BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I dan II merupakan salah satu tugas besar dari lima
tugas besar yang diwajibkan di Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Malang. Secara umum hal-hal yang melatarbelakangi dari diadakannya tugas besar adalah
sebagai syarat untuk melakukan Praktek Kerja Nyata. Hal tersebut dapat menjadikan motivator
bagi kita semua untuk terus blajar secara mendalam. Kecenderungan yang terjadi saat ini
khususnya di lingkungan civitas akademik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Malang, kurang antusias dalam mengerjakan tugas besar. Mereka lebih menganggap bahwa
tugas besar ini kurang bermanfaat. Jika dalam penanganan tugas-tugas besar kurang efektif
maka, para Mahasiswa akan kewalahan ketika menghadapi lapangan karena kurangnya
penghalaman dalam mengerjakan sebuah system Irigasi. Dengan adanya tugas besar ini
diharapkan terbentuk insan-insan akademis yang mampu bersaing dalam ilmu teknik sipil
sehingga dalam menapaki era globalisasi yang makin global kita tidak akan ketinggalan
teknologi dari negara lain.
1.2. Maksud Dan Tujuan
Dengan diadakannya Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I dan II yang telah
dilaksanakan ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki gambaran tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan perencanaan system irigasi yang meliputi berbagai macam perencanaan
bangunan Irigasi
Sedang tujuan diadakannya Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air adalah untuk
mempelajari cara perencanaan system irigasi sesuai dengan standart Direktorat jenderal
Pengairan
1.3. Manfaat
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I dan II bermanfaat sebagai modal untuk
menghadapi lapangan dan sebagai penunjang dalam perkuliahan. Sehingga dengan adanya Tugas
Besar ini diharapkan nantinya bila menghadapi lapangan sudah terbiasa.
[1]
BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1 Kebutuhan Air Sawah Untuk Padi
2.1.1. Umum
Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut::
1.
penyiapan lahan
2.
penggunaan konsumtif
3.
4.
5.
Kebutuhan total air sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan bersih air sawah
(NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif. Kebutuhan air sawah dinyatakan dalam
mm/hari atau l/dt/hr. Tidak disediakan kelonggaran untuk efisiensi irigasi di jaringan tersier dan
utama. Efisiensi juga memperhitungkan kebutuhan pengambilan irigasi (m3/dt).
penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk persiapan lahan.
Untuk daerah-daerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan
kebiasaan yang berlaku di daerah-daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 15
bulan untuk menyelesaikan persiapan lahan di seluruh petak tersier.
[2]
Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin secara luas,
maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil satu bulan.
Perlu diingat bahwa transpalantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin sudah dimulai
setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier di mana pengolahan lahan sudah
selesai.
b.
berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Rumus berikut dipakai untuk
memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan:
PWR
( S a S b ) N .d
Pd fI
10 4
di mana:
PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm
Sa
Sb
Pd
Fi
Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan
diambil 200 mm. ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan
transpalantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai,
lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air
yang diperlukan menjadi 250 mm untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah
trranspalantasi selesai.
Bila lahan telah dibiarkan berat selama jangka waktu yang lama (25 bulan atau lebih),
maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm
untuk penggenangan setelah transpalantasi (penanaman).
[3]
Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-harga kebutuhan
air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya
didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di lapangan..
Walaupun pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju perkolasi tinggi, tetapi laju ini
bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun. Kemungkinan ini hendaknya
mendapat perhatian tersendiri sebelum harga-harga kebutuhan air untuk penyiapan lahan
ditetapkan menurut ketentuan di atas.
Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga-harga kebutuhan air di atas.
c.
dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air
konstan dalam t/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
Me k
(ek 1)
di mana:
IR
M.
E0
= Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ET0 selama penyiapan lahan mm/hr
= perkolasi
= MT/S
[4]
T = 30 hari
T = 45 hari
Mm/hari
S = 250
S = 300
S = 250
S = 300
5,0
11,1
12,7
8,4
9,5
5.5
11,4
13,0
8,8
9,8
6,0
11,7
13,3
9,1
10,1
6,5
12,0
13,6
9,4
10,4
7,0
12,3
13,9
9,8
10,8
7,5
12,6
14,2
10,1
11,1
8,0
13,0
14,5
10,5
11,4
8,5
13,3
14,8
10,8
11,8
9,0
13,6
15,2
11,2
12,1
9,5
14,0
15,5
11,6
12,5
10,0
14,3
15,8
12,0
12,9
10,5
14,7
16,2
12,4
13,2
11,0
15,0
16,5
12,8
13,6
ET c k c x ET 0
dimana:
ETc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari
ET0 = evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari
Kc = koefisien tanaman
[5]
a.
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan,
temperatur
kelembaban
angin
Evapotranspirasi
dapat
dihitung
dengan
rumus-rumus
teoritis-empiris
dengan
Metode FAO lebih umum dipakai dan dijelaskan dalam terbitan FAO: Corp water
requieremrnt, 1975.
Harga-harga ET0 dari rumus Penman menunjuk pada tanaman acuan apabila digunakan
albedo0,25 (rerumputan pendek). Koefisien-koefisien tanaman yang dipakai untuk perhitungan
ET0 harus berdasarkan pada ET0 ini dengan albedo 0,25.
