Anda di halaman 1dari 8

Kapsul

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana


satu macam bahan obat atau lebih atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang
atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai (Ansel, 1989). Kapsul dibuat
dari campuran gelatin, zat pewarna, bahan pengeruh, bahan pelentur, dan bahan pengawet.
Gelatin yang digunakan umumnya berasl dari tulang hewan dan kulit babi. Untuk pembuatan
kapsul, gelatin yang digunakan memiliki 2 tipe, yaitu gelatin tipa A dan B. Gelatin tipe A
diperoleh dari prekursor yang ditambah asam dan memberikan titik isoelektrik pada pH 9,
sedangkan gelatin tipe B diperoleh dari prekursor yang ditambah basa dan memilki titik
isoelektrik pada pH 4,7 (Lachman, 1994).

Kapsul dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, kapsul gelatin lunak dan kapsul gelatin keras.
Kapsul gelatin keras lebih sedikit mengandung uap air dibandingkan dengan kapsul gelatin lunak
yaitu sekitar 9-12%. Kapsul gelatin keras biasa digunakan untuk kebutuhan media dan klinis.
Pelindung kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian, yaitu badan kapsul dan tutup kapsul.
Contoh kapsul gelatin keras adalah tetrasiklin. Kapsul gelatin lunak terdiri dari gelatin, gliserin,
air atau bahan pelembab, bahan pengawet, pewarna penanda, perasa, sorbitol, dan pemanis (5%
sukrosa). Keuntungan kapsul gelatin lunak dibandingkan dengan kapsul gelatin keras adalah
dapat digunakan dalam bidang farmasi dan mudah ditelan. Kapsul memiliki kemampuan dalam
menutup rasa dan bau, serta memberikan perlindungan bahan aktif terhadap oksidasi dan
kelembaban. Selain itu, kapsul memberikan tampilan elegan yang mudah untuk diberikan
identitas dengan melakukan printing merk atau identitas lainnya, selain warna yang digunakan
(Ansel, 1989).
Kapsul gelatin kosong dibuat dengan berbagai macam ukuran, bervariasi baik panjang maupun
diameternya. Pemilihan ukuran kapsul tergantung pada berapa banyak isi atau dosis bahan yang
akan dimasukkan ke dalam kapsul dibandingkan dengan kapasitas isi dari cangkang kapsul serta
densitasnya. Ukuran kapsul yang sudah banyak dikenal yaitu 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Ukuran
tersebut berturut-turut dari yang terbesar 000 dan terkecil 5, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Dosis Obat pada Berbagai Ukuran Kapsul Gelatin
Ukuran Kapsul Dosis Obat (mg)
000
650
00
390
0
325

1
2
3
4
5

227
195
130
97
64

Sumber : Ansel (1989)

Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi adalah suatu cara penggunaan metriks penyalut yang relatif tipis pada
partikel-partikel zat padat atau tetesan cairan dan dispersi. Ukuran partikel yang
dimikroenkapsulasi dari puluhan mikron sampai 5000 mikron (Lachman, 1994).
Mikroenkapsulasi juga merupakan suatu teknik untuk menyalut suatu senyawa (dapat berupa
padatan, cairan, dan gas) dengan suatu polimer penyalut yang berukuran sangat kecil (mikron)
(Yoshizawa, 2004). Keuntungan mikroenkapsulasi adalah melindungi suatu senyawa dari
penguraian dan mengendalikan pelepasan suatu senyawa aktif sehingga mampu mencegah
peningkatan konsentrasi obat dalam saluran pencernaan secara mendadak (Babstov et al., 2002).
Beberapa komponen penting dalam mikroenkapsulasi yaitu bahan inti dan penyalut.
Bahan ini atau core (Yoshizawa, 2004) adalah bahan spesifik yang akan dibalut dapat berupa
cairan dan padatan (Lachman, 1994). Penyalut adalah bahan yang menyalut bahan inti. Polimer
yang dapat digunakan sebagai penyalut dalam mikroenkapsulasi contohnya adalah etilselulosa
(Sutriyo, 2004), alginat (Rosalita, 2008), kitosan ( PLA : poli asam laktat) (Robbani, 2004 dalam
Prihatiningsih, 2008), pektin, gelatin (Rahmawati, 2000), CMC-kitosan (Yundhana, 2008), gum
arab, dan maltodekstrin (Anwar, 2004 & Pratiwi, 2005). Syarat polimer yang digunakan dalam
mikroenkapsulasi yaitu biodegradable (mudah terurai), biocompatible (dapat diterima), tidak
toksik, murah, dan stabil dalam bentuk tunggal dan dalam larutannaya (Lachman, 1994). Hal ini
dikarenakan mikrokapsul yang dihasilkan akan dimasukkan ke dalam tubuh. Selain itu, polimer
sebagai penyalut tidak boleh bereaksi secara kimia dengan senyawa aktif. Bahan lain selain
penyalut yaitu perekat, pelincir, dan pewarna. Bahan pelincir digunakan salah satunya
magnesium stearat. Magnesium stearat digunakan untuk memudahkan mengalirnya bahan obat
keluar dari matriks dan memudahkan dalam pencetakan bentuk tablet.
Senyawa aktif yang dienkapsulasi umumnya mudah bereaksi dengan senyawa lain atau
cenderung tidak stabil. Senyawa aktif hasil enkapsulasi dapat terletak di tengah-tengah membran
dan bertindak sebagai inti atau tersebar di seluruh membran (Gambar 1).

Gambar
1. Ilustrasi penyebaran senyawa aktif tepat di tengah membran (kiri), tersebar di seluruh
membran (kanan).
Menurut Lachman (1994) metode mikroenkapsulasi yang dapat dilakukan dalam bidang farmasi
antara lain suspensi udara, pemisahan fase koaservasi (melalui pencampuran tiga tahap reaksi),
pengeringan semprot dan pembekuan, penyalutan di dalam panci, serta teknik penguapan pelarut.
Penelitian menggunakan proses penguapan pelarut melalui teknik vacuum drying. Ukuran
partikel yang dihasilkan dan bahan inti yang digunakan dalam mikroenkapsulasi dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Proses Mikroenkapsulasi dan Ukuran Partikel yang Dihasilkan
Proses Mikroenkapsulasi
Suspensi Udara
Pemisahan Fase Koaservasi
Sentrifugal Lubang Ganda
Penyalutan di dalam Panci
Penguapan Pelarut
Pengeringan Semprot dan Pembekuan

Bahan Inti Ukuran Partikel


Padat
35-5000
Padat dan Cair
2-5000
Padat dan Cair
1-5000
Padat
600-5000
Padat dan Cair
5-5000
Padat dan Cair
600

Sumber : Lachman (1994)

Lebih Lanjut : Mikroenkapsulasi dalam Industri Pangan


Referensi :
1.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : Ibrahim F. Jakarta. UI Press. Terjemahan dari: Introduction to
Pharmaceutical Dosage Forms.

2.

Anwar, E., Joshita, D., Yanuar, A., Bahtiar, A. 2004. Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan
Tablet dan Niosom. Majalah Ilmu Kefarmasian 1:34-36.

3.

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Volume ke-2. Penerjemah: Suyatmi, S. Jakarta.
UI Press. Terjemahan dari: The Theory and Practice of Industrial Pharmacy.

4.

Pratiwi, K. 2005. Optimasi Proses Pembuatan Susu Kambing dengan Penambahan Maltodekstrin sebagai Bahan Pengisi [Skripsi].
Bogor: Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

5.

Prihatiningsih, B. 2008.Mikroenkapsulasi Ibuprofen dengan Penyalut Poli (Asam Laktat). [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

6.

