setiap variabel laten dependen dihitung sebagai perbedaan

16

antara mean yang baru dihitung dengan systematic part accounted oleh variabel laten
yang mempengaruhinya.

2.4.1. Spesifikasi Model


Terdapat tiga model analisis jalur dalam PLS, yaitu inner model yang
menspesifikasi hubungan antar variabel laten, outer model yang menspesifikasi
hubungan antara variabel laten dengan variabel manifes, weight relation yang
mengestimasi nilai dari variabel laten
1.

Inner Model
Inner model merupakan model yang menggambarkan hubungan yang ada

di antara variabel laten berdasarkan pata substantive theory. Inner model


biasa disebut sebagai inner relation atau structural model. Model persamaan
inner model adalah sebagai berikut:
= 0 + + +

(2.9)

Dimana
= vektor variabel laten endogen (dependen),
= vektor variabel laten eksogen (independen)
= vektor residual (unexplained variance).
Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, atau sering disebut
causal chain system, maka model rekrusif dari PLS adalah sebagai berikut
j = ijii + i jbb + j

(2.10)

Dimana
ji

= koefisien jalur yang menghubungkan predictor endogen

jb

= koefisien jalur yang menghubungkan predictor eksogen

ib

= indeks range sepanjang I dan b

= jumlah variabel laten endogen

= inner residual variable.

17

2.

Outer Model
Outer model adalah model yang menggambarkan hubungan antara

variabel laten dengan indikatornya. Outer model biasa disebut sebagai outer
relation atau measurement model. Pada outer model terdapat dua model yaitu
model indikator refleksif dan model indikator formatif.
Model refleksif sering disebut sebagai principal factor model yang
berarti variabel manifes dipengaruhi oleh variabel laten. Persamaan model
indikator refleksif adalah sebagai berikut
x = x + x

(2.11)

y = y + y

(2.12)

Di mana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen () dan


varabel laten endogen (). Sedangkan x dan y merupakan matriks loading
yang

menggambarkan

seperti

koefisien

regresi

sederhana

yang

menghubungkan variabel laten dengan indikatornya.


Model formatif merupakan kebalikan dari model refleksif dimana model
formatif mengasumsikan bahwa variabel manifes mempengaruhi variabel
laten. Arah hubungan kausalitas mengalir dari variabel manifes ke variabel
laten. Persamaan model indikator formatif adalah sebagai berikut:
= Xi +

(2.13)

= Yi +

(2.14)

Dimana , , X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Dengan x


dan y adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap
indikator, sedangkan dan adalah residual dari regresi.

18

Menurut Jarvis, Mackanzie dan Podsakoff (2003) dalam Ghozali (2011 :


13), terdapat beberapa kriteria untuk menentukan formatif model atau
refleksif model, yaitu :
a.

Apabila terjadi perubahan pada variabel laten, maka variabel manifes


pada model formatif tidak akan mengalami perubahan, sedangkan pada
model refleksif akan mengakibatkan adanya perubahan pada variabel

b.

manifes,
Apabila terjadi perubahan pada variabel manifes, maka variabel laten
pada model formatif mengalami perubahan, sedangkan pada model

c.

releksif tidak akan mengakibatkan adanya perubahan pada variabel laten,


Arah kausalitas pada model formatif dari variabel manifes ke variabel
laten sedangkan arah kausalitas pada variabel refleksif dari variabel laten

d.

ke variabel manifes,
Kemiripan content pada variabel manifes di model formative tidak harus
sama atau mirip, sedangkan variabel manifes pada model refleksif harus

e.

memiliki content yang sama atau mirip,


Pada model formatif tidak memiliki kovarian antar variabel manifes,
sedangkan pada model refleksif diharapkan ada kovarian antar variabel
manifes.

2.4.2. Kriteria Penilaian


Dalam penggunaanya, PLS memiliki beberapa evaluasi terhadap model
struktural dan model pengukuran yang ada. Dalam evaluasi model pengukuran,
dilakukan uji convergent validity, discriminant validity, composite reliability, dan
Average Variance Extracted. Sedangkan dalam evaluasi model pengukuran dilakukan
uji R-squared (R2) dan uji estimasi koefisien jalur.
1.

Convergent validity

19

Convergent validity digunakan untuk mengukur besarnya korelasi antara


variabel laten dengan variabel manifes pada model pengukuran refleksif.
Dalam evaluasi convergent validity dapat dinilai berdasarkan korelasi antara
item score / component score dengan construct score. Menurut Chin (1998)
dalam Ghozali (2012 : 25), suatu kolerasi dapat dikatakan memenuhi
convergent validity apabila memiliki nilai loading sebesar lebih besar dari 0,5
sampai 0,6.
2.

Discriminant Validity
Discriminant Validity dari model pengukuran refleksif dapat dihitung

berdasarkan nilai cross loading dari variabel manifes terhadap masing-masing


variabel laten. Jika kolerasi antara variabel laten dengan setiap indikatornya
(variabel manifes) lebih besar daripada korelasi dengan variabel laten lainnya,
maka variabel laten tersebut dapat dikatakan memprediksi indikatornya lebih
baik daripada variabel laten lainnya.
Selain itu, discriminant validity

juga dapat dihitung dengan

membandingkan nila square root of average variance extracted (AVE).


