Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENGENALAN
OVERVIEW OF ACCOUNTING THEORY
Dalam dunia keuangan yang sempurna, tidak ada kebutuhan akan laporan akuntansi yang
dipubikasikan dan teori akuntansi karena masyarakat dapat mengetahui secara bebas tentang nilai
asset, pendapatan, dan beban yang terkait. Dalam ekonomi Arrow-Debreu, yaitu ketika tersedia pasar
yang lengkap dan sempurna dan seluruh informasi tentang kejadian di masa sekarang dan di masa
depan tersedia. Namun, kondisi tersebut belum dapat ditemui sekarang ini sehingga muncul kebutuhan
dari internal atau eksternal stakeholders akan informasi keuangan untuk mengisi kekurangan informasi
dan mengurangi ketidakpastian akan nilai di masa sekarang dan di masa depan.
Terminologi teori dapat digunakan dalam cara yang berbeda. Definisi yang pertama yaitu teori
adalah system deduktif yang muncul dari hipotesis atau premis yang disepakati. Definisi lainnya yaitu
teori adalah sekumpulan ide yang digunakan untuk menjelaskan pengamatan di dunia nyata. Teori dapat
dideskripsikan secara sederhana sebagai penalaran logis yang mendasari pernyataan atas keyakinan
terkait sesuatu hal. Teori dapat diterima tergantung pada:
Seberapa baik teori tersebut menjelaskan dan memprediksi kenyataan
Seberapa baik teori tersebut dibangun baik secara teoritis maupuns ecara empiris
Seberapa jauh implementasi teori tersebut dapat diterima oleh ilmuwan, tenaga professional, dan
masyarakat secara keseluruhan
Teori akuntansi merupakan konsep modern, jika dibandingkan dengan ilmu matematika dan
fisika. Akuntansi pertama kali dibangun sebagai alat untuk mencatat aktivitas atau transaksi. Akuntansi
sering digambarkan sebagai praktik yang telah dikembangkan sebagai tanggapan akan kebutuhan
praktis, bukan oleh pemikiran yang disengaja dan sistematis.
Pre-theory
Sebelum double-entry system muncul di tahun 1400an, teori yang mendasari praktik akuntansi
masih jarang dikemukakan. Hingga di tahun 1949, di mana Fra Pacioli menulis sebuah buku dengan judul
Summa de Arithmetica Geometria Proportioni et Proportionalita untuk mendokumentasikan system
akuntansi double-entry yang dikenal sekarang ini. Selama 300 tahun setelah tahun 1949 tersebut,
perkembangan akuntansi berfokus pada penyempurnaan teori itu sendiri. Periode inilah yang disebut
periode Pre-theory.
Hingga tahun 1930an, perkembangan teori akuntansi cenderung tidak jelas. Di tahun 1800an
terjadi peningkatan kebutuhan akan informasi akuntansi keuangan dan manajemen karena adanya
ekspansi dalam teknologi yang disertai pemisahan kepemilikan atas control alat-alat produksi.
Pertumbuhan sector bisnis dan pembangunan jaringan kereta api di Amerika Serikat dan Inggris juga
meningkatkan informasi akuntansi yang lebih rinci dan terkait praktik akuntansi seperti penyusutan.
Pengenalan undang-undang perpajakan dan masalah terkait pembentukan perusahaan juga
memunculkan peraturan dari pemerintah terkait pelaporan. Kemudian kebijakan ekonomi perusahaan
dan pemerintah juga mulai didasarkan pada angka akuntansi. Dalam periode ini teori ekonomi juga
berkembang dengan pesat dan mulai dikaitkan dengan tuntutan pentingnya informasi akuntansi.