Rahmawati, F., Tedjo, Y. 2000. Profil Pelepasan Zat Aktif pada Sediaan Lepas Lambat Tablet Teofilin dengan Menggunakan Gelatin.
Majalah Farmasi Indonesia 11:241-248.

7.

Rosalita, Y.N. 2008. Emulsifikasi untuk Mikroenkapsulasi Propanolol Hidroklorida dengan Penyalut Alginat [Skripsi]. Bogor:
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

8.

Sutriyo, Djajadisastra, J. Novitasari, A. 2004. Mikrokapsulasi Propanolol Hidroklorida dengan Penyalut Etil Selulosa Menggunakan
Teknologi Penguapan Pelarut. Majalah Ilmu Kefarmasian 1: 93-101.

9. Yoshizawa, H. 2004. Trends in Microencapsulation Research. KONA 20:23-31.


10. Yundhana, Y.2008. Mikroenkapsulasi Obat Anti Peradangan Ketoprofen yang Tersalut Gel Kitosan-Karboksi metil selulosa [Skripsi].
Bogor. Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

1. PROSESMIKROENKAPSULASI Oleh : Linda Gusrini Fadri


2. Pengertian Mikrokapsul Mikrokapsul merupakan partikel berukuran kecil yang
mengandung zat aktif atau zat inti yang dilapisi oleh coating atau shell. Sekarang ini
belum ada patokan tertentu untuk ukuran partikel dari mikrokapsul. Linda Gusrini Fadri
3. Tipe Mikrokapsul Ada 2 tipe yaitu: Nanokapsul, yaitu yang memiliki ukuran
dibawah 1 mikrometer dan Makrokapsul yaitu yang memiliki ukuran lebih besar dari
1000 mikrometer Mikrokapsul yang tersedia di pasaran memiliki diameter antara 3- 800
m dengan persentase berat zat inti antara 10-90 %. Sejumlah besar zat inti yang telah
alami mikrokapsulasi diantaranya: zat2 adhesif, agrokimia, live cells, enzyme aktif, zat
pemberi rasa, pewangi, obat dan tinta. Sebagian besar pelapis makro kapsul merupakan
polimer, lemak dan wax. Linda Gusrini Fadri
4. Skema diagram 2 tipe mikrokapsul (A) Continuous core/shell Microcapsule (B)
Multinuclear microcapsule Linda Gusrini Fadri
5. Bentuk Mikrokapsul Continuous core/shell Multinuclear mikrokapsul berbentuk
mikrokapsul lingkaran dimana zat bentuk mikrokapsul tidak inti berupa suatu beraturan,
zat aktif bagian utuh yang terpecah & lapisan shell langsung dilapisi shell melapisi
masing2nya & nya. membentuk kesatuan utuh Linda Gusrini Fadri
6. Tipe proses enkapsulasiProses enkapsulasi dapat dibedakan menjadi2 tipe:Tipe A,
proses enkapsulasi secara kimiaTipe B, proses enkapsulasi secara mekanis Linda
Gusrini Fadri
7. Proses Enkapsulasi TIPE A TIPE BComplex Coaservation Spray DryingPolimerpolimer incompatibility Fluidized bed coaterInterfacial Polymerization Centrifugal
extrusionIn Situ Polymerization Rotational suspension SeparationSentrifugal Force dan
submerged nozzle Linda Gusrini Fadri
8. Tipe A Complex Coacervation Metoda inilah yang pertama kali digunakan dalam
perkembangan enkapsulasi yang diterapkan pada kertas fotocopy rendah karbon. Metode
ini didasarkan kepada kemampuan dari polimer larut air kationik dan anionic untuk
berinteraksi dalam air untuk membentuk suatu larutan berupa fase kaya polimer yang
disebut complex coacervation. Polimer kationik yang umum digunakan adalah gelatin.
Linda Gusrini Fadri

