Anda di halaman 1dari 14

Hipertensi

Penyebab tekanan darah meningkat atau hipertensi adalah peningkatan


kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah
tepi dan peningkatan volume aliran darah. Faktor yang berhubungan dengan
terjadinya hipertensi antara lain adalah aterosklerosis yang berhubungan dengan
diet seseorang dan usia. Serat makanan dan beberapa mikronutrien seperti Mg, Cr,
Cu, vitamin C, vitamin E dan B6 penting dalam pencegahan jangka panjang atau
memperlambat aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak
akan memicu terjadinya aterosklerosis. Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada usia lanjut (usila) pembuluh darah cenderung
menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang, sehingga akan memicu jantung untuk
meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh.
Berdasarkan penelitian Rosjidi, tingginya penyakit kardiovaskular pada
masyarakat dengan pendapatan rendah (miskin) adalah tingginya kejadian
hipertensi dan rendahnya pengetahuan tentang diet dan aktivitas fisik. 8 Pada
penelitian yang dilakukan di penduduk miskin di daerah Koja, Jakarta Utara
ditemukan sebanyak 19,8% responden menderita PJK dan 44,8% responden
menderita hipertensi.9 Pada penelitian tahun 2002 yang dilakukan di Johar Baru,
Jakarta Pusat terdapat 15,2% responden menderita hipertensi dan 23,3%
responden pada penelitian Monica tahun 2000.10 Sehingga dapat disimpulkan pada
populasi miskin perkotaan ini kasus hipertensi sekitar 2-3 kali lebih besar dari
data yang ada sebelumnya.

8. Rosjidi CH. Hubungan antara Kemiskinan dengan Pengetahuan tentang Diet,


Aktifitas Fisik dan Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Masyarakat Kabupaten
Ponorogo. Tesis. Diambil dari http://puspasca. ugm. ac. Id
9. Sari AW, Setyawati V (2006). Profil Penyakit Jantung Koroner pada Penduduk
Miskin Kota. Laporan Penelitian. Badan Litbangkes Depkes RI. Jakarta.
10. Rustika (2004). Hubungan antara Asupan Lemak Jenuh dari Makanan
Gorengan dan Kadar Lipid Plasma pada masyarakat. Laporan Penelitian, Jakarta.

Kombinasi Obat Anti hipertensi yang Sering Digunakan


Kombinasi obat antihipertensi
ACE

Inhibitor

Kalsium

Keuntungan
-

Menurunkan

glomuler
Memperbaiki

glomuler
Menghambat terjadinya hipertrofi

glomuler
Mencegah terjadinya glomuler
Mengurangi proteinuria
Mengurangi
hipermetabolisme

ginjal
Mengurangi akumulasi kalsium

intraseluler
Dianjurkan

Antagonis

tekanan

intra

permeabilitas

pada

nefropati

hipertensi dan hipertensi dengan


ACE Inhibitor Diuretik

ACE Inhibitor Beta bloker

nefripati diabetik
Meningkatkan natriuresis
Memperbaiki toleransi glukosa

dan kadar asam urat


Mempertahankan kadar kalium

plasma
Mempercepat regresi LVH
Meningkatkan kecepatan ACEI
Baik untuk hipertensi usia muda
dengan peningkatan system RAA

dan simpatis
Baik pula untuk hipertensi dan
pasca infark akut dengan tujuan:
Menurunkan
resiko