[6]
Sendainya data-data meteorology untuk daerah tersebut tidak tersedia maka, harga-harga
ET0 boleh diambil sesuai dengan daerah disebelahnya. Keadaan-keadaan meteorology hendaknya
diperiksa dengan seksama agar transposisi data demikian dapat dijamin keandalannya. Keadaankeadaan temperature, kelembapan, angina dan sinar matahari diperbandingkan.
Penggunaan konsumtif dihitung secara tengah-bulanan, demikian pula harga-harga
evapotranspirasi acuan. Setiap jangka waktu setengah bulan hrga ET0 ditetapkan dengan analisis
frekuensi. Untuk ini distribusi normal akan diasumsikan.
b.
Koefisien tanaman
Harga-harga koefisien tanaman padi yang diberikan pada tabel 2.22akan dipakai.
Tabel 2.2 harga-harga koefisien tanaman padi
Nedco/Prosida
Bulan
FAO
Varietas
Varietas
Varietas
Varietas
Biasa
Unggul
Biasa
Unggul
0,5
1,20
1,20
1,10
1,10
1,20
1,27
1,10
1,10
1,5
1,32
1,33
1,10
1,05
1,40
1,30
1,10
1,05
2,5
1,35
1,30
1,10
0,95
1,24
1,05
3,5
1,12
0,95
4.
[7]
2.1.4. Perkolasi
Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah lempung berat
dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3
mm/hari. Pada tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan dan penyelidikan kelulusan, besarnya
laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan
dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolas, tinggi muka air tanah juga harus
diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.
2.1.5. Pergantian Lapisan Air
a. setelah pemupukaan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air
menurut kebutuhan.
b. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali,
masing-masing 50 mm (atau 33 mm/hari selama stengah bulan) selama sebulan dan
dua bulan setelah transplantasi.
2.1.6. Curah Hujan Efektif
Untuk irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah hujan
minimum tengah-bulanan dengan periode ulang 5 Tahun.
R e 0,7 x
1
R (Setengah bulanan)
15
dimana:
Re
R (setengah bulanan)5
[8]
2.2.
Jaringan Irigasi
2.2.1. Umum
Uraian fungsional umum mengenai unsur-unsur jaringan irigasi akan merupakan
bimbingan bagi para perekayasa dalam menyingkapkan perencanaan tata letak dan jaringan
irigasi Bangunan dibagi-bagi menurut fungsinyadan akan dijelaskan juga pemakaiannya.
Rekomendasi mengenai pemilihan tipe-tipe bangunan pengukur dan pengatur.
2.2.2. Peta Ikhtisar
Peta ikhtisar adalah cara bagaimana berbagai bagian dari suatu bagian dari suatu jaringan
irigasi saling dihubung-hubungkan. Peta ikhtisar tersebut dapat disajikan pada petak tata letak.
Peta ikhtisar Proyek irigasi tersebut memperlihatkan;
-
bangunan-bangunan utama
lokasi bangunan
Peta ikhtisar umum dibuat berdasrkan peta tofografi yang dilengkapi dengan garis-garis
kontur dengan skala 1 : 25000. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut peta petak, dipakai untuk
perencanaan dibuat dengan skala 1 : 5000, dan untuk petak tersier 1 : 5000 atau 1 ; 2000.
2.2.2.1. Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini
menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur dengan bangunan sadap (offtake) tersier yang
menjadi tanggung jawab Dinas Pengaliran. Bangunan sadap tersier mengalirkan slurannya
kesaluran tersier.
Dipetak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para
petani yang bersangkutan, dibawah bimbingan Pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak
tersier. Petak tersier kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien.
Factor-faktor pentingnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan tofografi. Di
[9]
daerah-daerah yang ditanami padi, luas petak yang ideal adalah antara 50 100 ha, kadangkadang sampai 150 ha.
Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas
desa dan sesar medan (terrain fault).
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuerter, masing-masing seluas kurang lebih 8 15
ha.
Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya berbentuk bujur
sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan
pembagian air secara efisien.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1500 m, tetapi dalam kenyataan kadangkadang panjang saluran ini mencapai 2500 m. panjang saluran kuarter lebih baik di bawah 500
m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
2.2.2.2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di
sluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti
misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda tergantung pada situasi
daerah. Saluran sekunder sering terletak di punggung medan, mengairi kedua sisi saluran
hinggga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncanakan
sebagai saluran garis tonggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah.
2.2.2.3. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang yang mengambil air langsung dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu aliran primer yang mengambil airnya langsung
dari sumber air biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer.
Ini menghasilkan dua petak primer.
Daerah disepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air adri sluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi,
daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari primer.
[10]
Tanda-tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan dalam jumlah besar dapat dilihat
dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan cara pemboran dan penggalian sumuran uji di alur
saluran akan lebih banyak memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya rembesan.
Pasngan mungkin hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran yang panjangnya terbatas.
Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz (USER)
S 0,035C Q/v
dimana:
S
= debit m3/detik
= kecepatan, m/detik
[11]
Harga C, m/hari
0,10
0,12
Geluh pasiran
0,20
Abu vulkanik
0,21
0,37
0,51
0,67
pasangan batu
beton, dan
tanah
Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak dianjurkan, dengan alas an sulitnya
memproleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-kelemahan
bahan itu sendiri.
Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali untuk perbaikan
stabilitas tangggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian rembesan dan perbaikan
stabilitas tanggul.
Tersedianya bahan di dekat pelaksanaan konstruksi merupakan factor yang penting dalam
pemilihan jenis pasangan. Jika bahan batu tersedia, maka pada umumnya dianjurkan pemakaian
pasangan batu. Pasangan dari batu merah mungkin bisa juga dipakai.
[12]
Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan dengan kecpatan tinggi dapat mengeluarkan bahanbahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan berat pasangan harus memadai
untuk mengimbangi gaya tekan ke atas.
Tebal minimum untuk pasangan batu diambil 30 cm. untuk beton tumbuk tebalnya paling
tidak 8 cm, untuk saluran kecil yang dikonstuksi dengan baik (sampai dengan 6 m3/dt), dan 10
cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal minimum pasangan beton bertulang adalah 7 cm. untuk
pasangan semen tanah atau semen tanah yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10 cm untuk
saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang lebih besar.
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm untuk talut saluran.
Stabilitas pasangan permukaan keras hendaknya dicek untuk mengetahui tekanan air tanah di
balik pasngan. Jika stabilitas pasangan terganggu (pembuang), maka sebaiknya dipertimbangkan
untuk membuat konstruksi pembebas tekanan (lubang pembuang). Selanjutnya lihat Bagian KP
04, Bangunan.
2.3.3. Perencanaan Hidrolis
2.3.3.1 Kecepatan Maksimum
Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut dianjurkan pemakaiannya:
-
pasangan batu
: 2 m/dt
pasangan beton
: 3 m/dt
pasangan tanah
kecepatan maksimum yang diizinkan juga akan menentukan kecepatan rencana untuk dasar
saluran tanah dengan pasangan campuran. Prosedur perencanaan saluran untuk saluran dengan
pasangan tanah adalah sama dengan prosedur perencanaan saluran tanah.
Penghitungan bilangan Froude adalah penting apabila dipertimbangkan pemakaian kecepatan
aliran dan kemiringan saluran yang tinggi. Untuk aliran yang stabil, bilangan Froude harus
kurang dari 0,55 untuk aliran subkritis, atau lebih dari 1,4 untuk aliran superkritis.
Saluran dengan bilangan Froude antar 0,55 dan 1,4 dapat memiliki pola aliran dengan
gelombang tegak (muka air bergelombang, yang akan merusak kemiringan talut). Harga-harga k
untuk saluran ini dapat menyebabkan bilangan Froude mendekati satu. Oleh karena itu, kisaran
0,55-1,4 sadalah relative lebar.
[13]
Untuk perencanaan saluran dengan kemiringan medan yang teratur, bilangan Froude akan
kurang dari 0,3 dan dengan demikian di bawah 0,55.
Apabila terjadi aliran subkritis, bangunan diperhitungkan sebagai got miring.
Bilangan Froude untuk saluran ditentukan sebagai:
mn 1
F v
2m n 2
di mana:
F
= bilangan Froude
pasangan batu
= 60
pasangan beton
= 70
pasangan tanah
= 35-45
harga-harga untuk pasangan keras hakan dicapai jka pasangan itu dikontruksi dengan baik.
Harga-harga untuk pasangan tanah mirip harga-harga untuk saluran tanah dengan variasivariasi seperti yang dibicarakan pada pasal 3.2.
Untuk potongan melintang dengan kombinasi berbagai macam bahan pasangan, kekasaran
masing-masing permukaan akan berbeda-beda (bervariasi). Koefisienn kekasaran campuran
dihitung dengan rumus berikut:
[14]
2 n p n 2
k p 1 1,5
3 1
k1 3
di mana:
k
= keliling basah, m
Pi
Ki
Untuk saluran pasngan, kemiringan talut bisa dibuat lebih curam. Untuk saluran yang lebih
kecil (h < 0,40 m) kemiringan talut dibuat vertical. Saluran-saluran besar mungkin juga
mempunyai kemiringan talut yang tegak dan direncanakan sebagai flum.
Untuk saluran yang lebih besar, kemiringan samping minimum 1 : 1 untuk h sampai dengan
0,75 m. untuk saluran yang lebih besar, harga-harga kemiringan talut pada tabel 2,4
[15]
H < 0,75 m
1,25
1,5
1,25
1,5
Lempung pasiran
Khususnya saluran-saluran yang lebih besar, stabilitas talut yang diberi pasangan harus
diperiksa agar tidak terjadi gelincir dan sebagainya. Tekanan air dari belkang pasangan
merupkan factor penting dlama keseimbangan ini.
2.3.3.5.Tinggi Jagaan
Harga-harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang disajikan pada tabel.
Harga-harga tersebut diambil dari USBR. Tabel ini juga menunjukkan tinggi jagaan tanggul
tanah yang sama dengan tanggul saluran tanah tanpa pasangan.
[16]
Tanggul (F), m
Pasangan (F), m
0,40
0,20
0,5 1,5
0,50
0,20
1,5 5,0
0,60
1,25
5,0 10
0,70
0,30
10 15
0,85
0,40
1,00
0,50
< 0,5
>15
2.4.
