Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak jenis penyakit yang disebabkan karena kerusakan pada sistem
endokrin dan menimbulkan banyak masalah bagi tubuh kita, hal-hal tersebut dapat
terjadi akibat kelalaian kita untuk menjaga kesehatan tubuh kita, sudah saat nya kita
lebih memerhatikan tubuh kita demi tercapainya kesehatan di usia lanjut nanti. Dalam
makalah ini kami akan membahas dua topik gangguan kesehatan yang terjadi dalam
sistem endokrin, antara lain tumor hipofise dan hiperkotisolisme atau yang lebih
dikenal dengan cushing sindrom.
Kelenjar hipofise merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang
terletak didalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Kelenjar hipofise
berfungsi untuk mengendalikan fungsi sebagian besar kelenjar endokrin lainnya,
sehingga disebut kelenjar pemimpin atau lebih dikenal sebagai Master of gland.
Tumor hipofise adalah tumor yang tumbuh pada kelenjar hipofise, suatu organ
kelenjar didasar otak yang memproduksi hormon utama dalam tubuh. Tumor ini
adalah tumor ketiga terbanyak setelah glioma dan meningioma, sebagian besar
merupakan tumor jinak.
sindrom cushing yang juga dikenal dengan hiperkortisolisme, adalah kondisi
medis yang ditandai dengan berlebihnya kortisol, suatu hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal, di dalam darah. Kortisop adalah sejenis hormon steroid yang
berperan dalam konversi glukosa dan lemak untuk energi, terutama stress. Penyakit
ini timbul ketika kelenjar adrenal pada tubuh terlalu banyak memproduksi hormon
kortisol, yang dikenal sebagai sintoma hiperkortisolisme. Hal ini dapat disebabkan
oleh konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid seperti medroksiprogesteron
asetat, yang bisa digunakan untuk berbagai penyakit akut, atau konsumsi bahan
kotrasepsi

yang

menyebabkan

estrogen

seperti

mestranol

atau

menjalani

adrenalektomi yang biasanya mengakibatkan terjadinya adenoma pada kelenjar


hipofisis.

Tugas Endokrin 2

Page 1

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa pengertian dari kelenjar hipofise ?


Apa yang dimaksud dengan tumor hipofise ?
Apa saja defisiensi hormon yang terjadi pada tumor hipofise ?
Bagaimana tanda dan gejala pasien dengan tumor hipofise ?
Apa saja komplikasi yang terjadi pada tumor hipofise ?
Bagaimana penatalaksanaan pada tumor hipofise ?
Apa yang dimaksud dengan hiperkortisolisme ?
Bagaimana tanda dan gejala pasien dengan hiperkortisolisme (cushing sindrom) ?
Apa saja komplikasi yang terjadi pada chusing sindrom ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat memahami konsep pada penyakit tumor hipofise dan
kortisolisme (sindrom cushing) secara keseluruhan.
2. Tujuan umum
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari kelenjar hipofise.
2. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari tumor hipofise.
3. Mahasiswa mampu memahami apasaja defisiensi hormon yang dapat terjadi
pada tumor hipofise.
4. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala pada pasien dengan tumor
5.
6.
7.
8.

hipofise.
Mahasiswa mampu mengerti komplikasi yang terjadi pada tumor hipofise.
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan untuk tumor hipofise.
Mahasiswa mampu memahami pengertian dari kortisolisme.
Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala pada pasien dengan

kortisolisme (sindrom chusing).


9. Mahasiswa mampu mengerti komplikasi yang terjadi pada sindrom cushing.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kelenjar hipofise
Kelenjar hipofise merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang
terletak didalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Kelenjar hipofise
berfungsi untuk mengendalikan fungsi sebagian besar kelenjar endokrin lainnya,
sehingga disebut kelenjar pemimpin atau lebih dikenal sebagai Master of gland.
Tumor hipofise adalah tumor yang tumbuh pada kelenjar hipofise, suatu organ
Tugas Endokrin 2