9. Tipe A Complex coaservation (lanjutan) Complex coaservation telah banyak


diaplikasikan seperti pada pembuatan tinta, kertas rendah karbon, bahan penguat aroma,
dan lain-lain. Metode ini secara rutin dapat menghasilkan kapsul berdiameter 20- 800 m
yang mengandung core material dalam rentang 80-90 %. Linda Gusrini Fadri
10. Skema diagram alir Proses enkapsulasi dengan dasar complex coacervation Linda
Gusrini Fadri
11. Tipe A Polymer-polymer incompatibility Teknologi ini memanfaatkan sifat
pemisahan fase polimer berbeda complex coarcevation. complex coacervation 2 polimer
berbeda muatan , gelatin & 1 polianion bergabung membentuk complex coaservate, mjd
kapsul. polymer incompatibility, terjadi karena 2 polimer kimia yang terlarut dalam
pelarut bersifat incompatible dan tak tercampur dalam suatu larutan Linda Gusrini Fadri
12. Tipe A Polymer-polymer incompatibility (lanjutan) Digunakan pada pelarut organic
dan mengkapsulkan padatan yang memiliki kelarutan rendah dengan air. Sebagian besar
kapsul yang dihasilkan secara komersial menggunakan shell etil selulose yang melapisi
partikel z.a obat yang berupa padatan dengan kelarutan rendah dalam air. Dimanfaatkan
memperbaiki rasa obat dan sistim penghantaran obat lepas lambat yang di konsumsi
secara oral. Linda Gusrini Fadri
13. . Skema diagram alir proses enkapsulasi dasar Polimer-polimer fase pemisahan Linda
Gusrini Fadri
14. Tipe A Interfacial polymerization Keunikan teknik ini adalah pembentukan pelapis
kapsul terjadi dengan polimerisasi oleh monomer reaktif pada permukaan tetesan atau
partikel. Pendekatan teknologi ini merupakan teknologi sebaguna yang tlah digunakan
untuk mengkapsulkan sejumlah besar zat inti termasuk larutan air, larutan tak larut air,
dan padatan. Linda Gusrini Fadri
15. Tipe A Interfacial polymerization (lanjutan) Kapsul yang dihasilkan melalui teknik
ini memiliki struktur yang continous dan melingkar, menyebabakan permukaan luar
kapsul yang dihasilkan lebih rata dan seragam. Namun tak begitu untuk permukaan
bagian dalamnya yang tak rata dan berlekuk-lekuk Linda Gusrini Fadri
16. . Ilustrasi skema frekwensi reaksi interfacial digunakan Preparat mikrokapsul dengan
interfacial polimerisasi Linda Gusrini Fadri
17. Tipe A In situ polymerization Teknik ini sangat mirip dengan teknik sebelumnya.
Hanya saja teknik ini tidak melalui penambahan reagent yang reactive ke zat inti. Teknik
ini terjadi secara khusus dalam suatu fase yang kontinu dan sisi fase kuntinu dari interfase
terbentuk karena proses pendispersian zat inti dan fase kontinu. Polimerisasi dari reagent
yang terjadi didalam fase kontinu menghasilkan prepolimer dengan berat molekul yang
relative rendah. Linda Gusrini Fadri
18. Tipe A In situ polymerization (lanjutan) Secara khusus teknik ini diaplikasikan pada
pembentukan kapsul berukuran sangat kecil dengan diameter 3-6 m pada kertas tinta
rendah karbon, dan pemangi pada tisu. Dalam semua pembuatannya kapsul yang
terbentuk memiliki struktur lapisan luar yang kontinu. Teknologi ini juga di adaptasikan
dalam proses kapsulasi padatan Linda Gusrini Fadri
19. Centrifugal force dan submerged nozzle processes Teknik ini menggunakan tekanan
sentrifugal yang terjadi antara 2 cairan untuk membentuk suatu mikrokapsul. Pada
prosesnya pada pembentukan emulsi, dimana fase air emulsi tersebut merupakan larutan
konsentrat dari polimer larut air yang dapat berubah menjadi gel dalam proses
pendinginan. Contohnya gelatin. Dengan pengaturan suhu dari fase external dari emulsi

