PEMBAHASAN
2.1. DOKTER KELUARGA
A. Definisi
Dokter keluarga adalah dokter yang terutama bertanggung jawab untuk menyediakan
pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada setiap individu yang membutuhkan
pelayanan kesehatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan
pelayanan kesehatan jika diperlukan. Dokter keluarga merawat individu dalam konteks di
keluarga, dan keluarga dalam konteks di masyarakat, tanpa memandang ras, kultur, atau kelas
sosial. Dokter keluarga secara klinis berkompeten untuk menyediakan pelayanan yang lebih,
dengan mempertimbangkan latar belakang budaya, sosial ekonomi dan psikologis. Sebagai
tambahan, dokter keluarga secara personal bertanggung jawab untuk pelayanan yang
komprehensif
dan
kontinyu
kepada
pasiennya.
Dokter
keluarga
menjalankan
yang
komprehensif,
kontinyu,
mengutamakan
pencegahan,
koordinatif,
keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan
dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan
tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan
dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya,
sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinmbung bagi pasiennya.
2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan
tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya.
3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh
yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila
kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu
ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai.
4. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama
yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan
kesehatan total pasien dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan
dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokeran sarta merujuk pasien ke tempat
pelayanan lain yang tersedia, sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan,
mengembangkan tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan
berkesinambungan, serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan,
menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai
dengan keadaan lingkungan pasien, yakni keluarga atau unit sosial yang sebanding
serta masyarakat.
C. Karakteristik Dokter Keluarga
Karakteristik dari Disiplin Kedokteran Keluarga menurut EURACT tahun 2005 adalah
sebagai berikut3 :
Biasanya kontak pertama dengan sistem pelayan kesehatan yang melayani akses
terbuka dan tidak terbatas untuk pasien, berurusan dengan semua masalah kesehatan
terlepas dari umur, jenis kelamin atau karakteristik lain dari orang yang bersangkutan
Melakukan
berorientasi
kepada
individu
dan
Mengelola penyakit secara simultan baik akut maupun masalah kesehatan yang kronis
pada pasien
Promosi kesehatan dan kesejahteraan dengan intervensi yang tepat dan efektif
Siap dengan masalah kesehatan pasien dalam dimensi fisik, psikologis, sosial, kultural
dan eksistensial.
pelayanan
primer
dan
bertanggung
jawab
atas
kelanjutannya
Karakteristik utama dokter keluarga menurut McWhinney
Meninjau (pasien) dalam praktik sebagai bagian dari populasi yang berisiko
2.
Pasal 8 ayat 2
Dalam hal mempercepat terpenuhinya kebutuhan dokter layanan primer, Fakultas
Kedokteran dengan akreditas kategori tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran yang akreditasinya setingkat lebih rendah dalam
menjalankan program dokter layanan primer
Pasal 8 ayat 3
Program dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kelanjutan dari program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan program
dokter spesialis.
Dalam penjelasan pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa :
Program dokter layanan primer ditujukan untuk memenuhi kualifikasi sebagai pelaku
awal pada layanan kesehatan tingkat pertama, melakukan penapisan rujukan tingkat pertama
ke tingkat kedua, dan melakukan kendali mutu serta kendali biaya sesuai dengan standar
kompetensi dokter dalam sistem jaminan kesehatan nasional.
E. Fungsi, Tugas Dan Kompetensi Dokter Keluarga
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a)Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya,
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif,
kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan
profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai
pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangungjawabkan
b)Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang
efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat
dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
c)Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya
dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
d)Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e)Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat
kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan
menjadi panutan masyarakat
Tugas dokter keluarga:
Menurut Ikatan Dokter Indonesia, DepKes RI dan FK-UI, tugas pokok Dokter
Keluarga diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara menyeluruh, dan bermutu untuk
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
a.
b.
c.
d.
e.
b.
keluarga
memberikan
layanan
yang
bersifat
pribadi
dengan
e.
f.
Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasien, dokter keluarga perlu berkonsultasi
dengan disiplin ilmu lainnya.
g.
Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensinya, dokter
keluarga bekerja sama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak
lain yang berkompeten
h.
Family oriented
Dalam mengatasi masalah, dokter keluarga mempertimbangkan konteks
keluarga dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya.
i.
Community oriented
Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan
dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.
3. Praktek dokter keluarga (Family Practice), Bisa solo practice atau group
practice
Pelayanan pada praktek dokter keluarga
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya.
Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
a. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter
keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan
pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan
pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah
sakit.
b. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit.
c. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,
serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,
serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya
diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan
rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter
keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.
Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak
sama antara satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara
Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar belakang
dan berbagai stadium penyakit
Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan kecacatan melalui
penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit, terapi preventif, dan
perubahan perilaku.
Setiap dokter yang menyelenggarakan pelayanan seperti di atas dapat menjadi
anggota PDKI. Anggota PDKI adalah semua dokter penyelenggara pelayanan kesehatan
tingkat primer baik yang baru lulus maupun yang telah lama berpraktik sebagai Dokter
Praktik Umum.
Dokter penyelenggara tingkat primer, yaitu :
1. Dokter praktik umum yang praktik pribadi
2. Dokter keluarga yang praktik pribadi
3. Dokter layanan primer lainnya seperti :
Dokter perusahaan
Dokter bandara
Dokter pelabuhan
Dokter kampus
Dokter pesantren
Dokter haji
Dokter puskesmas
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Prognosis
Konseling, membantu pasien (dan keluarga) untuk menentukan pilihan terbaik
f.
g.
h.
i.
j.
k.
SKN tersebut jelaslah bahwa kerjasama mutualistis antara dokter keluarga dan dokter
spesialis sangat penting agar pasien merasa dilindungi dan mendapat layanan yang benar dan
baik.
Dalam penerapan SPDK (Sistem Pelayanan Dokter Keluarga), seorang Dokter
Keluarga (DK)yang sejatinya adalah Dokter Praktik Umum (DPU) yang kewenangan
praktiknya sebatas pelayanan primer - harus menggunakan prinsip pelayanan dokter keluarga
yang terdiri atas sembilan butir yaitu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
keluarganya
Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
Menyelenggarakan pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
Secara logis dokter praktik umum (DPU) yang telah menyelenggarakan prinsip di atas
patut mendapat sebutan DK walaupun sebutan itu mungkin hanya datang dari komunitas
pasien yang dilayaninya. Kenyataannya sebagian besar DPU di Indonesia terutama yang
sukses dalam praktiknya sehari-hari sebenarnya telah menjalankan prinsip tersebut secara
naluriah. Dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya penerapan kesembilan butir prinsip
pelayanan DK bukanlah upaya baru melainkan sebuah upaya mengembalikan krida DPU ke
khitahnya sebagai penyelenggara pelayanan primer yang paripurna dan handal. Penerapan
prinsip itu menghendaki agar DK menyadari bahwa dalam melaksanakan tugasnya di ranah
layanan primer harus bekerjasama dengan semua pihak termasuk paramedis, petugas
laboratorium klinik, asuransi kesehatan, dokter spesialis, pasien dan keluarganya, serta pihak
lain yang terkait termasuk pihak pendana misalnya perusahaan asuransi kesehatan. Jadi,
penerapan SPDK, yang memerlukan kerjasama profesional mutualistis di antara para dokter
yang terlibat di dalamnya, mustahil dapat diwujudkan jika tidak didasari oleh: 1. keelokan
perilaku, 2. penguasaan ilmu, 3. kemahiran bernalar dan keterampilan menjalankan prosedur
klinis, serta 4. kinerja yang prima. Keempat butir tersebut merupakan 4 pilar profesionalisme.
Jadi tidaklah mengherankan jika DPU yang sukses dalam praktik, yang secara naluriah telah
menerapkan SPDK sebenarnya seorang profesional sejati yang juga terbentuk secara alami
melalui penerapan SPDK.
