Anda di halaman 1dari 22

ETIKA PENELITIAN

A. PENDAHULUAN
Ethos (tunggal)atau etha (jamak), berasal dari bahasa yunani yang mengandung
banyak arti antara lain : adat, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Dalam perkembangan selanjutnya etika adalah ilmu/pengetahuan tentang apa yang dilakukan
(pola perilaku) orang, atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang. Didalam bahasa latin
etika berasal dari kata mos (tunggal) atau mores (jamak), yang artinya kebiasaan, adat, norma
etis yang berlaku. Sehingga etika (Yunani) dan moral ( Latin) menurut etimologinya
mempunya pengertian yang sama yakni adat kebiasaan orang dalam konteks sosialnya.
Dalam kamus bahasa indonesia karangan Poerwadarminta (1953) menyatakan etika atau
akhlak adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban
orang dalam kelompok sosial. Dari ketiga pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa etika adalah ilmu atau pengetahuan yang membahas manusia, terkait dengan
perilakunya terhadap manusia lain atau sesama manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun, manusia tidak
terlepas dari etika atau moral demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang berupa penelitian,
manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia yang lain sebagai objek penelitian juga
tidaki terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam setiap hubungan antara dua belah pihak,
masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya. Contoh yang paling sederhana dalam
praktik kedokteran, dimana selalu terkait dengan hubungann antara dua belah pihak dokter
dan pasien. Diaman masing-masing pihak ini, baik dokter maupun pasien.selalu melekat hak
dan kewajiban yang harus mereka akui dan patuhi. Apabila pihak yang satu ingin menuntut
haknya, ia juga harus melakukan kewajibannya terhadap pihak yang lain.

Penelitian adalah upaya mencari kebenaran terhadap semua fenomena kehidupan


manusia, baik yang menyenangkut fenomena alam maupun sosial, budaya, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, politik, dan sebagainya. Guna pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bermuara kepada kesejahteraan umat manusia. Dalam kegiatan penelitian
tidak akan terlepas terjadinya hubungan atau relasi antara pihak-pihak yang berkepentingan,
sekurang-kurangnya antara kedua bnelah pihak, yakni pihak penelitian denagn pihak subjek
yang diteliti. Dalam penelitian kesehatan, khususnya penelitian kesehatan masyarakat, subjek
penelitian tersebut adalah manusia.
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan anatara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan
masyarakat yang akan mempertoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika penelitian ini
mencakup juga perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta suatu
yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Penegrtian peneliti disini adalah seseorang
yang karena pendidikan dan kewenangannya memiliki kemampuan untuk melakukan
investigasi ilmiah dalam sauatu bidang keilmuan tertentu, dan atau keilmuan atau bersifat
lintas disiplin. Sedangkan subjek yang diteliti adalah orang yang menjadi subjek informasi,
baik masyarakat awam atau profesional berbagai bidang, utamanya profesional bidang
kesehatan.

B. PRINSIP DASAR DAN KAIDAH ETIKA PENELITIAN


Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis moralitas yang
dihayati dan dianut oleh masyarakat. Etika juga membantu dalam merumuskan pedoman etis
atau norma-norma yang diperlukan dalam kelompok masyarakat, termasuk masyarakat
profesional. Sedangkan etika dalam penelitian menunjukkan pada prinsip-prinsip etis yang

diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi hasil
penelitian.
Perlaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas peneliti atau melakukan
penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta berpegang
teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian yanjg dilakukan tidak akan
melakukan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Secara garis besar, dalam
melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh (Milton, 1999
dalam Bondan Palestin), yakni:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect font human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamp[ing itu,
penbeliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi
atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti
menghormati

harkat

dan

martabat

subjek

penelitian,

peneliti

seyogiannya

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent) yang mencakup :


a) Penjelasan manfaat penelitian.
b) Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidak nyamanan yang ditimbulan.
c) Penjelasan manfaat yang didapatkan.
d) Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek
berkaitan dengan prosedur penelitian.
e) Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan saja.
f) Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas terhadap informasi yang
diberikan oleh responden.
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan
apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti
seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.
c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan,
dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga
memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan
dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin b agi
masyarakat pada umunya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya
berusaha meminimalisai dampaknya merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu,
pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit,
cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.
Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap penelitian yang
dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesehatan hendaknya :
a) Memenuhbi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani, moral,
kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.
b) Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan, martabat,
dan peradaban manusia, serta terhindar dari segala sesuatu yang menimbulkan
kerugian atau membahayakan subjek penelitian atau masyarakat pada umumnya.