Page 2

kelenjar didasar otak yang memproduksi hormon utama dalam tubuh. Tumor ini
adalah tumor ketiga terbanyak setelah glioma dan meningioma, sebagian besar
merupakan tumor jinak.
Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia.
Kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid. Kelenjar adrenal, ovarium dan testis,
kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang
linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravaskular dengan
memelihara reabsorbsi cairan di ginjal. Ada 2 jenis hipofise yaitu hipofise lobus
anterior (adenohipofise) dan hipofise lobus posterior.
Hipofise lobus anterior (adenohipofise),terdiri atas nonsaraf. Hipofisis anterior
secara anatomis terpisah dari hipotalamus, tetapi secara fungsional berhubungan
dengannya melalui suplai darah. Hipofisis anterior menerima darah yang mengalir
dalam drainage vena dari hipotalamus. Ketika darah yang mengalir dalam vena tibatiba masuk kedalam jaringan kapiler lain dan buka mengalir kembali ke vena kava,
sistem ini disebut dengan sisitem portal. Dengan demikian, hipotalamus dan hipofisi
anterior dihubungkan oleh sistem aliran darah portal hipotalamus-hipofisis anterior.
Karena telah digunakan oleh hipotalamus, darah dalam sistem ini kurang mengandung
oksigen, tetapi kaya akan pesan hormonal yang diberikan oleh hipotalamus kedalam
eminensia mediana. Dengan demikian, hipofisis anterior adalah organ target utama
bagi horon hipotalamus dan berespon terhadap hormon hipotalamus dengan
melepaskan hormonnya sendiri, antara lain :
a. LH yang berfungsi untuk ovulasi pembentukan corpus luteum menebalkan
dinding rahim, sekresi progesteron dan testosteron.
b. Prolaktin yang berfungsi sebagai sekresi mammae dan mempertahankan korpus
luteum selama hamil.
c. TSH yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sekretorik kelenjar
tiroid.
d. Somatotropin yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan tubuh (tulang,otot, dan
organ lain).
e. ACTH yang berfungsi mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan
kortisol yang berasal dari korteks supra renal.
f. FSH yang berfungsi merangsang perkembangan folikel dan sekresi esterogen dan
pertumbuhan tubulus seminiferus dan spermatogenesis.

Tugas Endokrin 2

Page 3

Dan Hipofise lobus posterior yang disebut juga neurohipofisis, adalah jaringan saraf
sejati yang secara embriologis berasal dari hipotalamus. Pada hipofisis posterior
terdapat tiga bagian : eminensia mediana, tempat hipotalamus menyekresi anterior
ptuitary-releasing hormone, batang infundibular yang menghubungkan hipotalamus
dengan hipofisis posterior dan prosesus infundibular, yang merupakan ujung terminal
hipofisi posterior.
Badan sel saraf di nukleus supraoptik dan paraventrikel hipotalamus
menyntesis dua hormon: hormon antidiuretik, yang juga disebut vasopresin dan
oksitosin. Hipotalamus mengirim kedua hormon ini di tonjolan akson melalui batang
infudibular ke prosesus infundibular. Hormon tersebut disimpan disana sampai
hipotalamus menstimulasinya untuk dilepaskan ke sirkulasi umum. Dengan demikian,
hormon yang dilepaskan oleh hipofisis posterior berasal dari hipotalamus dan
pelepasannya bergantung pada hipotalamus, hormon-hormon tersebut antara lain :
a. ADH yang berfungsi untuk mengatur jumlah air, reabsorbsi air dan
mengendalikan tekanan darah pada arteriole.
b. Oxytocin yang berfungsi untuk mengatur kontraksi uterus sewaktu melahirkan
bayi, dan pengeluaran ASI sewaktu menyusui.

2.2 Pengertian Tumor Hipofise


Tumor hipofise adalah tumor yang tumbuh pada kelenjar hipofise, suatu organ
kelenjar didasar otak yang memproduksi hormon utama dalam tubuh. Tumor ini
adalah tumor ketiga terbanyak setelah glioma dan meningioma, sebagian besar
merupakan tumor jinak. Tumor hipofise ini dapat mengganggu keseimbangan normal
hormonal dalam tubuh dengan berbagai manifestasi gejalanya.
Selain itu tumor ini juga bisa mengakibatkan efek masa dan menekan struktrustruktur saraf di sekitarnya. Merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
hipofisis anterior. Tumor dengan diameter lebih dari 10 mm disebut sebagai
makroadenoma, sedang tumor dengan diameter urang dari 10 mm disebut sebagai
mikroadenoma. Tumor hipofisis dapat bersifat aktif (dengan mensekresi hormon
secara aktif) atau non-fungtioning. Hormon-hormon yang paling sering disekresi
adalah
Prolaktin
Hormon pertumbuhan
Tugas Endokrin 2

Page 4

ACTH (relatif jarang)


LH, FSH, TSH (sangat jarang)
Tumor sering merusak jaringan sekitar, akan tetapi sangat jarang berupa suatu
keganasan yang disertai metastasis. Gangguan hormonal diantaranya gigantisme,
gangguan menstruasi atau disfungsi seksual. Akibat efek pendekatan lokal bisa
mengakibatkan nyeri

kepala, gangguan lapang pandang sampai

kebutaan.

