Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No.

4 Juli 2009: 210 -216

FORMULASI GEL TOPIKAL DARI EKSTRAK NERII


FOLIUM DALAM SEDIAAN ANTI JERAWAT*
Joshita Djajadisastra, Abdul Munim, Dessy NP
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Korespondensi: Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, MS, Ph.D
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
joshita@farmasi.ui.ac.id

ABSTRACT
The leaf of Nerium oleander has an antibacterial activity toward some microorganisms and
empirically had been used to solve the acne problem. The anti acne formulation should not
make the acne worse because of mistaken to choose the dosage form. In this study the gel
formulation (has no oil content makes the acne worse) was chosen containing the dried leaf
extract of Nerium oleander in 97% alcohol and varying respectively carbomer, sodium
carboxy methyl cellulose and sodium alginate as a gelling agent. The efficacy test was
confirmed by the extract antibacterial activity test upon Propionibacterium acnes bacterium
causing acne, and the gel formula evaluation test was done by physical stability test
0
including organoleptical test (color and odor), pH, viscosity stored in low temperature of 4 C,
0
0
room temperature of 28 C, and high temperature of 40 C, cycling test and mechanical test.
The results showed that carbomer gel has better physical stability than sodium CMC or
sodium alginate gel.
Keywords: Nerium oleander, carbomer, sodium CMC, sodium alginate, antibacterial,
physical stability test

ABSTRAK
Daun Nerium oleander mempunyai aktifitas antibakteri terhadap beberapa mikroba dan
secara empiris telah digunakan untuk mengatasi masalah jerawat. Formula yang layak untuk
dibuat menjadi sediaan anti jerawat seyogyanya tidak memperburuk gangguan jerawat itu
sendiri karena pemilihan bentuk sediaan yang tidak tepat. Bentuk sediaan gel dipilih karena
tidak mengandung bahan minyak yang akan memperburuk jerawat. Formulasi sediaan gel
untuk mengatasi jerawat ini mengandung ekstrak Nerium oleander dalam etanol 97% yang
telah dikeringkan, sedangkan untuk basis gelnya dicoba bahan karbomer, Natrium CMC,
dan Na alginate. Penilaian keberhasilan untuk pemastian manfaat dilakukan dengan uji
aktifitas ekstrak terhadap bakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat, sedang
terhadap keberhasilan formula dilakukan uji kestabilan fisik sediaan gel yang meliputi uji
organoleptik (warna, bau), pH, dan viskositas selama masa penyimpanan dalam suhu
o
o
o
rendah (4 C), suhu kamar (28 C) dan suhu tinggi (40 C). Dilakukan juga cycling test dan uji
mekanik terhadap sediaan gel tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa gel berbasis
karbomer memiliki kestabilan fisik yang lebih baik daripada gel berbasis Natrium CMC
maupun Natrium alginat.
Kata kunci: Nerium oleander, karbomer, Natrium CMC, Natrium alginat, antibakteri, uji
kestabilan fisik

210

Formulasi gel topikal dari ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat
(Joshita Djajadisastra, Abdul Munim, Dessy NP)

PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini para ahli mulai
berpaling untuk mencari obat jerawat
dari bahan alam. Penelitian yang
dilakukan oleh M.A. Hussain dan M.S.
Gorsi (1) menunjukkan bahwa daun
Nerium oleander memiliki aktifitas
antimikroba terhadap Bacillus pumilus,
Bacillus
subtilis,
Staphylococcus
aureus, dan Escherichia coli dimana
fraksi ekstrak etanol memberikan
aktifitas
tertinggi.
Daun
Nerium
oleander mengandung kardenolida 57pregnans 8, dan 3-hidroksi-5-karda8, 14, 16, 20, 22-tetraenolida, dan 12hidroksi-5-karda-8, 14, 16, 20, 22tetraenolida, juga triterpen (3, 27dihidroksi-urs-18en, 13, 28olida dan 3,
22a, 28 trihidroksi-25-norlup-1(10),
20(29)-dien-2-on) yang memiliki efek
antimikroba
(2).
N.oleander
(Apocynaceae)
merupakan
suatu
tanaman hias yang mudah dan cepat
sekali tumbuh di mana-mana, terutama
di daerah yang hangat dan lembab
seperti Indonesia (2).
Jerawat merupakan penyakit pada
permukaan kulit wajah, leher, dada,
dan punggung yang muncul pada saat
kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif
sehingga pori-pori kulit akan tersumbat
oleh timbunan lemak yang berlebihan.
Jika timbunan itu bercampur dengan
keringat, debu dan kotoran lain, maka
akan menyebabkan timbunan lemak
dengan bintik hitam di atasnya yang
kita sebut komedo. Jika pada komedo
itu terdapat infeksi bakteri, maka
terjadilah peradangan yang dikenal
dengan jerawat yang ukurannya
bervariasi mulai dari ukuran kecil
sampai ukuran besar serta berwarna
merah, kadang-kadang bernanah serta
menimbulkan rasa nyeri. Bakteri yang
umum menginfeksi jerawat adalah
Propionibacterium
acnes
(3,
4).
Pengobatan jerawat di klinik kulit
biasanya menggunakan antibiotik yang
dapat menghambat inflamasi dan

