Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANDIRI

AUHAN KEPERAWATAN DAN TEKNOLOGI


KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN AVIAN
INFLUENZA

Disusun Oleh:

Alma Ananda Alieva Noor Wahyudina (20120320028)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Avian
Influenza ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib dikerjakan di Blok
Sistem Respirasi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Makalah ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas tugas yang telah
dilaksanakan lebih diberikan.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Orang Tua.
2. Dosen.
3. Teman-teman.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Terimakasih.

Yogyakarta, Desember 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Penyakit Aavian Influenza, atau lebih dikenal sebagai Flu Burung
merupakan topik yang ramai dibicarakan diseluruh dunia. Hal ini disebabkan
karrena perkembangannya yang sangat pesat serta memakan banyak korban,
baik hewan maupun manusia.
Dari latar belakang tersebut, penulis memilih Avian Influenza sebagai
tema dari makalah ini,
1.2 Tujuan.
1.2.1

Memberi informasi tentang pengertian, etiologi, epidemiologi serta


gejala Avian Influenza.

1.2.2

Menganalisa masalah keperawatan pada pasien dengan Avian


Influenza.

1.3 Manfaat.
1.3.1

Dapat mengetahui pengertian, etiologi, epidemiologi serta tanda


dan gejala Avian Influenza.

1.3.2

Mengetahui masalah keperawatan pada pasien dengan Avian


Influenza.

1.4 Rumusan Masalah.


1.4.1

Apa yang dimaksud penyakit Avian Influenza?

1.4.2

Apa penyebab penyakit Avian Influenza?

1.4.3

Bagaimana penyebaran penyakit Avian Influenza?

1.4.4

Bagaimana tanda dan gejala penyakit Avian Influenza?

1.4.5

Bagaimana cara mendiagnosa Avian Influenza?

1.4.6

Apa saja masalah keperawatan dan teknologi keperawatan yang


muncul serta penanganan pasien dengan penyakit Avian Influenza?

1.4.7

Bagaimana pandangan islam mengenai penyakit?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Avian Influenza.


Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke
manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi
genetik sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam
perkembangannya dapat menyebabkan pandemik.
2.2 Etiologi Penyakit Avian Influenza.
Pada dasarya penyakit Influenza digolongkan menjadi tiga golongan,
yaitu Influenza A, Influenza B, dan Influenza C. Avian Influenza merupakan
golongan Influenza A, antigenisitas virus influenza tipe A sangat dipengaruhi
oleh susunan protein hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) pada
membran permukaan virus. Atas dasar ini, virus influenza tipe A dapat
digolongkan menjadi 16 subtipe HA (H1-H16) dan 9 subtipe NA (N1-N9).
Hampir sebagian besar virus influenza tipe A yang menyerang burung liar
maupun unggas domestik lebih dikenal dengan Avian Influenza (AI),
menyebabkan infeksi subklinis dan tidak menimbulkan efek kematian pada
spesies-spesies tersebut, sehingga dalam penggolongan patogenisitas, virusvirus ini memiliki tingkat keganasan yang rendah atau Low Pathogenic AI
(LPAI). Diantara 16 subtipe HA, virus-virus AI dari subtipe H5 dan H7
memiliki kemampuan untuk melakukan mutasi genetik yang berakibat pada
perubahan patogenesitas virus dari LPAI menjadi

Highly Pathogenic AI

(HPAI). Manusia jarang terinfeksi virus AI, namun hal ini dapat terjadi dan
telah dilaporkan di berbagai negara. Gejala klinis infeksi AI pada manusia
umumnya ringan (demam, konjungtivitis dan gejala lain seperti flu), tetapi
dapat meningkat menjadi berat seperti pneumonia parah dan kegagalan fungsi
beberapa organ vital yang dapat berujung kematian.
2.3 Epidemiologi Penyakit Avian Influenza.
Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi
melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung (Bridges

