REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
OKTOBER 2014
PERUBAHAN METABOLISME
PADA INFEKSI
OLEH :
IVANA YUSUF
PEMBIMBING :
Dr. Harakati Wangi, Sp.PD
HALAMAN PENGESAHAN
: Ivana Yusuf
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sert
salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul Perubahan Metabolisme Pada
Infeksi sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam.
Selama persiapan dan penyusunan referat ini rampung, penulis mengalami kesulitan
dalam mencari referensi.Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak akhirnya
referat ini dapat terselesaikan.
Secara Khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terimakasih yang mendalam kepada
dr. Harakati Wangi,Sp.PD selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan
tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama penyusunan tugas
ini hingga selesai.
Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang
melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa dimasa yang akan datang. Saya
berharap sekiranya referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
II. PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. PENYAKIT INFEKSI ....................................................................................... 3
B. RANTAI INFEKSI ............................................................................................ 3
1. Agen Infeksi ................................................................................................. 4
2. Reservoir ...................................................................................................... 4
3. Portal exit .................................................................................................... 5
4. Cara Penularan ............................................................................................ 5
5. Portal Masuk ............................................................................................... 5
6. Daya Tahan Hospes ..................................................................................... 6
C. SAWAR PEJAMU TERHADAP INFEKSI ...................................................... 6
1. Kulit ............................................................................................................. 6
2. Saluran Urogenital ....................................................................................... 7
3. Saluran Nafas ............................................................................................... 7
4. Saluran Cerna ............................................................................................... 7
D. RESPON IMUNOLOGI TERHADAP .............................................................. 8
1. Infeksi Bakteri .............................................................................................. 8
2. Infeksi Virus................................................................................................. 10
3. Infeksi Parasit............................................................................................... 11
19
BAB I
PENDAHULUAN
tubuh.2 Sedangkan dari kepustakaan lain menunjukkan bahwa Infeksi artinya adalah
masuknya dan multiplikasi kuman infeksi dalam tubuh. Gejala penyakit infeksi sangat
bervariasi antara individu satu dengan yang lain, tergantung pada berbagai faktor tubuh
penderita.3 Pada beberapa penyakit infeksi dapat terjadi beberapa perubahan metabolism
dalam tubuh, baik metabolism dari zat-zat gizi, maupun dari respon imun tubuh tertentu
dalam melawan patogen yang masuk, yang akan dibahas dalam bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi masih merupakan penyakit yang menakutkan karena agen
infeksi dapat mengankibatkan penyakit pada individu yang sebelumnya sehat menjadi
sakit dalam kurun waktu yang singkat.3 Infeksi artinya masuknya dan multiplikasi
kuman infeksi dalam tubuh.3 Pada infeksi sub klinis, tidak tampak gejala klinis, tetapi
tubuh menunjukkan adanya respon terhadap kuman, dan biasanya melalui
pembentukan antibodi.3 Infeksi klinis terjadi bila infeksi tersebut mengakibatkan
kerusakan jaringan3 Penyakit infeksi pada umumnya akut, yang berakhir cepat
dengan penyembuhan sempurna atau malah kematian.3
Gejala penyakit infeksi sangat bervariasi antara individu satu dengan yang
lain. Tergantung pada berbagai faktor dalam tubuh penderita. Umumnya, proses
infeksi terjadi ditempat masuknya agen, misalnya faringitis streptokokus. Kadangkadang kuman dapat masuk aliran limfe atau pembuluh darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.3
Penyakit infeksi pada umumnya akan memacu respon imun tubuh. Respon
ini dapat berupa imunitas humoral maupun seluler dan biasanya menguntungkan
sebab dapat memberikan kekebalan terhadap serangan infeksi yang sama dikemudian
hari.3 Imunitas terhadap infeksi virus tertentu bisa seumur hidup, sedangkan imunitas
terhadap bakteri atau jamur pada umumnya hanya sementara.3
B. RANTAI INFEKSI
1. Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain
bakteri,
2. Reservoir
Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen dapat hidup baik
berkembang biak atau tidak.4 Yang bisa berkembang sebagai reservoir
adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain.
Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa,
cairan atau drainase.4 Adanya mikroorganisme pathogen dalam tubuh tidak
selalu menyebabkan penyakit pada hostnya.4 Sehingga reservoir yang
didalamnya terdapat mikroorganisme pathogen bisa menyebabkan orang
lain bisa menjadi sakit (carier). Kuman dapat hidup dan berkembang biak
dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman.
Karakteristik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaan.4
3. Portal exit
Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan
jalan keluar untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum
4. Cara Penularan
Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain dengan berbagai
cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau
darahnya. Kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka
penderita, peralatan yang terkontaminasi, makanan yang diolah tidak tepat,
melalui vector nyamuk atau lalat.4
5. Portal Masuk
2. Saluran Urogenital
Urine dapat menunjang pertumbuhan banyak bakteri, saluran kemih dalam
keadaan normal steril karena dibilas beberapa kali sehari.5,6 Dan pada wanita
sering mengalami infeksi saluran kemih 10 kali lebih sering dibandingkan dengan
laki-laki, karena jarak antara kandung kemih dan kulit yang dipenuhi oleh bakteri
adalah 5 cm pada perempuan dibandingkan dengan 20cm pada laki-laki.5
3. Saluran Nafas
Mikroba besar terperangkap di lapisan mukosiliaris yang melapisi hidung
dan saluran napas atas.5 Mikroorganisme terperangkap di mucus yang dikeluarkan
oleh sel goblet dan kemudian diangkut oleh gerakan silia ke bagian belakang
tenggorokan tempat mikroorgnisme tersebut ditelan atau dikeluarkan.6 Organisme
yang lebih kecil daripada 5m berjalan secara langsung ke alveoli, tempat
organisme tersebut difagositosis oleh makrofag alveolus atau neutrophil yang
direkrut ke paru oleh berbagai sitokin.5
4. Saluran Cerna
Sebagian besar pathogen saluran cerna ditularkan melalui makanan atau
minuman yang tercemar bahan feses. Oleh karena itu pembuangan kotoran ynag
sesuai sanitasi, meminum air bersih, mencuci tangan dan memasak makanan
dengan benar dapat mengurangi pajanan. Sistem pertahanan normal terhadap
pathogen yang tertelan antara lain adalah : cairan lambung yang asam, lapisan
mucus kental yang menutupi usus, enzim litik pancreas dan deterjen empedu dan
sekresi antibody immunoglobulin A.5,6
Bakteri enteropatogen menimbulkan penyakit pencernaan melalui
berbagai mekanisme, (1) sewaktu tumbuh dalam makanan yang tercemar, strain
stafilokokkus tertentu mengeluarkan enterotoksin kuat yang apabila tertelan
menyebabkan gejala keracunan makanan, (2) V. cholera dan E. coli toksigenik
berkembang biak di dalam lapisan mucus yang menutupi epitel usus dan
mengeluarkan eksotoksin yang menyebabkan epitel usus akan mengeluarkan
cairan encer berlebihan (diare), (3) Shigella, Salmonella, dan Campylobacter
menginvasi dan merusak
ulserasi, peradangan, dan perdarahan yang secara klinis tampak seperti disentri,
(4) S. thypi menembus mukosa yang rusak melalui bercak peyeri dan kelenjar
getah bening mesenterium untuk masuk ke aliran darah dan menyebabkan infeksi
sistemik.5
patologik
mikroorganisme
dibagi
negatif,
dapat
menjadi
Gram
dinding sel,
Gram
Positif,
mikroba tersebut, namun mikroba dapat resisten terhadap efek degradasi fagosit.