Pragmatic Accounting
Periode dari tahun 1800 hingga tahun 1955 dikenal sebagai general scientific period. Dalam
periode ini, penekanannya lebih kepada penyediaan suatu kerangka yang menyeluruh untuk
menjelaskan mengapa akuntan melakukan proses akuntansi. Analisis empiris didasarkan pada
pengamatan di dunia nyata, bukan didasarkan pada logika deduktif. Focus utama akuntansi adalah pada
penggunaan transaksi biaya historis dan penerapan prinsip konservatisme. Metode ilmiah didefinisikan
sebagai metode yang berbasis empiris.
Ketika periode ini disebut dengan periode empiris, muncul perdebatan tentang manfaat
prosedur pengukuran. Hal ini terjadi terutama setelah Great Wall Street Crash di tahun 1929 yang
menciptakan munculnya Securities and Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat di awal tahun
1930. SEC mempunyai kewenangan untuk memperbaiki peraturan dan pelaporan keuangan.
Periode 1930-an juga memunculkan berbagai publikasi akuntansi yang penting. Di tahun 1936,
American Accounting Association (AAA) merilis Tentative Statement of Accounting Principles Affecting
Corporate Reports. Di tahun 1938, American Institute of Certified Practising Accountants (AICPA)
membuat kajian independen tentang prinsip-prinsip akuntansi dan merilis Statement of Accounting
Principles. Pada tahun yang sama, AICPA juga membentuk Accounting Procedures Committee yang
menerbitkan serangkaian bulletin penelitian akuntansi. Sebagai hasilnya, AICPA membentuk Accounting
Principles Board dan menunjuk pimpinan penelitian akuntansi di tahun 1959. Secara keseluruhan,
periode ini difokuskan pada praktik-praktik yang telah ada terkait sudut pandang akuntansi dan teori
dipublikasikan untuk menjelaskan praktik yang lebih rinci dan kompleks.
Normative Accounting
Periode dari tahun 1956 hingga 1970 disebut dengan normative period karena pada periode ini
teori akuntansi berusaha membangun norma untuk praktik akuntansi terbaik. Pada periode ini,
peneliti seperti Edwards dan Bell di tahun 1961 dan Chambers di tahun 1966 kurang memperhatikan apa
yang sebenarnya terjadi dalam praktik akuntansi dan lebih memperhatikan tentang pengembangan teori
yang seharusnya terjadi. Muncul perdebatan yang signifikan di periode normatif ini yang didominasi
tentang pengukuran dan praktik yang sebenarnya terjadi terkait pencatatan dan pelaporan informasi.
Fokus utama dari teori akuntansi normatif adalah dampak dari perubahan nilai aset dan perhitungan
laba (sebagai akibat dari naik turunnya tingkat inflasi). Terdapat dua kelompok besar dalam periode ini
yaitu kritikus akuntansi biaya historis dan kerangka pendukung konseptual. Terdapat beberapa
perbedaan pendapat antara kedua kelompok tersebut. Hal ini terutama terjadi ketika kritikus biaya
historis mencoba mengembangkan teori akuntansi dimana penilaian aset dan perhitungan laba
bergantung pada inflasi dan pergerakan harga tertentu.
Selama periode ini, gagasan tentang konseptual framework mulai dikenal banyak orang.
Kerangka konseptual adalah teori yang terstruktur dalam akuntansi. Kerangka tersebut dimaksudkan
untuk dapat mencakup semua komponen pelaporan keuangan dan dimaksudkan untuk dapat
memberikan panduan untuk dapat dilaksanakan dalam praktiknya. Sebagai contoh yaitu penugasan AAA
kepada Goldberg pada tahun 1965 untuk menyelidiki sifat akuntansi. Hasilnya dipublikasikan dalam An
Iquiry into the Nature of Accounting yang bertujuan untuk membangun kerangka teori akuntansi dengan
menyediakan diskusi tentang sifat dan makna akuntansi. Setahun kemudian, AAA menerbitkan A