Dalam praktik sehari-hari seorang DPU atau DK tidak mungkin lepas dari kebutuhan
akan konsultasi dan rujukan, baik yang bersifat horizontal dengan sesama dokter layanan
primer maupun vertikal dengan dokter di layanan sekunder. Konsultasi dan rujukan juga akan
menjadi sarana pengikat yang mampu meningkatkan kadar kesejawatan jika terlaksana secara
baik. Bersamaan dengan peningkatan kesejawatan
sebenarnya terjadi juga peningkatan kadar keilmuan dan keterampilan berpikir serta
bertindak. Oleh karena itu prinsip kolaborasi dan koordinasi dalam praktik DK dengan
sendirinya akan memfasilitasi peningkatan kadar profesionalisme dan kesejawatan.
Akhirnya dapatlah disimpulkan bahwa dalam praktik sehari-hari DK harus:
A. Selalu mengingat bahwa pasien adalah mahluk biopsikososial dan bukan sekumpulan
organ
B. Tetap berkiprah di ranah layanan primer sesuai dengan kewenangannya, karena itu
harus bekerjasama secara mutualistis dengan semua pihak termasuk dokter
penyelenggara layanan sekunder, pasien, dan keluarganya.
C. Sadar bahwa tugasnya memerlukan ilmu yang luas dan dalam serta keterampilan
prosedur klinis layanan primer yang prima, dengan tetap menjunjung tinggi etika,
moral, hukum, dan profesionalisme. Adalah keniscayaan bahwa SPDK secara
perlahan tetapi pasti akan membangun semangat kesejawatan dan profesionalisme
yang akan sangat menguntungkan semua pihak.
G. Praktek Dokter Keluarga
Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang kedudukan dan
peranan dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan, pada saat ini telah ditemukan
banyak bentuk praktek dokter keluarga. Bentuk praktek dokter keluarga yang dimaksud
secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :
a) Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital based)
pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini
dibentuklah
suatu
unit
khusus
yang
diserahkan
tanggung
jawab
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan nama
bagian dokter keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru yang
berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien
tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialist, baru kemudian dirujuk kebagian
lain yang ada dirumah sakit.
b) Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic.
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah
suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter
keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua
macam.
Pertama,
klinik
keluarga
mandiri
(free-standing
family
clinic).
Kedua,merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit
(satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak
didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga
penghasilan rumah sakit. Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu
klinik mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik
dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit.
Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke
rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan
secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group
practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah
klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan
gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem
manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter
keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang
sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola
oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem
informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan
diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark,1971) :
Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang
dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling
tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu,
karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah
dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan
dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang
diselenggarakan akan lebih bermutu.
Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau.
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang
dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis
dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu,
karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih
terjamin.
Keadaan
yang
seperti
ini
akan
mengurangi
kecenderungan
b. Peralatan non-medis
The American Academy of General Practice (1960) menyebutkan peralatan
non medis pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang memiliki sekurangkurangnya sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan,
ruang laboratorium, ruang rontgen (fakultatif), ruang administrasi, gudang serta kamar
mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 s.d 200 meter persegi. Karena
praktek dokter keluarga, seperti yang dikemukakan oleh Clark, (1971) sangat
menganjurkan pelayanan dengan perjanjian(appointment system), maka perlu pula
disediakan alat komunikasi seperti telepon.
2. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada
dasarnya tidaklah berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran
lainnya. Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga
macam :
a. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family
doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga
yang dibutuhkan dapat berbeda.Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana
pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban kerjanya lebih berat, maka jumlah
dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan jika pelayanan dokter
keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter keluarga, jumlah dokter
yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter keluarga memang dapat
diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga (solo practice) ataupun oleh
sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah disebutkan, dari kedua bentuk
ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang diselenggarakan oleh satu
kelompok dokter keluarga.