membunuh
bakteri,
contohnya
tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, dan
klindamisin. Selain dari itu sering juga
digunakan benzoil peroksida, asam
azelat dan retinoid (5), namun obatobat ini memiliki efek samping dalam
penggunaannya sebagai anti jerawat
antara
lain
iritasi,
sementara
penggunaan antibiotika jangka panjang
selain dapat menimbulkan resistensi
juga dapat menimbulkan kerusakan
organ dan imunohipersensitivitas (3).
Oleh karena alasan-alasan inilah maka
dicari alternatif lain dalam mengobati
jerawat yaitu dengan menggunakan
bahan-bahan dari alam, dengan
harapan dapat meminimalkan efek
samping yang tidak diinginkan seperti
yang terjadi pada pengobatan jerawat
dengan antibiotik atau zat-zat aktif lain.
Untuk optimasi pengobatan terhadap
jerawat, seyogyanya bentuk sediaan
yang dipilih harus dapat menyampaikan
obat dengan baik dan bahan pembantu
tidak
boleh
menimbulkan
kecenderungan
untuk
munculnya
jerawat-jerawat baru. Dalam penelitian
ini dipilih bentuk sediaan topikal gel
yang diketahui tidak mengandung
minyak
sehingga
tidak
akan
memperburuk jerawat. Bentuk sediaan
gel ini selain dapat menyampaikan
bahan obat dengan baik, juga akan
menyebabkan jerawat cepat kering
karena sifat gel yang mudah menguap.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan
variasi tiga jenis bahan pembentuk gel
yaitu karbomer, Na CMC dan Na
alginate untuk mengetahui bahan
pembentuk gel mana yang dapat
menghasilkan sediaan gel yang paling
stabil.
Tujuan
Penelitian
adalah
membuat
formula
gel
topikal
antijerawat yang mengandung ekstrak
daun N.oleander yang paling stabil
secara fisik dan kimia. Penelitian
dilaksanakan
di
Laboratorium

*Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta
211

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210 -216

Farmasetika, Laboratorium Fitokimia


dan Laboratorium Mikrobiologi Departmen
Farmasi,
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia, Depok.

selama 1 jam pada suhu 70-80oC


sampai
menjadi
ekstrak
kering,
kemudian difraksinasi dengan nheksana dan dikeringkan kembali.
Pemeriksaan aktifitas antibakteri:

Bahan Uji
Daun N.oleander dari varietas
berbunga pink tua, dideterminasi di
Bogor, Herbarium Bogoriensis.
Bakteri uji dan media
Propionibacterium
acnes
isolat
jerawat (Laboratorium Mikrobiologi
FKUI); Staphylococcus aureus ATCC
25923
(Laboratorium
Mikrobiologi
Farmasi FMIPA-UI); Media Agar darah
Brucella pH 7,00,2; Agar nutrient pH
6,80,2; Brain Heart Infusion; Agar
Mueller-Hinton pH 7,30,1; Cooked
Meat Medium, Media cair Tioglikolat pH
7,10,2, suspensi McFarland III
Bahan formulasi dan bahan lain
Ekstrak etanol daun N.oleander,
karbomer (Brataco), NaCMC (Da-Ichi
Kogyo Seiyaku Co.,Ltd), Na Alginat
(Kimica Co), propilen glikol (Dow
Chem.Co), NaAscorbic (BASF), NaOH,
metil paraben (Ueno Fine Chem.Ind),
etanol teknis 97%, etanol 70%, nheksan, DMSO, air suling
Alat
Alat
refluks,
penguap
vakum
berputar
(IKA),
penetrometer
(HERZ009), viscometer Brookfield,
pHmeter (Jenway), timbangan analitik
(Adam AFA 210LC)), penangas air,
otoklaf (Hirayama-Japan), incubator
37oC, lemari pendingin, timbangan
gram, sentrifugator (Kubota 5100),
lampu spiritus, ose, vortex, mixer, alatalat gelas, mortar, stamfer.
Cara Kerja
Pembuatan ekstrak daun N.oleander:
Daun
dibersihkan,
diangin-angin,
dikeringkan dalam oven 40oC, dibuat
serbuk, dan direfluks sebanyak tujuh
kali dengan etanol masing-masing
212

