Tugas Mandiri-Auhan Keperawatan Dan Teknologi Keperawatan Pada Pasien Dengan Avian Influenza
Tugas Mandiri-Auhan Keperawatan Dan Teknologi Keperawatan Pada Pasien Dengan Avian Influenza
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Avian
Influenza ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib dikerjakan di Blok
Sistem Respirasi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Makalah ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas tugas yang telah
dilaksanakan lebih diberikan.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Orang Tua.
2. Dosen.
3. Teman-teman.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2
1.3 Manfaat.
1.3.1
1.3.2
1.4.2
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6
1.4.7
BAB II
PEMBAHASAN
Highly Pathogenic AI
(HPAI). Manusia jarang terinfeksi virus AI, namun hal ini dapat terjadi dan
telah dilaporkan di berbagai negara. Gejala klinis infeksi AI pada manusia
umumnya ringan (demam, konjungtivitis dan gejala lain seperti flu), tetapi
dapat meningkat menjadi berat seperti pneumonia parah dan kegagalan fungsi
beberapa organ vital yang dapat berujung kematian.
2.3 Epidemiologi Penyakit Avian Influenza.
Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi
melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung (Bridges
CB, et.al. 2003). Sebagian besar kasus infeksi HPAI pada manusia disebabkan
penularan virus dari unggas ke manusia (Beigel JH et.al. 2005).
Berdasarkan hasil kajian secara genomik, dikenal beberapa subtipe dari
avian influenza, namun demi- kian selama 6 tahun terakhir hanya subtipe H5,
H7 dan H9 yang dike- tahui mampu menyebar dari unggas ke manusia (Liu
J.,et.al. 2005).
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara memberi makan
binatang seperti kucing, macan, ataupun macan tutul dengan unggas yang
terinfeksi dengan H5N1 terbukti bahwa binatang pemakan daging tersebut
dapat mengalami kelainan paru berupa pneumonia, severe diffuse alveolar
damage, dan dapat menyebabkan kematian (Keawcharoen J, et.al. 2004,
Kuiken T, et.al. 2004). Bukti bahwa terjadinya transmisi dari manusia ke
manusia sangat jarang ditemukan. Namun demikian berdasarkan beberapa
kejadian dimana terjadi kematian pasien yang berkerabat dekat disebabkan
oleh infeksi virus H5N1 (Hien TT, et. al. 2004), dan transmisi yang terjadi
didalam keluarga penderita pada tahun 2004 di Thailand, antara seorang anak
perempuan berumur 11 tahun yang tinggal bersama bibinya, diduga telah
menularkan virus H5N1 kepada bibi dan ibunya yang datang dari kota lain
yang berjauhan untuk merawat anaknya yang sakit terinfeksi H5N1. Putrinya
meninggal pada tanggal 8 September 2004 setelah sempat dirawat selama satu
hari di rumah sakit. Seminggu kemudian pada tanggal 17 September ibunya
dibawa kerumah sakit dan diduga terinfeksi virus H5N1 dan meninggal pada
tanggal 20 September 2004. Sedangkan bibinya menderita gejala flu dan
dibawa ke rumah sakit pada tanggal 23 September dan diobati dengan
oseltamivir (tamiflu). Bibinya berhasil disembuhkan dan pulang dari rumah
sakit pada tanggal 7 Oktober 2004. Dari pemeriksaan laboratorium dapat
dipastikan bahwa baik ibu maupun bibinya telah ter- infeksi virus H5N1 yang
berasal dari anaknya, selama mereka merawat anaknya yang sedang sakit
(Ung- chusak K, et.al. 2005). Kekhawatiran yang muncul di kalangan para ahli
genetika adalah bila terjadi rekom- binasi genetik (genetic reassortment)
antara virus influenza burung dan virus influenza manusia, sehingga dapat
menular antara manusia ke manusia.
Ada dua kemungkinan yang dapat menghasilkan subtipe baru dari H5N1
yang dapat menular antara manusia ke manusia. Pertama, virus dapat
menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat
beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia, atau virus burung
tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat
bereplikasi secara efektif di dalam sel manusia. Subtipe baru virus H5N1 ini
bermutasi sedemikian rupa untuk membuat protein tertentu yang dapat
mengenali reseptor yang ada pada manusia, untuk jalan masuknya ke dalam
sel manusia, atau yang kedua, kedua jenis virus, baik virus avian maupun
human influenza tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia,
sehingga terjadi mix atau rekombinasi genetik, sehingga menghasilkan
strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia (Herman RA & Strorck M.