Apabila nilai AVE lebih tingi daripada nilai korelasi di antara variabel laten,
maka discriminant validity dapat dianggap tercapai. Discriminant validity
dapat dikatakan tercapai apabila nilai AVE lebih besar dari 0,5. Cara untuk
menghitung nilai AVE adalah sebagai berikut:
AVE =
(2.15)
Dimana
1 adalah loading factor (convergent validity),
dan var (i) =
1- 12.
3. Composite Reliability
Variabel laten dapat dikatakan memiliki realibilitas yang baik apabila
nilai composite reliability lebih besar dari 0,6. Cara untuk composite
reliability adalah sebagai berikut:
pc =

(2.16)

20

Dimana 1 adalah loading factor (convergent validity), dan var (i)= 1- 12.
Ghozali (2011 : 26) menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan
untuk mengukur realibiltias dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan nilai
composite realibility (pc).
4. R-squared (R2)
Pengujian R-squared (R2) merupakan cara untuk mengukur tingkat
Goodness of Fit (GOF) suatu model struktural. Nilai R-squared (R2)
digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruh variabel laten independen
tertentu terhadap variabel laten dependen. Menurut Chin (1998) dalam
Ghozali (2012 : 27), hasil R2 sebesar 0,67 mengindikasikan bahwa model
dikategorikan baik. Hasil R2 sebesar 0,33 mengindikasikan bahwa model
dikategorikan moderat. Sedangkan Hasil R2 sebesar 0,33 mengindikasikan
bahwa model dikategorikan lemah.
5. Uji Signifikansi
Uji signifikansi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji signifikansi pada metode PLS,
variabel bebas yang dimaksud adalah variabel laten eksogen dan variabel
terikat yang dimaksud adalah variabel laten endogen. Nilai estimasi untuk
hubungan jalur dalam inner model digunakan untuk mengetahui signifikansi
dari hubungan-hubungan antar variabel laten. Nilai signifikan dapat diperoleh
dengan prosedur bootstrapping yang dikembangkan oleh Geisser & Stone.
Hipotesis yang digunakan pada uji signifikansi adalah:
H0= Variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap varabel terikat
H1= Variabel bebas berbengaruh signifikan terhadap variabel terikat
Statistik uji yang digunakan adalah:
T statistik =

(2.17)

Dimana bj adalah nilai dugaan j dan S(bj) adalah standar error bagi bj.

21

Daerah penolakan yang digunakan adalah:


H0 ditolak apabila |T statistik| > T, df atau p-value < .
2.5

Pertumbuhan Ekonomi dan Indikatornya


Menurut Jhingan (2007 : 3), pada awalnya ilmu pertumbuhan dan

pembangungan ekonomi muncul karena adanya kesadaran dari negaranegara maju


bahwa kemiskinan di suatu tempat merupakan bahaya bagi kemakmuran di mana
pun. Lebih lanjut Meier dan Baldwin dalam Jhingan (2007 :3) mengatakan bahwa
pengkajian mengenai kemiskinan bangsa-bangsa bahkan terasa lebih mendesak
daripada pengkajuan kemakmurannya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat,dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan
kemiskinan (Todaro dan Smith, 2006 : 18). Lebih lanjut Todaro dan Smith (2009)
berpendapat bahwa

pertumbuhan ekonomi

merupakan proses stabil dimana

kapasitas produksi ekonomi meningkat dari waktu ke waktu yang dapat


meningkatkan pendapatan dan pengeluaran nasional.
Sukirno (2006 : 9) berpendapat bahwa pengertian dari pembangunan ekonomi
adalah serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan
kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan
semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan tinggi dan teknologi
semakin meningkat. Sebagai implikasi dari perkembangan ini diharapkan dapat
meningkatkan kesempatan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat sehingga taraf
kehidupan masyarakat semakin membaik.
Schumpeter dalam Jhingan (2007 : 4) menyatakan bahwa perkembangan
adalah perubahan spontan dan terputus - putus dalam keadaan stasioner yang
senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada seeblumnya.

22

Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan


mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Lebih lanjut, Jhingan
(2007 : 5) menyatakan bahwa terdapat tiga cara dalam mendefinisikan
perkembangan ekonomi.
Definisi pertama, perkembangan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan
pendapatan nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. Pendapatan
nasional nyata menunjuk pada keseluruhan output barang-barang jadi dan jasa dari
negara tersebut, bukan dalam bentuk uang. Akan tetapi hal ini tidak sesuai kenyataan
karena di dalam perekonomian, keberagaman harga tidak terelakkan. Definisi kedua,
berkaitan dengan pendapatan nyata per kapita dalam jangka panjang. Para ekonoom
mendefinisikan pembangunan ekonomi dalam arti kenaikan pendapatan atau output
per kapita. Definisi ini bermaksud menekankan bahwa bagi perkembangan ekonomi,
tingkat kenaikan pendapatan nyata seharusnya lebih tinggi daripada tingkat
pertumbuhan

penduduk.

Definisi

ketiga,

ada

kecenderungan

lain

untuk

mendefinisikan perkembangan ekonomi dari titik - titik kesejahteraan ekonomi.


Dalam definisi ini, perkembangan ekonomi dipandang sebagai suatu proses dimana
pendapatan nasional nyata per kapita naik akan diikuti dengan penurunan
kesenjangan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarakat.
Pada penelitian sebelumnya, Prabowoningtyas (2011) menyimpulkan bahwa
pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan
nasional. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata - rata penduduk suatu daerah
sedangkan pendapatan nasional adalah nilai produksi barang - barang dan jasa - jasa
yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan
pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan
untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat
kesejahteraan masyarakat suatu daerah pendapatan per kapita.