Beta bloker Diuretik

takhiaritmia
Mengurangi

progresivitas

dilatasi ventrikel
Memperbaiki toleransi latihan
Menurunkan peningkatan system

RAA karena diuretic


Beta bloker mempunyai efek

anti-aldosteron ringan
Baik untuk isolated

systolic

hypertension, stroke, dan infark


Beta bloker Kalsium antagonis

miokard
Menurunkan curah jantung dan

tahanan perifer
Memperbaiki integritas endotel
Normalisasi peningkatan system

RAA karena kalsium antagonis


Sangat baik meregresi LVH
Normalisasi resistensi insulin dan
gangguan profil lipid karena beta

bloker
Baik untuk hipertensi dengan

angina pectoris
Baik untuk hipertensi

dan

takhiaritmia
Perbedaan pemberian obat tunggal dan obat kombinasi
Perawatan obat tunggal
Perawatan kombinasi
- Diperlukan dosis obat yang
- Dosis rendah untuk masing
-

lebih tinggi
Kurang efektif
Efek samping lebih banyak

masing obat sudah cukup


Lebih efektif
Efek samping sedikit

Tinjauan tengtang obat antihipertensi


Pada prinsipnya, pengobatan hipertensi dilakukan secara bertahap.
Kelompok obat antihipertensi yang saat ini digunakan sebagai pilihan
terapi hipertensi, yaitu :

Diuretik
Semua kelas diuretik menyebabkan peningkatan eksresi natrium
oleh ginjal (natriuresis) dimana efek ini bertanggung jawab
terhadap aktivitas antihipetensi dari diuretik. Diuretik tiazid

memiliki efek natriuresis sedang dan merupakan diuretik yang


paling banyak digunakan dalam pengobatan hipertensi. Loop
diuretic memiliki efek natriuresis besar dan hanya digunakan bila
diuretik thiazid tidak efektif atau dikontraindikasikan untuk
penderita. Potassium sparingdiuretic memiliki efek natriuresis yang
rendah, dan umumnya digunakan dalam bentuk kombinasi dengan
diuretik thiazid atau loop diuretik mengurangi ekskresikalium atau
untuk mencegah hipokalemia. Suatu meta-analysis dari 42
percobaan klinis pada tahun 2003 membuktikan bahwa diuretik
dosis rendah merupakan antihipertensi pilihan pertama yang paling
efektif untuk mencegah mortalitas kardiovaskular.
Diuretik thiazid
- Contoh obat
Yang tergolong di dalamnya ialah: hidrochlortiazid,
bendroflumethiazide,

chlortalidone,

metolazone,

indapamide, dan xipamide.


-

Indikasi
Diuretik thiazid merupakan pilihan pertama untuk terapi
hipertensi. Thiazid dapat digunakan dalam bentuk tunggal
maupun kombinasi dengan antihipertensi lain. Kombinasi
dengan ACEI atau -bloker merupakan kombinasi yang
umum digunakan.

Mekanisme kerja
Pada

penggunaan

jangka

menurunkan

volume

penurunan

cardiac

darah

pendek,

diuretik

yang

berdampak

output.

Pada

thiazid
pada

penggunaan

jangka panjang, diuretik thiazid juga menurunkan tahanan


perifer, yang tampaknya berperan dalam efek antihipertensi
jangka panjang dari obat ini.
-

Perhatian
Hipokalemia dapat terjadi pada penggunaan diuretik tiazid.
Hipokalemia berbahaya pada pasien PJK dan yang sedang

menerima obat cardiac glycosides. Sering kali untuk


mengatasi efek hipokalemia penggunaannya dikombinasi
dengan potasium

sparing

diuretik

atau

suplement

potassium.
Loop diuretik
- Contoh obat
Yang

tergolong

di

dalamnya

ialah:

Furosemide,

Torasemide, dan Bumetanide.


-

Indikasi
Loop diuretik digunakan pada pasien pulmonary oedema
akibat gangguan pada ventrikel kiri, pada pasien CHF
(Chronic Heart Failure), dan juga pasien diuretic resistant
oedema.

Mekanisme kerja
Loop diuretik terutama bekerja pada bagian menaik dari
loop of Henle dengan menghambat reabsorbsi elektrolit
sehingga meningkatkan ekskresi natrium.

Perhatian
Hipokalemia dapat terjadi pada penggunaan furosemid.
Hipokalemia berbahaya pada pasien PJK berat dan yang
sedang

menerima

obat

cardiac

glycosides.