CB, et.al. 2003). Sebagian besar kasus infeksi HPAI pada manusia disebabkan
penularan virus dari unggas ke manusia (Beigel JH et.al. 2005).
Berdasarkan hasil kajian secara genomik, dikenal beberapa subtipe dari
avian influenza, namun demi- kian selama 6 tahun terakhir hanya subtipe H5,
H7 dan H9 yang dike- tahui mampu menyebar dari unggas ke manusia (Liu
J.,et.al. 2005).
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara memberi makan
binatang seperti kucing, macan, ataupun macan tutul dengan unggas yang
terinfeksi dengan H5N1 terbukti bahwa binatang pemakan daging tersebut
dapat mengalami kelainan paru berupa pneumonia, severe diffuse alveolar
damage, dan dapat menyebabkan kematian (Keawcharoen J, et.al. 2004,
Kuiken T, et.al. 2004). Bukti bahwa terjadinya transmisi dari manusia ke
manusia sangat jarang ditemukan. Namun demikian berdasarkan beberapa
kejadian dimana terjadi kematian pasien yang berkerabat dekat disebabkan
oleh infeksi virus H5N1 (Hien TT, et. al. 2004), dan transmisi yang terjadi
didalam keluarga penderita pada tahun 2004 di Thailand, antara seorang anak
perempuan berumur 11 tahun yang tinggal bersama bibinya, diduga telah
menularkan virus H5N1 kepada bibi dan ibunya yang datang dari kota lain
yang berjauhan untuk merawat anaknya yang sakit terinfeksi H5N1. Putrinya
meninggal pada tanggal 8 September 2004 setelah sempat dirawat selama satu
hari di rumah sakit. Seminggu kemudian pada tanggal 17 September ibunya
dibawa kerumah sakit dan diduga terinfeksi virus H5N1 dan meninggal pada
tanggal 20 September 2004. Sedangkan bibinya menderita gejala flu dan
dibawa ke rumah sakit pada tanggal 23 September dan diobati dengan
oseltamivir (tamiflu). Bibinya berhasil disembuhkan dan pulang dari rumah
sakit pada tanggal 7 Oktober 2004. Dari pemeriksaan laboratorium dapat
dipastikan bahwa baik ibu maupun bibinya telah ter- infeksi virus H5N1 yang
berasal dari anaknya, selama mereka merawat anaknya yang sedang sakit
(Ung- chusak K, et.al. 2005). Kekhawatiran yang muncul di kalangan para ahli
genetika adalah bila terjadi rekom- binasi genetik (genetic reassortment)

antara virus influenza burung dan virus influenza manusia, sehingga dapat
menular antara manusia ke manusia.
Ada dua kemungkinan yang dapat menghasilkan subtipe baru dari H5N1
yang dapat menular antara manusia ke manusia. Pertama, virus dapat
menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat
beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia, atau virus burung
tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat
bereplikasi secara efektif di dalam sel manusia. Subtipe baru virus H5N1 ini
bermutasi sedemikian rupa untuk membuat protein tertentu yang dapat
mengenali reseptor yang ada pada manusia, untuk jalan masuknya ke dalam
sel manusia, atau yang kedua, kedua jenis virus, baik virus avian maupun
human influenza tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia,
sehingga terjadi mix atau rekombinasi genetik, sehingga menghasilkan
strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia (Herman RA & Strorck M.
2005). Walaupun perkiraan fase dimana penularan antar manusia ini masih
belum dapat diketahui, akan tetapi pencegahan transmisi antar manusia ini
perlu mendapatkan perhatian yang serius.
2.4 Tanda dan Gejala penyakit Avian Influenza.
2.4.1

Tanda dan Gejala pada Unggas.