23

Untuk mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara, tidak dapat


diukur secara langsung, maka diperlukan suatu indikator untuk mengukurnya.
Terdapat dua indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi yaitu :
1.
Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau di tingkat regional disebut Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga
pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya dan bukan
merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat karena belum dapat
mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya.
2.
Produk Domesti Bruto Per kapita / Pendapatan Per kapita
Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per
kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi
yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu
negara daripada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik bruto per kapita baik di
tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional atau PRDB suatu
daerah dibagi dengan jumlah penduduk di negara maupun di daerah yang
bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata - rata.
2.6

Pengaruh Sumber Daya Alam terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Dalam pengertian umum, sumber daya alam didefinisikan sebagai komponen

dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan
manusia. (Fauzi, 2010 :2) Pengertian sumber daya sendiri sudah konsep ketika balam
ilmu ekonomi, Adam Smith menerbitkan buku "Wealth of Nation" pada tahun 1776,
dimana sumber daya diartikan sebagai seluruh faktor produksi yang diperlukan untuk
menghasilkan output. Dalam pengertian ini berarti sumber daya alam dapat diartikan
sebagai komponen utama yang diperlukan untuk kegiatan ekonomi.

24

Lebih lanjut Fauzi (2010 : 6) mengelompokkan sumber daya alam menjadi


dua kelompok, yaitu :
1.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (non-renvewable)
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya alam
yang memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumber daya
tersebut karena menghabiskan cadangan sumber daya tersebut. Sumber daya alam ini
memiliki kemungkinnan tidak tersedia lagi pada masa mendatang. Yang termasuk
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui yaitu mineral, logam, minyak dan gas
bumi. Sumber daya ini diyakini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengembalikannya. Oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk memanfaatkan
sumber daya alam secara bijaksana, bahkan dibutuhkan sebuah inventarisasi dan
evaluasi tentang sumber daya alam yang tersedia.
2.

Sumber daya alam yang dapat diperbarui (renewable)


Sumber daya alam yang dapat diperbaharui sering disebut sebagai flow,

sumber daya yang dapat diperbaharui dianggap sebagai sumber daya alam yang
memiliki jumlah kuantitas fisik dan berubah sepanjang waktu. Jumlah sumber daya
yang kita manffatkan sekarang dapat mempengaruhi dan dapat tidak mempengaruhi
terhadap ketersediaan atau stok sumber daya di masa depan. Proses regenerasi pada
sumber daya alam yang dapat diperbarui tergantung pada proses biologi.
Sumber daya yang termasuk dalam sumber daya yang dapat diperbarui adalah
tanaman dan hewan dan energi yang dihasilkan oleh proses tenaga alam (air, tanah,
angin, pasang surut, sinar panas matahari). Akan tetapi apabila telah melewati
kapasitas maksimum regenerasinya, sumber daya ini dapat berubah menjadi sumber
daya yang tidak dapat diperbarui. Proses dan cara yang diperlukan untuk
mengembalikan keberadaan sumber daya alam ini pun tidak sulit, oleh karena itu
sumber daya ini dikatakan tidak akan habis walau setiap hari dikonsumsi oleh
manusia. Pemanfaatan sumber daya alam sendiri dilakukan pada berbagai sektor,

25

yaitu sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor peternakan, sektor perikanan dan
sektor pertambangan.
Jhingan (2007 : 67) menjelaskan bahwa faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah sumber alam atau tanah. Suatu negara yang memiliki
sumber dalam yang melimpah dapat membangun perekonomian dengan cepat. Pada
negara yang kurang berkembang, sumber alam sering terbengkalai atau kurang
pemanfaatannya. Ketersediaan sumber alam yang melimpah tidak cukup untuk
pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan juga pemanfaatan secara tepat.
Lebih lanjut, Todaro dan Smith (2006 :54) berpendapat bahwa besar kecilnya
pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi kualitas ataupun kuantitas
sumber daya pada negara tersebut, sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya
fisik (physical resources) atau kekayaan alam maupun sumber daya manusia (human
resources). Lebih lanjut Todaro dan Smith menjelaskan bahwa beberapa negara yang
memiliki kekayaan alam yang berlimpah biasanya memiliki tingkat perekonomian
yang tinggi, misalnya pada negara negara penghasil minyak seperti pada kawasan
Teluk Persia seperti Arab Saudi, Bahrain dan Iran. Sebaliknya kasus ekstrem yang
memperlihatkan betapa sengsaranya negara yang kurang beruntung karena tidak
memiliki sumber daya alam yang baik misalnya pada negara Chad, Yaman, Haiti dan
Bangladesh. Negara ini memiliki sedikit sumber daya alam yang bisa digunakan dan
negara - negara ini dikategorikan sebagai negara miskin dengan pertumbuhan dan
posisi perekonomian yang rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam
sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi pada suatu negara.
2.7

Pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya

fisik yang dimiliki manusia (Hasibuan, 2003 : 244). Lebih lanjut Hasibuan
menjelaskan bahwa SDM merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh setiap
manusia. SDM merupakan unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan.