Potongan Saluran
2.4.1.2.Kemiringan Sluran
Harga-harga kemiringan minimum untuk berbagai bahan tanah disajikan pada Tabel 2.6
[17]
Bahan tanah
simbol
Batu
Kisaran
kemiringan
<0,25
Pt
12
CL, CH, MH
12
SC, SM
1,5 2,5
Pasir lanauan
SM
23
Gambut lunak
Pt
3-4
Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul harus dibuat
sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). bahu tanggul harus dibuat setinggi muka air rencana
disaluran. Untuk kemiringan luar, bahu tanggul (jika perlu) harus terletah di tengah-tengah
antara bagian atas dan pangkal tanggul.
2.4.1.3.Lengkung Saluran
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada:
-
jenis tanah
kecepatan aliran
jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil sekurang-kurangnya 8
kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.
Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus seperti berikut:
-
3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (<0,6m2/detik) dan sampai dengan
7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar (> 10 m3/detik)
[18]
2.4.1.4.Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan berguna untuk:
-
Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder dikaitkan dengan
debit rencana saluran seperti yang diperlihatkan tabel 2.6
Tabel 2,6 tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah.
Q, (m3/detik)
< 0,5
0,4
0,5 1,5
0,5
0,5 5,0
0,6
5,0 10
0,75
10 15
0,85
> 15
1,00
[19]
2.4.1.5.Lebar Tanggul
untuk tujuan-tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan diperlukan tanggul
sepanjang saluran dengan lebar minimum seperti yang disajikan tabel 2,7
Tabel 2,7 lebar minimum tanggul
Tanpa jalan
Dengan
inspeksi
jalan
inspeksi
(m)
(m)
Q <1
1,00
3,00
1 <Q<5
1,50
5,00
10 < Q < 10
2,00
5,00
1 0< Q < 15
3,50
5,00
Q > 15
3,50
5,00
Jalan inspeksi terletak di tepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan sadap dapat dicapai
secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan
perlerasan adalah 5,0 m atau lebih, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya 3,0 meter.
dan tersier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air di sawah yang diperlukan dalam
petak tersier. Ketinggian ini ditambahkan lagi dengan kehilangan energi di bangunan sadap
tersier dan longgaran (persediaan) untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada
tinggi muka air parsial (sebagian).
Longaran untuk variasi muka air h ditetapkan 0,18h100 (0,18 x kedalaman air rencana);
0,82h100 perkiraan pada 70 persen dari Qrencana.
2.4.2.2.Kemiringan Memanjang
Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi, kemiringan akan
sebanyak mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih. Kemiringan memanjang
saluran mempunyai harga maksimum dan minimum.usaha pencegahan terjadinya sedimentasi
memerlukan kemiringan memanjang yang minimum. Untuk mencegah terjadinya erosi,
kecepatan maksimum harus dibatasi.
a. kemiringan minimum
b. kemiringan maksimum
c. perencanaan kemiringan maksimum
debit, m3/dt
b = lebar ambang, m
[21]
h = tinggi limpahan, m
debit, m3/dt
B=
lebar ambang, m
ukuran b : 0.5, 0.6, 0.75, 1.00, 1.5
h=
tinggi air, m
debit. M3/dt
Cd =
= percepatan gravitasi
[22]
2.g.(h1-w)
Banguna pengatur muka air denga pintu sorong di pergunakan secara luas di
Indonesia.
2 . g . h1
di mana :
Q : debit, m3/dt
K : koefisien debit aliran tenggelam
: koefisien debit
a
: lebar pintu, m
: percepatan gravitasi
[23]
Bangunan sadap sekunder secara teknis dilengkapi dengan pintu pengatur dabit aliran /
penyadapan.
Kehilangan energi
kehilangan tinggi energi untuk gorong gorong pendek ( l < 20 m ), di rumuskan :
Q=.A.
Dimana :
Q=
2.g.z
koefisien debit
A=
luas penampang, m2
g =
percepatan gravitasi
z =
=Hmasuk
+ Hf
Hmasuk = m x
Hf
= cf x
Hk
=kx
dimana :
M=
Va =
V=
Cf =
koefisien kekasaran
K=
L=
R=
K=
G=
percepatan gravitasi.
[25]
+ Hkeluar
Kehilangan masuk
Kehilangan keluar
2.7.2.2.Kisi-kisi Penyaring
Kisi-kisi penyaring harus dipasang pada bukaan/lubang masukan bangunan dimana bendabenda yang menyumbat menimbulkan akibat-akibat yang serius, misalnya pada sipon dan
gorong-gorong yang panjang.
Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji tegak
dipilih karena gar bisa dibersihkan dengan penggaruk.
