PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 5 (Lima) menyatakan bahwa pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan : perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Perencanaan Pengelolaan WP3K
terdiri dari Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan
Rencana Aksi Pengelolaan (UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 7 ayat 1). Pemerintah
Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota menyusun rencana strategis WP-3-K yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dari penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Hal ini tertuang pada
peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 16/2008 pasal
5 ayat 1. Rencana Zonasi terdiri dari Rencana Zonasi (RZ) Provinsi, Rencana
Zonasi Kabupaten/Kota, Rencana Zonasi Rinci (RZR) Kabupaten/Kota. Pemerintah
Daerah wajib menyusun semua rencana sesuai dengan kewenangan masing-
II-1
LAPORAN PENDAHULUAN
masing (UU No. 27/2007 Pasal 7 Ayat 3). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Provinsi atau disebut RZWP-3-K Provinsi adalah merupakan
arahan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
provinsi di lingkup wilayah provinsi yaitu 4 sampai dengan 12 mil.
Potensi sumber daya yang terkandung di wilayah pesisir, lautan dan
pulau-pulau kecil di Kabupaten Minahasa Utara luar biasa besar, bahkan
diperkirakan jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi sumber daya yang
ada di wilayah daratan. Namun, pada kenyataannya pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
selama ini belum dilakukan secara optimal. Konsentrasi kegiatan pembangunan
yang terjadi selama ini lebih terfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan
wilayah darat, yang menyebabkan terabaikannya pengembangan wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil tersebut. Lebih terfokusnya kebijakan pemerintah
pada upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya di wilayah daratan
dapat terlihat seperti pada pembangunan sektor pertanian dalam rangka
swasembada pangan yang berorientasi pada upaya untuk mendorong
perkembangan pertanian tanaman pangan, maupun pada saat era industrialisasi
yang ditujukan untuk memacu pertumbuhan perekonomian nasional. Konsep
pengembangan wilayah yang diterapkan kurang menyentuh upaya pemanfaatan
dan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari suatu ruang wilayah. Kondisi ini berakibat pada timbulnya
kesenjangan wilayah, yaitu antara wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
wilayah daratan, baik kesenjangan dalam hal pembangunan fisik, sosial maupun
ekonomi.
Indikasi timbulnya kesenjangan tersebut antara lain tercermin dari relatif
rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Indikasi
lainnya tercermin dari relatif kecilnya kontribusi sektor perikanan sebagai basis
sektor perekonomian masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dibandingkan
kontribusi sektor pertanian, industri dan perdagangan sebagai basis sektor
perekonomian masyarakat di wilayah daratan. Kondisi tersebut diperparah lagi
dengan terisolasinya, secara sosial maupun ekonomi masyarakat yang
menempati pulau-pulau kecil yang salahsatunya disebabkan oleh rendahnya
aksesibilitas (transportasi dan komunikasi) dan kondisi geografis, topografi,
hidrologi, geologi dan klimatologi yang kurang mendukung. Sebagai upaya
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, maka pemerintah
menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP3K). Proses pengelolaan
II-2
LAPORAN PENDAHULUAN
II-3
LAPORAN PENDAHULUAN
II-4
LAPORAN PENDAHULUAN
II-5
LAPORAN PENDAHULUAN
RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup dalam penyusunan RZWP3K ini digunakan agar wilayah
dari RZWP3K tidak melebar dan sesuai dengan KAK. Ruang lingkup wilayah dalam
RZWP3K Minahasa Utara adalah wilayah pesisir dan pulau pulau kecil di
Minahasa Utara. Profil wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdapat di
Kabupaten Minahasa Utara,secara administrasi termasuk ke dalam cakupan 4
(empat) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Wori, Kecamatan Likupang Barat,
Kecamatan Likupang Timur dan Kecamatan Kema. Wilayah pesisir tersebut
memiliki panjang hampir mencapai 88.13 Km, dimana 74.66 Km membentuk
satu kesatuan yang membentang mulai dari Kecamatan Wori, Kecamatan
Likupang Barat dan Kecamatan Likupang Timur, sedang sepanjang 13.47 Km
berlokasi di wilayah Kecamatan Kema. Sementara untuk pulau pulau kecil yaitu
Pulau Mantehage, Pulau Nain, Pulau Gangga, Pulau Kinobahutan, Pulau Talise,
Pulau Bangka.
Wilayah Penyusunan Rencana Zonasi ini mencakup wilayah pesisir, laut
dan pulau-pulau kecil Kabupaten Minahasa Utara dengan mengacu kepada
batasan wilayah pesisir dan laut sesuai Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jo. UU No. 1 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yakni meliputi daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah laut sejauh 4 (empat) mil laut (batas pengelolaan
Kabupaten) diukur dari garis pantai.