26

Kemajuan teknologi tidak berarti apa apa tanpa pernanan aktif SDM. Menurutnya
setiap manusia memiliki daya pikir yang merupakan kecerdasan yang dibawa dari
lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan
pelatihan).
Dalam mengelola sumber daya manusia itu sendiri dibutuhkan sebuah
manajemen yang biasa disebut manajemen sumber daya manusia. Terdapat banyak
pengertian pengembangan sumber daya manusia di dunia, menurut Bank Dunia
(1990) dalam Subekhi dan Jauhar (2012 : 15), manajemen sumber daya manusia
adalah upaya pengembangan manusia yang menyangkut pengembangan aktivitas
dalam bidang pendidikan dan latihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas,
peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi.
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, dibutuhkan input
pendidikan yang baik. Hasil dari pendidikan itu sendiri dapat berupah kemampuan
sumber daya alam seperti angkatan kerja. Pada faktanya, kenaikan jumlah yang
berpendidikan formal ini disertai juga dengan kecenderungan naiknya tingkat
pendidikan angkatan kerja. Akan tetapi faktor perbedaan tempat (desa - kota) dan
jenis kelamin masih menjadi masalah, angkatan kerja yang tingkat pendidikannya
rendah masih menonjol.
Menurut Todaro (2006 : 54), selain dipengaruhi oleh sumber daya fisik atau
sumber daya alam, besar kecilnya pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat
dipengaruhi oleh sumber daya manusia (human resources). Oleh karena itu sumber
daya manusia sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Kondisi
kualitas sumber daya manusia merupakan kelemahan mendasar bagi negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Pengalaman selama krisis ekonomi menunjukkan
bahwa negara-negara yang mempunyai kualitas sumber daya manusia yang lebih
baik akan lebih cepat bangkit dari krisis yang melandanya. Misalnya pada negara
-negara maju seperti Korea, Jepang dan Singapura, negara - negara ini jarang

27

mengalami krisis ekonomi yang parah seperti yang terjadi pada negara berkembang
seperti Indonesia. Secara langsung ataupun tidak langsung, kualitas sumber daya
manusia mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara.

2.8

Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)


Manusia hidup pada dunia yang memiliki produk berteknologi tinggi. Sebuah

produk dapat dikatakan berhasil apabila produk tersebut memiliki fungsi yang baik.
Akan tetapi selama tiga dekade terakhir, fungsi bukan lagi merupakan faktor yang
dominan dalam sebuah produk, melainkan interface design atau desain antar muka.

2.8.1

Pengertian Interaksi Manusia dan Komputer


Interaksi manusia dan komputer merupakan sistem yang mampu

menghubungkan antara pengguna dengan komputer. Elemen - elemen yang terdapat


di dalam user interface antara lain seperti menu, window, keyboard, mouse dan
suara - suara komputer (Dastbaz, 2003 : 108).

2.8.2

Eight Golden Rules


Menurut Shneiderman dan Plaisant (2010 : 88-89), ada Delapan Aturan

Emas (eight golden rules) dalam merancang antarmuka pemakai, yaitu :


1.

Berusaha untuk konsisten


Konsisten dalam penggunaan font, warna, simbol, bentuk tombol, dan

tata letak.
2. Universal Usability
Menambahkan fitur bagi pengguna pemula berupa penjelasan dan bagi
pengguna berpengalaman berupa fitur shorcut, dan faster pacing. Sehingga
memperkaya desain antarmuka dan kualitas sistem.
3. Memberikan umpan balik (feedback) yang informatif

28

Memberikan respons yang sesuai dengan aksi yang dilakukan pengguna


sehingga membantu pengguna dalam mengerti sistem.
4. Merancang dialog yang memberikan penutupan
Merancang urutan tindakan secara terogranisir yang terdiri dari suatu
permulaan, tengah, akhir, sehingga pemakai dapat mengetahui kapan
suatu kelompok aksi dapat beralih ke aksi berikutnya.
5.

Pencegahan kesalahan yang sederhana


Apabila pengguna melakukan kesalahan maka sistem harus dapat

mendeteksi kesalahan serta memberikan instruksi sederhana dan spesifik agar


pengguna tau dimana letak kesalahan mereka dan dapat dengan mudah
melakukan perbaikan.
6. Memungkinkan pembalikan aksi (undo)
Fungsi dari pembalikan aksi (undo) untuk

mengurangi kekuatiran

pengguna karena pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan pada aksi


sebelumnya. Sehingga pengguna tidak takut untuk mengekplorasi pilihanpilihan lain yang belum biasa digunakan.
7. Mendukung pusat kendali internal (internal locus of control)
Pengguna yang telah terbiasa dengan suatu aplikasi biasanya ingin
menjadi

pengontrol

sistem atas antarmuka dan tanggapan atas aksinya.

Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga pengguna menjadi


inisiator daripada responden.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Karena keterbatasan manusia dalam memproses informasi dalam jangka
pendek, sehingga diusahakan agar tampilan dibuat sesederhana mungkin. Dan
dibutuhkan

tampilan

yang

ringan,

penggabungan

halaman-halaman,

pengurangan frekuensi pergerakan antar jendela sehingga mengurangi beban


ingatan jangka pendek.

2.9

Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

29

Perangkat lunak adalah sebuah instruksi atau sebuah program computer yang
ketika dijalankan menyediakan fitur, fungsi, dan kinerja (Pressman, 2010 : 4). Pada
awalnya, tidak ada yang mengira bahwa sebuat perangkat lunak dapat menjadi
sebuah teknologi industry untuk keperluan bisnis, science dan engineering. Akan
tetapi, sering perkembangannya, perangkat lunak menjadi sebuah pengganti dari
teknologi sebelumnya.
Menurut Pressman (Pressman, 2010 : 12), rekayasa perangkat lunak adalah
pembentukan dan penggunaan prinsip - prinsip teknik suara dalam rangka untuk
memperoleh perangkat lunak secara ekonomis yang handal dan bekerja secara efisien
pada mesin nyata.
Dalam rekayasa perangkat lunak terdapat tiga elemen utama (Pressman,
2010 : 13-14), yaitu :
a. Proses (Process)
Menyatukan metode dan alat bantu dalam pengembangan suatu
perangkat lunak. Prosedur menjabarkan urutan kerja dimana metode akan
diterapkan, catatan mengenai data- data yang dibutuhkan, serta kendali
untuk menjaga kualitas dan mencatat perubahan pada perangkat lunak.
b. Metode (Method)
Metode merupakan cara cara teknis membangun perangkat lunak yang
terdiri