Resiko

hipokalemia dapat meningkat pada penggunaan furosemid


dosis tinggi apalagi bila diberikan dalam bentuk sediaan
injeksi. Sering kali untuk mengatasi efek hipokalemia
penggunaannya dikombinasi dengan potassium sparing
diuretik atau suplement potassium.
Potassium Sparing Diuretik
- Contoh obat
Yang tergolong di dalamnya ialah: Amiloride HCl, dan
Triamterene
-

Indikasi

Potassium sparing diuretik digunakan sebagai tambahan


pada terapi dengan diuretik thiazid dan loop diuretik untuk
mencegah terjadinya hipokalemia.
-

Mekanisme kerja
Potassium sparing diuretik terutama bekerja pada tubulus
distal ginjal untuk meningkatkan ekskresi natrium dan
menurunkan ekskresi kalium.

Perhatian
Potasium sparing diuretik dapat meyebabkan terjadinya
hiperkalemia terutama pada pasien yang dengan riwayat
gangguan ginjal kronis atau diabetes dan pasien yang
sedang menggunakan ACE inhibitor, ARB, NSAID
atau potassium supplement.

Aldosterone Antagonist
- Contoh obat
Termasuk golongan Potassium sparing diuretik. Yang
tergolong

didalamnya

ialah:

Eplerenone, dan

Spironolactone
-

Indikasi
Aldosteron antagonis diindikasikan untuk oedema, pada
dosis rendah memiliki efek kerja pada penderita gagal
jantung

dan

juga

digunakan

pada penderita

primary

hyperaldosteronism. Pemberian jangka lama aldosteron


antagonis umumnya direkomendasikan pada penderita post
STEMI tanpa gangguan fungsi ginjal yang berat atau
hiperkalemia LEVF (Left Ventricle Ejection Fraction) pada
penderita gagal jantung dan diabetes. Spironolacton adalah
antagonis aldosteron yang paling banyak digunakan. Suatu
penelitian Radomized Aldactone Evaluation Study (RALES)
menunjukkan, terjadi 30% penurunan angka kematian

dengan menggunakan spironolacton pada penderita gagal


jantung sedang sampai berat.
-

Mekanisme kerja
Aldosterone antagonist bekerja pada bagian distal tubulus
renal sebagai antagonis kompetitif dari aldosteron.

Perhatian
Untuk jenis obat spironolacton harus dihindari pada
gangguan fungsi ginjal dan hati-hati bila dikombinasikan
dengan

ACE

inhibitor/ARB,

akan

menyebabkan

hiperkalemia.

-Bloker
- Contoh obat
Yang tergolong di dalamnya ialah: Doxazosin, Prazosin,
Terazosin, dan Indoramin
-

Indikasi
-bloker merupakan antihipertensi alternatif pilihan pertama
apabiladiuretik atau -bloker dikontraindikasikan atau tidak
ditoleransi dengan baik. -bloker terutama diindikasikan untuk
penderita benign prostatic hyperplasia. - bloker tidak berpengaruh
terhadap

profil

lipid

dan

glukosa

sehingga

berguna

pada penderita dengan dislipidemia atau intoleransi glukosa.


Mekanisme kerja
-bloker menyebabkan vasodilatasi dan menghambat aksi
noradrenalin pada post sinaptic adrenoseptor 1 baik pada
arteriol maupun vena, dimana hal ini mengakibatkan penurunan

tahanan perifer dan tekanan darah.


Perhatian
Jarang digunakan sebagai pilihan utama karena mempunyai
efek samping yang sering menganggu yaitu hipotensi postural,

palpitasi dan sakit kepala.