Kehilangan tinggi energi pada kisi-kisi penyaring dihitung dengan:
4
v
s3
hf c
dan c sin
2.g
b
2
dimana:
hf =
v=
g=
c=
koefisien berdasarkan:
= factor bentuk (2,4 untuk segi empat, dan 1.8 untuk jeruji bulat)
s = tebal jeruji, m
b = jarak bersih antar jeruji, m
[26]
besaran-besaran ini dapat digabung untuk membuat perkiraan awal tinggi bangunan terjun:
Z = (H+Hd)-H1
Untuk perkiraan awal hd, boleh diandaikan bahwa:
Hd 1,67 H1
vu 2gZ
Dan selanjutnya
yu
q
vu
[27]
Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan froude tak
berdimensi:
FRu
[28]
vu
gyu
Sep
1
Okt
1
Nov
Des
Jan
1
JAGUNG
Feb
1
Mar
Re
Cu
= ETo x crt
= 5,20 x 0,87
= 4,524 mm / hari
= Cu + WLR + P Re
= 4,524 + 0 + 0 3,55
= 0,974 mm/ hari
=0,974/ 8,64
= 0,113 lt/dt/ha
September Periode 2
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 5,20 x 1,01
= 5,252 mm / hari
NFR
Mei
Juni
PADI II
PADI I
NFR
Apr
= Cu + WLR + P Re
= 5,252+ 0 + 0 4,59
= 0,662 mm / hari
= 0,662/ 8,64
= 0,077 lt/dt/ha
[29]
Juli
1
Ags
1
Oktober Periode 1
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,20 x 1,01
= 4,242 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 2,292 + 0 + 0 1,95
=2,292mm / hari
= 2,292/ 8,64
= 0,0265 lt/dt/ha
Oktober Periode 2
Eto = 4,20 mm / hari ( data )
Re = 6,21 mm / hari ( data )
Cu = ETo x crt
= 4,20 x 0,99
= 4, 158 mm / hari
NFR= Cu + WLR + P Re
= 4,158 + 0 + 0 6,21
= 2,052 mm / hari
= -2,052 / 8,64
= 0lt/dt/ha
[30]
November Periode 1
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,40 x 0,95
= 4, 180 mm / hari
NFR= Cu + WLR + P Re
= 4,180 + 0 + 0 4,29
= -0,11 mm / hari
= 0 lt/dt/ha
November Periode 2
ETo
Re
= 30 hari
= 300 mm
= ( 1,1 x ETo ) + P
= ( 1,1 x 4,40 ) + 3,00
= 7,84 mm / hari
=
=
= 0,784 mm / hari
IR
=
=
= 14,43
NFR
= IR - Re
= 14,43 0,80
= 13,63 mm / hari
=
= 1,58 liter / detik / ha
[31]
Desember Periode 1
ETo
Re
= 30 hari
= 300 mm
= ( 1,1 x ETo ) + P
= ( 1,1 x 4,50 ) + 3,00
= 7,95 mm / hari
=
=
= 0,795 mm / hari
IR
=
=
= 14,50
NFR
= IR - Re
= 14,50 2,49
= 12,01 mm / hari
=
= 1,39 liter / detik / ha
Desember Periode 2
ETo
Re
= 30 hari
= 300 mm
= ( 1,1 x ETo ) + P
= ( 1,1 x 4,50 ) + 3,00
= 7,95 mm / hari
[32]
=
= 0,795 mm / hari
IR
=
=
= 14,50
NFR
= IR - Re
= 14,50 0,84
= 13,66 mm / hari
=
= 1,5,81 liter / detik / ha
Januari Periode 1
ETo
Re
= 30 hari
= 300 mm
= ( 1,1 x ETo ) + P
= ( 1,1 x 4,40 ) + 3,00
= 7,84 mm / hari
=
=
= 0,784 mm / hari
IR
=
=
= 14,43
NFR
= IR - Re
= 14,43 1,49
= 13,66 mm / hari
=
[33]
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,40 x 1,08
= 4,75 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 4,75 + 1,1 + 0 1,03
= 4,822 mm / hari
=
= 0,558 liter / detik / ha
Februari Periode 1
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,30 x 1,07
= 4,601 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 4,601 + 2,2 + 0 0,49
= 6,311 mm / hari
=
= 0,730 liter / detik / ha
Februari Periode 2
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,30 x 1,02
= 4,386 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 4,386 + 1,10 + 0 0,96
[34]
= 4,526 mm / hari
=
= 0,524 liter / detik / ha
Maret Periode 1
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,00 x 0,67
= 2,68 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 2,68 + 1,10 + 0 1,77
= 2,01 mm / hari
=
= 0,233 liter / detik / ha
Maret Periode 2
ETo
Re
= 30 hari
= 300 mm
= ( 1,1 x ETo ) + P
= ( 1,1 x 4,00 ) + 3,00
= 7,4 mm / hari
=
=
= 0,74 mm / hari
IR
=
=
= 14,15
NFR
= IR - Re
[35]
= 14,15 1,96
= 12,19 mm / hari
=
= 1,411 liter / detik / ha
April Periode 1
Eto
Re
= 30 hari
= 300
= (1,1ETo) + p
= (1,1 x 3,60) + 3
= 6,96 mm/ hari
IR
6,969
=
NFR = IR Re
= 13,88
= 13,88 1,87
= 12,01 mm/ hari
= 12,01/ 8,64
= 1,390 lt/dt/ha
April Periode 2
Eto
Re
= 30 hari
= 300 mm
= (1,1ETo ) + p
= (1,1 x 3,60) + 3
= 6,96 mm/ hari
IR
6,969
=
= 13,88
[36]
NFR = IR Re
= 13,88 0,55
= 13,33 mm/ hari
= 13,33/ 8,64
= 1,543 lt/dt/ha
Mei Periode 1
Eto
Re
= 30 hari
= 300 mm
= (1,1ETo ) + p
= (1,1 x 4,10) + 3
= 7,51 mm/ hari
IR
0,751
=
NFR = IR Re
= 14,22
= 14,22 0,44
= 13,78 mm/ hari
= 13,78/ 8,64
= 1,60 lt/dt/ha > nilai NFR yang dipakai dalam perhitungan
dimensi saluran.