Dan sel NK akan memproduksi IFN- yang kembali megaktifkan makrofag dan
meningkatkan daya membunuh dan memakan bakteri. Sehingga sel NK
memberikan respon dini dan akan terjadi interaksi antara sel NK dan makrofag.7
2. Infeksi Virus
Virus merupakan organisme obligat, umumnya terdiri atas potongan DNA
atau RNA yang diselubungi mantel dari protein atau lipoprotein. Respon imun
terhadap protein virus melibatkan sel B dan sel T. antigen virus menginduksi
antibodi dapat menetralkan virus dan sel T sitotoksik yang spesifik merupakan
imunitas paling efisien pada imunitas proteksi terhadap virus. 7
Prinsip mekanisme imunitas nonspesifik terhadap virus adalah mencegah
infeksi. Efektor yang berperan adan IFN tipe I dan sel NK dan yang membunuh
sel terinfeksi. IFN tipe I mencegah replikasi virus dalam sel terinfeksi dan sel
sekitarnya, sedangkan sel NK membunuh sel yang terinfeksi oleh berbagai jenis
virus.7
Selain itu virus juga dapat menghindarkan diri dari pengawasan sistem
imun melalui berbagai mekanisme, yaitu : virus mengubah antigen, menghambat
presentasi antigen, memproduksi molekul yang mencegah imunitas nonspesifik
dan spesifik.7
Pada infeksi virus hepatitis B pada pejamu imunokompromais tidak
menimbulkan sakit, namun subyek terinfeksi menjadi karier yang dapat
menularkan infeksi ke subyek yang sehat. Hati penderita dengan hepatitis akut
dan kronik aktif mengandung sejumlah besar sel CD8+/CTL yang MHC-1
dependen dan virus hepatitis spesifik yang diisolasi dari jaringan biopsi dan
dibiakkan invitro.7
Infeksi persisten oleh beberapa jenis virus seperti hepatitis B, akan
membentuk kompleks imun dalam sirkulasi yang terdiri atas antigen virus dan
antibodi spesifik. Komppleks tersebut diendapkan pada dinding pembuluh darah
dan menimbulkan vaskulitis sistemik.7
yang melepas Il-4 dan Il-5. Il-4 merangsang produksi IgE dan Il-5 merangsang
perkembangan dan aktivasi eosinophil. IgE yang berikatan dengan permukaan
cacing diikat eosinophil. Selanjutnya eosinophil diaktifkan dan mensekresi granul
enzim yang menghancurkan parasit.7
Eosinophil lebih efektif dibandingkan leukosit lain karena eosinophil
emngandung granul yang lebih toksik dibanding enzim proteolitik dan
ROI(Reactive Enzym Intermediete) yang diproduksi neutrophil dan makrofag.
Parasit yang masuk ke dalam lumen saluran cerna, pertama dirusak oleh IgG, IgE
dan juga ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity). Sitokin yang dilepas sel
T yang dipacu antigen spesifik merangsang proliferasi sel goblet dan sekresi
bahan mukus yang menyelubungi cacing yang dirusak. Hal itu memungkinkan
cacing dapat dikeluarkan dari tubuh melalui peningkatan gerakan usus yang
diinduksi mediator sel mast seperti LTD4 (Leukotrien D)dan diare akibat
pencegahan absorbsi antrium yang tergantung glukosa oleh histamin dan
prostaglandin asal sel mast.7
4. Infeksi Jamur
Jamu
radalah
organisme
eukariotik,
tidak
mengandug
klorofil.