Pemeriksaan radiologi untuk adenoma hipofise adalah MRI kepala dengan dan tanpa
kontras. Pemeriksaan dan evaluasi kadar hormon (prolaktin, growth hormon dan
kortisol) untuk menilai status hormon dan keberhasilan operasi. Bila ada gangguan
penglihatan, pemeriksaan visus dan lapangan pandang juga dilakukan sebelum dan
sesudah operasi. Tindakan operasi tergantung besarnya tumor. Pada kasus
mikroadenoma hipofise dilakukan tindakan pengambilan tumor secara minimal
invasif dengan tehnik operasi transsphenoid. Pengambilan tumor dilakukan melalui
mulut (sublabial) atau hidung (endonasal) dengan bantuan endoskopi. Dengan tehnik
ini akan menghindari sayatan di kepala maupun wajah. Sedangkan pada kasus
makroadenoma hipofise dimana tumor tumbuh berukuran besar, maka pengambilan
tumor dilakukan melalui operasi intrakranial.
2.3 Defisiensi hormon pada Tumor Hipofise
Pertumbuhan tumor hipofisis akan menekan jaringan normal disekitarnya dan
menyebabkan defisiensi hormon dengan derajat yang berbeda (hipopituitarisme).
Umumnya yang mengalami defisiensi lebih dulu adalah LH, FSH dan Hormon
pertumbuhan, tetapi tidak selalu demikian halnya.
Defisiensi antidiuretik hormon (diabetes insipidus) tidak terjadi pada tumor
hipofisis, kecuali tumor sudah mencapai tangkai hipofisis atau tumor sudah sangat
besar sehingga mencapai hipotalamus. Diabetes insipidus umumnya merupakan
gambaran gangguan hipotalamus, bukan gambaran penyakit hipofisis.
Penurunan LH, FSH dan Hormon pertumbuhan ini tidak perlu segera diobati
oleh karena tidak mengancam hidup pasien. Berbeda dengan defisiensi ACTH dan
TSH yang secara potensial memerlukan pengobatan segera karena lebih berbahaya
terhadap kesehatan pasien.
Gambaran defisiensi ACTH secara klinis ditunjukkan dengan menurunnya
sekresi kortisol dan kelenjar adrenal. Defisiensi TSH akan memberi gambaran klinis
sebagai hipotiroidisme.
Tugas Endokrin 2

Page 5

Defisiensi Hormon Pertumbuhan


Pada anak-anak akan terjadi perawatan pendek,sedangkan pada dewasa tidak
atau kurang memberikan efek.
Defisiensi LH dan FSH
LH dan FSH keduanya dikontrol oleh hormone pelepas dari hipotalamus yaitu
Gonadotropin Releasing Hormon(GnRH).defisiensi salah satu hormon tersebut
biasanya akan diikuti oleh defisiensi hormone yang lain.orang laki-laki dengan
produksi spermatozoa yang normal,dan wanita mengalami ovulasi diasumsikan
mempunyai kadar LH dan FSH yang normal.

2.4 Tanda dan gejala penderita Tumor Hipofise


Gambaran klinis yang terjadi :
Anak laki-laki dengan defisiensi gonadotropin akan mengalami kegagalan
pubertas,tetapi tetap akan bertumbuh kecuali bila juga ada defisiensi Hormon
Pertumbuhan.Anak ini akan menjadi tinggi dan eunukoid(tangan dan kakinya
panjang)tetapi menderita hipogonadisme.pada laki-laki yang kekurangan LH akan
didapatkan hormone testosterone yang rendah sehingga libido menurun disertai
volume ejakulat yang berkurang.Defisiensi FSH juga akan mengakibatkan penurunan
spermatogenesis dengan testis yang kecil dan lunak.
Gejala pada pasien pria
penurunan kemampuan seksual(impotensi),penurunan libido,kadang disertai
ginekomastia.
pada beberapa pasien terjadi azoospermia dan infertilitas
sakit kepala dan gangguan penglihatan
jarang didapatkan galaktorea
Bila

hiperprolaktinemia

terjadi

pada

awal

kehidupan,dapat

menyebabkan

keterlambatan pubertas atau terhentinya pubertas.