dari

perancangan

proyek

dan

estimasi,

analisis kebutuhan

sistem dan perangkat lunak, perancangan struktur data, arsitektur program,


prosedur algoritma, pengkodean, pengujian, dan pemograman.
c. Alat Bantu (Tools)
Alat bantu (tools) berfungsi untuk menyediakan dukungan yang bersifat
otomatis ataupun semi otomatis untuk proses dan metode dalam
perancangan dan pembuatan perangkat lunak.
2.10

Unified Modelling Language (UML)

30

Menurrut Whitten dan Bentley (2007 : 371) UML adalah pemodelan yang
digunakan untuk menggambarkan sebuah sistem piranti lunak yang terkait dengan
obyek. UML terdiri dari beberapa tipe diagram yaitu Use Case Diagram, Activity
Diagram, Sequence Diagram, dan Class Diagram.

2.10.1 Use Case Diagram


Use case diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara
sistem, eksternal sistem, dan pengguna. Diagram ini menyediakan informasi
mengenai siapa saja yang akan menggunakan sistem tersebut dan bagaimana cara
untuk menggunakannya (Whitten & Bentley, 2007 : 382). Terdapat beberapa
komponen kunci pada use case diagram, yaitu :
1.

Use cases, digunakan untuk menggambarkan deskripsi fungsional dari


sistem dari perspektif pengguna (user), yang berisi satu set perilaku
terkait

transaksi

yang

biasanya

dilakukan

bersama-sama

untuk

2.

menghasilkan nilai bagi pengguna.


Actors, mewakili peran orang, sistem lain, perangkat lain, ketika

3.

berkomunikasi dengan kasus penggunaan tertentu dalam sistem.


Relationships, digambarkan sebagai garis antara dua simbol pada use
case diagram. Arti dari setiap relationship berbeda tergantung dari

bagaimana garis tersebut ditarik dan jenis simbol yang terhubung.


Terdapat beberapa jenis relationship pada use case diagram, yaitu :
a. Associations, terjadi apabila hubungan antara actor dan use case tersebut
b.

mendeskripsikan interaksi antara kedua belah pihak.


Extends, terjadi apabila terdapat hubungan antara extention use case dan
use case. Sebuah use case diperbolehkan untuk mempunyai banyak
extends relationship, tetapi extension use case hanya dapat dilakukan
apabila bersama dengan use case yang sedang berkembang

31

c.

Include, terjadi apabila ada urutan perilaku (use case) yang digunakan
dalam sejumlah kasus, dan user ingin menghindari penyalinan deskripsi
yang sama ke dalam setiap use case yang digunakan. Include
Relationship biasa disebut sebagai penggambaran use case yang

d.

memiliki perilaku dari use case lain.


Depends on, terjadi apabila sebuah use case tidak dapat berjalan apabila

e.

use case lainnya belum selesai diproses.


Inheritance, terjadi apabila terdapat seorang aktor turunan (inherits)
mewarisi peran dari actor lainnya.

Gambar 2.5. Contoh Use Case Diagram


(Sumber : Whitten & Bentley, 2007 : 384)

32

2.10.2 Activity Diagram


Activity Diagram digunakan untuk menggambarkan aliran berurutan dari
sebuah proses use case atau business process (Whitten & Bentley, 2007 : 382). Selain
itu, dapat juga digunakan untuk logika model dengan sistem taitu, menggambarkan
tindakan (action) yang akan dijalankan ketika suatu proses sedang berjalan dan
beserta hasil dari proses yang dijalankan tersebut.
Menurut Whitten dan Bentley (2007 : 391), terdapat beberapa komponen
dalam menggambarkan activity diagram, yaitu :
1. Initial Node, bentuk lingkaran berisi penuh melambangkan awal dari
suatu proses.
2. Actions, bentuk persegi panjang yang mempunyai ujung lingkaran yang
melambangkan tahap-tahap per individu. Sequance dari actions
menunjukan total dari aktivitas yang dilihat dari diagram.
3. Flows, panah pada diagram mengindikasikan kemajuan (progress) dari
sebuah actions. Kebanyakan flow tidak membutuhkan kata untuk
mengidentifikasikan mereka kecuali kata tersebut keluar dari decision.
4. Decision, bentuk berlian dengan satu flow masuk dan dua atau lebih flow
keluar. Flow keluar menandakan untuk indikasi sebuah kondisi.
5. Merge, bentuk berlian dengan dua atau lebih flow masuk dan satu flow
keluar. Merupakan penggabungan flow yang sebelumnya dipisahkan oleh
decision.
6. Fork, bar hitam dengan satu flow yang masuk beserta dua atau lebih flow
yang keluar. Actions dengan flow pararel di bawah fork dapat terjadi
dengan adanya urutan secara bersamaan.
7. Join, bar hitam dengan dua atau lebih flow yang masuk beserta satu flow
yang keluar, tercatat pada akhir dari proses secara bersamaan. Semua
actions yang menuju join harus lengkap sebelum proses dapat berlanjut.
8. Activity Final, lingkaran solid di dalam lingkaran berongga yang
menandakan akhir dari proses

33

Selain komponen komponen di atas, terdapat dua tambahan komponen dari


activity diagram, yaitu :
1. Subactivity Indicator, simbol seperti sisir terbalik yang berada pada
actions mengindikasikan bahwa actions telah keluar menuju activity
diagram yang lain. Hal ini dapat membantu activity diagram agar tidak
menjadi terlalu kompleks.
2. Connector, huruf yang berada di dalam lingkaran dan memberikan alat
untuk mengarut kompleksitas. Flow yang menuju connector melompati
flow yang keluar dari connector dengan huruf yang sama.