2005). Walaupun perkiraan fase dimana penularan antar manusia ini masih
belum dapat diketahui, akan tetapi pencegahan transmisi antar manusia ini
perlu mendapatkan perhatian yang serius.
2.4 Tanda dan Gejala penyakit Avian Influenza.
2.4.1
Tanda dan gejala pada unggas dapat berupa jengger berwarna biru,
pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau sering
terdapat borok di kaki yang disebut dengan kaki kerokan, adanya cairan
pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan pernapasan, keluar cairan
jernih sampai kental dari rongga mulut, diare, haus berlebihan dan cangkang
telur lembek, dan kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati
100% dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu.
2.4.2
Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan
untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit),
spesimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk
konfirmasi diagnostik.
2.5.2
Pemeriksaan Radiologik
Pengkajian.
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu dikaji pada fisik pasien berupa keadaan umum, tandatanda vital (HR, Temperature, RR, BP), pemeriksaan penunjang (tes darah
rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, ronsen foto dada, AGD, deteksi virus),
pemeriksaan laboratorium berupa isolasi virus (membutuhkan bahan: darah,
internal organ, hapusan hidung dan mulut) dan serologi (untuk mengetahui
reaksi antigen, antibodi secara invitro. Untuk dapat menegakkan diagnosa
suatu penyakit infeksi: kita dapat mengisolasi atau menemukan kuman
penyebabnya).
Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan:
Data subyektif: pasien mengatakan badannya terasa panas, pasien
mengatakan nyeri pada tenggorokannya, pasien mengatakan tidak nafsu
makan, pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas,
pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare.
Data obyektif: suhu badan pasien meningkat diatas 38 0 C, pada
pemeriksaan photo thorax terdapat infiltrate di paru, BB menurun, pasien
tampak batuk dan mengeluarkan sputum, pasien tampak sesak dengan RR
diatas 30 x/menit, PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg, tekanan sistolik < 90 mmHg,
tekanan diastolic < 60 mmHg, serum kreatinin 2mg/dl, jumlah limfosit,
leukosit dan trombosit menurun.
2.6.2
Diagnosa Keperawatan.
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
Rencana Tindakan.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA
INTERVENSI
RASIONAL
HASIL
Bersihan jalan
Tujuan :
Setelah
efektif dan
berhubungan
dilakukan
pembersihan eksudat,
dengan
tindakan
efektif
peningkatan
keperawatan
produksi sekret
diharapkan
sedikitnya 2500 ml -
jalan nafas
yang hangat)
pasien efektif
kontra indikasi)
memobilisasi dan
Kriteria hasil : -
Berikan psioterapi -
Berikan cairan
indikasi ( pasien
dapat di
tidak sadar)
keluarkan
menjadi lancar
Pengisapan sesuai
Eksudat dapat
Dengan batuk
Cairan (khususnya
merangsang
pengeluaran sekret
-
Kolaborasi dalam
Pemberian udara
hangat dan basa dapat
pemberian tindakan
mengencerkan sekret
nebulizer
sehingga mudah
dikeluarkan
-
Pemberian obat
melalui Neboliser
akan membantu
mengencerkan dahak
Tujuan :
Mandiri :
efektif
Setelah
berhubungan
diberikan askep
pengeluaran. Hitung
status cairan.
dengan
selama .x24
keseimbangan cairan,
Peubahan tiba-tiba
peningkatan
Pantau pemasukan/-
Evaluator langsung
ekspansi dada
pasien kembali
dicurigai kehilangan/
normal
retensi cairan.
Kriteria hasil :
indikasi.
-
Evaluasi turgor
status cairan/
kulit, kelembaban
perbaikan
membran mukosa,
ketidakseimbangan.
adanya edema
dependen/ umum.
-
Indikator langsung
Kekurangan cairan
mungkin
dimanifestasikan oleh
hipotensi dan
frekuensi,
takikardi, karena
pernafasan).
jantung mencoba
Auskultasi bunyi
untuk
mempertahankan
krekels.
curah jantung.