a. Uji Kadar Hambat Minimum terhadap


S.aureus: Larutan uji dipipet 1,0 ml ke
dalam cawan petri, lalu ditambahkan
4,0 ml Agar Mueller Hinton dan
dihomogenkan.
Setelah
membeku
dioleskan 2 ose larutan bakteri 106
bakteri/ml ke dalam masing-masing
cawan petri dan diinkubasi pada suhu
37oC selama 18-24 jam. Dalam
penentuan KHM ini digunakan 4 kontrol
yaitu kontrol bakteri, kontrol larutan uji,
kontrol media dan kontrol DMSO. Nilai
KHM adalah konsentrasi terrendah
larutan uji yang tidak menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri.
b. Uji Kadar Hambat Minimum terhadap
P.acnes: Larutan uji dipipet 1,0 ml ke
dalam cawan petri, lalu ditambahkan
4,0 ml Agar Darah Brucella dan
dihomogenkan.
Setelah
membeku
dioleskan 2 ose larutan bakteri 106
bakteri/ml ke dalam masing-masing
cawan petri dan diinkubasi pada suhu
37oC selama 24-48 jam dalam wadah
anaerobic bertutup. Dalam penentuan
KHM ini digunakan 2 kontrol yaitu
kontrol bakteri dan kontrol media. Nilai
KHM adalah konsentrasi terrendah
larutan uji yang tidak menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri. Prosedur
harus dilakukan dengan cepat ( 15
menit) karena P.acnes tidak boleh
terlalu lama berada dalam lingkungan
aerobik.
Formulasi sediaan gel
a. Pembuatan gel berbasis karbomer:
Karbomer didispersikan dalam 200
gram
air
menggunakan
mixer
kecepatan rendah sampai homogen.
Setelah busa hilang, ditambahkan
larutan NaOH 20% sebanyak 10 ml
untuk menetralisir dan diaduk lagi

Formulasi gel topikal dari ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat
(Joshita Djajadisastra, Abdul Munim, Dessy NP)

sampai terbentuk massa gel. Larutan


nipagin dalam air panas, larutan
natrium askorbat, dimasukkan dalam
massa gel dan terus diaduk dengan
mixer sampai homogen. Lima puluh
gram ekstrak didispersikan dalam 50
gram propilen glikol dan 50 gram air,
diaduk hingga homogen kemudian
dicampurkan ke dalam massa gel dan
diaduk dengan kecepatan rendah. Sisa
air ditambahkan hingga tepat 500 gram
sambil terus diaduk hingga gel
homogen, kemudian diisikan ke dalam
pot-pot
plastik
untuk
evaluasi
kestabilan
sedangkan
selebihnya
digunakan untuk uji konsistensi, uji
viskositas, uji mekanik dan cycling test.
b. Pembuatan gel berbasis Na CMC:
Na CMC didispersikan dalam 200 gram
air menggunakan mixer kecepatan
rendah sampai homogen dan terbentuk
massa gel. Larutan nipagin dalam air
panas, larutan natrium askorbat,
dimasukkan dalam massa gel dan terus
diaduk dengan mixer sampai homogen.
Lima puluh gram ekstrak didispersikan
dalam 50 gram propilen glikol dan 50
gram air, diaduk hingga homogen
kemudian dicampurkan ke dalam
massa gel dan diaduk dengan