-blocker
- Contoh obat
Terbagi menjadi 2 sub class yaitu:

o -bloker cardioselektif (selektif reseptor -1) yaitu


atenolol, acebutolol, metoprolol, bisoprolol, betaxolol,
celiprolol dan
o -bloker non-cardioselektif (reseptor -1 Dan -2)
-

yaitu carvedilol, propanolol dan pindolol


Indikasi
Beta bloker pertama kali direkomendasikan oleh JNC-7 sebagai
terapi first line alternatif dari diuretik. Pilihan terapi pada
semua bentuk iskemik heart disease kecuali pada angina varian
vasospastic prinzmetal. Beta bloker merupakan pilihan terapi pada
angina, baik angina stabil maupun angina tidak stabil, dapat
menurunkan resiko mortalitas pada fase akut infark miokard
dan setelah periode infark dan juga pilihan terapi untuk kondisi
lainnya seperti hipertensi, arrhythmias serius dan cardiomyopathy.
Pada peningkatan titrasidosis secara hati-hati diketahui
memiliki efek mengurangi resiko mortalitas pada pasien gagal
jantung. Pada dosis kecil -bloker cardioselektif dapat
digunakan pada pasien bronkospasme atau chronic lung disease.
Pada angina dan hipertensi penggunaan -bloker cardioselektif
lebih

efektif

sedangkan

dibandingkan
-bloker

efek antiarrhytmics

yang

dengan

noncardioselektif,

noncardioselektif
lebih baik

dibandingkan

memiliki
dengan

cardioselektif. Bisoprolol merupakan agent 1 yangselektif,


tidak memiliki ISA ( Intrinsik Sympathomimetic Activity) dan
bekerja lama, dipakai secara luas dan berhasil dalam studi besar
pada populasi gagal jantung dimana terjadi penurunan yang
besar yang tidak hanya pada mortalitas namun juga sudden
cardiac death. -bloker direkomendasikan untuk penderita
hipertensi dengan infark miokard karena obat ini mempunyai
keuntungan sebagai anti hipertensi, antiiskemia, anti aritmia
dan mampu mengurangi remodelling ventrikel. Dosis awal dari

beta bloker umumnya kecil dan pelan-pelan dinaikkan sampai


dosis target (berdasarkan trial klinis yang besar), peningkatan
ini tergantung pada individual. Kontraindikasi harus diawasi,
seperti asma bronkial, severe bronkial disease, bradikardia
simptomatik dan hipotensi.
-

Mekanisme kerja
Secara umum -bloker menghambat aksi noradrenalin pada
reseptor adrenergik -1 di jantung dan jaringan lain sehingga
menyebabkan penurunan cardiac output melalui penurunan
denyut

jantung

dan

kontraktilitas.

-bloker

juga

menghambat sekresi renin dari sel-sel juxta glomerular ginjal


yang mengakibatkan penurunan pembentukan angiotensin II
dan rilis aldosteron.
-

Perhatian
Penghentian mendadak terapi beta blocker menyebabkan gejala
putus obat (With drawl) yang dapat memperburuk PJK. Dapat
dilakukan tindakan preventif dengan pengurangan bertahap
dosis beta blocker sebelum terapi dihentikan. Penggunaan beta
blocker bersamaan dengan verapamil menyebabkan risiko
hipotensi dan asystole yang dapat meningkatkan risiko gagal
jantung pada penderita penyakit jantung koroner.

ACE inhibitor ( ACEI )


- Contoh obat
Yang tergolong di dalamnya ialah: Captopril, Cilazapril,
Enalapril maleat, Lisinopril, Perindopril erbumine, dan
Ramipril.
-

Indikasi
ACE inhibitor merupakan antihipertensi alternatif pilihan
pertama apabila diuretik atau -bloker dikontraindikasi atau
tidak

ditoleransi

dengan

baik.