b. Tenaga paramedis
Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga
paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah
mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, baik
aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan
tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter keluarga, diperlukan
(social
Sifat Pelayanan
Sesuai Keluhan
Cara Pelayanan
Jenis Pelayanan
Peran keluarga
Kurang dipertimbangkan
Hubungan dokter-pasien
Dokter pasien
Awal pelayanan
Secara individual
DOKTER KELUARGA
Lebih Luas
Menyeluruh, Paripurna, bukan
sekedar yang dikeluhkan
Kasus per kasus dengan
berkesinambungan sepanjang
hayat
Lebih kearah pencegahan,
tanpa mengabaikan
pengobatan dan rehabilitasi
Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Jadi perhatian utama
Dokter pasien teman
sejawat dan konsultan
Secara individual sebagai
bagian dari keluarga komunitas
dan lingkungan
menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI
1982).
llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu
kedokteran tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga
dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
(IDI 1983).
B. Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat
bagi setiap anggota keluarga.
b. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua macam:
Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah
kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja,
tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan diperhatikannya
berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu masalah kesehatan akan
dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu masalah
kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih memuaskan.
Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga juga
lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan
pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila
dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam menurunkan biaya
kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini
ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulangulang, yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang
jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.
penyakit
dan
dijamin
d.
e.
yang dimilikinya.
Kantor Cabang membayar sebesar 1% dari keseluruhan biaya jasa medis yang
dibayarkan kepada seluruh Dokter Keluarga di Kantor Cabang masing-masing
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
o.
p.
setiap bulan.
Kantor Cabang berkewajiban untuk melaksanakan survey kepuasan layanan
q.
r.
Keluarga.
Jumlah peserta ideal yang terdaftar di Dokter Keluarga adalah minimal 2.000
jiwa per Dokter Keluarga. Kerjasama dengan Dokter Keluarga dapat dilakukan
dengan peserta kurang dari 2.000 jiwa, apabila Dokter Keluarga tersebut
memenuhi syarat dalam proses seleksi dan bersedia menjalin kerjasama dengan
s.
t.
u.
pembayaran ganda.
Menetapkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yakni Aplikasi Pelayanan
v.
b.
c.
c.
d.
e.
f.
(Persero).
Setiap Dokter Keluarga dan Dokter Gigi Keluarga wajib mendatangani
komitmen tertulis sebagai prasyarat pelengkap pelaksanaan kredensialing.
masalah
kesehatan
yang
ditemukan
pada
keluarga.
Untuk
dapat
peraturan pembatas tentang jenis pelayanan dan atau yang dapat dimanfaatkan
oleh peserta. Dengan adanya pembatasan yang seperti ini, penggunaan
pelayanan kesehatan yang berlebihan akan dapat dihindari yang jika berhasil
dilaksanakan, pada gilirannya akan mampu mengendalikan biaya kesehatan.
Dengan
diterapkannya
pembiayaan
secara
pra-upaya,
penyelenggara
pelayanan akan memperoleh penghasilan yang lebih mantap, karena besarnya dana
yang diterima tidak ditentukan oleh jumlah kunjungan yang memang sering
bervariasi, melainkan berdasarkan jumlah peserta yang ditanggung, yang jumlahnya
memang tetap untuk satu jangka waktu tertentu. Keadaan yang seperti ini tentu akan
menguntungkan penyelenggara pelayanan, karena dengan penghasilan yang lebih
tetap tersebut, dapat dilakukan perencanaan pengeluaranyang lebih sesuai dengan
kemampuan. Hanya saja sekalipun pembiayaan secara pra-upaya ini menjanjikan
banyak keuntungan, bukan berarti pelaksanaannya luput dari masalah. Salah satu
masalah yang banyak dibicarakan adalah yang menyangkut mutu pelayanan. Untuk
mencegah tidak sampai rugi, penyelenggara pelayanan sering memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan ataupun dengan mutu yang rendah, yang
kesemuanya ini tentu akan merugikan peserta.