(SK WALI Amanah Universitas Indonesia No. 007/Tap/MWA-UI/2005)

C. FUNGSI PENELITIAN DAN ETIKA


Seperti telah diuraikan dalam bagian lain daloam buku ini, bahwa penelitian
disamping sebagai proses pengembangan ilmu, teatapi juga sebagai produk ilmu itu sendiri.
Oleh sebab itu, sebuah penelitian mempunyai fungsi ganda yakni :
1. Fungsi Akademik (Teoretis)
Sebuah penelitian seberapa kecil apapun harus mempunyai fungsi akademik atau
teoretis. Artinya, hasil atau temuan sebuah penelitian jenis apapun dengan metode
apapun pada hakikatnya adalah merupakan temuan akademik,

yang berarti

merupakan sumbangan teoretis bagi pengembangan ilmu yang bersangkutan.


Penelitian dibidang kesehatan hasilnya jelas secara akademik merupakan pencerahan
ilmu kesehatan. Dengan perkataan lain, hasil atau temuan sebuah penelitian apapun
merupakan tambahan khasanah ilmu pengetahuan.
2. Fungsi Terapan (Aplikatif)
Bidang ilmu apapun, sebenarnya mempunyai aspek teori dan aspek aplikatif atau
penerapannya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian pula kesehatan atau
kesehatan masyarakat adalah ilmu (science) dan seni (art). Oleh sebab itu, penelitian
dibidang apapun bukan sekedar membuktikan teori atau memperoleh teori baru, tetapi
juga harus mempunyai implikasinya terhadap program peningkatan kesejahteraan
masyarakat, termasuk program kesehatan masyarakat. Hal ini dimaksudkan bahwa
hasil atau temuan sebuah penelitian, disamping menambah khasanah ilmu
pengetahuan seperti disebutkan diatas, juga dapat merupakan masukan bagi
pengembangan program-program, khususnya program kesehatan masyarakat. Inilah
yang dimaksud bahwa penelitian itu juga mempunyai fungsi terapan atau aplikatif,

disamping fungsi teoritis. Hasil sebuah penelitian, meskipun menemukan teori yang
muluk-muluk, tetapi tidak dapat digunakan untuk perbaikan program, maka dapat
dikatakan penelitian ini tidak mempunyai fungsi terapan. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian merupakan sarana atau cara untuk memperoleh masukkan atau input bagi
perencanaan atau pengembangan program atau alternatif pemecahan masalah
termasuk masalah kesehatan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat memenuhi dua
fungsi atau peranan ini : pengembangan ilmu dan pengembangan kesejahteraan
masyarakat. Apabila penelitian tidak memenuhi salah satu fungsi tersebut, apalagi
kedua-duanya maka penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian yang tidak etis,
karena mengingkari hakikat penelitian itu sendiri.

D. ETIKA PENELITIAN KESEHATAN


Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian kesehatan masyarakat pada
khususnya menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti di satu sisi, dan sisi yang lain
manusia sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian. Hal ini berarti bahwa ada hubungan
timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai yang diteliti.
Oleh sebab itu sesuai dengan prinsip etika atau moral seperti telah diuraikan tadi,maka dalam
pelaksanaan penelitian kesehatan khususnya harus diperhatikan hubungan antara kedua belah
pihak ini secara etika atau yang disebut etika penelitian. Adapun status hubungan anatara
peneliti dengan yang diteliti dalam konteks ini adalah masing-masing pihak mempunyai hak
dan kewajibannya. Hak-hak dan kewajibannya ini harus diakui dan dihargai oleh masingmasing pihat tersebut.

