Anda di halaman 1dari 17

BAB 11

REMEDIASI

11.1 Konsep Dasar


Telah dibentuk Comprehensive Environmental Response
Compensation and Liability (CERCLA) pada 1980 atau dikenal
sebagai program Superfund, yang membahas mengenai dua komponen
utama yaitu menanggapi pelepasan zat berbahaya di darat dan di
perairan dan pembersihan lokasi yang terkontaminasi.

Penghalang fisik (Physical barriers)


Pengendalian (Containment)
Penghalang hidrolik (Hydraulic barriers)
Eksavasi (Excavation)
Pompa dan olah (Pump and Treat)
Remediasi

Pemindahan (Removal)

Peningkatan Pemindahan (Enhanced Removal)


Ekstraksi Uap Tanah (Soil Vapor Extraction)
Bioremediasi

Perlakuan (Treatment);
Perlakuan Kimia in situ

Terdapat tiga tipe tindakan pemulihan (remedial action)


1. Pengendalian (Containment) ; kontaminan dibatasi pada suatu
daerah untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
2. Pemindahan (Removal) ; kontaminan ditransfer dari lingkungan
terbuka ke lingkungan terkontrol.
3. Perlakuan (Treatment); kontaminan diubah menjadi zat yang
tidak berbahaya

11.2 Pengendalian (Containment)


Pengendalian dapat dilakukan melalui pengontrolan aliran fluida yang membawa
kontaminan atau secara langsung melalui imobilisasi kontaminan.
Peran penghalang fisik dan penghalang hidrolik pada air yang terkontaminasi dapat
dijelaskan sebagai berikut:

11.2.1 Penghalang fisik (Physical barriers)


Prinsip dari penghalang fisik adalah untuk mengontrol aliran air sehingga mencegah
penyebaran kontaminan.
Penghalang fisik terutama digunakan pada bahan-bahan tidak terkonsolidasi seperti
minyak atau pasir, namun juga dapat digunakan pada media terkonsolidasi seperti batu
jika digunakan teknik khusus. Pada umumnya penghalang fisik dapat ditempatkan
pada kedalaman kurang lebih 50 m.

Terdapat tiga tipe utama dari penghalang fisik yaitu:


1. Slurry walls (dinding lumpur) adalah parit yang dipenuhi dengan tanah liat (clay) atau
campuran tanah liat dan tanah.
2. Grout curtains adalah matriks keras yang terbentuk dari bahan kimia cement-like yang
diinjeksikan kedalam tanah.
3. Sheet pilling terdiri dari sejumlah besar lembaran besi yang didorong kedalam tanah.

11.2.2 Penghalang hidrolik (Hydraulic barriers)


Prinsip dari penghalang hidrolik adalah sama dengan penghalang fisik yaitu untuk
menanipulasi dan mengontrol aliran air, namun tidak seperti penghalang fisik yang
komposisinya dari material padat (solid), penghalang hidrolik didasarkan pada potensial fluida.
Penghalang hidrolik dibuat melalui perbedaan tekanan yang muncul dari ekstraksi atau injeksi
air.

Tipe sistem penghalang hidrolik


1. Sistem saluran seperti sebuah sistem yang dibangun dengan memasang pipa
berlubang secara horizontal dalam parit di bawah permukaan dan ditempatkan
untuk memungkinkan penangkapan maksimum air yang terkontaminasi,
kemudian air dapat dikumpulkan dan dibuang dengan menggunakan gravitasi
atau pemompaan aktif. Cara ini merupakan mekanisme pengendalian efektif
namun hanya untuk zona kontaminan dangkal.
2. Sistem sumur (wells) lebih rumit dan serbaguna daripada sistem saluran.
Sumur ekstraksi dan injeksi dapat digunakan dalam sistem pengendalian.
Keuntungan penggunaan sistem sumur adalah dapat digunakan pada
kedalaman lebih dari 50 m.

11.3 Pemindahan (Removal)


11.3.1 Eksavasi (Excavation)
Melakukan penggalian tanah dimana kontaminan tersebut berada. Teknik ini telah banyak
dilakukan pada beberapa lokasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun ada
beberapa kekurangan dari eksavasi yaitu :
a. Komponen berbahaya dapat terpapar pada pekerja yang ada di lokasi penggalian.
b. Tanah yang terkontaminasi memerlukan perlakuan dan pembuangan lebih lanjut
sehingga dapat meningkatkan biaya operasi.
c. Eksavasi hanya dapat dilakukan pada area yang relatif sempit

11.3.2 Pompa dan olah (Pump and treat)


Metode Pump and treat secara luas digunakan untuk teknik remediasi pada air tanah
terkontaminasi dengan cara memindahkan air yang terkontaminasi dari subpermukaan
melalui satu atau lebih sumur untuk memompanya keluar. Selain itu air bersih terbawa
kedalam daerah terkontaminasi melalui pemompaan atau flushes (pembilasan).

Beberapa faktor yang dapat membatasi keefektifan dari pembilasan air (water flushing) pada
pemindahan kontaminan diantaranya:
1. Keberadaan zona dengan permeabilitas rendah
Terdapat dibawah subpermukaan berpasir, yang menciptakan domain dimana aliran
adveksi dan transportasi sangan minim dibandingkan pada daerah sekitar pasir. Aliran air
tanah berada disekitar lumpur/tanah liat sehingga kontaminan yang melalui difusi pori
dialirkan dengan proses yang relatif lambat.
2. Desorpsi laju-terbatas
Penelitian memperlihatkan bahwa adsorbsi/desorbsi pada solut melalui media berpori
dapat secara signifikan membatasi laju. Ketika laju desorpsi cukup lambat, konsentrasi
dari kontaminan dalam air tanah lebih rendah daripada konsentrasi yang diperoleh di
bawah kondisi dari laju desopsi
3. Keberadaan cairan tak larut
Fasa residual dari cairan organik tak larut dapat berada dibagian subpermukaan yang
terkontaminasi.