kecepatan
rendah.
Sisa
air
ditambahkan hingga tepat 500 gram
sambil terus diaduk hingga gel
homogen, kemudian diisikan ke dalam
pot-pot
plastik
untuk
evaluasi
kestabilan
sedangkan
selebihnya
digunakan untuk uji konsistensi, uji
viskositas, uji mekanik dan cycling test.
c. Pembuatan gel berbasis Na alginat:
Na alginate didispersikan dalam 200
gram
air
menggunakan
mixer
kecepatan rendah sampai homogen
dan terbentuk massa gel. Larutan
nipagin dalam air panas, larutan
natrium askorbat, dimasukkan dalam
massa gel dan terus diaduk dengan
mixer sampai homogen. Lima puluh
gram ekstrak didispersikan dalam 50
gram propilen glikol dan 50 gram air,
diaduk hingga homogen kemudian
dicampurkan ke dalam massa gel dan
diaduk dengan kecepatan rendah. Sisa
air ditambahkan hingga tepat 500 gram
sambil terus diaduk hingga gel
homogen, kemudian diisikan ke dalam
pot-pot
plastik
untuk
evaluasi
kestabilan
sedangkan
selebihnya
digunakan untuk uji konsistensi, uji
viskositas, uji mekanik dan cycling test.

Tabel 1. Komposisi Gel (A = karbomer, B = Na CMC, C = Na alginat)


Bahan

A
Kadar (%) Berat(gram)

Ekstrak
Gelling agent
NaOH
Propilen glikol
Na askorbat
Metil paraben
Air

10
1
0,4
10
0,1
0,18
ad 100

50
5
2
50
0,5
0,9
ad 500

Evaluasi gel: Gel dievaluasi/diamati


secara organoleptis (warna, bau, dan
tekstur),
homogenitasnya,
pH,
viskositas,
dan
konsistensinya.
Homogenitas gel diamati di antara dua

Kadar (%)
10
4
10
0,1
0,18
ad 100

B
Berat (gram)
50
20
50
0.5
0,9
ad 500

kaca objek di bawah cahaya. Viskositas


diukur dengan Viskometer Brookfield
pada spindel yang sesuai dan
memvariasikan rpm sehingga diperoleh
data pada rpm 2, 4, 10, 20 dan

*Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta
213

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210 -216

kebalikannya.
Pengukuran
hanya
dilakukan pada awal dan akhir
penyimpanan.
Untuk
evaluasi
konsistensi, angka penetrasi diukur
dengan alat Penetrometer setelah klep
pendorong ditekan sehingga kerucut
menembus sampel. Angka dibaca
setelah 5 detik. Di samping itu
dilakukan uji mekanik, yaitu sampel
disentrifugasi pada kecepatan 3800
rpm selama 5 jam. Perubahan fisik
diamati dan pengujian hanya dilakukan
pada awal evaluasi
Uji Kestabilan fisik gel: Sampel gel
disimpan pada suhu rendah 4oC , suhu
kamar 282oC serta suhu tinggi 402oC
dengan RH 75% dan pengamatan
organoleptis,
homogenitas
serta
perubahan kimia dilakukan setelah
penyimpanan pada minggu ke-2, 4, 6,
dan 8. Cycling test pada suhu 4oC
selama 24 jam dan suhu 402oC
selama 24 jam dilakukan sebanyak 6
siklus dan diamati terjadinya perubahan
fisik dari gel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Ekstrak kering
Penyusutan daun segar menjadi
serbuk simplisia mencapai rata-rata

35,39% dari berat mula-mula. Ekstrak


kering yang dihasilkan dengan berat
total 459,17 gram berwarna hijau
dengan aroma daun dan bersifat
higroskopis dengan rendemen rata-rata
terhadap berat kering sebelum dan
setelah difraksinasi dengan heksana
masing-masing adalah 17,05% dan
13,89%.
Uji aktivitas bakteri
Kadar Hambat Minimum (KHM)
terhadap S.aureus sebesar 20 000
mg/ml (Tabel 2) sedang terhadap
P.acnes sebesar 50 000 mg/ml (Tabel
3).
Evaluasi Sedian Gel
Gel karbomer memiliki kekentalan
cukup dengan pH 5,97 dan konsistensi
450,80 dyne/cm2 (Tabel 4), aliran
plastis tiksotropik dengan rheogram
pada Gambar 1. Gel Na CMC tidak
terlalu kental dengan pH 5,13 dan
konsistensi 630,68 dyne/cm2 (Tabel 4),
viskositas dan reogram dapat dilihat
pada Gambar 2. Gel Na alginat kurang
kental dengan pH 5,19 dan konsistensi
446,73 dyne/cm2 (Tabel 4), aliran jenis
plastis tiksotropik dengan reogram
pada Gambar 3.