Statement of Basic Accounting Theory yang bertujuan untuk menyediakan pernyataan yang terintegrasi
tentang teori akuntansi dasar.
Periode normatif mulai mendekati akhir di tahun 1970 dan digantikan periode specific scientific
theory atau positive era. Dua faktor utama yang mendorong berakhirnya periode normatif adalah:
tingkat keterjadian yang cukup kecil atas penerimaan masyarakat terhadap salah satu teori
normatif, dan
penerapan prinsip ekonomi keuangan, peningkatan jumlah data dan metode pengujian.
Karena teori akuntansi normatif menetapkan bagaimana akuntansi seharusnya dipraktikkan,
maka hal tersebut didasarkan pada pendapat tentang apa yang harus dilaporkan dan cara terbaik untuk
melakukan hal tersebut. Muncul beragam pendapat tentang tujuan dan metode akuntansi yang sesuai,
dan kelemahan teori normatif adalah tidak dapat menyelesaikan perbedaan pendapat tersebut.
Henderson, Peirson, dan Brown mengemukakan dua kritik utama terhadap teori normatif yaitu:
Teori normatif tidak selalu melibatkan pengujian hipotesis empiris, dan
Teori normatif didasarkan pada pertimbangan nilai.
Kemudian, asumsi dari beberapa teori normatif yang belum teruji dan tidak jelas apakah teori
memiliki dasar/asumsi yang kuat tentang tujuan akuntansi. Oleh karena itu, penerimaan umum atas
teori akuntansi normatif tertentu sulit diperoleh.
Positive Accounting
Ketidakpuasan terhadap teori normatif, yang dipadukan dengan peningkatan akses ke data
empiris dan peningkatan pengakuan atas argumen ekonomi dalam buku akuntansi, menyebabkan
pergeseran ke bentuk baru yang diberi nama positive theory. Akibatnya teori positif tidak sepenuhnya
baru karena didasarkan pada pendekatan empiris yang membentuk dasar dari periode ilmiah. Teori
positif berusaha untuk menyediakan kerangka kerja untuk menjelaskan praktik-praktik yang diamati,
yaitu apakah yang dihasilkan akuntan berguna dalam pengambilan keputusan. Tujuan dari teori
akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi. Salah satu contoh dalam
teori positif adalah teori tentang bonus plan hypothesis. Teori ini bergantung pada manager yang
memaksimalkan kekayaan, bahkan dengan mengorbankan pemegang saham. Jika manager diberikan
bonus berdasarkan laba dalam laporan akuntansi, maka manajer akan menggunakan kebijakan
akuntansi untuk memaksimalkan laba perusahaan dalam periode selama dia menjadi manajer. Teori ini
memberikan hipotesis bahwa manajer yang diberikan bonus lebih menggunakan metode akuntansi
untuk meningkatkan laba dibandingkan manajer yang diberikan bonus. Teori tersebut penting dalam
menjelaskan mengapa akuntansi sangat penting bagi berbagai pihak, misalnya pemegang saham,
manajer, atau kreditur, yaitu pihak-pihak yang kekayaan pribadinya dipengaruhi oleh pengambilan
keputusan akuntansi. Hal ini juga penting dalam membantu desain kontrak yang didasarkan pada angka
akuntansi yang mengendalikan perilaku beberapa pihak. Watts dan Zimmeiman menyatakan bahwa
teori akuntansi positif membantu dalam memprediksi reaksi investor di pasar terkait tindakan
manajemen dan informasi akuntansi yang dilaporkan. Literatur terkait teori positif ini melibatkan
pengembangan hipotesis tentang kenyataan yang kemudian diuji oleh pengamatan dampaknya, yang
biasanya didasarkan pada asumsi maksimalisasi kekayaan. Pendekatan ini telah menarik beberapa kritik

