A. PENDAHULUAN
Ethos (tunggal)atau etha (jamak), berasal dari bahasa yunani yang mengandung
banyak arti antara lain : adat, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Dalam perkembangan selanjutnya etika adalah ilmu/pengetahuan tentang apa yang dilakukan
(pola perilaku) orang, atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang. Didalam bahasa latin
etika berasal dari kata mos (tunggal) atau mores (jamak), yang artinya kebiasaan, adat, norma
etis yang berlaku. Sehingga etika (Yunani) dan moral ( Latin) menurut etimologinya
mempunya pengertian yang sama yakni adat kebiasaan orang dalam konteks sosialnya.
Dalam kamus bahasa indonesia karangan Poerwadarminta (1953) menyatakan etika atau
akhlak adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban
orang dalam kelompok sosial. Dari ketiga pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa etika adalah ilmu atau pengetahuan yang membahas manusia, terkait dengan
perilakunya terhadap manusia lain atau sesama manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun, manusia tidak
terlepas dari etika atau moral demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang berupa penelitian,
manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia yang lain sebagai objek penelitian juga
tidaki terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam setiap hubungan antara dua belah pihak,
masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya. Contoh yang paling sederhana dalam
praktik kedokteran, dimana selalu terkait dengan hubungann antara dua belah pihak dokter
dan pasien. Diaman masing-masing pihak ini, baik dokter maupun pasien.selalu melekat hak
dan kewajiban yang harus mereka akui dan patuhi. Apabila pihak yang satu ingin menuntut
haknya, ia juga harus melakukan kewajibannya terhadap pihak yang lain.
diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi hasil
penelitian.
Perlaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas peneliti atau melakukan
penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta berpegang
teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian yanjg dilakukan tidak akan
melakukan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Secara garis besar, dalam
melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh (Milton, 1999
dalam Bondan Palestin), yakni:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect font human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamp[ing itu,
penbeliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi
atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti
menghormati
harkat
dan
martabat
subjek
penelitian,
peneliti
seyogiannya
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan
apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti
seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.
c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan,
dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga
memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan
dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin b agi
masyarakat pada umunya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya
berusaha meminimalisai dampaknya merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu,
pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit,
cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.
Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap penelitian yang
dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesehatan hendaknya :
a) Memenuhbi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani, moral,
kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.
b) Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan, martabat,
dan peradaban manusia, serta terhindar dari segala sesuatu yang menimbulkan
kerugian atau membahayakan subjek penelitian atau masyarakat pada umumnya.
yang berarti
disamping fungsi teoritis. Hasil sebuah penelitian, meskipun menemukan teori yang
muluk-muluk, tetapi tidak dapat digunakan untuk perbaikan program, maka dapat
dikatakan penelitian ini tidak mempunyai fungsi terapan. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian merupakan sarana atau cara untuk memperoleh masukkan atau input bagi
perencanaan atau pengembangan program atau alternatif pemecahan masalah
termasuk masalah kesehatan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat memenuhi dua
fungsi atau peranan ini : pengembangan ilmu dan pengembangan kesejahteraan
masyarakat. Apabila penelitian tidak memenuhi salah satu fungsi tersebut, apalagi
kedua-duanya maka penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian yang tidak etis,
karena mengingkari hakikat penelitian itu sendiri.
Hubungan antara peneliti dengan yang ditelitin adalah sebagai hubungan antara
mereka yang memerlukan informasi dan mereka yang memberikan informasi, seperti telah
dijelaskan sebelumnya. Peneliti sebagai pihak yang memerlukan informasi, seyogianya
menempatkan diri lebih rendah dari pihak yang memberikan informasi atau responden.
Responden atau informasi dalam hal ini mempunyai hak untuk tidak memberikan informasi
kepada peneliti. Oleh sebab itu hak-hak mereka (responden) yang memberikan informasi
harus didahulukan. Sebagai perwujudan hak-hak responden harus didahulukan ini, maka
sebelum dilakukan pengambilan data atau wawancara kepada responden terlebih dahulu
dimintakan persetujuannya (inform concent). Apabila responden tidak bersedia diwawancarai
atau memberikan informasi adalah hak mereka, dan tidak dilanjutkan pengambilan data atau
wawancaranya.
Secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban peneliti dan yang diteliti (informan) adalah
sebagi berikut :
1. Hak dan kewajiban responden :
Hak-hak responden:
a. Hak untuk dihargai privacy nya:
Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk memperoleh
privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula responden sebagai objek
penelitian ditempat kediamannya masing-masing. Seorang tamu, termasuk peneliti
atau pewawancara yang datang kerumahnya lebih-lebih akan menyita waktunya
untuk diwawancarai,jelas merampas privacy orang atau responden tersebut.
b. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan:
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri. Tetapi
karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau pewawancara, maka
kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti. Apabila informasi
selengkap-lengkapnya dari responden atau informan. Apabila hak ini tidak diterima
dari responden, dalam arti responden menyembunyikan informasi yang diperlukan,
maka responden perlu diingatkan kembali terhadap inform concent yang telah
diberikan.
Kewajiban peneliti :
a. Menjaga privacy responden :
Seperti telah disebutkan diatas bahwa posisi peneliti dalam etika penelitian lebih
rendah dibandingkan dengan responden.
Oleh sebab itu dalam melakukan wawancara atau memperoleh informasi dari
responden harus menjaga privacy mereka. Untuk itu peneliti atau pewawancara
harus menyesuaikan diri dengan responden tentang waktu dan tempat dilakukan
wawancara atau pengambilan data, sehingga responden tidak merasa diganggu
privacy nya.
b. Menjaga kerahasiaan responden :
Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga kerahasiaannya.
Peneliti atau pewawancara tidak dibenarkan untuk menyampaikan kepada orang
lain tentang apa pun yang diketahui oleh peneliti tentang responden di luar untuk
kepentingan atau mencapai tujuan penelitian.
c. Memberikan kompensasi :
Apabila informasi yang diperlukan telah diperoleh dari responden atau informan
maka peneliti atau pewawancara juga memenuhi kewajibannya. Kewajiban
peneliti atau pewawancara seyogianya bukan sekedar ucapan terima kasih saja
kepada responden. Tetapi diwujudkan dalam bentuk penghargaan yang lain,
misalnya berupa kenang-kenangan atau apa pun sebagi apresiasi peneliti terhadap
responden atau informan yang telah mengorbankan waktu,pikiran, mungkin
akhirnya hasil kegiatan atau intervensi ini juga untuk mereka, tetapi tetap
penelitimemperlakukanmereka sebagai percobaan sehingga perlu kompensasi
bagi mereka.
c. Dalam penelitian eksperimen, memang kelompokeksperimen atau kelompok yang
memperoleh perlakuan tertentu akan memperoleh keuntungan (benefit), sekurangkurangnya bagi masyarakat. Tetapi masyarakat pada kelompok kontrol tidak
memperoleh keuntungan apa-apa. Oleh sebab itu, peneliti harus memberikan
penghargaan bagi mereka. Imbalan yang paling baik adalah, setelah dilakukan
evaluasi atau pengumpulan data pascaeksperimen pada kelompok eksperimen,
secara etika eksperimen yang sama dilakukan juga pada kelompok kontrol.
Apabila hal ini tidak memungkinkan karena biaya, waktu, dan sebagainya, maka
cukup memberikan sesuatu untuk penghargaan atau kenang-kenangan kepada
masyarakat pada kelompok kontrol ini.
3. Pada penelitian, dimana peneliti hanya melakukan analisis terhadap data yang telah
tersedia atau data sekunder, peneliti tidak secara langsung berhubungan dengan
responden. Dalam hal ini tidak hubungan etika antara peneliti dengan responden.
Dalam hal ini tidak hubungan etika antara peneliti dengan responden, sehingga tidak
diperlukan inform concent dari responden. Dalam hal pengambilan data sekunder ini,
dari aspek etika yang diperlukan adalah surat izin dari institusi yang mempunyai data
sekunder tersebut. Misalnya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui cakupan
imunisasi dasar anak balita dengan menganalisis data di puskesmas, maka secara etik
peneliti harus minta izin kepada kepala puskesmas yang bersangkutan.
