Salah satu alternative batubara produk proses UBC adalah dalam bentuk slurry atau disebut
juga dengan coal water mixture (CWM) atau coal water fuel (CWF) yang mempunyai
viskositas yang ekivalen denagn minyak berat.
Hasil penelitian pada pilot plant UBC dengan kapasitas 5 ton/hari, yang dibangun dan
beroperasi di Palimanan Cirebon sejak tahun 2003 dengan commissioning menggunakan
batubara Binungan, Kalimantan Timur (Umar,dkk.,2003) menunjukkan bahwa karakteristik
batubara kalori rendah anatar satu daerah dengan daerah lainnya berbeda, sehingga perlakuan
dalam proses UBC harus berbeda pula. Hali ini ditunjukkan dengan perbedaan hasil evaluasi
unjuk kerja peralatan proses UBC, terutama pada slurry dewatering, decanter (pemisahan
batubara-minyak) dan pengeringan batubara. Penelitian dengan batubara Samarangau,
Kalimantan Timur, diketahui bahaa kecepatan umpan dan temperatur proses mempengaruhi
kualitas batubara hasil proses. Kecepatan umpan 100 kg/jam, temperatur 160 oC dan tekanan
300 Kpa memberikan hasil yang terbaik dengan persen penurunan kadar air terbesar, yaitu
94,80%. Pada kondisi ini nilai kalor dari 4657 kal/gr naik menjadi 6632 kal/gr atau persen
kenaikan 40,6 % (Umar,dkk.,2005)
harus mudah untuk dialirkan dan dibakar dengan nyala api yang mantap dan suhu yang
tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batubara hasil proses UBC dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan CWM. Hal ini ditunjukkan dengan konsentrasi batubara yang cukup
tinggi yaitu 59,48% dengan aditif PSS dan S-194. sedangkan pembakaran CWM yang terbaik
dengan suhu nyala api yang paling tinggi, yaitu 951,2o C dicapai pada konsentrasi batubara
50% dengan ukuran butir 100 mesh.