Mei Periode 2
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,10 x 1,08
= 4,428 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 4,428+ 1,1 + 0 0,54
= 4,988 mm / hari
= 4,988/ 8,64
= 0,577 lt/dt/ha
Juni Periode 1
[37]
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,90 x 1,07
= 5,243 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 5,423 + 2,2 + 0 0,35
= 7,093 mm / hari
= 7,093/ 8,64
= 0,821 lt/dt/ha
Juni Periode 2
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 4,90 x 1,02
= 4,998 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 4,998 + 1,1 + 0 0,14
= 5,958 mm / hari
= 5,958 / 8,64
= 0,690 lt/dt/ha
Juli Periode 1
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 5,40 x 0,67
= 3,618 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 3,618 + 1,1 + 0 0,21
= 4,508 mm / hari
= 4,508/ 8,64
= 0,522 lt/dt/ha
[38]
Juli Periode 2
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 5,40 x 0,48
= 2,592 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 2,952+ 0 + 0 1,08
= 1,512 mm / hari
= 1,512/ 8,64
= 0,175 lt/dt/ha
Agustus Periode 1
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 5,90 x 0,36
= 2,124 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 2,124+ 0 + 0 1,74
= 0,384 mm / hari
= 0,384/ 8,64
= 0,044 lt/dt/ha
Agustus Periode 2
Eto
Re
Cu
= ETo x crt
= 5,90 x 0,68
= 4,012 mm / hari
NFR
= Cu + WLR + P Re
= 4,012 + 0 + 0 2,20
= 1,812 mm / hari
= 1,812 /8,64
=0,210 lt/dt/ha
TABEL
[39]
Re
WLR
mm / hr
mm / hr
mm / hr
mm / hr
5,20
3,55
1,05
0,96
0,59
5,20
4,59
1,02
1,05
4,20
1,95
0,95
4,20
6,21
4,40
4,29
4,40
3,00
4,50
Bulan
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
C1
C2
C3
crt
Cu
NFR
mm / hr
mm / hr
lt/detik/ha
0,87
4,51
0,96
0,11
0,96
1,01
5,25
0,66
0,08
1,02
1,05
1,01
4,23
2,28
0,26
0,95
1,02
0,00
0,00
0,00
0,95
0,00
0,00
0,00
0,80
LP
LP
0,00
13,63
1,58
3,00
2,49
LP
LP
LP
0,00
12,01
1,39
4,50
3,00
0,84
1,10
LP
LP
LP
0,00
13,66
1,58
4,40
3,00
1,49
1,1
1,10
1,10
LP
LP
0,00
12,94
1,50
4,40
3,00
1,03
1,1
1,05
1,10
1,10
1,08
4,77
3,74
0,43
4,30
3,00
0,49
2,2
1,05
1,05
1,10
1,07
4,59
4,10
0,47
4,30
3,00
0,96
1,1
0,95
1,05
1,05
1,02
4,37
3,41
0,39
4,00
3,00
1,77
1,1
0,00
0,95
1,05
0,67
2,67
0,90
0,10
4,00
3,00
1,96
LP
0,00
0,95
LP
0,00
12,19
1,41
3,60
3,00
1,87
LP
LP
0,00
LP
0,00
12,01
1,39
3,60
3,00
0,55
1,10
LP
LP
LP
0,00
13,33
1,54
4,10
3,00
0,44
1,1
1,10
1,10
LP
LP
0,00
13,78
1,60
4,10
3,00
0,54
1,1
1,05
1,10
1,10
1,08
4,44
3,90
0,45
4,90
3,00
0,35
2,2
1,05
1,05
1,10
1,07
5,23
4,88
0,56
4,90
3,00
0,14
1,1
0,95
1,05
1,05
1,02
4,98
4,84
0,56
5,40
3,00
0,21
1,1
0,00
0,95
1,05
0,67
3,60
3,39
0,39
5,40
1,08
0,50
0,00
0,95
0,48
2,61
1,53
0,18
5,90
1,74
0,59
0,50
0,00
0,36
2,14
0,40
0,05
5,90
2,20
0,96
0,59
0,50
0,68
4,03
1,83
0,21
[40]
NFR
= 1,60liter/detik/ha
= 95,29 ha
et
= 0,80
es
= 0,9
Qt
=
= 190,58 lt/ dt
= 0,191m/dt
Dengan
Qt
=1
=1
= 35
= 0,4 m
we
= 0,2 m
= 0,003
=h.n=h
= ( b + m . h) h
=(b+1.h)h
= 2h2
= b + 2h
= b + 2h
= 3,83 h
= 0,52 h
= K . R 2/3 . I1/2
Qt
=AxV
[41]
= 0,096
= 0,415 m
< 0,75 m
aman..