Hubungan antara peneliti dengan yang ditelitin adalah sebagai hubungan antara
mereka yang memerlukan informasi dan mereka yang memberikan informasi, seperti telah
dijelaskan sebelumnya. Peneliti sebagai pihak yang memerlukan informasi, seyogianya
menempatkan diri lebih rendah dari pihak yang memberikan informasi atau responden.
Responden atau informasi dalam hal ini mempunyai hak untuk tidak memberikan informasi
kepada peneliti. Oleh sebab itu hak-hak mereka (responden) yang memberikan informasi
harus didahulukan. Sebagai perwujudan hak-hak responden harus didahulukan ini, maka
sebelum dilakukan pengambilan data atau wawancara kepada responden terlebih dahulu
dimintakan persetujuannya (inform concent). Apabila responden tidak bersedia diwawancarai
atau memberikan informasi adalah hak mereka, dan tidak dilanjutkan pengambilan data atau
wawancaranya.
Secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban peneliti dan yang diteliti (informan) adalah
sebagi berikut :
1. Hak dan kewajiban responden :
Hak-hak responden:
a. Hak untuk dihargai privacy nya:
Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk memperoleh
privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula responden sebagai objek
penelitian ditempat kediamannya masing-masing. Seorang tamu, termasuk peneliti
atau pewawancara yang datang kerumahnya lebih-lebih akan menyita waktunya
untuk diwawancarai,jelas merampas privacy orang atau responden tersebut.
b. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan:
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri. Tetapi
karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau pewawancara, maka
kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti. Apabila informasi

tersebut kemudian diberikan kepada peneliti dan kemudian diolahnya maka


bentuknya bukan informasi individual dari orang per orang dengan nama tertentu,
tetapi dalam bentuk agregat atau kelompok responden. Oleh sebab itu realisasi hak
responden untuk merahasiakan informasi dari masing-masing responden maka
nama responden pun tidak perlu dicantumkan, cukup dengan kode-kode tertentu
saja.
c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi yang
diberikan. Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak terhadap
keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya maka peneliti harus
bertanggung jawab terhadap akibat tersebut.
d. Hak memperoleh imbalan atau kompensasi
Apabila semua kewajiban telah dilakukan, dalam arti telah memberikan informasi
yang diperlukan oleh peneliti atau pewawancara, responden berhak menerima
imbalan atau kompensasi dari pihak pengambil data atau informasi.
Kewajiban responden :
Setelah adanya inform concent dari responden atau informan, artinya responden sudah
mempunyai keterikatan dengan peneliti atau pewawancara berupa kewajiban
responden untuk memberikan informasi yang diperlukan peneliti. Tetapi selama
belum ada inform concent, responden tidak ada kewajiban apa pun terhadap apa pun
terhadap peneliti atau pewawancara.

2. Hak dan kewajiban peneliti atau pewawancara :


Hak peneliti :
Bila responden bersedia diminta informasinya (menyetujui inform concent), peneliti
mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya dan

selengkap-lengkapnya dari responden atau informan. Apabila hak ini tidak diterima
dari responden, dalam arti responden menyembunyikan informasi yang diperlukan,
maka responden perlu diingatkan kembali terhadap inform concent yang telah
diberikan.
Kewajiban peneliti :
a. Menjaga privacy responden :
Seperti telah disebutkan diatas bahwa posisi peneliti dalam etika penelitian lebih
rendah dibandingkan dengan responden.
Oleh sebab itu dalam melakukan wawancara atau memperoleh informasi dari
responden harus menjaga privacy mereka. Untuk itu peneliti atau pewawancara
harus menyesuaikan diri dengan responden tentang waktu dan tempat dilakukan
wawancara atau pengambilan data, sehingga responden tidak merasa diganggu
privacy nya.
b. Menjaga kerahasiaan responden :
Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga kerahasiaannya.
Peneliti atau pewawancara tidak dibenarkan untuk menyampaikan kepada orang
lain tentang apa pun yang diketahui oleh peneliti tentang responden di luar untuk
kepentingan atau mencapai tujuan penelitian.
c. Memberikan kompensasi :
Apabila informasi yang diperlukan telah diperoleh dari responden atau informan
maka peneliti atau pewawancara juga memenuhi kewajibannya. Kewajiban
peneliti atau pewawancara seyogianya bukan sekedar ucapan terima kasih saja
kepada responden. Tetapi diwujudkan dalam bentuk penghargaan yang lain,
misalnya berupa kenang-kenangan atau apa pun sebagi apresiasi peneliti terhadap
responden atau informan yang telah mengorbankan waktu,pikiran, mungkin

tenaga dalam rangka memberikan informasi yang diperlukan peneliti atau


pewawancara.