2.3. PELAKSANAAN DOKTER KELUARGA DI INDONESIA
Mekanisme dan jenjang pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sebenarnya atau idealnya, ada tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh
masyarakat.Ketiga tahap pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut; pertama, Pelayanan
Tingkat Primer. Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum atau yang
selama ini dikenal dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini merupakan kontak pertama
pasien dengan dokter yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik Dokter Bersama,
Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di rumah sakit, dsb.
Kedua,`Pelayanan Tingkat Sekunder. Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan
Tingkat Sekunder. Untuk itu dokter praktik umum akan menulis surat konsultasi atau rujukan
kepada tenaga kesehatan yang lebih ahli, dalam hal ini dokter spesialis. Ketiga, Pelayanan
Tingkat Tersier. Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh
pelayanan di tingkat sekunder maka pasien akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu
pasien akan dirujuk kepada dokter konsultan atau subspesialis.
Setiap pasien semestinya harus ke pelayanan kesehatan primer terlebih dulu untuk
semua masalah kesehatan yang dihadapinya. Perkecualian tentu saja ada, misalnya untuk
kasus kedaruratan yang parah, pasien bisa langsung ke unit gawat darurat terdekat di
manapun. Jika masalah pasien telah ditangani di tingkat sekunder atau tersier, maka pasien
akan dikembalikan ke dokter umumnya untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Pada dasarnya dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang bertugas
menyelenggarakan pelayanan primer. Beberapa negara masih menggunakan istilah dokter
praktik umum, karena memang lulusan dokter yang keluar dari pendidikan kedokteran
memang telah memiliki keterampilan khusus dokter keluarga, dan sistem pelayanan dokter
keluarga telah digunakan secara menyeluruh di negara tersebut. sedang kan beberapa negara
termasuk Indonesia belum menerapkan sistem pelayanan dokter keluarga ini. Lulusan-lulusan
dokter dari berbagai institusi pendidikan kedokteran di Indonesia juga belum memiliki
kompetensi dokter keluarga.
Di Indonesia memang dokter di Puskesmas belum menerapkan fungsi dokter
keluarga, karena masih terbentur oleh sistem. Yang kedua terbentur pada dokternya sendiri
yang belum menguasai prinsip pelayanan dokter keluarga. Sistem itu begini, sebenarnya
sudah ada bahwa pelayanan kedokteran itu terdiri dari pelayanan primer, sekunder, dan
tersier. Sistem yang ada di program Depkes juga menyebutkan Puskesmas itu hanya melayani
Unit Kesehatan Masyarakat (UKM), namun yang terjadi Unit Kesehtan Personal (UKP)-nya
tidak terlayani. Mungkin saja terlayani, tapi tidak manfaatnya kurang terasa. Konsep itu yang
seharusnnya ada, namun dilapangan kenyataannya tidak seperti itu. PDKI menghendaki
UKM dan UKP berjalan di sebagaimana mestinya, bagaimana UKP adalah bagian dari UKM,
dan bisa dikatakan Puskesmas adalah klinik DK. Selain peranannya sebagai UKM
Namun, ada banyak hal yang menjadi hambatan bagi pelaksanaan secara
komprehensif sistem pelayanan dokter keluarga. Sebagian besar masyarakat masih belum
mengerti denagn peran sistem pelayanan kesehatan dokter keluarga, serta mekanisme
pelayanan kesehatan berjenjang. Akibatnya, sebagian masayarakat masih datang ke tempat
pelayanan kesehatan sekunder untuk wilayah kerja yang harusya mampu ditangani oleh
pelayanan primer. Ini tentu saja, menyebabkan biaya kesehatan yang dikelurkan oleh
masyarat menjadi jauh lebih mahal. Selain itu, sistem pembiayaan kesehatan berbasis
asuransi yang masih belum bisa terlaksana maksimal juga menghambat terlaksananya sistem
pelayanan kesehatan dokter keluarga.