= 1713.15 HA
= 0,9
= 0,8
Penyelesaian :
Qs
=
=
= 3807 liter/detik = 3,807 m3/detik
= 1,5
,k
= 2,5
,I
= 0,0004
=(b+m.h).h
b=n.h
=(n.h+m.h).h
= ( 2,5 . h + 1,5 . h ) . h
= 4,0 . h2
=b+(2.h
)
[42]
=(n.h)+(2.h
= ( 2,5 . h ) + ( 2 . h
= 6,11 . h
A
P
=
= 0,656 . h
= k . R2/3 . I1/2
= 60 . 0,6562/3 . 0,00041/2
= 0,787 . h2/3
Maka,
Qs
=A.V
= 1,352
= 1,119 m
=n.h
< 1,5
= 2,5 x h
= 4,0 . h2
= 2,5 x 1,119m
= 2,797 m
= 4,0 . 1,1192 m
= 5,009 m2
= 6,11 . h
= 6,11 . 1,119 m
= 6,837 m
= 0,787. h2/3
= 0,787 . 1,1192/3
= 0,848
< 2m/dt
[43]
= 0,8
es
= 0,9
ep
= 0,9
= 12007,95 ha
Penyelesaian :
=
=
= 29649,26 liter/detik = 29,649 m3/detik
= 1,5
,k
= 60
= 5,0
,I
= 0,0001
=(b+m.h).h
b=n.h
=(n.h+m.h).h
= ( 5,0 . h + 1,5 . h ) . h
= 6,5 h2
=b+(2.h
=(n.h)+(2.h
=(5.h)+ (2.h
)
)
)
= 8,605. H
[44]
A
P
=
= 0,755 . h
= k . R2/3 . S1/2
= 60 .0,7552/3 . 0,00011/2
= 0,453 . h2/3
Maka,
=A.V
=> Q = 29,469m3/detik
h8/3
= 8,864
= 1,786 m
=n.h
<2
= 6,5 . h2
= 6,5 . 1,7862 m
= 20,734 m
= 8,605 . h
= 8,605 . 1,786 m
= 15,368 m
=0,453 . h2/3
V
=0,453 x 1,7862/3
< 2m/dt
[45]
= 0,667
[46]
=(k.).a.b.
0,998 m3 / detik
= 0,6 . a . 1,392 m .
0,998 m3 / detik
= 3,07 m . a
= 0,325 m
= 32,5 cm = 33 cm
[47]
=(k.).a.b.
0,191 m3 / detik
= 0,35 . a . 0,382 m .
0,191 m3 / detik
= 0,366 m . a
= 0,44 m
= 43,98 cm = 44 cm
=(k.).a.b.
0,134 m3 / detik
= 0,35 . a . 0,337 m .
0,134 m3 / detik
= 0,303 m . a
= 0,44 m
= 44,18 cm = 45 cm
[48]
= +93,03
Elevasi MA
= +92,51
Elevasi MAT
= +92,50
= +91,70
Dimensi
Q
= 1,677 m3/detik
= 0,78 m/detik
= 1,688 m
= 0,844 m
= 0,0004
= 1,0
= 2,0
= 0,50 m
[49]
= +92,72
Elevasi MA
= +92,20
Elevasi MAT
= +90,90
= +90,00
363
( 92,50 90,90)
762
=+91,70
Elevasi pada bangunan gorong gorong BBS5a
El. Muka Air
= +91,70 - h
= +91,70 0,844
= +90,856
El. Tanggul
= +90,00 - h
= +90,00 0,844
= +89,16
El. Tanggul
Kelas jalan II dengan lebar lajur ideal 3.5 m sehingga lebar jalan = 7 m
[50]
Analisa Perhitungan
1. Kecepatan rencana ditetapkan 1,50 m/dt 2,00 m/detik
Direncankan Va = 1,50 m/detik
Dimana:
Q
= A x Va
= Q / Va
=
1,677 m 3 / dt
1,50
= 1,118 m2
2. Jika direncanakan bentuk penampang lingkaran
1
= 4 d2
1
d2
4
1,118 m2
d2
= 1,424
= 1,193 m
3. Kehilangan Energi
Va
= 1,50 m/detik
= 0,78 m/detik
h masuk
= m
= 0,1
(Va V ) 2
2g
(1,50 0,78 ) 2
2(9,81)
= 0,003 m
hf
= 0,005 (L + 0,5 . d)
= 0,005 (7 + 0,5 x 1,193)
[51]
= 0,038 m
h masuk
= k1
(Va V ) 2
2g
= 0,2
(1,50 0,78 ) 2
2(9,81)
= 0,006 m
h
= hm + hk + hf
= 0,003 + 0,006 + 0,038
= 0,047 m
[52]
PERENCANAAN SIPON
= +91,20
Elevasi MA
= +90,70
Elevasi MAT
= +90,90
= +90,00
Dimensi
Q
= 1,542 m3/detik
= 0,77 m/detik
= 1,639 m
= 0,819 m
= 0,0004
= 1,0
= 2,0
= 0,5 m
[53]
= +90,90
Elevasi MA
= +90,40
Elevasi MAT
= +88,50
= +89,70
100
( 90,90 88,50)
660
=+88,86
Perhitungan elevasi pada bangunan sipon bbskk6a hulu:
Elevasi tanggul
= +90,974
= +90,474
= +89,774
= +90,862
= +90,362
= +89,662
Analisa Perhitungan
3. Kecepatan rencana ditetapkan 1,50 m/dt 3,00 m/detik
Direncankan Va = 2,00 m/detik
Dimana:
Q
= A x Va
= Q / Va
=
1,542 m 3 / dt
2,00
= 0.771m2
=nxh
n = 1,8
=2x h
[54]
=bxh
0,771 m2 = 1,8 h x h
h2
= 0,428
= 0,36 m = 0,4 m
Maka ;
b
= 1,8 x 0,36
= 0,564m = 0,6 m
5. Kehilangan Energi
Va
= 2,00 m/detik
= 0,77 m/detik
