Anda di halaman 1dari 4

MORBUS HANSEN

Definisi
Morbus hansen adalah penyakit infeksi yang kronik yang disebabkan oleh mycobacterium leprae
yang bersifat intraselular obligat.
Sinonim
Lepra, kusta.
Epidemiologi
Masa tunas sangat bervariasi, antara 40 hari sampai 40 tahun, umumnya beberapa tahun, rata-rata
3-5 tahun.
Penyebaran penyakit dari satu tempat ke tempat lain tampaknya disebabkan oleh perpindahan
penduduk yang terinfeksi oleh penyakit ini.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah patogenesis kuman, cara penularan, keadaan
sosial ekonomi dan lingkungan, varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan, perubahan
imunitas, dan kemungkinan adanya resevoir diluar manusia.
Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat,
dan air susu ibu. Kusta dalam menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan daripada dewasa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO pada akhir tahun 2006 didapatkan jumlah pasien kusta
yang teregistrasi sebanyak 224.727 penderita. Dari data tersebut didapatkan jumlah pasien
terbanyak dari benua Asia dengan jumlah pasien yang terdaftar sebanyak 116.663 dan dari data
didapatkan India merupakan negara dengan jumlah penduduk terkena kusta terbanyak dengan
jumlah 82.901 penderita. Namun Micronesia merupakan negara dengan jumlah rata-rata prevalensi
per 10.000 penduduk terbanyak di dunia, yaitu dengan 9,64 per 10.000 jumlah penduduk.
Sementara Indonesia pada 2006 tercatat memiliki jumlah penderita sebanyak 22.175.
Etiologi
kuman penyebabnya adalah mycobacterium leprae, dengan ukuran 3-8m x 0,5m, tahan asam dan
alkohol serta termasuk kuman gram positif, berbentuk basil, aerob dan tidak membentuk spora.
Bentuk bentuk kusta yang dapat kita lihat dibawah mikroskop:
Bentuk utuh dinding selnya masih utuh.
Bentuk pecah pecah ( fragmented ) dinding selnya terputus sebagian atau seluruhnya.
Bentuk granular ( granulated ) kelihatan seperti titik titik tersusun seperti garis lurus
atau berkelompok.
Bentuk globus beberapa bentuk utuh atau fragmented atau granulated mengandung
ikatan atau berkelompok kelompok.
Bentuk clumps beberapa bentuk granular membentuk pulau pulau tersendiri dan
biasanya lebih dari 500 BTA.