E. ETIKA DAN METODE PENELITIAN


Dalam uraian terdahulu telah disebutkan bahwa dilihat dari metodenya penelitian
dikelompokkan menjadi dua, yakni metode penelitian survei (noneksperimen),dan metode
penelitian wksperimen. Penelitian eksperimen yang dimaksud dalam konteks kesehtan
masyarakat dengan sendirinya bukan eksperimen sungguhan (true experiment), tetapi
eksperimen semu (quasi experiment). Hal ini disebabkan yang menjadi subjek penelitian
adlah manusi yang hidup dimasyarakat sehingga tidak dapat diisolasi dari kehidupan seharihari mereka seperti tikus atau kelinci percobaan di laboratorium.
Dalam kaitannya dengan etika penelitian, oleh karena intenistas hubungan antara penelitian
dan yang diteliti kedua metode penelitian ini (suvei dan eksperimen semu) berbeda, maka
implikasinya sedikit berbeda pula.
1. Pada penelitian survei hanya satu kali kontak antara peneliti dan responden, yakni
pada waktu pengambilan data saja. Intensitas hubungan antar peneliti dengan yang
diteliti (responden) dengan sendirinya tergantung pada data atau informasi yang akan
diperoleh atau dicari:
a. Apabila peneliti ingin memporel informasi tentyang :identitas responden
(umur,pendidikan, agama ,dsb), pengetahuan dan sikap reponden , perilaku
berdasarkan recall maka cukup dengan wawancara. Lamanya wawancara
tergantung banyaknya pertanyaan (kuesioner). Makin banyak pertanyaan, makin
lama waktu yang dibutuhkan. Hal ini berarti peneliti akan menyita waktu yang
lebih banyak dari responden, yang berarti menggangu kegiatan responden.

Implikasinya peneliti harus memberikan kompensasi waktu yang hilang bagi


responden.
b. Apabila peneliti ingin memperoleh informasi tentang perilaku responden dengan
menggunakan metode observasi (pengamatan),maka ini berarti intensitas
gangguan privacy responden lebih tinggi. Hal ini berarti peneliti dituntut
memberikan imbalan yang memadai.
c. Apabila peneliti dalam pengambilan informasi kepada responden dengan
melakukan tindakn invasi, misalnya pengambilan sampel darah maka peneliti
harus memberikan jaminan,bahwa hal tersebut tidak menimbulkan rasa sakit. Di
samping itu peneliti harus bertanggung jwab apabila terjadi efek samping atau
akibat buruk dari tinfdakan pengambilan sampel darah tersebut.
2. Pada penelitian eksperimen kontak atau hubungan antar peneliti dengan responden
lebih intensif, yakni :
a. Pengambilan data awal (pretest) dan pengambilan setelah eksperiman intervensi
(posttest). Kadang-kadang pengambilan data setelah ointervensi tidak hanya sekali
saja, melainkan berkali-kali. Dalam pengambilan data ini (pretest maupun
posttest) iktensitas hubungan juga berbeda-beda,tergantung pada jenis data atau
informasi seperti pada penelitian survei tersebut tadi. Pengambilan data awal dan
pengambilan data setelah intervensi ini dilakukan pada kelompok eksperimen
maupun pada kelompok kontrol.
b. Tahap intervensi atau eksperimen, hubungan antara peneliti dengan responden
lebih intensif dan dalam waktu

yang relatif lama. Karena dalam penelitian

melakukan penyuluhan, pelatihan, mengajak atau menyuruh mereka untuk


melakukan kegiatan, dan sebagainya. Kegiatan ini jelas akan menyita waktu,
perhatian, tenaga, dan sebagainya dari masyarakat (responden). Meskipun