akan berubah menjadi sejenis gel yang bias diisolasi dan dikeringkan. Saat isolasi
berhasil kapsul yang didapat memiliki sejumlah tetesan yang terdispersi kedalam matriks
dari shell nya Linda Gusrini Fadri
20. Centrifugal force dan submerged nozzle processes (lanjutan) Proses ini
dikembangkan pada tahun 1942 untuk menghasilkan kapsul yang meningkatkan
kestabilan vitamin dan minyak ikan. Kapsul juga bisa diproduksi dengan melakukan
coekxtruksi terhadap cairan gelatin dan minyak untuk membentuk suatu kapsul dengan
mengalirkannya kedalam pipa yang memiliki dua aliran didalamnya. Didalam pipa zat
aktif dan shellnya bergabung dan saat keluar dari pipa menjadi tetesan yang berubah
mnjadi gel dg bantuan pengontrolan suhu kemudian dapat di keringkan dan diisolasi.
Teknik ini dikenal dengan istilah Submerged nozzle processes Linda Gusrini Fadri
21. Tipe B Spray drying Proses enkapsulasi tipe B mulai berkembang pada tahun 1930
dengan spray drying sebagai teknik yang pertama dipelajari. Teknik ini diawali dengan
mengemulsikan atau mendispersikan zat inti kedalam suatu larutan konsentrat yang
berfungsi sebagai shell/bahan pelapis yang umumnya memiliki konsentrasi antara 40-60
% Mikroenkapsulasi metode pengeringan semprot meliputi 2 tahapan yaitu emulsifikasi
minyak dengan larutan polimer dan penghilangan pelarut dengan udara panas. Bahan
polimer yang digunakan jenis polisakarida dan protein seperti pati, gum arab, gelatin,
albumin, dan kasein Linda Gusrini Fadri
22. Tipe B Spray Drying (lanjutan) Umumnya teknik ini digunakan untuk zat inti yang
bersifat water-immiscible oil seperti fragrance, perasa makanan, dan vitamin yang
nantinya akan teremulsi ke dalam shell nya. Shell yang digunakan umumnya merupakan
polimer larut air seperti gom arab atau starch termodifikasi. Mampu memproduksi
kapsul dalam jumlah banyak, bahan pelapis yang cocok untuk pengeringan semprot juga
layak sebagai bahan makanan, dan bahan pelapis yang digunakan larut dalam air
sehingga dapat melepaskan bahan inti tanpa adanya bahan pelapis yang mengendap.
Metode pengeringan semprot juga cocok untuk bahan yang mudah teroksidasi
sepertiLinda Gusrini Fadri minyak.
23. Skema diagram dari dua larutan nozzle digunakan untuk preparat mikrokapsul Linda
Gusrini Fadri
24. Tipe B Fluidized bed coater Ini merupakan teknik mikrokapsul Tipe B yang khusus
digunakan untuk zat inti berupa partikel yang berbentuk padatan atau zat berpori yang
telah mengabsorbsi sejumlah cairan. Teknik ini lebih sering digunakan untuk partikel
padatan dalam dunia farmasi. Teknik ini digunakan dengan mensuspensikan sejumlah
partikel padatan kedalam udara yang mengalir dalam alat. Linda Gusrini Fadri
25. Tipe B Fluidized bed coater (lanjutan) Keuntungan dari teknik ini adalah
kemampuannya untuk menyelesaikan sejumlah besar tipe coating formulation. Banyak
digunakan untuk hot melts, pendispersian cairan latex, pembuatan larutan solvent
organic, dan cairan dari shell material. Polimer enteric adalah satu hasil formulasi yang
unik dari tipe ini. Diaplikasikan pada pembuatan obat yang tahan terhadap kondisi
lambung. Obat tersebut tak larut di lambung namun baru akan larut Linda Gusrini Fadri
di cairan usus yang memiliki pH 7.
26. Skema diagram dari dua tipe fludized bed coaters(A)Unit top spray (B) Bottom-spray
atau Unit Wurster Linda Gusrini Fadri
27. Tipe B Fluidized bed coater (lanjutan) Terdapat 3 jenis dari teknik ini yang umum
digunakan : Top spray Tangential spray Bottom spray top spray agak terbatas, namun

