Anda di halaman 1dari 18

PENYAKIT MENIERE

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kepanitraan Ilmu Penyakit Telinga Hidung


Tenggorok - Kepala Leher
Rumah Sakit Tingkat II Dustira

DISUSUN OLEH :
Nugraha Setiawan 41051125

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
RUMAH SAKIT DUSTIRA
CIMAHI
2007

BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Tuhan, penciptaan manusia begitu
sempurna secara lahir maupun batin. Sikap berdiri manusia adalah yang paling
gagah, dan sikap berdiri tegak ini sangat dibanggakan oleh manusia sendiri.
Manusia sangat takut bila menderita penyakit yang menyebabkan dia tidak
mampu berdiri, sehingga dia harus tidur terus, yang kadang-kadang sampai beberapa
hari. Salah satu penyakit yang mengakibatkan manusia tidak dapat berdiri tegak
adalah penyakit Meniere.
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa
penyakit ini berada dalam telinga, sedangkan pada waktu itu para ahli banyak
menduga bahwa penyakit ini berada pada otak. Pendapat Meniere dibuktikan oleh
Hallpike dan Cairn tahun 1983, dengan ditemukannya hidrops endolimfa, setelah
memeriksa tulang temporal pasien Meniere.
Pada makalah ini akan dijelaskan hal-hal yang berkenaan dengan penyaki
Meniere.

BAB II
EMBIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
Embriologi, anatomi dan fisiologi adalah modal untuk memahami fungsi, dan
tentunya patologi dan pengobatan telinga. Mengaitkan ilmu-ilmu dasar dengan
disiplin ini pada akhirnya adalah untuk lebih memahami penatalaksanaan penyakit
telinga dan keseimbangan. Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
2.1 PERKEMBANGAN TELINGA
2.1.1 Telinga Luar
Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ectoderm. Membrana
timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium
perkembangannya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan
jaringan telinga, tapi kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian ini
mungkin merupakan suatu factor penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis
bangunan ini. Aurikula berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus
brankialis pertama dan kedua. Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis
dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang
merupakan cabang pleksus servikalis.
2.1.2 Telinga Tengah
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga
berisi udara ini meluar ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di
sekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah

mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus brankialis. Maleus dapat dianggap berasal
dari rawan arkus brankialis pertama (kartilago Meckel), sedangkan inkus dan stapes
dari rawan arkus brankialis kedua( kartilago Reichrt ).Saraf korda timpani berasal
dari arkus kedua (fasialis) menuju saraf pada arkus pertama (mandibularis-lingualis).
Saraf timpanikus (dari Jacobson) berasal dari saraf arkus brankialis ketiga
(glosofaringeus) menuju saraf fasialis. Kedua saraf ini terletak dalam rongga telinga
tengah. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot tensor
timpani yang melekat pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh
saraf mandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua, dipersarafi oleh suatu
cabang saraf ketujuh.
2.1.3 Telinga Dalam
Plakoda otika ectoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio.
Plakoda ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya
terkubur di bawah permukaan sebagai vesikel otika. Letak vesikel dekat dengan otak
belakang yang sedang berkembang dan sekelompok neuron yang dikenal sebagai
ganglion akustikofasialis. Ganglion ini penting dalam perkembangan dari saraf
fasialis, akustikus dan vestibularis. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum
yang terletak dekat tabung saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi
duktus endolimfanikus. Vesikel otika kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus
superior dan sakulus inferior. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip
gelang. Lapisan membran yang jauh dari ferifer gelang diserap, meninggalkan tiga
kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus

koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir khusus berasal dari
neuromast yang yang tidak terlapisi yang tidak berkembang dalam kanalis
semisirkularis untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus untuk
membentuk macula, dan dalam koklea untuk membentuk organ korti. Organ-organ
akhir ini kemudian berhubungan dengan neuron-neuron ganglion akustikofasialis.
Neuron-neuron inilah yang membentuk ganglia saraf vestibularis dan ganglia spiralis
dari saraf koklearis.
Mesenkim di sekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu
kapsul rawan di sekitar turunan membranosa dari vesikel otika. Rawan ini diserap
pada daerah-daerah tertentu di sekitar labirin membranosa, menyisakan suatu rongga
yang berhubungan dengan rongga yang terisi LCS melalui akuaduktus koklearis, dan
membentuk rongga perilimfatik labirin tulang. Labirin membranosa berisi endolimfe.
Tulang yang berasal dari kapsula rawan vesikel otika adalah jenis tulang khusus yang
dikenal sebagai endokondral.
2.1.4 Tulang Temporal
Tulang temporal yang membungkus telinga berasal dari empat bagian
terpisah. Bagian liang telinga yang bertulang berasal dari cincin timpani. Prosesus
stiloideus berasal dari rawan brankial kedua. Pars skuamosa berkembang dalam
rawan, sedangkan pars petrosa berasal dari kapsula kartilaginosa vesikel otika.
Terdapat garis-garis sutura di antara bagian-bagian ini yang dapat terlihat pada tulang
temporal. Prosesus mastoideus belum terbentuk pada saat lahir dan ini berarti saraf
fasialis bayi terletak sangat superficial. Turunan resesus tubotimpanikus yang terisi