akhirnya hasil kegiatan atau intervensi ini juga untuk mereka, tetapi tetap
penelitimemperlakukanmereka sebagai percobaan sehingga perlu kompensasi
bagi mereka.
c. Dalam penelitian eksperimen, memang kelompokeksperimen atau kelompok yang
memperoleh perlakuan tertentu akan memperoleh keuntungan (benefit), sekurangkurangnya bagi masyarakat. Tetapi masyarakat pada kelompok kontrol tidak
memperoleh keuntungan apa-apa. Oleh sebab itu, peneliti harus memberikan
penghargaan bagi mereka. Imbalan yang paling baik adalah, setelah dilakukan
evaluasi atau pengumpulan data pascaeksperimen pada kelompok eksperimen,
secara etika eksperimen yang sama dilakukan juga pada kelompok kontrol.
Apabila hal ini tidak memungkinkan karena biaya, waktu, dan sebagainya, maka
cukup memberikan sesuatu untuk penghargaan atau kenang-kenangan kepada
masyarakat pada kelompok kontrol ini.
3. Pada penelitian, dimana peneliti hanya melakukan analisis terhadap data yang telah
tersedia atau data sekunder, peneliti tidak secara langsung berhubungan dengan
responden. Dalam hal ini tidak hubungan etika antara peneliti dengan responden.
Dalam hal ini tidak hubungan etika antara peneliti dengan responden, sehingga tidak
diperlukan inform concent dari responden. Dalam hal pengambilan data sekunder ini,
dari aspek etika yang diperlukan adalah surat izin dari institusi yang mempunyai data
sekunder tersebut. Misalnya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui cakupan
imunisasi dasar anak balita dengan menganalisis data di puskesmas, maka secara etik
peneliti harus minta izin kepada kepala puskesmas yang bersangkutan.
Masalah etik terkait dengan data sekunder khususnya dari puskesmas atau Rumah
sakit ini memang masih menimbulkan perdebatan. Karena informasi atau data pasien
tercatat di puskesmas atau di Rumah sakit tersebut dalam rangka anamnesa

penyakitnya, bukan untuk informasi penelitian. Sehingga tidak etis kalau kemudian
untuk data penelitian tanpa persetujuan pasien yang bersangkutan. Tetapi dari pihak
yang lain data dicatatan medis di rumah Sakit atau puskesmas tersebut ada
berdasarkan persetujuan antara pasien dengan dokter di Rumah sakit atau Puskesmas.
Maka apabila mau digunakan atau dianalisis cukup persetujuan dari Rumah sakit atau
Puskesmas yang memiliki data tersebut.

F. ETIKA DAN KUALITAS DATA PENELITIAN


Memperhatikan hubungan baik peneliti atau pewawancara dengan responden atau
sumber informasi bukan semata-mata untuk kepentingan etika penelitian saja, malainkan juga
untuk terjaminnya kualitas data atau informasi yang diperoleh. Dalam penelitian, terutama
dengan menggunakan metode wawancara atau angket dalam pengumpulan data, kualitas
informasi atau data sangat tergantung dengan sumber informasinya yakni responden atau
informan.sedangkan informasi yang diberikan oleh sumbernya atau informannya sangat
dipengaruhi oleh suasana hatidari orang sebagai informan. Apabila suasana hati
informannya sangat kondusif tentu akan mengeluarkan informasi yang jujur, lengkap, dan
jelas. Tetapi kalau suasana hati informannya sedang kurang baik, sudah barang tentu
informasinya tidak akurat, mungkin asal menjawab, dan tidak dengan serius. Suasana hati
informan ini sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pewawancara atau peneliti.
Misalnya: meskipun responden sedang bermasalah dengan keluarganya, tetap peneliti
mampu mengambil hati dan menempatkan diri secara baik, maka responden akan menjadi
pemberi informasi yang baik dan akurat. Sebaliknya, meskipun responden dalam keadaan
biasa saja, tanpa ada masalah pribadi dengan orang lain, tetapi peneliti tetapi tidak mampu
berkomunikasi dengannya, akan menimbulkan suasana hati yang tidak baik, dan hasilnya
informasi yang diberikan tidak akurat, cenderung tidak jujur. Dapat disimpulkan bahwa

dalam penelitian dimana data atau informasinya diambil melalui wawancara atau angket,
kualitas hasil penelitiannya sangat tergantung pada proses pengambilan data atau informasi
ini. Sebuah ungkapan tepat dalam konteks penelitian ini adalah GIGO (garbage in garbage
out). Apabila masuknya sampah maka keluarnya juga sampah.
Agar kita sebagai peneliti atau pewawancara memahami pentingnya memperlakukan
responden dalam rangka memperoleh kualitas informasi yang baik dan akurat, maka perlu
menyadari bahwa dalam pengambilan data atau informasi kepada responden akan
menimbulkn ketidaknyamanan responden. Ketidaknyamanan tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Terganggunya privacy
Pengambilan data atau wawancara terhadap informan pada waktu apa pun
(pagi,siang,sore atau malam) pasti akan mengganggu privacy orang yang
bersangkutan. Karena orang yang akan mewawancarai dianggap orang asing atau
tamu, pasti tidak akan menerimanya begitu saja seperti anggota keluarga. Mereka
akan berusaha untuk berpenampilan selayaknya menerima tamu, dan menyediakan
tempat duduk yang layak dan sebagainya.
2. Terganggunya kegiatan atau pekerjaan
Pengambiloan data atau wawancara terhadap responden, baik di rumah maupun di
tempat kerja sudah pasti akan menyita waktu informan atau responden. Bukan saja
menyita waktu responden, tetapi hal ini berarti juga responden harus meninggalkan
kegiatan atau pekerjaannya untuk sementara waktu. Terlebih lagi bila responden
tersebut ibu rumah tangga yang sedang menyiapkan masakan buat keluarga, di
samping itu mengasuh anak dan sebagainya. Tentu saja hal itu mengganggu sekali
bagi responden atau ibu tersebut

3. Berpikir atau berusaha sebaik mungkin untuk menjawab pertanyaan atau


memberikan informasi
Dalam menjawab pertanyaan atau memberikan informasi, kadang-kadang responden
tidak secara spontan atau terlontar apa adanya. Responden memerlukan waktu untuk
berpikir, mengingat, dan sebagainya. Lebih-lebih kalau pertanyaan atau informasi
yang harus diberikan berupa pengetahuan atau pendapatnyaterhadap sesuatu
fenomina kehidupan, misalnya penyakit, atau gizi atau makanan, pelayanan
kesehatan, dan sebagainya.
4. Kemungkinan munculnya rasa emosional yang pernah dialami pada waktu yang
lalu
Dalam penelitian, khususnya penelitian kesehatan sering ditanyakan tentang penyakitpenyakit yang pernah dialami, atau dialami oleh responden atau keluarga, tentang
kematian yang dialami oleh anggota keluarga, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan
semacam itu, terutama pertanyaan masalah kematian sudahbarang tentu akan
membuka luka lama. Pada waktu menjawab atau menanggapi pertanyaan ini akan
munculkan perasaan sedih, bahkan sampai menyebabkan responden menangis
(menanggapi

secara

emosional).

Lebih-lebih

apabila

peristiwa

yang tidak

menyenangkan tersebut belum lama terjadi, atau melalui suatu kejadian yang sangat
traumatis (misalnya kecelakaan)
5. Penelitian dengan melakukan tindakan invasif
Kadang-kadang suatu penelitian, pengambilan data atau informasinya melalui
tindakan invasif misalnya pengambilan sampel darah, memasukkan sesuatu ke dalam
tubuh misalnya (inplan) atau percobaan alat tertentu. Pada penelitian dengan tindakan
invasif semacam ini sudah barang tentu terjadi ketidakenakan fisik (rasa sakit) bagi
responden.

Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa kondiri responden atau informan pada waktu
diambil informasinya atau diambil datanya dalam posisi yang tidak mengenakkan.
Oleh sebab itu, dari segi etika, seorang peneliti harus bertanggung jawab atas
ketidakenakan atau ketidaknyamanan responden sewaktu diambil informasinya. Salah
satu bentuk tanggung jawab seorang peneliti terhadap responden yang diganggu
kenyamanannya tersebut adalah memberikan kompensasi atau imbalan kepada
responden ini. Bentuk-bentuk kompensasi ini bermacam-macam, antara lain :
a. Ucapan terima kasih
Ucapan terima kasih ini biasanya bukan hanya sekedar kata-kata belaka,
melainkan diwujudkan dalam bentuk benda atau souvenir yang bermanfaat bagi
responden. Misalnya sabun mandi, sikat gigi dan odol bagi responden ibu rumah
tangga.
b. Apabila pengambilan data atau wawancara tersebut menyebabkan hilangnya
waktu kerja yang banyak bagi responden, maka peneliti perlu memberikan
konpensasi dalam bentuk uang sesuai dengan waktu kerja yang hilang
c. Apabila pengambilan data tersebut responden atau informan harus datang ke suatu
tempat yang ditentukan, maka perlu diberikan uang transportasi bagi responden
sesuaindengan jauh dekatnya tempat tinggal responden dengan tempat
wawancara.
d. Apabila pengambilan data atau wawancara memerlukan waktu lama, peneliti
berkewajiban memberikan snack atau makan kepada para responden.
e. Apabila akibat dari pengambilan data atau informasi tersebut menimbulkan sakit
atau penyakit, maka responden harus diberikan jaminan pemeliharaan kesehatan,
termasuk bila responden memerlukan perawatan di rumah sakit.