Tanda dan gejala pada unggas dapat berupa jengger berwarna biru,
pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau sering
terdapat borok di kaki yang disebut dengan kaki kerokan, adanya cairan
pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan pernapasan, keluar cairan
jernih sampai kental dari rongga mulut, diare, haus berlebihan dan cangkang
telur lembek, dan kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati
100% dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu.
2.4.2

Gejala pada manusia

Gambaran klinis pada manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan


gejala seperti terkena flu biasa. Diawali dengan demam, nyeri otot, sakit
tenggorokan, batuk, sakit kepala dan pilek. Dalam perkembangannya kondisi
tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera ditolong, korban bisa

meninggal karena berbagai komplikasi misalnya terjadinya gagal napas karena


pneumonia dan gangguan fungsi tubuh lainnya karena sepsis.
2.5 Tes Diagnostik.
2.5.1

Pemeriksaan Laboratorium

Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan
untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit),
spesimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk
konfirmasi diagnostik.
2.5.2

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap


tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini
adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT
Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks
normal sebagai langkah diagnostik dini.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan.


2.6.1

Pengkajian.
Anamnesa

Identitas pasien, status kesehatan berupa status kesehatan saat ini


(keluhan utama masuk rumah sakit, alas an utama masuk rumah sakit dan
perjalanan penyakit saat ini, upaya yang dilakukan untuk mengatasinya) dan
status kesehatan masa lalu (penyakit yang pernah dialami, riwayat masuk
rumah sakit, riwayat alergi, kebiasaan yang merugikan kesehatan), riwayat
penyakit keluarga, keadaan lingkungan (memelihara hewan unggas atau
tidak).
Pola Kebutuhan dasar (Virginia Hunderson)
Pada kasus ini, perlu juga dilaksanakan pengkajian pola bernapas, makan
dan minum, eleminasi, gerak dan aktifitas, istirahat dan tidur, pengaturan suhu
tubuh, kebersihan diri, rasa nyaman, rasa aman, hubungan social,
pengetahuan, rekreasi, spiritual, prestasi.

Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu dikaji pada fisik pasien berupa keadaan umum, tandatanda vital (HR, Temperature, RR, BP), pemeriksaan penunjang (tes darah
rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, ronsen foto dada, AGD, deteksi virus),
pemeriksaan laboratorium berupa isolasi virus (membutuhkan bahan: darah,
internal organ, hapusan hidung dan mulut) dan serologi (untuk mengetahui
reaksi antigen, antibodi secara invitro. Untuk dapat menegakkan diagnosa
suatu penyakit infeksi: kita dapat mengisolasi atau menemukan kuman
penyebabnya).
Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan:
Data subyektif: pasien mengatakan badannya terasa panas, pasien
mengatakan nyeri pada tenggorokannya, pasien mengatakan tidak nafsu
makan, pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas,
pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare.
Data obyektif: suhu badan pasien meningkat diatas 38 0 C, pada
pemeriksaan photo thorax terdapat infiltrate di paru, BB menurun, pasien
tampak batuk dan mengeluarkan sputum, pasien tampak sesak dengan RR
diatas 30 x/menit, PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg, tekanan sistolik < 90 mmHg,
tekanan diastolic < 60 mmHg, serum kreatinin 2mg/dl, jumlah limfosit,
leukosit dan trombosit menurun.
2.6.2

Diagnosa Keperawatan.

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi


sekret.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh.
4. Perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

berhubungan

dengan

meningkatnya peristaltik usus ditandai mual muntah.


5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya peristaltic
usus ditandai dengan diare.

6. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan metabolisme anaerob


ditandai dengan pasien tampak meringis.
2.6.3

Rencana Tindakan.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
KRITERIA

INTERVENSI

RASIONAL

HASIL

Bersihan jalan

Tujuan :

nafas tidak efektif

Setelah

dada dan Anjurkan

efektif dan

berhubungan

dilakukan

pasien untuk batuk

pembersihan eksudat,

dengan

tindakan

efektif

jalan nafas pasien

peningkatan

keperawatan

produksi sekret

diharapkan

sedikitnya 2500 ml -

jalan nafas

per hari (kecuali

yang hangat)

pasien efektif

kontra indikasi)

memobilisasi dan

Kriteria hasil : -

Berikan psioterapi -

Berikan cairan

indikasi ( pasien

dapat di

tidak sadar)

keluarkan

menjadi lancar

Pengisapan sesuai

Eksudat dapat

Dengan batuk

Cairan (khususnya

merangsang
pengeluaran sekret
-

Kolaborasi dalam

Pemberian udara
hangat dan basa dapat

pemberian tindakan

mengencerkan sekret

nebulizer

sehingga mudah
dikeluarkan
-

Pemberian obat
melalui Neboliser
akan membantu
mengencerkan dahak

Pola nafas tidak

Tujuan :