Gambar 2.6. Contoh Activity Diagram


(Sumber : Whitten & Bentley, 2007 : 392)

34

2.10.3 Class Diagram


Class Diagram adalah sebuah diagram yang memberikan gambaran grafis
dari sistem struktur obyek statis, menunjukkan kelas obyek bahwa sistem
tersebut tersusun atas hubungan hubungan antara kelas obyek (Whitten &

Gambar 2.7. Contoh Class Diagram


(Sumber : Whitten & Bentley, 2007 : 406)

35

Dalam penggunaannya, class diagram memiliki beberapa istilah, yaitu:


1.

Visibility
Fungsi dari visibility dalam class diagram adalah untuk menentukan

apakah atribut atau operasi dari suatu kelas dapat digunakan oleh kelas lain
Tabel 2.1. Penjelasan Visibility
Visibility

Keterangan

Private

Hanya dapat digunakan oleh kelas yang

Protected

mendefinisikan
Dapat digunakan

kelas

yang

mendefisinikan dan turunannya


Dapat digunakan oleh kelas

yang

Public
2.

Simbol

oleh

berhubungan
Multiplicty and Associations
Fungsi dari multiplicity dalam class diagram adalah untuk menentukan

banyaknya kelas yang berhubungan dengan kelas yang dimaksud.

36

3.

Gambar 2.8. Multiplictiy dan Associations


(Sumber : Whitten & Bentley, 2007 : 377)
Generalization
Fungsi dari generalization pada class diagram adalah

untuk

menggambarkan hubungan antara superclass dan subclass. Superclass adalah


bentuk umum dari subclass, subclass adalah bentuk spesifik dari superclass

Gambar 2.9.

Contoh

Generalization
(Sumber : Whitten

& Bentley, 2007 :

404)
4.

Aggregration
Fungsi
dari

agregartion

adalah untuk menggambarkan hubungan dimana satu kelas merupakan bagian


dari kelas lain. Dalam agregasi tidak menggambarkan sebuh inheritance,
tetapi bersifat asimetris. Misalnya terdapat dua buah kelas team dan play,
kelas player merupakan bagian kelas dari team, tetapi team bukan bagian
kelas dari player.

37

Gambar 2.10. Contoh Agregration


(Sumber : Whitten & Bentley, 2007 : 379)
2.10.4 Sequence Diagram
Sequence Diagram adalah sebuah diagram yang menggambarkan interaksi
antara actor dengan sistem dalam skenario use case yang sedang berlangsung.
Diagram ini menggambarkan bagaimana pesan dikirim dan diterima antar obyek dan
urutannya (Whitten, 2007 : 394). Terdapat 5 (lima) komponen penting dalam
sequence diagram, yaitu :
1. Actor : ditunjukkan dengan symbol aktor
2. System : kotak yang mengindikasikan sistem sebagai black box atau
sebagai keseluruhan. Tanda (:) adalah standar notasi sequence diagram
3.

untuk mendikiasikan sebuan running instance sistem.


Lifetimes : garis vertical memanjang kebawah dari actor dan system

4.

symbols, dimana mengindikasikan sequence.


Activition bars : sebuah jalur yang mengindikasikan lama waktu ketika

5.

pengguna aktif dalam interkasi.


Input messages : panah horisontal dari actor ke system yang

6.

mengindikasikan masukan pesan.


Output messages : panah horizontal dari system ke actor yang ditandakan
dengan garis putus putus.

Gambar 2.11. Contoh Sequence Diagram

38

(Sumber : Whitten & Bentley, 2007 : 396)


2.11

Model Proses
Menurut Pressman (2010 : 31), software process didefinisikan sebagai sebuah

kerangka kerja untuk kegiatan, tindakan dan tugas tugas yang dibutuhkan untuk
membangun perangkat lunak dengan kualitas tinggi.
2.11.1 Agile Software Development
Menurut Pressman (2010 : 65) agile software development adalah suatu cara
pengembangan perangkat lunak dimana menggunakan metode informal untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Agila software development biasanya digunakan pada
lingkunan bisnis modern untuk menyampaikan suatu perangkat lunak secara cepat.

2.11.2 Extreme Programming (XP)


XP merupakan salah satu metode dari Agile Software Developmenet. Dalam
metode XP, terdapat 5 (lima) valiue yang digunakan yaitu communication, simplicity,
feedback, courage, dan respect. Dalam proses XP, stakeholder dan pengembang
berkomunikasi secara informal. Selain itu, stakeholder dan pengembang bersama
menentukan batasan dalam perancangan program yang dibutuhkan untuk keperluan
yang mendesak. Setiap perubahan yang terjadi pada program akan diberitahukan
kepada stakeholder untuk feedback dari stakeholder (Pressman, 2010 : 72-73).

39

Gambar 2.12. Proses Extreme Programming


(Sumber : Pressman, 2010 : 74)
Menurut Pressman (2010 : 74), terdapat 4 (empat) tahap pada proses Extreme
Programming (XP), yaitu :
1.