udara meluas dari telinga tengah melalui aditus sampai antrum, yaitu daerah yang
terisi udara dalam tulang mastoid. Sebagian tulang amat buruk pneumatisasinya atau
menjadi skerotik, lainnya dengan peumatisasi sedang atau diplotik, tapi tulang
mastoid, sebagian besar tulang petrosa dan bahkan tulang skuamosa temporal
umumnya dapat terisi oleh sel-sel udara.

2.2 ANATOMI TELINGA


2.2.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Batas-batas telinga luar terdiri dari :
Depan

: sendi temporomandibuler

Belakang

: sel-sel udara mastoid

Atas

: fossa kranii media

Belakang atas : antrum mastoid


Medial

: membran timpani

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Bentuk rawan ini unik
dan dalam merawat trauma telinga luar bangunan ini harus tetap dipertahankan.
Bagian-bagian daun telinga terdiri dari tragus, anti tragus, heliks, anti heliks, krura
antiheliks, krus heliks, lobulus, concha, fosa scapoid, fosa triangularis.
Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya 2,5 3 cm.

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat vibrissae, kelenjar pilo
sebasea, seruminosa yang menghasilkan serumen.
2.2.2 Telinga Tengah
Telinga tengah dapat dibayangkan sebagai sebuah kotak dengan enam sisi.
Dinding posterior lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut
berbentuk seperti baji.
Batas-batas telinga tengah:
Luar

: membran timpani

Depan

: tuba eustasius

Bawah

: bulbusjugularis

Belakang

: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikularis.

Atas

: tegmen timpani

Dalam

: berturut-turut dari atas kebawah kanalis semi


sirkularis horizontal, kanalis fasialis, oval window,
round window, dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bisa dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membrane Shrapnell), bagian bawah disebut pars tensa (membrane propia.
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar merupakan lanjutan epitel kulit
liang telinga dan bagain dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa mempunyai
satu lapisan lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit
serat elastin yang berjalan secara radierdi bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut


sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah bawah, yaitu pada
pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.
Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah
yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garisitu di umbo,
sehingga didapatkan bagian antero superior, antero inferior, postero superior, posteri
inferior. Untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Bila melakukan miringotomi atau parasntesis, dibuat insisi di bagian postero
inferior membrane timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di
dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kearah dalam,yaitu : maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus
longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dan antrum
mastoid

2.2.3 Telinga Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan
perilimfe skala vestibule.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala
media berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe berbeda dengan
endolimfe. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membrane vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membrane tektoria, dan pada membrane basalis melekat sel-sel rambut yang terdiri
dari sel-sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ
Corti.
2.3 FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah

melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasi getaran melalui


daya unkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplikasi akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfe pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basalis dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini akan menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,lalu dilanjutkan
ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran ( area 39-40) di lobus
temporalis.

10

BAB III
MENIERE DISEASE
Setiap orang terkadang kehilangan keseimbangan yang kadang-kadang
disusul dengan terjatuh; bila kejadian ini berulang kali terjadi, atau terjatuh tanpa
didahului rasa hilang keseimbangan, keadaan tersebut dapat disebabkan oleh
gangguan neurologik.
Penyakit meniere adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang
vertigo, tuli, dan tinnitus
3.1 Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe
pada koklea dan vertibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul
diduga disebabkan oleh : (1) meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, (2)
berkurangnya tekanan osmotic di dalam kapiler,(3) meningkatnya tekanan osmotic
ruang ekstrakapiler,(4) jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan cairan endolimfe.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membran reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibuli, terutama di daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami
pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media
dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah

11

dan basal koklea. Hal ini yang akan menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah
pada penyakit meniere.
3.2 Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume
endolimfe diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfe dan
ganggguan klinik pada membrane labirin.
3.3 Gejala Klinis
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan tuli saraf.
Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali berusaha
untuk berdiri dia merasa berputar, mual, dan muntah. Hal ini dapat berlangsung
beberapa hari bahkan sampai beberapa minggu., meskipun keadaannya berlangsung
membaik. Penyakit ini dapat sembuh tanpa obat dan gejala penyakit dapat hilang
sama sekali. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan,
tidak seperti serangan yang pertama kali. Pada penyakit Meniere vertigonya periodic
yang makin mereda pada serangan-serangan berikutnya.
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan
dalam keadaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan normal kembali. Gejala
lain yang menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang-kadang meneta, meskipun
diluar serangan. Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh di
dalam telinga.