G. PERILAKU PENELITI DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN


Agar para peneliti dapat memenuhi prinsip dasar dan kaidah-kaidah penelitian
tersebut di atas, serta memperlakukan subjek penelitian sesuai dengan etika penelitian, maka
diperlukan standar perilaku peneliti. Sebagai acuan perilaku atau bertindak bagi peneliti,
yaitun :
a. Memahami kode etik penelitian dan menaati semua ketentuan
b. Menunjukkan integritas dan profesionalisme, taat kaidah keilmuan, serta menjungjung
tinggi nama baik universitas atau institusi.
c. Mengutamakan kejujuran dan keadilan, tidak diskriminatif, serta bersikap profesional
sebagai peneliti dalam memberikan bantuan bila diperlukan.
d. Memahami dan dapat menjelaskan manfaat serta risiko bagi masyarakat tentang
penelitian yang dilakukan.
e. Menghargai martabat manusia sebagai subjek penelitian untuk mendapatkan hak
privasi dan kerahasiaan, hak otonomi, hak memperoleh penjelasan dan hak bertanya
sebelum memberikan persetujuan (inform concent) dalam pelaksanaan riset.
f. Menjamin keselamatan semua pihak yang terlibat dalam riset. (SK Majelis Wali
Amanah, Universitas Indonesia No. 003/SK/MWA UI/2008, tentang kebijakan riset
universitas indonesia)
Oleh sebab itu dalam rangka mempertahankan, menjaga, dan menjamin kualitas serta
etika penelitian pada umumnya, dan penwlitian kesehatan pada khususnya, diperlukan suatu
panduan etika penelitian sebagai acuan perilaku peneliti, sejak awal sampai dengan
berakhirnya penelitian tersebut. Hal ini berarti bahwa setiap tahap penelitian atau proses
penelitian tersebut memerlukan pengkajian dan penelitian dari segi etikanya. Oleh sebab itu,
panduan etika penelitian ini mencakup :
a. Tahap proposal (usulan penelitian)

b. Tahap pelaksanaan penelitian


c. Tahap pengelolaan data
d. Tahap laporan hasil penelitian

Proposal penelitian
Penilaian pada tahap proposal penelitian dilakukan oleh tim etika penelitian, untuk
memberikan penelitian, apakah proposal tersebut telah layak untuk dilanjutkan dalam bentuk
pelaksanaan penelitian, baik dari aspek etika, metodologi dan substandi keilmuannya.
Beberapa hal penting yang dicakup dalam penelitian etika penelitian pada tahap ini antara
lain :
a. Subjek penelitian
1) Apakah subjek penelitiannya manusia
2) Apakah penelitian tersebut akan melakukan tindakan invasi terhadap subjek, dan
bila ya upaya apa yang dilakukan peneliti untuk meminimalkan rasa sakit atau
tidak kenyamanan subjek akibat adanya invasi tersebut.
3) Apakah penelitian menggunakan metode eksperimen pada masyarakat, dan bila
ya upaya apa yang akan dilakukan peneliti dalam rangka menjamin hak yang
sama antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
4) Apakah penelitian yang mengakibatkan hilangnya banyak waktu kerja atau
produktifitas subjek, dan bila ya upaya konpensasi apa yang diberikan peneliti
kepada subjek penelitian.
5) Apakah penelitian mempersiapkan inform concent bagi subjek, dan apabila ya
apakah inform concent tersebut mencakup :
(1) Penjelasan manfaat penelitian bagi masyarakat