Pada anak wanita kekurangan LH dan FSH menyebabkan kegagalan
pubertas.pada wanita pra menopause akan menyebabkan kegagalan terjadinya ovulasi
dan menimbulkan amenorea sekunder,sedangkan pada wanita postmenapause
Tugas Endokrin 2

Page 6

kekurangan hormon ini tidak menimbulkan efek sakit. pada umunya berupa amenorea
dan galaktorea,syndrome ini tampak pada fase child bearing-years dimana pasien
pernah mengalami mens pada umur yang memang seharusnya dialami.jarang
ditemukan adanya amenorea primer.Gejala amenorea galaktorea dapat timbul setelah
penghentian minum pil kontrasepsi.kadang-kadang juga amenorea galaktorea.
gejala lain dapat berupa akibat kekurangan esterogen seperti:

menstruasi tidak teratur


infertilitas
penurunan libido
vagina kering

2.5 Komplikasi pada Tumor Hipofise


Tumor hipofisis menyebabkan 3 masalah:
1. Proses pendesakan jaringan sekitar oleh tumor
2. Hipopituitarisme akibat kompresi pada kelenjar normal
3. Hipersekresi hormon umumnya hormon pertumbuhan,ACTH,Prolaktin
Jika kita menduga adanya suatu tumor hipofisis,ada 2 hal yang harus segera
dilakukan:
1. Menetukan besar tumor serta apakah ada penekanan terhadap kiasma optik.
2. Apakah ada defisiensi ACTH dan TSH.defisiensi hormon yang lain kurang begitu
mengancam jiwa pasien.
2.6

Penatalaksanaan Tumor Hipofise


Setiap pasien tumor hipofisis harus dievaluasi secara perseorangan untuk
menentukan cara pengobatan yang cocok.
sasaran pengobatuan adalah
- membuang atau memperkecil massa tumor
- menormalisasi kelebihan atau kekurangan hormon
- memperkecil kemungkinan terjadinya kekambuhan
pengobatan pada dasarnya berupa :
a.
b.
c.
d.

Medikamentosa
Operasi
Terapi radiasi
Kombinasi ketiganya

Terapi Medikamentosa
-

Bromokriptin

Tugas Endokrin 2

Page 7

Bromokriptin

bekerja

dengan

menghambat

pelepasan

prolaktin

dari

hipofisis,tetapi tidak mempengaruhi sintesis prolaktin.diberikan atas indikasi


1. Adenoma yang menyekresi prolaktin
2. Adenoma hipofisis yang akan dioperasi,untuk melunakkan tumor sehingga
-

mempermudah operasi yang menggunakan teknik penghisapan(suction).


Tamoksifen
Digunakan sebagai anjuran untuk pengobatan prolaktinoma,bila dengan
bromokriptin tidak ada perbaikan.sedang pemberian siproheptadin pernah
dilaporkan

dapat

menyebabkan

remisi

pada

pasien

adenoma

kortikotropin(penyakit cushing).
Siproheptadin

Operasi
Indikasi:
1. Didapatkan penurunan visus
2. Rhinorea,Cairan serebro spinal
3. Pendarahan kelenjar hipofisis
Radiasi
Dapat dilakukan pra operasi maupun pasca operasi.
Pra operasi untuk memperkecil tumor,sedangkan pasca operasi diberikan untuk kasuskasus dimana tumor tidak terambil semua atau pasca operasi masih didapatkan sekresi
hormon yang berlebihan.
Pengobatan harus segera dilakukan bila:
1. Tumor menekan kiasma optik operasi
2. Tumor menyebabkan depresi ACTH atau TSH
Terapi: hidrokortison untuk depresi ACTH,tiroksin untuk defisiensi TSH

2.7 Pengertian Hiperkortisolisme

sindrom cushing yang juga dikenal dengan hiperkortisolisme, adalah kondisi


medis yang ditandai dengan berlebihnya kortisol, suatu hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal, di dalam darah. Kortisop adalah sejenis hormon steroid yang berperan
dalam konversi glukosa dan lemak untuk energi, terutama stress.
Sindrom cushing adalah sindrom yang disebabkan berbagai hal seperti obesitas,
impared glucose tolerance, hipertensi, diabetes melitus dan disfungsi gonad yang
berakibat pada berlebihan rasio serum hormon kortisol. Nama penyakit ini diambil dari
Tugas Endokrin 2

Page 8

Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasi penyakit ini pada
tahun 1912.
Penyakit ini timbul ketika kelenjar adrenal pada tubuh terlalu banyak
memproduksi hormon kortisol, yang dikenal sebagai sintoma hiperkortisolisme. Hal ini
dapat disebabkan oleh konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid seperti
medroksiprogesteron asetat, yang bisa digunakan untuk berbagai penyakit akut, atau
konsumsi bahan kotrasepsi yang menyebabkan estrogen seperti mestranol atau menjalani
adrenalektomi yang biasanya mengakibatkan terjadinya adenoma pada kelenjar hipofisis.
Simtoma ini juga dapat dipicu oleh ketidakseimbangan metabolisme yang dikenal sebagai
simtoma hiperadrenokortisisme, yaitu berlebihnya

sekresi hormon ACTH akibat

stimulasi berlebih hormon CRH dan VP yang disekresi.