ACEI

terutama

direkomendasikan pada penderita gagal jantung, disfungsi

ventrikel kiridan EF <40%, hipertensi disertai dengan diabetes


tipe 2.
ACE inhibitor juga sangat bermanfaat bila diberikan terutama
pada infark luas, infark dengan penurunan fungsi ventrikel kiri,
infark dengan edema paruakut dan infark miokard dengan
hipertensi. Umumnya dipilih jenis obat denganlama kerja
pendek dan mempunyai gugus sulfhidril. Dalam meminimalisir
risiko hipotensi dan kerusakan pada ginjal, terapi ACE inhibitor
hendaknya dimulai dari dosis kecil dan kemudian dilanjutkan
dengan titrasi dosis sampai dosis target. Fungsi renal dan
konsentrasi potassium harus dievaluasi dalam 1-2 minggu
setelah dimulai pemberian secara perodik, terutama setelah
dosis ditingkatkan.
-

Mekanisme kerja
ACE inhibitor menghambat Angiotensin Converting Enzym
sehingga menyebabkan vasodilatasi, penurunan resistensi
perifer dan penurunan kadar hormon aldosteron.

Perhatian
Pada penggunaan ACE inhibitor yang harus diperhatikan yaitu
meningkatnya kadar K+ dalam tubuh (hiperkalemia) bila
digunakan bersamaan dengan potasium sparing diuretik, oleh
karena itu selama penggunaan perlu dilakukan monitoring
kadar K+ dalam tubuh. Pada penggunaan kombinasi pertama
kali dengan diuretik efek hipotensi dapat muncul dengan tiba
tiba sehingga diuretik perlu dihentikan satu hari saat
menggunakan ACE inhibitor.
ACE inhibitor juga dapat meningkatkan serum kreatinin,
sehingga pada pasien dengan risiko renal impairment selama
penggunaan harus hati hati dan dilakukan monitoring serum
kreatinin.

Angiotensin Receptor Bloker (ARB)


- Contoh obat
Yang tergolong di dalamnya ialah: candesartan cilexetil,
losartan potassium,

irbesartan,

olmesartan

medoxomil,

valsartan, dan telmisartan.


-

Indikasi
Angiotensin II Receptor Antagonist merupakan alternatif
pilihan antihipertensi untuk penderita yang tidak mentoleransi
ACEI karena efek samping yang berupa batuk kering dan
angioedema. ARB dapat diberikan pada penderita STEMI yang
intoleren terhadap ACEI, dimana penderita tersebut secara
klinis dan radiologis menunjukkan kondisi gagal jantung atau
fraksi ejeksi < 0.40 untuk itu biasanya direkomendasikan
penggunaan valsartan dan candesartan.

Mekanisme kerja
ARB merupakan antagonis kompetitif dari angiotensin II pada
reseptor AT1, yang menyebabkan penurunan resistensi perifer
tanpa

adanya

reflek peningkatan

denyut

jantung

dan

menurunkan kadar aldosteron. ARB tidak menimbulkan efek


bradikinin yang menyebabkan munculnya efek samping
batuk seperti pada penggunaan ACEI.
-

Perhatian
Monitoring konsentrasi plasma potasium terutama pada pasien
lansia dan pasien dengan renal impairment , karena efek
hiperkalemianya.

Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium dibagi menjadi dua subclass yaitu dihydropyridine
dan non dihydropyridine. Dihydropyridine mempengaruhi baroreseptor
dengan reflex takikardia karena efeknya yang kuat dalam
mengakibatkan

vasodilatasi

perifer.

Dihydropyridine

tidak

mempengaruhi konduksi nodal atrioventrikular dan tidak efektif

pada

supraventrikular

dihydropyridine menyebabkan

tachyarrhytmias,
penurunan

Sedangkan
heart

rate

non
dan

memperlambat konduksi nodalatrioventrikular, sama dengan


golongan beta bloker obat ini dapat digunakan pada supraventrikular
tachyarrhytmias.
Dihydropyridine
- Contoh obat
Yang tergolong di dalamnya ialah: Amlodipine, Nifedipine
dan Felodipine.

Indikasi
Jika angina stabil dan tekanan darah tidak dapat dikontol
dengan beta bloker atau jika terjadi kontraindikasi dengan
beta bloker maka dapat menggunakan golongan calcium
channel bloker. Calcium channel bloker dapat mengurangi
total resisten perifer dan resistensi koroner sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Sering kali beta bloker dan
calcium channel bloker dikombinasikan.