yang sebagian besar didasarkan pada pendekatan yang kelihatannya sempit yang berfokus pada agency
theory dan efisiensi pasar.
Recent Developments
Baik dari pihak akademisi maupun profesional cenderung sejalan dalam pengembangan teori di
masa lalu. Namun dalam periode sekarang ini, perkembangan akademis dan profesional tentang teori
akuntansi memiliki beberapa pendekatan yang berbeda. Penelitian akademis lebih memberikan
penekanan terhadap pasar modal, teori keagenan, dan dampak perilaku, sedangkan profesional
menerapkan pendekatan yang lebih normatif. Pihak profesi telah berupaya untuk menyatukan praktik
akuntansi menggunakan teori normatif dan membuatnya lebih homogen. Sedangkan peneliti akademis
berusaha untuk memahami peran dan dampak berbagai bentuk informasi akuntansi. Pendekatan positif
dan normatif ini tidak sesuai, karena pemahaman tentang dampak akuntansi merupakan faktor di mana
pembuat standar akuntansi mempertimbangkan pengembangan teori dalam praktik. Pada pertengahan
hingga akhir tahun 1980an, profesi akuntansi Australia terlibat dalam perdebatan kerangka konseptual
dalam upaya untuk memberikan pernyataan definitif tentang sifat dan tujuan pelaporan keuangan dan
untuk menyediakan kriteria yang sesuai dalam menentukan di antara beberapa alternatif praktik
akuntansi. Pada Desember 1987, Australian Accounting Research Foundation (AARF) menerbitkan ED
42A-D Proposed Statement of Accounting Concepts yang menguraikan tujuan, karakteristik kualitatif
dan aturan untuk definisi dan pengukuran aset dan kewajiban. Hal tersebut diikuti dengan penerbitan
ED 46A-B pada bulan Maret 1988 yang menguraikan tentang konsep entitas pelaporan dan definisi
pengukuran dan pengakuan beban. Pada tahun 1990, AARF secara resmi mengeluarkan dasar kerangka
konseptual dalam Statement of Accounting Concepts (SAC) 1, 2 dan 3 yang diikuti di tahun 1992 dengan
SAC 4. SAC 5, pernyataan tentang pengukuran yang kontroversial, belum diterbitkan sebelum penerapan
standar pelaporan keuangan international (international financial reporting standards/IFRS) pada tahun
2005.
Transisi ke IFRS terlihat dari penggantian SAC 3 dan SAC 4 dengan kerangka konseptual yang
dikeluarkan IASB. Kerangka IASB juga membangun kerangka dasar untuk negara lain seperti Inggris,
Kanada, dan Selandia Baru. Kerangka konseptual dari beberapa negara tersebut digunakan untuk
mengembangkan standar akuntansi dan untuk mengurangi ketidakkonsistensian yang terjadi dalam
teori-teori sebelumnya. Kebutuhan akan suatu kerangka kerja yang konsisten diterima secara luas dalam
beberapa tahun terakhir. IASB, bersama dengan US Financial Accounting Standards Board, memulai
membangun kerangka konseptual baru di tahun 2005 untuk memperbarui dan meningkatkan kerangka
konseptual bagi pembuat standar dan penyusun laporan keuangan. Kebutuhan akan standar akuntansi
internasional tunggal ini diakui oleh profesional akuntansi di Australia dengan mengadopsi IFRS pada
bulan Januari 2005. Standar international berusaha untuk menyelaraskan praktik lintas batas pelaporan
internasional dan untuk mengurangi perbedaan dalam informasi yang dilaporkan sebagai akibat dari
perbedaan kebijakan akuntansi yang digunakan. Pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan teknik
dan pengungkapan akuntansi yang spesifik untuk satu atau sekelompok kecil negara yang kemudian
mempengaruhi komparabilitas atau integrasi informasi, terutama untuk perusahaan multinasional.

ACCOUNTING THEORY TIMELINE


Pre1400
1400

Practice Development
1450-1750: Pre-theory period (continued development of practice)

1500
1600
1700
1800

1900

2000

1750-1920s: Formalisation of practice


1800s-1955: General scientific period (explanation of practice and
development explanatory framework)
1956-1970s: Normative period
(statement of ideal practices and
basis for achieving such practices)

1970s-2000: Positive accounting


theory (a framework to explain and
predict behavior)

2000 to present: Mixed development (positive and normative


regulatory theories)

Anda mungkin juga menyukai