(2) Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan dalam


penelitian tersebut.
(3) Persetujuan peneliti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan responden,
terkit dengan penelitian tersebut
(4) Persetujuan subjek atau responden untuk mengundurkan diri setiap saat
(5) Jaminan untuk kerahasiaan identitas responden.
b. Metodologi
Apakah penelitian yang akan dilakukan tersebut telah memenuhi ketentuan-ketentuan
metode penelitian ilmiah, antara lain :
1) Cara perumusan masalah
2) Cara merumuskan tujuan penelitian
3) Cara merumuskan kerangka konsep dan definisi oprasional variabel
4) Cara merumuskan hipotesis
5) Rancangan penelitian yang digunakan
6) Metode pengambilan sempel
7) Rencana pengambilan data dan instrumen penelitian
8) Rencana analisis data
c. Substansi keilmuan
Apakah substansi penelitian yang akan dilakukan tersebut masih di dalam ruang
lingkup bidang ilmu kesehatan tertentu, dengan ketentuan antara lain :
1) Subjek penelitiannya manusia
2) Lingkup masalah: promotif, prevantif atau kuratif rehabilitatif
3) Hasilnya dapat bermanfaat bagi perbaikan bagi kesehatan masyarakat.
d. Pelaksanaan penelitian

Pemantauan dan penilaian etika penelitian dalam pelaksanaan atau proses penelitian
dilakukan untuk memastikan apakah pelaksanaan penelitian tersebut sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam proposal. Pelaksanaan pemantauan
dan evaluasi proses penelitian ini dilakukan oleh supervisior atau penyedia yang
diberi wewenang oleh komite penelitian (komite riset). Supervisor juga diberi
kewenangan untuk memberikan persetujuan, bila oleh karena kondisi di lapangan atau
sebab lain memerlukan perubahan-perubahan dari ketentuan yang telah ditetapkan
dalam proposal, sepanjang tidak menyebabkan penyimpangan dari prinsip dasarnya.
e. Pengolahan dan analisa data
Pengolahan dan analisa data penelitian (data mentah) harus diolah berdasarkan
prinsip-prinsip

pengolahan

data

secara

profesional.

Ketidakakuratan

dalam

pengolahan dan analisis data akan berakibat kesimpulan hasil penelitian yang bias
yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Hasil dari pengolahan dan analisis
data tersebut terwujud dalam data penelitian yang terekam dalam sebagai bentuk,
baik dalam soft ware maupun hard ware. Dari segi etika penelitian, ketentuanketentuan yang terkait dengan data, baik data mentah maupun data yang sudah diolah
dan dianalisis, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Perolehan dan penggunaan data harus memperhatikan prinsip: privasi,
kerahasiaan, anonimitas, dan asas kesukarelaan.
2) Data harus dicatat dalam bentuk tahan lama dengan rujukan yang sesuai, serta
disimpan sedikit-sedikitnya 5 (lima) tahun setelah publikasi.
3) Peneliti dapat merahasiakan sebagai data yang dianggap perlu.
4) Ketentuan kerahasiaan yang berkaitan dengan publikasi dapat berlaku bila peneliti
telah melakukan atau memberikan kerahasiaan kepada pihak ketiga atau bila
kerahasiaan tersebut dituntut untuk melindungi hak kekayaan intelektual.

5) Data penelitian yang mengatasnamakan institusi tertentu merupakan milik institusi


yang bersangkutan, bukan milik peneliti yang menghasilkan penelitian tersebut.
f. Laporan hasil penelitian
Oleh karena sifat ilmu pengetahuan adalah terbuka maka hasil penelitian harus
dipublikasikan. Tujuan publikasi hasil penelitian mempunyai dua tujuan utama, yakni
: pertama, untuk menyebar luaskan penemuan-penemuan atau hasil penelitian tersebut
kepada masyarakat, baik masyarakat awal (lay person) maupun masyarakat ilmiah
atau profesional di bidangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah memperoleh tanggapan
dan kritik dari pihak lain atau masyarakat. Oleh sebab itu dari aspek etika penelitian,
terkait dengan publikasi ilmiah sebagai hasil penelitian perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Setiap hasil penelitian sebagian nya dikomunikasikan pada forum ilmiah, atau
dipublikasikan dalam media sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing.
Kecuali dalam hal tertentu yang menyangkut kerahasiaan, misalnya mendapatkan
perlindungan hak pasien.
2) Publikasi lebih dari satu makalah berdasarkan himpunan atau subhimpunan data
yang sama, hanyalah dimungjkinkan selama menggunakan pendekatan yang
berbeda.
3) Publikasi sebagiannya menyatakan informasi mengenai sumber dana penelitian.

Daftar pustaka
Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010

Anda mungkin juga menyukai