Mekanisme aksi
CCB bekerja dengan mengintervensi pemindahan ion
kalsium melalui kanal kalsium di membran sel, dimana
bertanggung jawab menjaga plaeau phase potensi aksi.
Depolarisasi jaringan lebih bergantung kepada influks
kalsium ketimbang natrium, terutama pada otot polos
vaskular, sel-sel myokardial, dan sel-sel yang terdapat
dalam nodus nodus sinoatrial dan atrioventrikular.
Blokade pada kanal kalsium mengakibatkan vasodilatasi
koroner dan perifer, aksi inotropik negatif, mereduksi
denyut jantung, dan memperlambat konduksi ventricular.

Perhatian

Nifedipine short acting tidak direkomendasikan pada


penderita angina atau untuk terapi jangka panjang pada
penderita

hipertensi,

karena

efeknya

yang

dapat

menyebabkan hipotensi dan reflek takikardia. Nifedipine


memiliki efek inotropik negatif sehingga tidak disarankan
pada pasien gagal jantung dengan efek mereduksi kerja dari
ventrikel kiri. Penghentian mendadak terapi calcium
channel blocker menyebabkangejala putus obat (With drawl)
yang dapat memperburuk angina.
non Dihydropyridine
- Contoh obat
Yang tergolong di dalamnya ialah: diltiazem HCl, dan
-

verapamil HCl
Indikasi
Sama dengan antagonis kalsium dihydropyridine.
Mekanisme aksi
Sama dengan antagonis kalsium dihydropyridine.

Perhatian
Verapamil tidak boleh diberikan bersamaan dengan beta
bloker karena efek kronotropik dan inotropik negatif nya
yang kuat, sehingga harus diberikan dengan hati-hati pada
penderita gagal jantung atau yang sedang diterapi dengan
beta bloker. Penghentian mendadak terapi calcium channel
blocker menyebabkan gejala putus obat (with drawl) yang
dapat memperburuk angina.

Pencegahan Hipertensi

Mengurangi

dalam

hal

mengkonsumsi

garam.Bila

kita

menginginkan terhindar dari penyakit hipertensi ini alangkah


baiknya kita sedari awal mengkonsumsi garam, karena konsumsi
garam yang berlebihan akan meningkatkan faktor resiko hipertensi
itu sendiri.

Melakukan rutinitas dalam berolahraga. Olahraga ini efektif sekali


dalam hal mencegah berbagi macam penyakit, termasuk penyakit
hipertensi ini. Olahraga akan meningkatkan kesehatan dan juga
daya tahan tubuh. Bila telah menderita penyakit hipertensi maka
olahraga yang disarankan adalah olahraga yang ringan selama 30
menit dan seminggu paling tidak 3 kali. Olahraga ringan seperti
halnya bersepeda dan juga berjalan kaki.

Rajin dalam mengkonsumsi makanan dan juga buah-buahan yang


kaya akan serat seperti halnya melon, tomat dan juga sayuran hijau.

Menghindari dari konsumsi alkohol.

Mengendalikan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan juga


menghindari kegemukan atau obesitas.

Tidak merokok dan bagi para perokok maka pencegahan


hipertensi ini dengan menghentikan merokok itu sendiri.

Menghindari

dan

mengendalikan diabetes bila

mempunyai

penyakit DM tersebut.
1. Basile J. 2012. Hypertension 2012: what will the JNC 8 Guideline look like?.
Annual primary care Kiawah conference Carolina. South carolina.
2. Hajjar I, Kotchen TA. 2003. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And
Control Of Hypertension In The United States, 1998 2000. JAMA 290:199206. Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk penyakit hipertensi.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat kesehatan Departemen kesehatan.
3. Mancia G, Laurent S, et al.2009. Reappraisal of European guidelines on
hypertension management: a European Society of Hypertension Task Force
document Giuseppe. Journal of Hypertension 2009

Anda mungkin juga menyukai