teknik ini lebih simple dalam pelaksanaannya dan bisa menghasilkan lebih banyak
partikel tercoating. Bottom spray sudah dijadikan metode dasar untuk mengkapsulasi zat
padatan terutama zat2 farmasetik. Teknik pemisahan dan pengaliran gas (spray) menjadi
salah satu komponen penting yang harus diperhatikan karena langsung berhubungan ke
zat inti yang akan di coating. Kekurangan teknik ini dalah waktu yang dibutuhkan lebih
lama. Linda Gusrini Fadri
28. Tipe B Centrifugal extrusion Tipe ini zat inti & lapisan sell yang akan digunakan
dialirkan bersamaan kedalam sejenis pipa pencampur yang berputar. Di dalam pipa
terdapat jalur terpisah antara keduanya yang dalam prosesnya, zat inti dan shellnya akan
bersatu menjadi tetesan ketika mereka keluar dari mulut pipa. Perubahan dari tetesan
untuk membentuk kapsul nanti dipengaruhi oleh sifat dasar . Jika shell material
merupakan zat dengan viskositas rendah yang dapat menkristal dengan cepat jika
didinginkan maka tetesan yang terbentuk langsung berubah menjadi partikel solid
seketika saat dihembuskan dari dala pipa pencampur. Zat inti yang cocok digunakan
adalah cairan polar seperti air atau larutan air yang sulit campur dengan shel materialnya
seperti wax. Linda Gusrini Fadri
29. . Skema diagram dari dua larutan nozzle digunakan untuk Produk mikrokapsul Linda
Gusrini Fadri
30. Rotational suspension separation Pada teknik ini zat inti biasanya berupa padatan
yang di alirkan bersamaan dengan shel material kedalam alat yang disebut rotating disk.
Di dalam alat yang berotasi terjadi pendispersian zat inti ke shel nya / terjadi coating.
Setelah itu kapsul yang telah jadi mengalir keluar bersama dengan pure coating material
yang tidak terpakai. Linda Gusrini Fadri
31. Rotational suspension separation (lanjutan) Teknologi ini disebutkan sebagai teknik
yang cepat, low-cost, dan sangat sering digunakan untuk melapisi berbagai jenis zait inti
yang berupa padatan sampai yang ukuran diameternya dibawah 150 m. Untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, sebaiknya zat inti berupa padatan yang strukturnya
speris (bentuk bola). Bentuk spheris ini bisa dihasilkan dg proses granulasi terlebih
dahulu ja zat inti bentuknya tak teratur. Linda Gusrini Fadri
32. Skema diagram dari rotasi suspensi pada bagian Proses enkapsulasi Linda Gusrini
Fadri
33. Kesimpulan Perkembangan produk yang memakai teknologi mikrokapsul sudah
banyak digunakan dan sudah banyak produk yang dibuat dengan prinsip pengkapsulan
eksist di pasaran. Beberapa diantaranya menunjukkan penjualan yang besar. Aplikasi
terbesar pada kertas rendah karbon, dan berton-ton kapsul yang dihasilkan sepanjang
tahun. Beberapa diantaranya dibentuk melalui proses complex coaservation, IFP, atau in
situ polymeration. Aplikasi lain pada bidang agrokimia seperti pupuk yang menggunakan
teknologi IFP. Perkembangan dari teknologi mikrokapsul dan munculnya produk2
dengan prinsip mikrokapsul terus dikembangkan dengan lebih inovatif Linda Gusrini
Fadri
34. Terima Kasih 12 Desember 2009 Linda Gusrini Fadri

Anda mungkin juga menyukai