Kebanyakan jamur tidak berbahaya, namun sebagian kecil spesies jamur dapat
menimbulkan penyakit pada manusia yang disebut mikosis. Penyakit tersebut,
bervariasi antara relatif infeksi superfisial biasa sampai penyakit sistemik, yang
membahayakan biasanya pada pejamu yang imunodefisien. Spesies jamur terdiri
atas molds, yeast dan fungi yang lebih tinggi. Fungi memiliki struktur dinding sel
kompleks yang terutama terdiri atas kitin polisakarida, glukan, dan manan. Jamur
mempunyai 2 bentuk, ragi (yeast) yang uniseluler dan kapang (mold) yang
tumbuh bercabang disebut hife. Yang paling patogenik adalah genus aspergilus
dan genera dimorfik kriptokok dan histoplasma yang tumbuh sebagai jamur dalam
alam atau sel dalam biakan tetapi dapat tumbuh bercabang dalam jaringan
manusia.7
Resistensi alamiah terhadap infeksi jamur pathogen tergantung pada
fagosit. Meskipun dapat terjadi pembunuhan intraseluler, jamur terbanyak
diserang ekstraseluler oleh karena ukurannya besar. Neutrophil merupakan sel
terefektif, terutama terhadap candida dan aspergilus. Jamur juga merangsang
produksi sitokin seperti IL-1dan TNF- yang meningkatkan ekspresi molekul
adhesi di endotel setempat yang meningkatkan infiltrasi neutrophil ke tempat
infeksi.7
Sawar fisik kulit dan membrane mukosa, faktor kimiawi dalam serum dan
sekresi kulit berperan dalam imunitas nonspesifik. Efektor imunitas nonspesifik
terhadap jamur adalah neutrophil dan makrofag. Penderita dengan neutropenia
sangat rentan terhadap jamur oportunistik. Neutrophil diduga melepas bahan
fungisidal seperti ROI san enzim lisozom serta memakan jamur untuk dibunuh
intraseluler.7
Imunitas nonspesifik kadang kurang efektif, tidak mampu membatasi
pertumbuhan jamur pathogen. CMI (Cell Mediated Imunity) merupakan efektor
imunitas spesifik utama terhadap infeksi jamur. Histoplasma kapsulatum, parasite
intraseluler fakultatif hidup dalam makrofag dan dieleminasi oleh efektor seluler
sama yang efektif terhadap bakteri intraseluler.7
1. Inflamasi Akut
Inflamasi akut merupakan respon segera dan dini terhadap jejas yang dirancang untuk
mengirimkan jejas yang dirangsang untuk mengirimkan leukosit ke tempat jejas.8
Sesampainya ditempat jejas, leukosit membersihkan setiap mikroba yang menginvasi dan
memulai proses penguraian jaringan nekrotik. Proses ini memiliki dua komponen utama ;
a. Perubahan vaskular, dimana terjadi perubahan pada kaliber pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan aliran darah (vasodilatasi) sehingga timbul gejala panas
dan kemerahan. Kemudian terjadi perubahan struktural yang memungkinkan protein
plasma untuk meninggalkan sirkulasi (peningkatan permeabilitas vaskular) sehingga
tekanan onkotik ekstravaskuler meningkat disertai peningkatan tekanan hidrostatik
intravaskuler akibat vasodilatsi dan terjadi penimbunan cairan di interstitial yang
disebut edema.9
b. Berbagai kejadian yang terjadi pada sel; emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi dan
akumulasinya di fokus jejas.9
Secara klinis radang akut dirandai lima tanda utama, yakni : rubor (kemerahan),
kalor (panas), tumor (pembengkakan), dolor (nyeri), dan function laesa (kehilangan
fungsi). Empat tanda yang pertama dikemukakan oleh Celcus dan yang kelima
ditambahkan oleh Virchow. Rubor dan kalor disebabkan oleh meningkatnya aliran darah
ke tempat radang, pembengkakan disebabkan oleh akumulasi cairan, nyeri disebabkan
oleh pelepasan zat-zat kimia yang merangsang ujung-ujung saraf dan functio laesa
disebabkan oleh gabungan beberapa faktor tersebut.9 Tanda-tanda ini semuanya terjadi
bila radang akut mengenai permukaan tubuh, tetapi tidak semua tanda-tanda ini akan
tampak bila radang akut mengenai organ-organ dalam, misalnya radang akut pada paru
(pneumonia) tidak menyebabkan nyeri jika radang tidak mengenai pleura parietalis.
Beberapa istilah yang digunakan berkaitan dengan radang akut, yaitu :9
a. Eksudasi yairu keluarnya cairan, protein dan sel darah dari pembuluh darah ke jaringan
interstitial atau rongga tubuh.
b. Eksudat yaitu cairan radang ekstravaskuler dengan konsentrasi protein tinggi, bnayak
debris seluler, terjadi akibat perubahan permeabilitas pembuluh darah kecil pada tempat
jejas.
c. Transudate adalah cairan dengan kandungan protein rendah (kebanyakan albumin), berat
jenis kurang dari 1,012. Biasanya terjadi karena ultrafiltasi plasma akibat tekanan
hidrostatik yang meningkat dengan permeabilitas endotel yang normal.
d. Edema adalah kelebihan cairan baik eksudat maupun transudate pada jaringan interstitial.
e. Pus adalah eksudat yang purulent, kaya akan leukosit (terutama neutrophil) dan debris sel
parenkim.