Satu hal lain yang juga penting untuk diperbaiki jika kita ingin menerapkan sistem
pelayanan dokter keluarga ini secara konsisten adalah paradigma kita dalam pembangunan
kesehatan. Semua pihak yang terkait, mulai dari pemerintah sebagai penanggung jawab
pelayanan kesehatan, Rumah sakit, PKM, serta penyedia jasa layanan kesehatan lainnya,
tenaga kesehatan, maupun masyarakat harus mampu mengubah paradigma kita dalam
pelayanan kesehatan. Paradigma orang sakit yang selama ini kita gunakan, yang
mengakibatkan kita lebih banyak mengarahkan pembiayaan dan upaya-upaya kesehatan
untuk pengobatan dan perawatan pasca sakit, harus diubah ke arah paradigm sehat yaitu
sebuah paradigma yang berusaha mengarahkan upaya dan pembiayaan kesehatan ke arah
pencegahan masyarakat dari penyakit dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat agar mampu
menjaga
kesehatannya
secara
mandiri.
Dengan
paradigma
sehat,
penulis
yakin
penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis dokter keluarga bisa terwujud dalam waktu
dekat.
Mengenai sistem pembiayaan dokter keluarga, ASKES sebagai salah satu BUMN
yang digadang menjadi BPJS menerapkan besaran kapitasi Dokter keluarga mengacu pada
pola perhitungan yang didasarkan pada 2 (dua) ketentuan popok:
1. Hasil penetapan penggololongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas pelayan yang
dimiliki
2. Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di Dokter
Keluarga tersebut (Community Rating by Class)
Pembayaran besaran kapitasi tersebut, pada prinsipnya hanya dapat dilakukan bila
Kantor Cabang telah melaksanakan perhitungan sesuai ketentuan-ketentuan pokok seperti di
atas Penetapan penggolongan Dokter Keluarga berdasarkan kapitasi pelayanan yang
dimilikinya dilakukan melalui pelaksanaan seleksi PPK (credentialing) dan seleksi kembali
PPK (re-credentialing) dengan memperhatihkan indicator-indikator penentu yakni:
1. Hasil penilaian sarana dan prasarana
2. Ketersediaan tenaga perawat
3. Ketersediaan tenaga administrasi
4. Kemampuan penyediaan sarana laboratorium
5. Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas pelayanan
Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa, terdiri dari:
jasa medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah
rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00,
siasanya adalah biaya obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan
urine rutin).
Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri dari :
jasa medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan laboratorium
sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar
Rp 2.000,00, sisanya adalah biaya obat dan salah satu pelayanan laboratorium
sederhana (darah rutin dan urine rutin).
Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa, terdiri dari :
jasa medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana).
Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah pelayanan
obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana)
Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal dasar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
dokter keluarga secara konsisten, yaitu mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang dan
sistem pembiayaan kesehatan berbasis asuransi. Sayangnya sistem pembiayaan yang ada,
seperti dilakukan ASKES belum ideal. Penelitian yang dilakukan oleh pakar jaminan sosial
Prof. Hasbullah Thabrany menunjukkan bahwa untuk menyelenggarakan jaminan sosial yang
ideal, paling tidak kapitasina sebesar Rp. 20.000 per jiwa, tentu angka ini masih jauh
dibanding yang telah dilaksanakan (Rp.5.500- Rp. 6500 per jiwa). Tanpa pelaksanaan
mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang sangat sulit untuk mengedukasi masyarakat akan
peran dan manfaat dokter keluarga. Tanpa pembiayaan kesehatan berbasis asuransi yang
merata, juga akan tetap sangat sulit bagi masyarkat untuk mengakses pelayanan dokter
keluarga. Di berbagai negara, pelaksanaan pelayanan dokter keluarga telah diintegrasikan
dengan mekanisme pembiayaan kesehatan berbasis asuransi dan mekanisme pelayanan
kesehatan berjenjang. Sayangnya sistem jaminan sosial yang memiliki prinsip asuransi belum
terlaksana (2014 akan dilaksanakan) sehingga saat ini pembiayaan praktek dokter keluarga
masih menjadi kendala tersendiri dalam pelaksanaan sistem ini.