h masuk
= m
(Va V ) 2
2g
= 0,5
(2,00 0,77 ) 2
2(9,81)
= 0,018m
h keluwar
= k
= 1,0
(Va V ) 2
2g
( 2,00 0,77 ) 2
2(9,81)
= 0,037m
hf
dimana :
(Va ) 2 xL
C 2 xR
P = b + 2.h
= 1,639+ (2 x 0,36)
= 2,977 m
[55]
= bxh
= 1,639 x 0,36
= 0,590 m2
= A/P
= 0,590 / 2,977
= 0,198 m
= K x R1/6
= 60x (0,198)1/6
= 45,81
hf (gesekan)
(Va ) 2 xL
C 2 xR
( 2) 2 x10
( 45 ,81) 2 x 0,198
4x10
415 ,51
= 0,096 m
hs (saringan)
C
s = 8 mm jeruji
= 2,4 [
]4/3 . sin 45
= 0,0007
horizontal saringan
hs(saringan)
=0,007
= 0,000021
[56]
hb(belokan)
= kbx
= 0,4 x
= 0,081m
h
[57]
BANGUNAN TERJUN
HULU bbskk4 :
Elevasi Tanggul
= +93,03
= +92,51
= +92,50
= +91,70
Databbskk5 :
Q = 1,5416 m
V = 0,77 m
b = 1,639 m
w = 0,5 m
h = 0,816 m
I = 0,0004
[58]
HULU bbskk5 :
Elevasi Tanggul
= +92,72
= +92,20
= +90,90
= +91,40
= +92,90+
363
( +92,20 - +90,90 )
726
= + 93,55
Perhitungan Elevasi pada Bangunan Terjun bbskk4 atas :
Elevasi Tanggul
Hd = 1,67 x h
B = 80% x b
q=
Q
B
1,542
1,31
= 1,67 x 0,816
= 80% x 1,639
= 1,36 m
= 1,31 m
= 1,18 m2/dt
[59]
=
=
= 4,526 m / detik
Dan Selanjutnya :
Yu
q
Vu
1,18
4,526
= 0,26 m
Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan Froude tak
berdimensi :
FRu
=
=
= 2,85
Untuk Mencari Yd dan lp dapat dilihat dari gambar 5.15 halaman 278 Kp-04 dengan FRu = 3,11
, didapat :
Lp
= 2,3
Yd
[60]
= 0,85
Panjang loncatan ( Lj ) :
Lj
Panjang Kolam ( LB ) :
LB
= Lp + Lj
= 2,3 + 5,1
= 7,4 m
[61]
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil perencanaan dan perhitungan system jarinan irigasi da atas, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Diagram pola tata tanam adalah : padi 1- padi 2- jagung. Awal perhitungan
dimulai yang pertama padi 1 untuk bulan januari april, setelah itu padi2 bulan
mei agustus, dan kemudian jagung pada bulan agustus November.
2. Hujan efektif (Re) bulanan paling besar adalah pada bulan maret sebesar 4,25
mm/hr.
3. Kebutuhan air bersih (NFR) paling besar adalah pada bulan mei sebesar 1,60
mm/hr.
4. Panjang total perencanaan saluran yaitu dengan menggunakan skala 1: 33000
5. Pada saluran sekunder bbskk5 memotong jalan transportasi darat, maka perlu di
bangun gorong-gorong dengan lebar jalan 7 m
6. Pada saluran sekunder bskk6 melewati jalan transportasi sarat, maka perlu
dibangun sipon dengan lebar jalan 10 m.
7. Pada saluran sekunder bbskk5 mempunyai kecepatan air cukup tinggi, maka
dibutuhkan bangunan terjunan dengan ketinggian 1m
B. Saran
Dari hasil pekerjaan mengenai perhitungan dan perencanaan system irigasi ini
diharapkan bisa menjadi ajang latihan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang mereka
dapatkan di dalam kelas untuk dipraktekan langsung dalam keadaan yang nyata. Hal ini akan
menjadi bekal bagi para mahasiswa ketika mereka nantinya lulus dari bangku kuliah dan
menpaki dunia kerja didalam teknik sipil untuk itulah diharapkan adanya kesungguhan bagi tiaptiap mahasiswa untuk mengerjakan tugas ini secara serius, agar nanti tidak mengalami kesulitan
dikemdian hari. Selain itu peran serta dosen pembimbing sanat menentukan dalam hal ini.
Dosen pembimbing harus mampu memberikan masukan masukan kepada mahasiswa apabila
terjadi kesulitan dalam proses pengerjaan tugas ini.
[62]