Planning
Pada tahap ini XP team harus dapat memahami persyaratan software
yang diinginkan oleh stakeholder kemudian melakukan penyusunan

40

stories yang menggambarkan fitur dan fungsi yang dibutuhkan oleh


software yang dikembangkan. Setiap story tersebut diberi nilai oleh XP
team berdasarkan lama pengerjaan setiap story. Apabila terdapat story
yang membutuhkan waktu tiga minggu dalam pengembangan, maka XP
team akan meminta stakeholder untuk membagi story tersebut menjadi
beberapa story yang lebih sederhana. Selain itu, kebutuhan - kebutuhan
2.

baru yang dibutuhkan dapat ditambahkan sebagai story baru setiap saat.
Design
XP menggunakan prinsip Keep It Simple (KIS) yaitu suatu design
sederhana lebih disukai dibandingkan sebuah design yang lebih
kompleks. XP juga mendukung refactoring yang merupakan proses
mengubah suatu system software dimana hasil dari kode tidak berubah
tetapi struktur kode itu sendiri berubah dan semakin disederhanakan.
Selain itu, pada XP proses design dapat dilakukan sebelum atau setelah

3.

proses coding.
Coding
Pada proses ini, dimulai dengan test setiap story yang sudah
dikembangkan dan didesain. Setelah unit test dibuat, XP team fokus pada
bagaimana cara mengimplementasikannya. Kunci dari proses coding
adalah pair programming dimana XP mengizinkan dua orang melakukan

4.

proses coding secara bersamaan untuk membuat code dari sebuat story.
Testing
Pada proses ini dilakukan pengujian kode dengan unit test yang sudah
tersedia oleh XP team. Kemudian dilakukan XP acceptance test atau
biasa disebut sebagai customer test yang dilakukan oleh stakeholder dan
fokus pada keseluruhan sistem dan fungsi yang dilihat dan ditinjau oleh
stakeholder.

41

2.12

Java
Pada awalnya, java diberi nama Oak yang diciptakan pada tahun 1991 oleh

James Gosling yang merupakan pengembang dari Sun Microsystems . Oak sendiri
digunakan untuk embedded chips pada formulis elektronik saja. Pada tahun 1995,
Oak dikembangkan dan diganti nama menjadi Java yang digunakan untuk
mengembangkan internet applications (Liang, 2011 : 32). Menurut Sun (website
resmi java), java memiliki karakteristik yaitu simple, object oriented, distributed,
interpreted, robust, secure, architecture neutral;, portable, high performance,
multithreaded, dan dynamic. Seiring dengan perkembangannya, Java tidak hanya
digunakan untuk internet programming, tetap juga digunakan untuk mengembangkan
standalone applications melintasi platform di server, desktop dan mobile.

2.13

Object Oriented Programming (OOP)


Menurut Liang (2011 : 288), object oriented programming (OOP) merupakan

cara

programming

yang

menggunakan

obyek.

Obyek

merepresentsaikan

perancangan software yang berorientasi obyek dilakukan dengan membagi fungsifungsi berdasarkan pembagian tanggung jawab yang ditetapkan kepada setiap
kelas yang dibuat. Setiap kelas menyediakan pelayanan untuk mengerjakan operasi
tertentu dan dilakukan oleh obyek yang dibuat dari kelas tersebut.
Secara garis besar, suatu bahasa pemrograman dapat dikatakan sebagai
Object Oriented Programming (OOP) apabila program tersebut mendukung konsep
abstraksi (abstraction), enkapsulasi (encapsulation), polimorfisme (polymorphism),
dan pewarisan (inheritance). Selain konsep-konsep ini, ada beberapa konsep
fundamental lainnya, seperti kelas, obyek, dan message.
2.14

Net Beans
NetBeans adalah sebuah proyek open-source yang didedikasikan untuk

menyediakan sebuah produk software development (NetBeans IDE dan NetBeans

42

Platform) yang memenuhi kebutuhan developers, users dan businesses yang


mengandalakan NetBeans sebagai basis dari produk mereka (Anonim1, 2013). Pada
bulan Juni tahun 2000, Sun Microsystems membuat NetBeans menjadi sebuah
software open source hingga tahun 2010 ketika Sun Microsystems berubah nama
menjadi Oracle. Kedua produk NetBeans IDE dan NetBeans Platform bebas
digunakan untuk penggunakan komersial ataupun non-komersial.
2.15

R-Language
R adalah sebuah sistem yang digunakan untuk komputasi statistika dan grafik

(Anonim2, 2013). R languange dapat dikatakan mirip dengan bahasa S yang


dikembangkan oleh AT&T Bell Laboratories oleh Rick Becker, John Chambers dan
Allan Wilks pada tahun 1980an. Syntax bahasa yang digunakan pada R language
memiliki sedikit kesamaan dengan C, tetapi semantiknya adalah FPL (functional
programming language).
Pada R-languange mengijinkan pengguna untuk computing on the language
yang artinya dapat menulis fungsi - fungsi secara manual dan dapat diekspresikan
sebagai input, yang sangat berguna untuk model - model statistika dan grafik. Rlanguage merupakan gabungan dari fasilitas software yang memanipulasi data,
menghitung data dan untuk menampilkan grafik - grafik. R-language memiliki
beberapa kelebihan, yaitu :
2.1. R-language sangat efektif dalam pengaturan data dan fasilitas
penyimpanan,
2.2. Kumpulan dari operator - operator untuk mengkalkulasi pada array dan
partikular matriks,
2.3. Tolls Collection yang bias digunakan untuk analisis data,
2.4. Penyediaan fasilitas secara grafik untuk menganalisis data dan
menampilkannya pada layer ataupun secara hardcopy
2.5. Mudah untuk dikembangkan, sederhana dan merupakan bahasa
pemrograman yang efektif karena memiliki fungsi conditional loops,

43

user-defined recrusive functions dan menyediakan fasilitas input dan


output.