II-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 1.1
Wilayah Administrasi Minahasa Utara
1.4
II-7
LAPORAN PENDAHULUAN
1.5
1.5.1 Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam proyek penyusunan RZWP3K ada 3
pendekatan. Pendekatan tersebut adalah Pertama, penyusunan RZWP3K
menserasikan dan mensinkronkan kebijakan pembangunan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
pendekatan kedua yaitu penyusunan RZWP3K mempertimbangkan kearifan
lokal, aspirasi dan partisipasi masyarakat dan kondisi sosial budaya yang
berkembang di Kabupaten Minahasa Utara. Pendekatan yang ketiga adalah
dengan melalui kajian keilmuan yang dilandasi oleh data yang akurat yang
diambil melalui serangkaian survey baik untuk pengambilan data primer maupun
data sekunder.
1.5.1.1 Pendekatan Perencanaan
A.
Pendekatan Rational Comprehensive
Pendekatan Rasional Menyeluruh adalah Pendekatan yang secara
konseptual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas. Di
dalam pertimbangan tsb tercakup berbagai unsur/subsistem yang membentuk
suatu sistem secara menyeluruh. Pertimbangan ini termasuk pula hal yang
berkaitan dengan rangkaian tindakan pelaksanaan serta berbagai pengaruhnya
thd usaha pengembangan.
Biasanya pendekatan ini digunakan pada perencanaan Jangka panjang
(20 tahunan) substansinya meliputi semua aspek dan mempunyai tujuan banyak.
Produk perencanaan rasional mencakup seluruh aspek pembangunan, jadi
permasalahan yang ditinjau tidak dilihat secara terpisah tetapi dalam suatu
kesatuan, baik internal maupun eksternal. Walaupun tidak akan merealisasikan
semua unsur/ subsistem, tapi lingkup perencanaannya sudah merinci seluruh
aspek dalam suatu kaitan yang terpadu.
Berikut merupakan ciri ciri utama dari pendekatan Rational Menyeluruh :
1. Dilandasi oleh kebijakan umum yang merumuskan tujuan yang ingin
dicapai sebagai suatu kesatuan yang utuh
2. Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh,
dan terpadu
3. Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi yang lengkap,
andal, dan rinci.
4. Peramalannya ditujukan untuk tujuan jangka panjang.
II-8
LAPORAN PENDAHULUAN
II-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Minahasa Utara. Selain itu juga kebijakan kebijakan lainnya yang
terkait agar menjadi satu keselarasan dan tidak terjadi tumpang tindih kebijakan
dalam perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau pulau kecil Kabupaten
Minahasa Utara.
Pendekatan
Kebijakan,
yaitu
mempertimbangkan
kebijakan
pembangunan dibidang kelautan dan perikanan yang mencakup aspekaspek berikut :
a) Aspek kewilayahan, yaitu untuk menjamin penyediaan lahan perairan
yang sesuai bagi pengembangan sektor kelautan dan perikanan melalui
peningkatan kualitas penataan ruang laut, pesisir dan pulau- pulau kecil.
b) Aspek ekologis, yaitu untuk menjamin terwujudnya ekosistem pesisir dan
laut yang sehat dan produktif yang dapat mendukung keberlanjutan
penyediaan sumberdaya perikanan melalui peningkatan kualitas
ekosistem pesisir dan laut.
c) Aspek hukum, yaitu untuk menyiapkan produk hukum di bidang tata
ruang dan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mampu
mendukung pengembangan komoditi perikanan.
d) Aspek sosial ekonomi, yaitu untuk memberdayakan masyarakat pelaku
usaha di bidang pengembangan sumberdaya perikanan dan kelautan,
sehingga mampu dan memiliki kapasitas untuk melakukan usahanya
secara baik melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan
pemberdayaan sosial budaya masyarakat pesisir.
B.
II-10
LAPORAN PENDAHULUAN
Equitable
Sustainable
LINGKUNGAN
Viable
EKONOMI
Gambar 4.1
Skema Pembangunan Berkelanjutan
II-11
LAPORAN PENDAHULUAN
C.
Pendekatan Partisipatif
Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta tau keterlibatan yang
berkitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro, 1995). Theodorson dalam
Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari,
partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau
warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau
keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif
ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat
diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk
mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau
profesinya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya
partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan.
Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan
atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini,
tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan
(Berlo, 1961).
Partisipasi masyarakat menjadi amat penting dalam proses perencanaan
karena masyarakat merupakan subjek dan objek. Pembangunan fisik dan
ekonomi tidak selalu bisa diterima atau dinikmati oleh masyarakat baik
perkotaan maupun pedesaan. Pembangunan fisik dan ekonomi tidak selalu
diiringi oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat baik perkotaan maupun
pedesaan. Pembangunan fisik dan ekonomi sering diiringi dengan konflik
kepentingan ( masyarakat menjadi obyek dalam pembangunan).
a)
Kualitas Partisipasi Masyarakat dipengaruhi oleh :
1. Tingkat partisipasi adalah seberapa besar kualitas peran
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
2. Bentuk keterwakilan adalah apakah masyarakat memberikan
langsung pendapat atau suaranya atau dengan diwakilkan
pada yang diberi hak, baik secara individu maupun kelompok.
b)
Tipologi Tangga Partisipasi Arnstein
Sherry Arnstein adalah yang pertama kali mendefinisikan strategi
partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara
masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah (agency).
Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat identik
dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen
power), Arnstein menggunakan metafora tangga partisipasi
dimana tiap anak tangga mewakili strategi partisipasi yang
II-12
LAPORAN PENDAHULUAN
II-13
LAPORAN PENDAHULUAN
6.
7.
8.
Gambar 4.2
Tangga Partisipasi
II-14
LAPORAN PENDAHULUAN
3.
II-15
LAPORAN PENDAHULUAN
6.
7.
8.
II-16
LAPORAN PENDAHULUAN
9.
10.
1.5.2 Metodologi
5) Ekosistem Pesisir Dan Sumber Daya Ikan (Jenis Dan Kelimpahan Ikan);
Ekosistem Pesisir (Mangrove, terumbu karang, lamun), Daerah Potensi
Ikan Demersal, dan Daerah Potensi Ikan Pelagis yang terbagi atas :
a. Musim Barat
b. Musim Timur
c. Musim Peralihan
6) Penggunaan Lahan Dan Status Lahan;
II-17
LAPORAN PENDAHULUAN
7)
8)
9)
10)
II-18
LAPORAN PENDAHULUAN
d) Wawancara
Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara,
yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Responden yang dipilih adalah masyarakat berdomisili di
pesisir Minahasa Utara yang mengerti akan keadaan wilayah.
e) Focus group discussion (fgd) Masyarakat
Pada tahap ini konsultan akan membentuk forum bersama masyarakat
dimana masyarakat akan menuangkan aspirasi dan partisipasinya untuk
ikut menyusun rencana rencana yang mereka inginkan di Pesisir dan
Pulau pulau kecil Kabupaten Minahasa Utara.
1.5.2.2 Metode Analisis Data
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi potensi wilayah berdasarkan hasil
survei lapangan yang telah dilaksanakan. Pendekatan metode analisis yang digunakan
dalam rangka penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(RZWP3K) Kabupaten Minahasa Utara ini, mencakup metode analisis sebagai berikut:
1.
Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah
perencanaan dalam hal ini Kabupaten Minahasa Utara terhadap
kebijakan rencana tata ruangnasional dan provinsi, dan menyesuaikan
perencanaan yangdibuat dengan kebijakan pembangunan daerah,
dengan tujuan agartidak terjadi tumpang tindih kegiatan.Di samping itu,
analisis juga didasarkan pada kebijakan pembangunan nasional,
termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan keamanan.Hal-hal yang
harus ditelaah adalah :
a. Program-program pemerintah pusat dan provinsi terkait
pembangunan di wilayah pesisir.
b. Visi, misi, dan tujuan dan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir
Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Minahasa Utara.
c. Isu dan permasalahan yang berkembang di wilayah pesisir
Kabupaten Minahasa Utara.
d. RTRW Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Minahasa Utara.
e. Arahan pengembangan, struktur ruang, dan pola ruang dalam
RTRW Kepulauan Riau dan Kabupaten Minahasa Utara.
f. Analisis sistem perkotaan, kawasan, dan regional wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil yang berpengaruh terhadap Kabupaten
II-19
LAPORAN PENDAHULUAN
Minahasa Utara;
g. Analisis fungsi dan peran wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Minahasa Utara dilihat dari aspek ekonomi-sosialbudaya-politik, transportasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dalam pencapaian pembangunan nasional / regional secara umum.
h. Analisis sektor unggulan yang menjadi prime mover di Kabupaten
Minahasa Utara, kecamatan dan kelurahan/desa yang ada di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
2.
Analisis Kewilayahan
Analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihatkecenderungan
perkembangan kawasan di Kabupaten Minahasa Utaraberdasarkan
potensi fisik wilayah yang ada. Analisis kewilayahan akan dapat
mengeluarkanrekomendasi bagi skala pengembangan kawasan yang
diharapkandan arahnya. Analisis kewilayahan di sini juga mencakup
pada sistem permukiman dan sarana prasarana yang ada di
dalamnya.Analisis sistem permukiman bertujuan memahami kondisi,
jumlah, jenis, letak, ukuran, dan keterkaitan antar pusat-pusat
permukiman di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten
Minahasa Utara.
3.
II-20
LAPORAN PENDAHULUAN
II-21
LAPORAN PENDAHULUAN
5.
II-22
LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Pada sub bab ini akan membahas intisari masing masing bab.
Sistematika pembahasan yang tertuang didalam Dokumen Teknis Laporan antara
ini, disusun sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Maksud, Tujuan dan
Sasaran, Pelingkupan yang meliputi Lingkup Kegiatan dan Lingkup
Wilayah, output yang dihasilkan serta Sistematika Pembahasan yang
digunakan. Berisikan pendekatan studi dan metodologi yang
digunakan. Dalam penyusunan rencana zonasi ini juga melibatkan dan
mempertimbangkan aspirasi masyarakat .
BAB II
: Tinjauan Kebijakan
Pada bab ini menguraikan mengenai sintesa dari kebijakan kebijakan
yang berkaitan dengan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil di
Minahasa Utara. Antara lain mengkaji mengenai RTRW Nasional RTRW
II-23
LAPORAN PENDAHULUAN
II-24