Mandiri :

efektif

Setelah

berhubungan

diberikan askep

pengeluaran. Hitung

status cairan.

dengan

selama .x24

keseimbangan cairan,

Peubahan tiba-tiba

peningkatan

jam pola nafas

catat kehilangan tak

pada berat badan

Pantau pemasukan/-

Evaluator langsung

ekspansi dada

pasien kembali

kasat mata. Timbang

dicurigai kehilangan/

normal

berat badan sesuai

retensi cairan.

Kriteria hasil :

indikasi.
-

Evaluasi turgor

status cairan/

kulit, kelembaban

perbaikan

membran mukosa,

ketidakseimbangan.

adanya edema

dependen/ umum.
-

Indikator langsung

Pantau tanda vital

Kekurangan cairan
mungkin
dimanifestasikan oleh

(tekanan darah, nadi,

hipotensi dan

frekuensi,

takikardi, karena

pernafasan).

jantung mencoba

Auskultasi bunyi

untuk

nafas, catat adanya

mempertahankan

krekels.

curah jantung.

Kaji ulang

Kelebihan cairan/

kebutuhan cairan.

terjadinya gagal

Buat jadwal 24 jam

mungkin

dan rute yang

dimanifestasikan oleh

digunakan. Pastikan

hipertesi, takikardi,

minuman/ makanan

takipnea, krekels,

yang disukai pasien

distres pernapasan.

Hilangkan tanda -

Tergantung pada

bahaya dan ketahui

situasi, cairan dibatasi

dari lingkungan.

atau diberikan terus.

Berikan kebersihan

Pemberian informasi

mulut yang sering.

melibatkan pasien

Anjurkan pasien

pada pembuatan

untuk minum dan

jadwal dengan

makan dengan

kesukaan individu

perlahan sesuai

dan meningkatkan

indikasi.

rasa terkontrol dan

Kolaborasi :

kerjasama dalam

Berikan cairan IV

program.

melalui alat kontrol. -

Pemberian
antiemetik, contoh

rangsang muntah
-

Dapat menurunkan

proklorperazin

terjadinya muntah

maleat (compazine),

bila mual.

trimetobenzamid

Dapat menurunkan

Cairan dapat

(tigan), sesuai

dibutuhkan untuk

indikasi.

mencegah dehidrasi,

Pantau

meskipun pembatasan

pemeriksaan

cairan mungkin

laboratorium sesuai

diperlukan bila pasien

indikasi, contoh

GJK.

Hb/Ht, BUN/

Dapat membantu

kreatinin, protein

menurunkan mual/

plasma, elektrolit.

muntah (bekerja pada


sentral, daripada di
gaster) meningkatkan
pemasukan cairan/
makanan.
-

Mengevaluasi
status hidrasi, fungsi
ginjal dan penyebab/
efek
ketidakseimbangan.

2.7 Teknologi Keperawatan.


2.7.1

Batuk Efektif.

Batuk efektif merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan


menjaga paru paru agar tetap bersih, disamping dengan memberikan

tindakan nebulizer dan postural drainage. Batuk efektif dapat di berikan pada
pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat
lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan keperawatan untuk pasien
dengan gangguan penapasan akut dan kronis.
Langkah langkah perlakuan batuk efektif meliputi pasien diberi posisi
duduk tegak di tempat tidur dengan kaki disokong, kemudian Inhalasi
maksimal dengan mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan pernafasan
diafragma sambil meletakkan 2 jari tepat di bawah procesus xipoideus dan
dorong dengan jari saat mendorong udara, lalu pasien disuruh tahan nafas
selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan lahan melalui mulut,
ambil nafas kedua dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan
kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorokan) dan gunakan 2
batuk pendek yang benar-benar kuat, setelah itu istirahat 2 3 menit kemudian
diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari awal.
2.7.2

Fisioterapi Dada.