11.3.3 Peningkatan Pemindahan (Enhanced Removal)


Pendekatan dikembangkan untuk meningkatkan pemindahan pada solubilitas rendah,
sorpsi tinggi, yaitu dengan menginjeksikan bahan kimia kedalam aquifer seperti surfaktan
(contoh : detergent) yang dapat menyebabkan desolusi dan desorpsi pada kontaminan,
sehingga peningkatan pemindahan dapat efektif.
11.3.4 Ekstraksi Uap Tanah
Prinsipnya sama seperti pump and treat namun fluida berupa udara dari pada air, syarat
dari metode ini yaitu, pertama tanah harus mengandung fasa gas sehingga udara yang
terkontaminasi dapat berjalan, kedua, kontaminan harus dapat mentransfer dari fasa lain (
pasat, air, cairan tak larut) kedalam fasa gas.

11.4 Perlakuan (Treatment)


In situ treatment merupakan metoe dalam membersihkan daerah yang terkontaminasi.
Teknologi ini sangan menarik karena dapat digunakan dengan biaya rendah,
mengeleminasi resiko terkait dengan bahaya pembentukan dari kontaminan. Terdapat dua
tipe In situ treatment yaitu biologi (bioremediasi) dan kimiawi.

11.4.1 Bioremediasi
Tujuan bioremediasi adalah mengeksploitasi proses biodegradasi alami untuk membersihkan
daerah terkontaminasi, terdapat beberapa tipe bioremediasi yaitu:
Bioremediasi in situ ; perlakuan di tempat daerah terkontaminasi
Bioremediasi ex situ ; perlakuan pada tanah atau air terkontaminasi yang dipindahkan dari
daerah terkontaminasi
Bioremediasi intrinsik ; biodegradasi kontaminan yang terjadi tanpa adanya simulasi atau
perlakuan

Beberapa faktor kritikal yang dapat menyebabkan keberhasilan bioremediasi adalah kondisi
lingkungan, kontaminan, keberadaan nutrien, dan keberadaan mikroorganisme pendegradasi.
Pengembangan teknologi bioremediasi didasarkan pada penerapan standard
11.4.1.1 Penambahan oksigen atau gas lain
Faktor umum dalam bioremediasi adalah keberadaan oksigen , karena oksigen sedikit larut
dalam air dan mempunyai laju difusi rendah pada air dan udara.
Bioventing adalah teknik yang digunakan untuk menambahkan oksigen secara langsung ke
dalam zona tak jenuh, yang merupakan kombinasi teknologi soil venting dan bioremediasi.
Air sparging dapat digunakan untuk menambah oksigen ke zona jenuh. Proses ini dilakukan
penginjeksian udara dibawah tekanan air permukaan.

11.4.1.2 Penambahan nutrien


Banyak daerah terkontaminasi mengandung limbah organik yang kaya akan karbon tetapi
miskin nitrogen dan fosfor, penginjeksian nutrien bertujuan untuk mengoptimasi rasio
karbon : fosfor : nitrogen (C:P:N) kira kira 100:10:1.
11.4.1.3 Stimulasi degradasi anaerobik menggunakan alternatif akseptor
elektron
Akseptor tersebut diantaranya nitrat, sulfat, ion besi (Fe3+) dan karbondioksida.
11.4.1.4 Penambahan surfaktan
Surfaktan dapat disintesis secara kimia, namun dapat juga diproduksi oleh mikroornasime
yang disebut biosurfaktan, seperti surfaktan sintetik, biosurfaktan meningkatkan solubilitas
dan menurunkan penyerapan kontaminan, sehingga menyebabkan peningkatan laju
biodegradasi.

11.4.1.5 Penambahan mikroorganisme


Spesifik mikroorganisme dapat ditambahkan untuk meningkatkan keberadaan populasi,
proses ini dinamakan bioaugmentasi
11.4.1.6 Kontaminan logam
Pendekatan bioremediasi logam dilakukan melalui:

Bioleaching
Teknik ini telah dilakukan dengan melarutkan logam dengan asam yang diproduksi melalui
mikroorganisme spesifik seperti Thiobacillus ferrooxidans dan T.thiooxidans. bakterial
surfaktan juga dapat digunakan untuk menghilangkan logam dari tanah dan air yang
terkontaminasi.
Volatilisasi
Alkalinasi yang dilanjutkan dengan volatilisasi telah diusulkan sebagai teknik remediasi dari
tanah dan sedimen terkontaminasi selenium
Bioakumulasi / kompleksasi
Teknologi penghilangan logam dari larutan didasarkan pada interaksi beberapa mikrobiallogam spesifik, pengikatan ion logam pada permukaan sel mikrobial, penyerapan intraselular
pada logam dan presipitasi logam melalui kompleksasi secara mikrobial menghasilkan ligan.

11.4.2 Perlakuan Kimia in situ


Proses dimana kontaminan didegradasi melalui reaksi transformasi seperti hidrolisis atau
oksidasi-reduksi di dalam tanah atau zona vadose. Dapat dilakukan dengan menginjekan
suatu reagen kedalam zona terkontaminasi pada subpermukaan atau melalui penempatan
penghalang permeabel. Faktor pengontrol kinerja teknik injeksi adalah cara membawa
reagen ke lokasi yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai