Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Ruhyanudin, 2007). Adapun pnyebab gagal jantung antara lain infark
miokardium, miopati jantung, defek katup, malformasi congenital, dan
hipertensi kronik. Selain penyebab diatas gagal jantung, dapat pula
dikarenakan perubahan pola hidup terkait pola makan (Nurhadi, 2013).
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
konraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung normal (Brunner & Suddarth, 2009).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler masih
menduduki peringkat yang tinggi. Gagal jantung merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas. (Charlie, 2005). Akhir-akhir ini insiden
gagal jantung mengalami peningkatan. Faktanya saat ini 50% penderita gagal
jantung akan meninggal dalam waktu 5 tahun, sejak diagnosanya ditegakkan.
Begitu juga dengan risiko untuk menderita gagal jantung, belum bergerak dari
10% untuk kelompok di atas 70 tahun, dan 5% untuk kelompok usia 60-69
tahun serta 2% untuk kelompok usia 40-59 tahun (Nurhadi, 2013).
Di dunia, gagal jantung telah melibatkan setidaknya 23 juta penduduk.
Sekitar 4,7 juta orang menderita gagal jantung di Amerika (1,5-2% dari total
populasi), dengan tingkat insiden 550.000 kasus per tahun. Dari sejumlah

pasien tersebut, hanya 0,4-2% saja yang mengeluhkan timbulnya gejala


(Irnizarifka, 2011).
Di Eropa, kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan meningkat pada
usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Ramalan dari gagal
jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki.
Seperdua dari pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak
diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50%
akan meninggal dalam tahun pertama. Penyakit jantung koroner merupakan
etiologi gagal jantung pada 60-70% pasien, terutama pada pasien usia lanjut.
Sedangkan pada usia muda, gagal jantung diakibatkan oleh kardiomiopati
dilatasi, aritmia, penyakit jantung kongenital atau valvular dan miokarditis
(Manurung dan Ghanie, 2009).
Di Inggris, sekitar 100.000 pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun
untuk gagal jantung, merepresentasikan 5% dari semua perawatan medis dan
menghabiskan lebih dari 1% dana perawatan kesehatan nasional di Negara
tersebut (Gray, Dawkins, Dkk, 2011).
Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2010 penyakit ini telah menjadi pembunuh nomor satu. Prevalensi penyakit
jantung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu 7,2% per
tahun, atau mencapai 16,8 juta penduduk (Riskesdas 2010; Yayasan Jantung
Indonesia dalam Anna, 2013). Dari hasil Riskesdas 2010 yang dilakukan ,
ditemukan bahwa sebanyak 16 provinsi memiliki prevalensi penyakit jantung
di atas prevalensi nasional yaitu penyakit jantung iskemik dan lainnya pada

golongan umur 15-24 tahun adalah 18,3 per 100.000 penduduk. Angka ini
meningkat dengan tajam pada golongan umur 45-54 tahun, yakni 174,6 per
100.000 penduduk dan 461,9 per 100.000 penduduk pada usia 55 tahun ke
atas.
Menurut ahli jantung Lukman HakimMakmum dari devisi Kardiologi
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangkunsumo (FKUIRSCM), mengatakan bahwa angka kematian gagal jantung, terutama pada usia
lebih dari 65 tahun cukup tinggi. Insiden dan prevalensi gagal jantung di
Indonesia cukup tinggi yang disebabkan hampir semua penyakit jantung dan
kondisi ini sendiri merupakan suatu sindrom klinis, diagnosis dapat sulit
ditegakkan pada tahap dini karena relative tidak ada gejala (Perhimpunan
Informatika Kedokteran Indonesia, 2010).
Gagal jantung memiliki komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera di
tangani adalah gagal miokad, disritmia, infark pulmonary, pneumonia, effusi
pleura, asites, cardiomegali dan thrombus ventrikel kiri (Guyton, 2010). Selain
itu gagal jantung yang mengganggu psikologis pasien yaitu biaya perawatan
yang mahal (Nurhadi, 2013). Untuk mengurangi angka kejadian dan
kematikan akibat gagal jantung diperlukan perawatan yang optimal dan
mengacu pada focus permasalahn yang tepat. Maka dari itu perawat perlu
mengetahui gejala-gejala klinis yang timbul dan kemungkinan komplikasi
yang mungkin terjadi akibat kurangnya identifikasi dini dari gejala yang
terjadi (Brunner & Suddarth, 2009).

Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan

perlu mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang penyakit gagal jantung dengan demikian


perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal kepada
penderita yakni pelayanan yang berwawasan ilmiah dan dapat dipertanggung
jawabkan rasionalisasinya (Potter Perry, 2009). Peran perawat juga sebagai
pendidik wajib mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dapat menjelaskan
penyakit gagal jantung kepada penderita dan keluarga sehingga mereka dapat
mengetahui dan mengerti tentang penyakit gagal jantung, serta dapat
memelihara kesehatan dirinya sehingga dapat terhindar dari penyakit gagal
jantung maupun penyakit lain pada sistim peredaran darah (Brunner &
Suddarth, 2009).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Congestive Heart failure yang dituangkan
dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul, Asuhan Keperawatan pada Ny.
U dengan gangguan system kardiovaskuler:

Congestive Heart failure di

Ruang Anggrek Kelas I Kamar E-3 Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan menggunakan proses keperawatan, mahasiswa mampu melakukan
upaya pemecahan masalah yang ada pada kasus pasien dengan gagal
jantung kongestif dengan menggunakan pendekatan proses asuhan
keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif.

2. Tujuan Khusus
2.1.Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan gagal jantung
kongestif
2.2.Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gagal
jantung kongestif
2.3.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gagal jantung kongestif
2.4.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gagal
jantung kongestif
2.5.Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif
C. Manfaat
1. Pelayanan Kesehatan
1.1 Dapat menggali faktor risiko kejadian gagal jantung kongesif
1.2 Sebagai sumber informasi atau bahan masukan bagi instansi terkait di
wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menentukan kebijakan
terhadap pencegahan dan penanganan terhadap kejadian gagal jantung
kongesif
2. Mahasiswa
Sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya yang relevan
dengan penelitian ini.

3. Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai penyakit gagal
jatung kongesif dan cara pencegahannya.
4. Peneliti
Untuk

menambah

pengetahuan,

memperluas

wawasan

pemahaman penulis tentang penyakit gagal jatung kongesif.

dan

Anda mungkin juga menyukai