Terdapat dua tipe sindrom cushing, atnara lain : sindrom cushing latrogenik yang
disebabkan karena overdosis pengobatan kortikosteroid untuk kondisi-kondisi yang
menyebabkan peradangan, seperti asma, artritis dan ekzema. Sindrom cushing endogen
terjadi lebih jarang daripada sindrom cushing latrogenik, dan disebabkan karena produksi
karena produksi berlebihan kortisol oleh tubuh, akibat tumor pada kelenjar hipofise (suatu
kelenjar yang menghasilkan hormon adrenokortikotropin, yang merangsang kalenjar
adrenal untuk menghasilkan kortisol) atau kelenjar adrenal.
Penderita sindrom cushing biasanya memiliki karakteristik, seperti wajah bulat,
tengkuk berlemak diantara kedua bahu dan kenaikan berat badan. Penanganan dini
diperlukan karena sindrom cushing dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi, ssperti
osteroporosis dan hipertensi. Apabila kondisi ini disebankan overdosis pengobatan
kortikosteroid, gejala dapat ditangani dengan mengurangi dosis. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh tumor, dapat diterapi dengan mengangkat tumor secara bedah.

2.8 Tanda dan gejala Cushing Sindrom


Tanda dan gejala sindrom cushing : sindrom cushing yang juga dikenal dengan
hiperkortisolisme, adalah kondisi medis yang ditandai dengan berlebihnya kortisol,
suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, di dalam darah. Kortisop adalah
sejenis hormon steroid yang berperan dalam konversi glukosa dan lemak untuk
Tugas Endokrin 2

Page 9

energi, terutama stress. Terdapat dua tipe sindrom cushing, tergantung dari
penyebabnya, antara lain :
a. sindrom cushing latrogenik yang disebabkan karena overdosis pengobatan
kortikosteroid untuk kondisi-kondisi yang menyebabkan peradangan, seperti
asma, artritis dan ekzema.
b. Sindrom cushing endogen terjadi lebih jarang daripada sindrom cushing
latrogenik, dan disebabkan karena produksi karena produksi berlebihan kortisol
oleh tubuh, akibat tumor pada kelenjar hipofise (suatu kelenjar yang menghasilkan
hormon

adrenokortikotropin,

yang

merangsang

kalenjar

adrenal

untuk

menghasilkan kortisol) atau kelenjar adrenal.


Penderita sindrom cushing biasanya memiliki karakteristik, seperti wajah bulat,
tengkuk berlemak diantara kedua bahu dan kenaikan berat badan. Penanganan dini
diperlukan karena sindrom cushing dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi,
ssperti osteroporosis dan hipertensi. Apabila kondisi ini disebankan overdosis
pengobatan kortikosteroid, gejala dapat ditangani dengan mengurangi dosis. Kondisi
ini biasanya disebabkan oleh tumor, dapat diterapi dengan mengangkat tumor secara
bedah.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Densitas tulang rendah


Haid yang tidak beraturan
Berat badan naik trutama disekitar perut dan pinggul bagian atas
Kecemasan
Kelelahan
Kelemahan otot terutama pada daerah di sekitar bahu dan pinggul, gejala ini disebut

miopati proksimal.
7. Muka membundar (moon face)
8. Menderita amenore
9. Menderita depresi
10. Menderita disfungsi ereksi
11. Hipertensi
12. Hirsutisme
13. Infertilitas pria
14. Sakit kepala
15. Mudah memar
16. Penyembuhan luka yang lambat
17. Tanda merah atau pink pada bagian paha, pantat dan perut
18. Sebuah benjolan atau gumpalan lemak pada bagian atas punggung diantara bahu
(punuk kerbau).
19. Poliuri
20. Polidipsi
21. Pola menstruasi yang tidak teratur
Tugas Endokrin 2

Page 10

22. Sifat lekas marah


Resiko yang meningkatkan sindrom cushing, antara lain :
a. Perempuan
b. Berusia antara 20 hingga 50 tahun
c. Sering menggunakan kortikosteroid
2.9 Komplikasi lain pada Sindrom Cushing
Sindrom cushing dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
a. Dapat menyebabkan perkembangan hipertensi
b. Kehilangan massa dan kekuatan otot
c. Rentan terhadap infeksi

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan hiperkortisolisme (sindrom chusing)


Pengkajian
Riwayat kesehatan berfokus pada efek yang ditimbulkan oleh konsentrasi
hormon kortex adrenal yang tinggi dan ketidakmampuan kortex adrenaluntuk bereaksi
terhadap perubahan kadar kortisol serta aldosteron.
Riwayat penyakit mencakup informasi tentang tingkat aktivitas pasien dan
kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan rutin serta perawatan mandiri.
a. Kondisi kulit pasien harus diperiksa dan dikaji untuk menemukan trauma, infeksi,
fisura, memar serta edema
b. Perubahan fisik harus dicatat termasuk respon pasien terhadap perubahan tersebut.
Tugas Endokrin 2