47

2.16. Penelitian Relevan


Tabel 2.2 Penelitian Relevan
1

Sodik (2007)

Pengeluaran

Metode analisis yang digunakan Hasil dari penelitian ini adalah


Investasi
swasta
tidak
berpengaruh
terhadap
Pemerintah
dan adalah metode GLS ( General Least
pertumbuhan ekonomi regional.
Pertumbuhan
Square).
Pengeluaran
pemerintah
berpengaruh
terhadap
Variabel Dependen : pertumbuhan
Ekonomi
pertumbuhan ekonomi regional.
ekonomi
Keterbukaan ekonomi memiliki hubungan konsisten
Regional : Studi Variabel Independen : investasi
Kasus Data Panel swasta (Ip), investasi pemerintah
di Indonesia

yang diproksi dengan belanja daerah


(Ig), konsumsi pemerintah (Cg),

dengan teori tetapi tidak signifikan


Variabel angkatan kerja berpengaruh signifikan dengan
tanda

negative

terhadap

pertumbuhan

ekonomi

regional.

angkatan kerja (L), dan tingkat


keterbukaan ekonomi daerah (X-M).

Tabel 2.2 Penelitian Relevan (Lanjutan)


2

Sancoyo

Analisis Pengaruh Metode

analisis

yang Investasi, SDM dan SDA berpengaruh positif terhadap

48

Hadi (2003)

Investasi,

SDM, digunakan

adalah

metode

pertumbuhan ekonomi.
SDM dan sumber SDA mempunyari pengaruh yang dapat

SDA, Aglomerasi, analisis input-output.


Variabel laten eksogen :
diandalkan untuk meramalkan klasifikasi daerah pada posisi
dan
Teknologi
Pertumbuhan
Ekonomi,
daerah berkembang
Terhadap
Posisi
SDM dilihat dari angkatan kerja dan SDAdilihat dari indeks
Pendapatan Perkapita
Perekonomian
Valiabel laten endogen : Posisi
SDA merupakan faktor penentu terhadap posisi daerah sebagai
Daerah

Perekonomian

Kabupaten/Kota

pertumbuhan

Menurut
Klassen

Tipologi Investasi,

Indikator
ekonomi
SDM,

di

SDA,

Jawa Aglomerasi, Teknologi.


Indikator pendapatan perkapita
Tengah Tahun 2000
: PDRB, jumlah penduduk.

daerah berkembang cepat


Apabila jumlah angkatan yang bekerja naik sebesar 1000
orang maka probabilitas suatu daerah berada pada posisi
berkembang cepat naik sebesar 83,53% dan jika indeks SDA
naik sebesar 1 maka probabilitas suatu dareah berada pada
posisi berkembang cepat naik sebesar 0,1%

Tabel 2.2 Penelitian Relevan (Lanjutan)


3

Junawi
Hartasari
Saragih

Analisis

Faktor- Metode

analisis

yang Hasil dari penelitian menunjukkan :


Pengeluaran pemerintah, tingkat pendidikan dan industri di
Faktor
yang digunakan adalah metode
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Langkat cenderung mengalami
Memperngaruhi
Ordinay Least Square
peningkatam

49

(2009)

Pertumbuhan
Ekonomi

(OLS).
Variabel

dependen

Pertumbuhan Ekonomi.
: Variabel independen

Komparatif

Kabupaten Tapanuli Pengeluaran


Selatan

(Studi

dan tingkat

Kabupaten Langkat)

Selatan mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan


:

pemerintah,

pendidikan

Variabel pengeluaran pemerintah, tingkat pendidikan dan industri

dan

ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Langkat


Variabel pengeluaran pemerintah mempunyai peranan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan
dan Langkat
Variabel industri

industri

merupakan

variabel

yang

memberikan

kontribusi paling sedikit terhadap pertumbuhan ekonomi


Kabupaten Tapanuli Selatan dan Langkat
Tabel 2.2 Penelitian Relevan (Lanjutan)
4

Maria
Fransiska
(2012)

Analisis

Pengaruh Metode

analisis

yang Hasil dari penelitian ini adalah :


Teknik analisis data menggunakan Partial Least Square
Peran Pemerintah dan digunakan adalah metode
(PLS), dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh
Orientasi
Partial Least Square (PLS).
Variabel penelitian : Kinerja
hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. PLS
Kepemimpinan
Koperasi, inovasi, orientasi
digunakan untuk menentukan benar atau salah suatu model.
Terhadap Komitmen
Berdasarkan hasil pengolahan data, semua indikator memiliki
kepemimpinan,
peran
Organisasi, Motivasi,

50

Inovasi
Lingkungan

dan pemerintah,

komitmen

validity dan realibility yang baik setelah diukur dengan

motivasi,

construct reliability, convergent validity dan discriminant

Kerja organisasi,

serta Dampaknya Pada kepuasan

kerja,

investasi

Kinerja

Koperasi dan

lingkungan

validity
Terdapat dua variabel yang berpengaruh positif terhadap

kerja
kinerja

dengan Metode Partial dimana

setiap

koperasi

variabel
lingkungan kerja.

Least Square (PLS)

memiliki variabel manifest


sebagai indikatornya

yaitu

orientasi

kepemimpinan

dan

Anda mungkin juga menyukai