12

Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit


yang lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti penyakit Meniere, tomur
N.VIII, sclerosis multiple, neuritis vestibuler atau vertigo posisi paroksismal jinak.
Pada tumor N.VII serangan vertigo periodic, mula-mula lemah dan makin
lama makin kuat. Pada sclerosis multiple, vertigo periodic tetapi intensitasnya sama
pada setiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodic dan
makin lama makin menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya
penyakit ini timbul setelah penderita menderita influenza.Vertigo hanya didapatkan
pada permulaan penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak disertai dengan
komplikasi. Vertigo posisi paroksismal jinak, keluhan vertigo datang secara tiba-tiba
terutama pada perubahan posisi kepala dan keluhan vertigonya datang secara tibatiba terutama pada perubahan posisi kepala dan keluha vertigo terasa sangat berat,
kadang-kadang disertai rasa mual sampai muntah, berlangsung tidak lama.
3.4 Diagnosis Penyakit Meniere
Diagnosis dipermudah dengan dilakukannya criteria diagnosis, yaitu: (1)
vertigo hilang timbul, (2) fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf, (3)
menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N VIII. Bila
gejala-gejala khas penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis
penyakit Meniere dapat ditegakkan.
Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini.
Bila dalam anamnesa terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangakan pada
pemeriksaan ternyata terdapat tuli saraf, maka kita sudah dapat mendiagnosis

13

penyakit Meniere, sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya
perbaikan dalam tuli saraf kecuali pada penyakit Meniere. Dalam hal yang
meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin. Selain itu tes
gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan
shunt. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik.
3.5 Pengobatan
Pada saat datang biasanya diberikan obat-obatan simtomatik, seperti sedative
dan bila diperlukan dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis telah ditemukan,
pengobatan yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.
Khusus untuk penyakit Meniere diberikan obat-obatan vasodilator perifer
untuk mengurangi tekanan hidrops endolimfe. Dapat pula tekanan endolimfe ini
disalurkan ketempat lain dengan operasi, yaitu membuat shunt.
Obat-obatan antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternative dan
juga diberikan obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.
Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo yang disebabkan
oleh rangsangan dari perputaran leher, ialah dengan traksi leher dan fisioterapi,
disamping latihan-latihan lain dalam rangka rehabilitasi.
Tindakan pembedahan untuk mengurangi vertigo adalah dengan cara
neurektomi vestibuler, di mana dilakukan pemotongan saraf yang menuju kanalis
semisirkularis.

14

Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan pendengaran yang


berat,

dilakukan

labirintektomi,

yaitu

pengangkatan

koklea

dan

kanalis

semisirkularis.
Rehabilitasi penting diberikan , sebab dengan melatih sistem vestibuler ini
sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi denga latihan yang
teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya menderita vertigo servikal
dapat diatasi dengan latihan yang intensif, sehingga gejala yang timbul tidak lagi
mengganggu pekerjaannya sehari-hari.

15

BAB IV
KESIMPULAN
1. Penyakit Meniere adalah penyakit yang mengakibatkan seseorang mengalami
gangguan dalam hal keseimbangannya.
2. Penyakit Meniere adalah penyakit yang belum diketahui penyebab pastinya,
namun diduga terjadi karena penambahan volume endolimfe yang
diakibatkan gangguan biokimia cairan endolimfe dan gangguan klinik pada
membrane labirin.
3. Penyakit Meniere terdiri dari tiga gejala yaitu vertigo, tinnitus, tuli saraf.
4. Pengobatan penyakit Meniere tidak akan adekuat apabila penyebab dari
penyakit Meniere tersebut tidak dihilangkan

16

DAFTAR PUSTAKA
Bailey, Byron J. Head & Neck Surgery Otolangyngology . 4 thed.Volume two.
Lippincott Williams & Wilkins
Bailey, Byron J. Head & Neck Surgery Otolangyngology . 4 thed.Volume two.
Lippincott Williams & Wilkins
Bluestone, Charles D dkk. Pediatric Otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia and
London : W.B. Saunders Company
Jackson, L Chevalier. 1946.Diseases of the Nose, Throat, and Ear. Philadelphia
and London : W.B.Saunders Company
Strome, Marshall dkk. Manual of Otolaryngology. Boston / Toronto : Little,
Brown and Company
www//Ear Surgery Information center-menieres disease.htm. Ear Surgery
Information center
www// Medicastore_ Com. Penyakit Meniere.

17

18

Anda mungkin juga menyukai