Kaji ulang
Kelebihan cairan/
kebutuhan cairan.
terjadinya gagal
mungkin
dimanifestasikan oleh
digunakan. Pastikan
hipertesi, takikardi,
minuman/ makanan
takipnea, krekels,
distres pernapasan.
Hilangkan tanda -
Tergantung pada
dari lingkungan.
Berikan kebersihan
Pemberian informasi
melibatkan pasien
Anjurkan pasien
pada pembuatan
jadwal dengan
makan dengan
kesukaan individu
perlahan sesuai
dan meningkatkan
indikasi.
Kolaborasi :
kerjasama dalam
Berikan cairan IV
program.
Pemberian
antiemetik, contoh
rangsang muntah
-
Dapat menurunkan
proklorperazin
terjadinya muntah
maleat (compazine),
bila mual.
trimetobenzamid
Dapat menurunkan
Cairan dapat
(tigan), sesuai
dibutuhkan untuk
indikasi.
mencegah dehidrasi,
Pantau
meskipun pembatasan
pemeriksaan
cairan mungkin
laboratorium sesuai
indikasi, contoh
GJK.
Hb/Ht, BUN/
Dapat membantu
kreatinin, protein
menurunkan mual/
plasma, elektrolit.
Mengevaluasi
status hidrasi, fungsi
ginjal dan penyebab/
efek
ketidakseimbangan.
Batuk Efektif.
tindakan nebulizer dan postural drainage. Batuk efektif dapat di berikan pada
pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat
lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan keperawatan untuk pasien
dengan gangguan penapasan akut dan kronis.
Langkah langkah perlakuan batuk efektif meliputi pasien diberi posisi
duduk tegak di tempat tidur dengan kaki disokong, kemudian Inhalasi
maksimal dengan mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan pernafasan
diafragma sambil meletakkan 2 jari tepat di bawah procesus xipoideus dan
dorong dengan jari saat mendorong udara, lalu pasien disuruh tahan nafas
selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan lahan melalui mulut,
ambil nafas kedua dan tahan, lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan
kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorokan) dan gunakan 2
batuk pendek yang benar-benar kuat, setelah itu istirahat 2 3 menit kemudian
diulang kembali untuk latihan mulai langkah dari awal.
2.7.2
Fisioterapi Dada.
Kompres Hangat.
Katakanlah: " Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain
Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di
bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan)
langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya. (Surah Saba 34: ayat 22)
Perkataan zarrah zarrah membawa maksud zarah atau partikel yang
sangat kecil seperti mikroorganisma unisel (satu sel) dan molekul atom. Allah
SWT mengajarkan melalui ayat ini bahawa Dia (Allah) mengendalikan dunia
ghaib mikroorganisma. Dunia mikroorganisma yang tersembunyi dari
manusia dan disebabkan itu manusia tidak mempunyai kawalan atasnya. Para
saintis membuktikan bahawa mikroorganismaini menyebabkan penyakit
wabah yang paling utama Ayat Quran di atas menunjukkan bahawa makhluk
kecil yang dikendalikan oleh Allah dan manusia tidak mempunyai kawalan
pada mereka dan tidak mempunyai keupayaan untuk mengendalikan mereka
dengan cara kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke
manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi
genetik sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam
perkembangannya dapat menyebabkan pandemik.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan
laboratorium dan radiologik. Data subjektif dan data objektif juga dapat
dijadikan acuan dalam menegakkan diagnose keperawatannya. Dari data
subjektif dan data objektif yang ada, dapat ditegakkan diagnose keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi
sekret.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh.
4. Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Agustus
2006.
http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/download/1160/1067. Diakses
pada tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.30.
Wibawa, Hendra. 2013. Epidemiologi, Filogeni, dan Resiko Penularan antar
Spesies Virus Avian Influenza Baru Subtipe H7N9. Buletin Laboratorium
Veteriner Balai Besar Veteriner Wates Jogjakarta volume 13, nomer 2,
edisi
April-Juni.
http://bbvetwates.com/upload/jurnal/01_EPIDEMIOLOGI,_FILOGENI_D
AN_RESIKO_PENULARAN_ANTAR_SPESIES.pdf.
tanggal 14 Desember 2013 pukul 20.00.
Diakses
pada