Fisioterapi dada merupakan salah satu program perawatan pada system


respirasi dengan membersihkan paru paru dari akumulasi secret. Fisioterapi
dada menggunakan gravitasi dan terapi fisik untuk membantu secret keluar
dari paru dan untuk menstimulasi batuk. Dilakukan melalui kombinasi
beberapa cara, yaitu: perkusi menggunakan telapak tangan / face mask,
vibrasi, nafas dalam dan batuk.
2.7.3

Kompres Hangat.

Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang


telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43 0C. Lokasi kulit
tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat
pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang
ditimbulkannya.

Kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer,

sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh.


Penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi demam kombinasi
antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik
saja, selain itu juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang

dirasakan. Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang


tidak berlawanan dalam menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu,
pemakaian kombinasi keduanya dianjurkan pada tatalaksana demam.
2.8 Evaluasi
Eksudat dapat dapat di keluarkan.
Pola napas pasien menjadi efektif dengan RR 16-20 x / menit.
2.9 Kajian Islam
Virus hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektronik.
Kitab suci Al-Quran telah membentuk satu konsep mikrobiologi didalamnya.
Firman Allah s.w.t.:

Katakanlah: " Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain
Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di
bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan)
langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya. (Surah Saba 34: ayat 22)
Perkataan zarrah zarrah membawa maksud zarah atau partikel yang
sangat kecil seperti mikroorganisma unisel (satu sel) dan molekul atom. Allah
SWT mengajarkan melalui ayat ini bahawa Dia (Allah) mengendalikan dunia
ghaib mikroorganisma. Dunia mikroorganisma yang tersembunyi dari
manusia dan disebabkan itu manusia tidak mempunyai kawalan atasnya. Para
saintis membuktikan bahawa mikroorganismaini menyebabkan penyakit
wabah yang paling utama Ayat Quran di atas menunjukkan bahawa makhluk
kecil yang dikendalikan oleh Allah dan manusia tidak mempunyai kawalan
pada mereka dan tidak mempunyai keupayaan untuk mengendalikan mereka
dengan cara kita.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke
manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi
genetik sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam
perkembangannya dapat menyebabkan pandemik.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan
laboratorium dan radiologik. Data subjektif dan data objektif juga dapat
dijadikan acuan dalam menegakkan diagnose keperawatannya. Dari data
subjektif dan data objektif yang ada, dapat ditegakkan diagnose keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi
sekret.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh.
4. Perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

berhubungan

dengan

meningkatnya peristaltik usus ditandai mual muntah.


5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya peristaltic
usus ditandai dengan diare.
6. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan metabolisme anaerob
ditandai dengan pasien tampak meringis.

DAFTAR PUSTAKA

Mohamd, Kartono. Adopted from www.InfluenzaReport.com by Bernd Sebastian


KampsChristian Hoffmann, and Wolfgang Preiser.
Kumala, Widyasari. Avian influenza: profil dan penularannya pada manusia.
Universa medicina volume 24, nomer 4, Oktober-Desember 2005.
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/widyasari(1).pdf.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2013 pukul 14.00.
Radji, Maksum. 2006. Avian Influenza A (H5N1): Patogenesis, Pencegahan dan
Penyebaran pada Manusia. Majalah Ilmu Kefarmasian volume 3, nomer
2,

Agustus

2006.

http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/download/1160/1067. Diakses
pada tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.30.
Wibawa, Hendra. 2013. Epidemiologi, Filogeni, dan Resiko Penularan antar
Spesies Virus Avian Influenza Baru Subtipe H7N9. Buletin Laboratorium
Veteriner Balai Besar Veteriner Wates Jogjakarta volume 13, nomer 2,
edisi

April-Juni.

http://bbvetwates.com/upload/jurnal/01_EPIDEMIOLOGI,_FILOGENI_D
AN_RESIKO_PENULARAN_ANTAR_SPESIES.pdf.
tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00.

Diakses

pada

Anda mungkin juga menyukai