Masalah etik terkait dengan data sekunder khususnya dari puskesmas atau Rumah
sakit ini memang masih menimbulkan perdebatan. Karena informasi atau data pasien
tercatat di puskesmas atau di Rumah sakit tersebut dalam rangka anamnesa
penyakitnya, bukan untuk informasi penelitian. Sehingga tidak etis kalau kemudian
untuk data penelitian tanpa persetujuan pasien yang bersangkutan. Tetapi dari pihak
yang lain data dicatatan medis di rumah Sakit atau puskesmas tersebut ada
berdasarkan persetujuan antara pasien dengan dokter di Rumah sakit atau Puskesmas.
Maka apabila mau digunakan atau dianalisis cukup persetujuan dari Rumah sakit atau
Puskesmas yang memiliki data tersebut.
dalam penelitian dimana data atau informasinya diambil melalui wawancara atau angket,
kualitas hasil penelitiannya sangat tergantung pada proses pengambilan data atau informasi
ini. Sebuah ungkapan tepat dalam konteks penelitian ini adalah GIGO (garbage in garbage
out). Apabila masuknya sampah maka keluarnya juga sampah.
Agar kita sebagai peneliti atau pewawancara memahami pentingnya memperlakukan
responden dalam rangka memperoleh kualitas informasi yang baik dan akurat, maka perlu
menyadari bahwa dalam pengambilan data atau informasi kepada responden akan
menimbulkn ketidaknyamanan responden. Ketidaknyamanan tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Terganggunya privacy
Pengambilan data atau wawancara terhadap informan pada waktu apa pun
(pagi,siang,sore atau malam) pasti akan mengganggu privacy orang yang
bersangkutan. Karena orang yang akan mewawancarai dianggap orang asing atau
tamu, pasti tidak akan menerimanya begitu saja seperti anggota keluarga. Mereka
akan berusaha untuk berpenampilan selayaknya menerima tamu, dan menyediakan
tempat duduk yang layak dan sebagainya.
2. Terganggunya kegiatan atau pekerjaan
Pengambiloan data atau wawancara terhadap responden, baik di rumah maupun di
tempat kerja sudah pasti akan menyita waktu informan atau responden. Bukan saja
menyita waktu responden, tetapi hal ini berarti juga responden harus meninggalkan
kegiatan atau pekerjaannya untuk sementara waktu. Terlebih lagi bila responden
tersebut ibu rumah tangga yang sedang menyiapkan masakan buat keluarga, di
samping itu mengasuh anak dan sebagainya. Tentu saja hal itu mengganggu sekali
bagi responden atau ibu tersebut
secara
emosional).
Lebih-lebih
apabila
peristiwa
yang tidak
menyenangkan tersebut belum lama terjadi, atau melalui suatu kejadian yang sangat
traumatis (misalnya kecelakaan)
5. Penelitian dengan melakukan tindakan invasif
Kadang-kadang suatu penelitian, pengambilan data atau informasinya melalui
tindakan invasif misalnya pengambilan sampel darah, memasukkan sesuatu ke dalam
tubuh misalnya (inplan) atau percobaan alat tertentu. Pada penelitian dengan tindakan
invasif semacam ini sudah barang tentu terjadi ketidakenakan fisik (rasa sakit) bagi
responden.
Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa kondiri responden atau informan pada waktu
diambil informasinya atau diambil datanya dalam posisi yang tidak mengenakkan.
Oleh sebab itu, dari segi etika, seorang peneliti harus bertanggung jawab atas
ketidakenakan atau ketidaknyamanan responden sewaktu diambil informasinya. Salah
satu bentuk tanggung jawab seorang peneliti terhadap responden yang diganggu
kenyamanannya tersebut adalah memberikan kompensasi atau imbalan kepada
responden ini. Bentuk-bentuk kompensasi ini bermacam-macam, antara lain :
a. Ucapan terima kasih
Ucapan terima kasih ini biasanya bukan hanya sekedar kata-kata belaka,
melainkan diwujudkan dalam bentuk benda atau souvenir yang bermanfaat bagi
responden. Misalnya sabun mandi, sikat gigi dan odol bagi responden ibu rumah
tangga.