Tabel 2. Kadar Hambat Minimum Ekstrak Etanol Nerii Folium terhadap S.aureus
Kadar awal (ug/ml)
250.000
125.000
100.000
50.000
25.000
12.500
6250
3125

Kadar akhir
(ug/ml)
50.000
25.000
20.000
10.000
5.000
2.500
1250
625

Keterangan:
- : tidak ada pertumbuhan bakteri
+ : ada pertumbuhan bakteri
(+) : terbentuk koloni sangat tipis di permukaan media

214

Hasil
Awal
+
+
+
+
+

Akhir
+
+
+
+
+

Formulasi gel topikal dari ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat
(Joshita Djajadisastra, Abdul Munim, Dessy NP)

Tabel 3. Kadar Hambat Minimum Ekstrak Etanol Nerii Folium terhadap P.acne
Kadar awal (ug/ml)
250.000
125.000
62.500
31.250
15.625
7812.5
6250
3125

Kadar akhir
(ug/ml)
50.000
25.000
12.500
6.250
3.125
1552,5
1250
625

Hasil
Awal
+
+
+
+
+

Akhir
+
+
+
+
+

Keterangan:
- : tidak ada pertumbuhan bakteri
+ : ada pertumbuhan bakteri
(+) : terbentuk koloni sangat tipis di permukaan media

Tabel 4. Hasil Uji Konsistensi Gel yang Disimpan pada Suhu Kamar (28 2)
Waktu Minggu
ke0
8

Gel A
450,80
450,80

Yield Value (dyne/cm2)


Gel B
630,68
627,30

Gambar 1. Rheogram Gel Berbasis


Karbomer yang Disimpan
pada Suhu Kamar
(28+2oC)

Gel C
446,73
406,89

Gambar 2. Rheogram Gel Berbasis Na


CMC yang Disimpan pada Suhu Kamar
(28+2oC)

*Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta
215

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210 -216

KESIMPULAN
Formula gel yang paling stabil
secara fisik dan kimia adalah gel
berbasis karbomer, dan ekstrak etanol
daun N.oleander menghasilkan KHM
sebesar 20000 ug/ml untuk S.aureus
dan 50000 ug/ml untuk P.acnes.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3. Rheogram Gel Berbasis Na
alginat yang Disimpan pada
Suhu Kamar
Hasil Uji kestabilan fisika gel
Gel karbomer, Gel Na CMC dan Gel
Na alginat yang disimpan pada suhu
rendah, suhu kamar, dan suhu tinggi
tetap stabil sampai akhir pengamatan.
Uji cycling dan uji mekanik untuk ketiga
formula menunjukkan kestabilan yang
baik. Hasil uji cycling yang dilakukan
pada 4o dan 40oC sebanyak 6 siklus
menunjukkan tidak terjadi perubahan
fisik. Hasil uji mekanik dengan
centrifugal test kecepatan 3800 rpm
selama 5 jam juga menunjukkan tidak
terjadi perubahan fisik.
Secara
keseluruhan
hasil
pembuatan formula gel anti jerawat
serta uji kestabilannya sudah baik,
namun karena ekstrak yang dihasilkan
sulit dihilangkan klorofilnya, maka
tampilan gel tetap berwarna hijau. Di
sisi lain kenyataan ini baik juga karena
warna hijau alami ini menjadi daya tarik
tersendiri yang mencerminkan bahwa
sediaan
gel
ini
benar-benar
dimanfaatkan dari bahan alam, namun
tentu saja warna hijau klorofil ini harus
dipertahankan stabil sepanjang waktu
simpan.

216

1. Hussain MA dan Gorsi MS.


Antimicrobial Activity of Nerium oleander
Linn. Asian Journal of Plant Sciences
2004; 3(2): 178.
2. Anonim. Nerium oleander L.
http://www.nganjuk_warintek.com/warint
ek/pdf_file/tanaman_obat/ 1-204.
Diakses pada 18 Januari 2006, pk
14.00.
3. Wasitaatmaja SM. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press;
1997. hal. 3-5 181-183.
4. Park JJ, Lee EJ, Park Y, Kim K, Park B,
Jung K, Park E, Kim J, Park D. In vitro
antibacterial and anti-inflammatory
effects of honokiol and magnolol against
Propionibacterium sp. European Journal
of Pharmacology 2004; 496: 189-190.
5. Oprica C. Antibiotic-resistant
Propionibacteriumacnes on the skin of
patient with moderate to severe acne.
Journal of Pharmacology 2004; 10(3):
155-164.

Anda mungkin juga menyukai