Leukosit ini akan membentuk pseudopodi pada pertemuan antar dua sel endotel
(junctional) dan menembus membrane basal sehingga keluar ke ruang ekstra vaskular.8,9
b. Adhesi dan transmigrasi, leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel
(adhesi) seblum merayap di antara sel endotel dan melewati membrane basalis masuk ke
ruang ekstravaskuler (diapedesis). Akibat adhesi kuat ini diperantarai oleh molekul
superfamily immunoglobulin pada sel endotel yang berinteraksi dengan integrin yang
muncul pada permukaan sel leukosit. Diapedesis leukosit terjadi secara menonjol di
venula pembuluh darah sistemik. Setelah adhesi kuat terjadi pada permukaan endotel,
leukosit bertransmigrasi terutama dengan merembes diantara sel pada intracellular
junction. Pada sebagian besar inflamasi akut, neutrophil menonjol pada 6-12 jam pertama
dan digantikan oleh monosit pada 24-48 jam berikutnya.8,9
c. Kemotaksis dan aktivasi, leukosit bergerak kearah jejas karena adanya kemoatraktan.
Kemoatraktan dapat merupakan substansi eksogen (produk bakteri seperti peptide dan
lipid) maupun endogen
2. Inflamasi Kronik
Inflamasi kronik dianggap sebagai inflamsi memanjang (berminggu-minggu)
hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun) dan terjadi inflamasi aktif, jejas jaringan,
dan penyembuhan secara serentak. Pada inflamasi kronik ditandai dengan: infiltrasi selsel mononuclear yaitu makrofag, limfosit dan sel plasma. Destruksi jaringan diatur oleh
sel radang, dan repair (perbaikan) dimana melibatkan proliferasi pembuluh darah baru.8
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi artinya masuknya dan multiplikasi kuman infeksi dalam tubuh. Infeksi
adalah istilah untuk menamakan keberadaan berbagai kuman yang masuk ke dalam tubuh
manusia. Bila kuman berkembang biak dan menyebabkan kerusakan jaringan disebut
penyakit infeksi. Tergantung pada berbagai faktor dalam tubuh penderita. Penyakit
infeksi pada umumnya akan memacu respon imun tubuh. Respon ini dapat berupa
imunitas humoral maupun seluler dan biasanya menguntungkan sebab dapat memberikan
kekebalam terhadap serangan infeksi yang sama dikemudian hari.
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor
yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan,
portal of entry dan host atau penjamu yang rentan. Sawar pejamu terhadap infeksi
mencegah akses mikroba ke tubuh serta penyebaran selanjutnya keseluruh jaringan.
Sawar pertama adalah permukaan kulit dan mukosa yang utuh serta sekresi yang
dihasilkannya. Sawar ini merupakan pertahanan yang kuat terhadap sebagian besar
infeksi.
Jaringan yang terinfeksi akan mengalami perubahan patologis akibat kerusakan
seluler yang ditimbulkan oleh agen infeksi tersebut, respon inflamsi dan respon imun.
Respon inflamasi yang terjadi dapat akut yang ditandai dengan rubor, kalor, dolor,tumor
dan functio laesa serta pengaktifan mediator-mediator inflamasi seperti IL-1,IL-6,TNF.
Sedangkan pada respon inflamasi kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang polimorfonuklear
yaitu makrofag dan limfosit, destruksi jaringan serta adanya perbaikan pembuluh darah.
Peningkatan respon tubuh ini yang akan memberikan manifestasi klinik seperti demam,
leukositosis, leukopenia, neurofilia, eosinophilia.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Hashumal, Jangki, dr. Yustisia, Ika, dr. Ilhamuddin, dr. Biokimia dalam Mekanisme
Dasar Penyakit. Tim Pengajar BMD FK Universitas Hasanuddin, 2006 : 46-50
2. Anonim.
Penyakit
Infeksi.
URL
Konsep
Dasar
Infeksi.
URL