Patogenesis
Masuknya M.Leprae ke dalam tubuh akan ditangkap oleh APC (Antigen Presenting Cell) dan melalui
dua signal yaitu signal pertama dan signal kedua. Signal pertama adalah tergantung pada TCRterkait antigen (TCR = T cell receptor) yang dipresentasikan oleh molekul MHC pada permukaan APC
sedangkan signal kedua adalah produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul
kostimulator APC yang berinteraksi dengan ligan sel T melalui CD28. Adanya kedua signal ini akan
mengaktivasi To sehingga To akan berdifferensiasi menjadi Th1 dan Th2. Adanya TNF dan IL 12
akan membantu differensiasi To menjadi Th1. Th 1 akan menghasilkan IL 2 dan IFN yang akan
meningkatkan fagositosis makrofag( fenolat glikolipid I yang merupakan lemak dari M.leprae akan
berikatan dengan C3 melalui reseptor CR1,CR3,CR4 pada permukaannya lalu akan difagositosis) dan
proliferasi sel B. Selain itu, IL 2 juga akan mengaktifkan CTL lalu CD8+. Di dalam fagosit, fenolat
glikolipid I akan melindungi bakteri dari penghancuran oksidatif oleh anion superoksida dan radikal
hidroksil yang dapat menghancurkan secara kimiawi. Karena gagal membunuh antigen maka sitokin
dan growth factors akan terus dihasilkan dan akan merusak jaringan akibatnya makrofag akan terus
diaktifkan dan lama kelamaan sitoplasma dan organella dari makrofag akan membesar, sekarang
makrofag seudah disebut dengan sel epiteloid dan penyatuan sel epitelioid ini akan membentuk
granuloma. Th2 akan menghasilkan IL 4, IL 10, IL 5, IL 13. IL 5 akan mengaktifasi dari eosinofil. IL 4
dan IL 10 akan mengaktifasi dari makrofag. IL 4 akan mengaktifasi sel B untuk menghasilkan IgG4 dan
IgE. IL 4 , IL10, dan IL 13 akan mengaktifasi sel masT. Signal I tanpa adanya signal II akan menginduksi
adanya sel T anergi dan tidak teraktivasinya APC secara lengkap akan menyebabkan respon ke arah
Th2. Pada Tuberkoloid Leprosy, kita akan melihat bahwa Th 1 akan lebih tinggi dibandingkan
denganTh2 sedangkan pada Lepromatous leprosy, Th2 akan lebih tinggi dibandingkan dengan Th1.
Patogenesis Reaksi Kusta
Reaksi kusta adalah suatu episode akut dalam perjalan kronis penyakit kusta yang dianggap sebagai
suatu kelaziman atau bagian dari komplikasi penyakit kusta. Ada dua tipe reaksi dari kusta yaitu
reaksi kusta tipe I dan reaksi kusta tipe II. Reaksi kusta tipe I sering disebut reaksi lepra non nodular
merupakan reaksi hipersensitifitas tipe IV ( Delayed Type Hipersensitivity Reaction ). Reaksi tipe I
sering kita jumpai pada BT dan BL. M. Leprae akan berinteraksi dengan limfosit T dan akan
mengakibatkan perubahan sistem imunitas selluler yang cepat. Hasil dari reaksi ini ada dua yaitu
upgrading reaction / reversal reaction , dimana terjadi pergeseran ke arah tuberkoloid ( peningkatan
sistem imunitas selluler) dan biasanya terjadi pada respon terhadap terapi, dan downgrading,
dimana terjadi pergeseran ke arah lepromatous ( penurunan system imunitas selluler) dan biasanya
terjadi pada awal terapi. Reaksi kusta tipe II adalah hipersensitivitas humoral tepatnya
hipersensitivitas tipe III. Reaksi tipe dua sering juga disebut eritema nodosum lepromatous. Reaksi
ini sering terjadi pada pasien LL. M. Leprae akan berinteraksi dengan antibodi membentuk kompleks
imun dan mengendap pada pembuluh darah. Komplemen akan berikatan pada komples imun dan
merangsang netrofil untuk menghasilkan enzim lisosom. Enzim lisosom akan melisis sel.

Klasifikasi
KLASIFIKASI
Ridley &
Jopling
Madrid
WHO
Puskesmas

ZONA SPEKTRUM KUSTA


TT

BT

Tuberkuloid
Pausibasiler (PB)
Pausibasiler (PB)

BB
Borderline

BL

LL

Lepromatosa
Multibasiler (MB)
Multibasiler (MB)

Gejala klinis
Gambaran Klinis, Bakteriologis, dan Imunologis Kusta Multibasiler
SIFAT
LESI
BENTUK
JUMLAH
DISTRIBUSI
PERMUKAAN
BATAS
ANESTESIA
BTA
LESI KULIT
SEKRET HIDUNG
TES LEPROMIN

LEPROMATOSA (LL)

BORDERLINE (BL)

MID BORDERLINE (BB)

Makula, InfiltratDifus,
Papul, Nodul
Tidak terhitung, praktis
tidak ada kulit sehat
Simetris
Halus Berkilat
Tidak Jelas
Biasanya Tak Jelas

Makula, Plakat, Papul


Sukar dihitung, masih
ada kulit sehat
Hampir Simetris
Halus Berkilat
Agak Jelas
Tak Jelas

Plakat, Dome Shaped


(Kubah), Punched Out
Dapat dihitung, kulit
sehat jelas ada
Asimetris
Agak Kasar/berkilat
Agak Jelas
Lebih Jelas

Banyak (ada globus)


Banyak (ada globus)
Negatif

Banyak
Biasanya Negatif
Negatif

Agak Banyak
Negatif
Biasanya Negatif

Gambaran Klinis, Bakteriologis, dan Imunologis Kusta Pausibasiler

Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan
Komplikasi

Prognosis

Anda mungkin juga menyukai