b. Apabila pengambilan data atau wawancara tersebut menyebabkan hilangnya
waktu kerja yang banyak bagi responden, maka peneliti perlu memberikan
konpensasi dalam bentuk uang sesuai dengan waktu kerja yang hilang
c. Apabila pengambilan data tersebut responden atau informan harus datang ke suatu
tempat yang ditentukan, maka perlu diberikan uang transportasi bagi responden
sesuaindengan jauh dekatnya tempat tinggal responden dengan tempat
wawancara.
d. Apabila pengambilan data atau wawancara memerlukan waktu lama, peneliti
berkewajiban memberikan snack atau makan kepada para responden.
e. Apabila akibat dari pengambilan data atau informasi tersebut menimbulkan sakit
atau penyakit, maka responden harus diberikan jaminan pemeliharaan kesehatan,
termasuk bila responden memerlukan perawatan di rumah sakit.
Proposal penelitian
Penilaian pada tahap proposal penelitian dilakukan oleh tim etika penelitian, untuk
memberikan penelitian, apakah proposal tersebut telah layak untuk dilanjutkan dalam bentuk
pelaksanaan penelitian, baik dari aspek etika, metodologi dan substandi keilmuannya.
Beberapa hal penting yang dicakup dalam penelitian etika penelitian pada tahap ini antara
lain :
a. Subjek penelitian
1) Apakah subjek penelitiannya manusia
2) Apakah penelitian tersebut akan melakukan tindakan invasi terhadap subjek, dan
bila ya upaya apa yang dilakukan peneliti untuk meminimalkan rasa sakit atau
tidak kenyamanan subjek akibat adanya invasi tersebut.
3) Apakah penelitian menggunakan metode eksperimen pada masyarakat, dan bila
ya upaya apa yang akan dilakukan peneliti dalam rangka menjamin hak yang
sama antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
4) Apakah penelitian yang mengakibatkan hilangnya banyak waktu kerja atau
produktifitas subjek, dan bila ya upaya konpensasi apa yang diberikan peneliti
kepada subjek penelitian.
5) Apakah penelitian mempersiapkan inform concent bagi subjek, dan apabila ya
apakah inform concent tersebut mencakup :
(1) Penjelasan manfaat penelitian bagi masyarakat
Pemantauan dan penilaian etika penelitian dalam pelaksanaan atau proses penelitian
dilakukan untuk memastikan apakah pelaksanaan penelitian tersebut sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam proposal. Pelaksanaan pemantauan
dan evaluasi proses penelitian ini dilakukan oleh supervisior atau penyedia yang
diberi wewenang oleh komite penelitian (komite riset). Supervisor juga diberi
kewenangan untuk memberikan persetujuan, bila oleh karena kondisi di lapangan atau
sebab lain memerlukan perubahan-perubahan dari ketentuan yang telah ditetapkan
dalam proposal, sepanjang tidak menyebabkan penyimpangan dari prinsip dasarnya.
e. Pengolahan dan analisa data
Pengolahan dan analisa data penelitian (data mentah) harus diolah berdasarkan
prinsip-prinsip
pengolahan
data
secara
profesional.
Ketidakakuratan
dalam
pengolahan dan analisis data akan berakibat kesimpulan hasil penelitian yang bias
yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Hasil dari pengolahan dan analisis
data tersebut terwujud dalam data penelitian yang terekam dalam sebagai bentuk,
baik dalam soft ware maupun hard ware. Dari segi etika penelitian, ketentuanketentuan yang terkait dengan data, baik data mentah maupun data yang sudah diolah
dan dianalisis, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Perolehan dan penggunaan data harus memperhatikan prinsip: privasi,
kerahasiaan, anonimitas, dan asas kesukarelaan.
2) Data harus dicatat dalam bentuk tahan lama dengan rujukan yang sesuai, serta
disimpan sedikit-sedikitnya 5 (lima) tahun setelah publikasi.
3) Peneliti dapat merahasiakan sebagai data yang dianggap perlu.
4) Ketentuan kerahasiaan yang berkaitan dengan publikasi dapat berlaku bila peneliti
telah melakukan atau memberikan kerahasiaan kepada pihak ketiga atau bila
kerahasiaan tersebut dituntut untuk melindungi hak kekayaan intelektual.
Daftar pustaka
Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010