Page 11

c. Fungsi mental pasien dikaji yang mencakup keadaan emosi, respon terhadap
pertanyaan, kesadaran akan lingkungan & tingkat depresi.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan sindrom cushing :
a. Resiko cidera & infeksi b/d kelemahan & perubahan metabolisme protein serta
respon inflamasi.
b. Kurang perawatan diri b/d kelemahan, perasaan mudah lelah, atrofi otot &
perubahan pola tidur.
c. Gangguan integritas kulit b/d edema, gangguan kesembuhan & kulit yang tipis
serta rapuh.
d. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik, gangguan fungsi sexual, dan
penurunan tingkat aktivitas.
e. Gangguan proses berfikir b/d fluktuasi emosi, iritabilitas & depresi.

Intervensi keperawatan
a. Resiko cidera & infeksi b/d kelemahan & perubahan metabolisme protein serta
respon inflamasi
Tujuan :
1. Klien bebas dari cidera jaringan lunak / fraktur
2. Klien bebas dari area ekimotik.
3. Klien tidak mengalami kenaikan suhu tubuh, kemerahan, nyeri / tanda-tanda
infeksi & inflamasi lainnya
Intervensi keperawatan :

Tugas Endokrin 2

Page 12

1. Menciptakan lingkungan yang protektif untuk mencegah jatuh, fraktur dan


cidera lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
2. Klien yang sangat lemah membutuhkan bantuan saat ambulasi dalam
mobilisasi untuk mencegah jatuh atau terbentur pada tepi perabot yang tajam.
3. Hindari pertemuan dengan pengunjung, staf atau pasien yang menderita
infeksi.
4. Kaji klien atau penilaian kondisi pasien harus sering dilakukan untuk
mendeteksi tanda-tanda infeksi yang tidak jelas.
5. Berikan diet tinggi Protein, Ca dan Vitamin D untuk mengurangi kemungkinan
pelisutan otot dan osteoporosis.
b.

Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, perasaan mudah lelah


atrofi otot, dan perubahan pola tidur.

Tujuan :
1. Meningkatkan keikutsertaan dalam aktivitas perawatan diri.
2. Klien melaporkan mengalami peningkatan kesejahteraan.
3. Klien bebas dari komplikasi imobilitas.
Intervensi Keperawatan :
1. Rencanakan aktivitas dan latihan untuk memungkinkan perubahan periode
istirahat dan aktivitas.
2. Kelemahan, keletihan & penipisan massa otot membuat klien dengan sindrom
cushing mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas normal.
3. Atur aktivitas menjadi tahap-tahap yang sederhana dan berikan dorongan klien
untuk melakukanya untuk mencegah komplikasi imobilitas.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman untuk meningkatkan istirahat dan
tidur.

Tugas Endokrin 2

Page 13

c.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema, gangguan keseimbangan


dan kulit yang tipis serta rapuh.
Tujuan :
1. Kilen memiliki kulit yang utuh dan tidak rapuh.
2. Berkurangya edema pada klien.
Intervensi Keperawatan :
1. Hindari penggunaan pleater karena dapat menimbulkan iritasikulit dan luka pada
kulit yang rapuh.
2. Daerah tonjolan tulang dan kulit harus sering diperiksa.
3. Anjurkan dan bantu pasien untuk mengubah posisi sehingga kerusakan kulit
dapat dicegah.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, gangguan


fungsi sexual dan penurunan tingkat aktivitas.
Tujuan :
1. Klien akan mengungkapkan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi
sexual dan tingkat aktivitas.
Intervensi Keperawatan :
1. Jelaskan bahwa perubahan fisik terjadi sebagai akibat kelebihan kortikosteroid.
2. Jika penyebab sindrom cushing dapat diatasi dengan baik, perubahan fisik yang
lain juga akan menghilang pada saatnya dan sangat membantu apabila pasien
diberi penjelasan tentang dampak yang ditimbulkan perubahan tersebut terhadap
konsep diri dan hubunganya dengan orang lain.
3. Kenaikan BB dan edema yang terlihat pada sindrom cushing dapat dimodifikasi
melalui diit rendah karbohidrat, dan rendah natrium.
e. Gangguan proses berfikir berhubungan dengan fluktuasi emosi, iritabilitas dan
depresi.
Tugas Endokrin 2

Page 14

Tujuan :
1. Memperbaiki proses berfikir pasien supaya kembali ke tingkat yang optimal.
Intervensi Keperawatan :
1. Berikan penjelasan kepada klien dan anggota keluarga mengenai penyebab
ketidakstabilan emosional dalam mengatasi fluktuasi, emosi, iritabilitas, serta
depresi.
2. Observasi dan catat tanda gangguan proses berfikir yang berat (seperti letorki,
gangguan memori, tidak ada perhatian, kesulitan berkomunikasi, dan
mengantuk).
3. Dorong pasien dan anggota keluarga untuk mengungkapkan perasaannya jika
terjadi perilaku psikotik.

Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a. Menurunkan resiko cedera dan infeksi.
- Bebas fraktur atau cidera jaringan.
- Bebas daerah daerah ekimosis.
- Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda tanda
lain infeksi serta inflamasi.
b. Meningkatkan partisipasi dalam aktifitas perawatan mandiri.
- Merencanakan aktivitas dan latihan untuk memungkinkan periode istirahat.
- Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
- Bebas komplikasi imobilitas.
Tugas Endokrin 2

Page 15

c. Mencapai atau mempertahankan integritas kulit.


- memiliki kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka atau infeksi.
- Menunjukan berkurangya edema pada ekstremitas dan badan.
- Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian tulang yang menonjol
setiap hari.
d. Mencapai perbaikan citra tubuh.
- Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi sexual dan
tingkat aktivitas.
- Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisik merupakan akibat dari
pemberian kortikosteroid yang berlebihan.
e. Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
f. Tidak adanya komplikasi.
- Memperlihatkan TTV dan berat badan normal dan bebas dari gejala krisis
addisonia.
- Mengidentifikasi tanda serta gejala hipofungsi kortex adrenal yang harus
dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil pada keadaan sakit
serta stress yang berat.
- Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komplikasi sindrom cuhing.
- Mematuhi anjuran dan pemeriksaan tindak lanjut.

3.2 Asuhan Keperawatan Tumor Hipofise


Pengkajian
1. Pengkajian sekunder
a.

Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan
mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.

Tugas Endokrin 2

Page 16

b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi
kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang
disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa
pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih
atau berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan
pandangan kabur.
e. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh,
Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
2. Pemeriksaan fisik
a.

Inspeksi :
- Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian
tubuh (jika timbul saat usia dini)
- Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada
ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
dewasa)
- Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
- Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
- Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan
otot

b.

Palpasi :
- Terdapat nyeri kepala
- Terdapat kelemahan otot tonus otot

3.

Pengkajian data dasar


a. Aktifitas /istirahat :
-

Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.

Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.

Tugas Endokrin 2

Page 17

Perubahan

aktivitas

biasanya/hobi

sehubungan

dengan

gangguan

penglihatan.
-

Kelemahan otot.

b. Sirkulasi
- Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
- Takikardi.
c. Integritas ego
- Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan penampilan
fisik.
d. Eliminasi.
- Perubahan pola berkemih.
- Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
e. Makanan/cairan
- Nafsu makan menurun
- Malnutrisi
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
- Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori.
- Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi.
- Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
g. Nyeri/kenyamanan
- Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali
membuat pasien terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi tertentu.
h. Keamanan
- Demam
- Suhu meningkat (37,950 C atau lebih)
- Menggigil
Diagnosa keperawatan
a.

Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus

b.

Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat


tumor hipofisis

c.

GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum

Tugas Endokrin 2

Page 18

d.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)

e.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan


sekresi ADH

f.

Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh

g.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

Rencana keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus.
Tujuan : Nyeri dapat dihilangkan/ditangani
Kriteria hasil
-

Melaporkan nyeri berkurang.

Klien tampak tenang

Skala nyeri bahkan hilang.

Intervensi
Mandiri
a.

Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokasi, itensitas, dan waktu nyeri.


R/

Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan komplikasi.
b.

Letakan kantung es pada kepala klien.


R/ Meningkatkan vasokontriksi, penumpulkan resepsi sensori yang
selanjutnya akan menurunkan nyeri atau sakit kepala.

c.

Dorong pengungkapan perasaan klien.


R/ Dapat mengurangi ansietas, sehingga mengurangi persepsi akan
intensitas rasa nyeri.

d.

Lakukan tindakan paliatif. Misalnaya pengubahan posisi.


R/ Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.

Kolaborasi
e.

Berikan analgesik/antipiretik, analgesic narkotik sesuai dengan indikasi.


R/ Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.

2.

Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor

Tugas Endokrin 2

Page 19

hipofisis ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (diatas 36-37,5), kulit
tampak kemerahan, klien mengeluhkan badannya panas
Tujuan:
-

Perubahan suhu tubuh yang normal.

kriteria hasil :
- Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 37,50C),
Intervensi
Mandiri
1.

Pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) perhatikan adanya menggigil.
R/ Demam biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi mungkin
merupakan komplikasi darikerusakan pada hipotalamus.

2.

Pantau suhu lingkungan. Batasi penggunaan selimut.


R/ Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.

3.

Berikan kompres hangat jika ada demam.


R/ Kompres air hangat menyebabkan tubuh dingin melalui proses konduksi.

4.

Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan
membrane mukosa.
R/ Hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan
meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun
/munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.
Kolaborasi.

5.

Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).


R/ Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, berguna juga untuk membatasi pertumbuhan organismdan
meningkatkan autodestruktif dari sel-sel yang terinfeksi.

3. Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum


Tujuan
-

Penglihatan klien dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.

Kriteria hasil
- Penurunan tajam dan lapang pandang klien semakin membaik.
- Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan
hilang.

Tugas Endokrin 2

Page 20

Intervensi
a.

Tentukan ketajaman penglihatan, catat satu atau kedua mata terlibat.


R/ Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progresif.

b.

Orientasikan pasien terhadap lingkungan. Staf, orang lain di areanya.


R/ Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan.

c.

Gunakan obat tetes mata dan pelindung.


R/ Memberikan lubrikan danmelindungi mata.

d.

Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan


penglihatan.
R/ Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang
pandang.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan metabolic ( hipermetabolik)
Tujuan
- Nutrisi klien adekuat

Kriteria hasil
-

Mendemonstrasikan berat badan yang stabil

Bebas tanda dari malnutrisi.

Intervensi
Mandiri
a.

Pantau masukan makanan setiap hari.


R/ Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi

b.

Ukur tinggi, berat badan. Timbang berat badan setiap hari atu sesuai
indikasi.
R/ Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
berat badan kurang dari normal.

c.

Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat.
R/ Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan.
Kolaborasi

Tugas Endokrin 2

Page 21

d.

Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.


R/Membantu

mengidentifikasi

derajat

ketidakseimbangan

biokimia/malnutrisi dan mempe garuhi pilihan intervensi diet.


e.

Berikan obat sesuai indikasi.Vitamin khususnya A, D, E, dan B6


R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorpsi vitamin larut dalam
lemak.

f.

Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi.


R/ Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu,
dan menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan
defisiensi mikronutrien.

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan


sekresi ADH.
Tujuan
- Membuat/mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit klien.
Kriteria hasil.
- Menunjukan haluaran urin tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium
mendekati normal.
Intevensi
Mandiri
1. Awasi denyut jantung dan tekanan darah.
R/ Takikardi terjadi kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urin.
2. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.
R Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
3. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema.
R/ Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
Contoh tangan dan kaki.
4. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.
R/ Kadar natrium tinggi berhubungan dengan kelebihan cairan.
6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik,
malnutrisi.
Tujuan
- Menunjukan perbaikan kemampuan klien untuk beraktivitas.
Kriteria hasil
Tugas Endokrin 2

Page 22

- Melaporkan perbaikan rasa berenergi.


- Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Intervensi
1. Evaluasi laporan kelemahan, kesulitan menyelesaikan tugas. Perhatikan
kemampuan istrahat/tidur dengan tepat.
R/ Menentukan derajat dari efek ketidakmampuan.
2. Kaji

kemampuan

untuk

berpatisipasi

pada

aktivitas

yang

dibutuhkan/diinginkan.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pilihan intervensi.
3. Rencanakan priode istrahat adekuat.
R/ Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energy untuk
penyembuhan.
4. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulansi.
R/ Memberikan keamanan pada pasien.
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
Tujuan
-

Harga diri klien ditingkatkan.

Kriteria hasil
-

Menunjukan adaptasi awal pada terhadap perubahan tubuh.

Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.

Intervensi
Mandiri
a. Diskusikan

arti

perubahan

dengan

pasien.

Identifikasi

persepsi

situasi/harapan yang akan dating.


R/ Mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian
dan intervensi secara konstruktif.
b. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.
R/ Pasien dapat depresi cepat setelah perubahan penampilan fisik.
Penerimaan perubahan tak dapat dipaksakan.
c. Susun

batasan

pada

prilaku

maladaptive,

bantu

pasien

untuk

mengidentifikasi prilaku positif yang akan membaik.

Tugas Endokrin 2

Page 23

R/ Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri

dan

mempengaruhi gambaran penerimaan diri yang baru.


d. Dorong orang terdekat untuk mengobati pasien secara normal dan tidak
sebagai orang cacat.
R/ Penyimpangan harga diri dapat disadari penguatanya.
Kolaborasi
e. Rujuk pasien kesumber pendukung. Contoh, ahli terapi psikologis.
R/ Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi
rehabilitasi dan kesehatan.

Tugas Endokrin 2

Page 24

Anda mungkin juga menyukai