Anda di halaman 1dari 4

Setiap perusahaan pasti memiliki Risiko dalam menjalankan kinerja perusahaanya, salah satu

risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah Risiko Kredit. Risiko Kredit adalah Risiko yang
dihadapi sebuah perusahaan karena pendanaan eksternal yang diusahakan oleh perusahaan.
Risiko Kredit ini terjadi ketika pihak perusahaan kontrak kesepakatan dengan pihak kreditur
dalam rangka memenuhi kinerja Perusahaan pada investasi pada aset.

Risiko Kredit pada PT Telkom Indonesia terjadi ketika Perusahaan ini melakukan kontrak
dengan kreditur untuk sebuah proyek tertentu atau pun pengadaan aset. Risiko yang akan timbul
pada pihak kreditur tentu saja risiko gagal bayar dari PT Telkom, tetapi apakah risiko kredit yang
diterima oleh PT Telkom?? Itulah yang perlu anda temukan jawabanya.. :) sedangkan pada
artikel ini akan membahas tentang risiko kredit yang diterima oleh Pihak Kreditur.
Sebagai informasi tambahan, kreditor PT Telkom mencapai 222 jumlahnya. 179 Kreditor berhak
atas uang tagihan dari PT Telkom senilai total 14 Triliun, sedangkan 46 Kreditor berhak atas
uang

tagihan

dari

PT

Telkom

sebesar

total

315

Triliun.

Diantara Kreditornya adalah PT Bank Mandiri, PT BCA, AB Svensk Export Kredit, dll
Ruang lingkup risiko kredit tidak dapat dipisahkan secara jelas dan tegas dengan jenis risiko
lainnya (risiko operasional, risiko pasar dan risiko likuiditas) dan keempat jenis risiko ini saling
terkait. Risiko kredit dapat timbul dikarenakan telah terjadinya risiko pasar terlebih dahulu.
Sebagai contoh, nilai kredit nasabah menjadi sangat besar, dikarenakan kredit diberikan dalam
dominasi valas dan nilai tukar Rupiah melemah. Risiko kredit dapat timbul dikarenakan telah
terjadinya risiko operasional terlebih dahulu., petugas Bank telah lalai dalam melaksanakan
tranksasi jaminan dan pengikatannya.
Untuk lebih teliti dalam memberikan kredit, pihak kreditur mesti memeriksa / menilai kelayakan
PT Telkom di dalam menerima kontrak kredit. Dalam Pengukuran Risiko Kredit, kita membagi
ke dalam penilaian risiko kredit secara kualitatif, dan penilaian risiko kredit secara
kuantitatif.

Penilaian Risiko Kredit secara Kualitatif


Penggunaan penilaian kualitatif risiko kredit berdasarkan 3R dan 5C adalah sebuah usaha
pendekatan untuk mendapatkan nilai pengukuran risiko kredit yang di alami oleh perusahaan.

Secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa penilaian secara kualitatif ini di dasarkan pada
pencitraan terhadap perusahaan di dalam hal ini PT. Telkom dalam perspektif 3R ataupun 5C.
Pedoman 3R

Return (pendapatan) yaitu menilai apakah PT.Telkom mempunyai pendapatan yang


memadai dalam mencukupi atau melunasi hutang dan bunganya.

Repayment Capacity (kemampuan mengembalikan pinjaman) yaitu menilai apakah PT.


Telkom mempunyai kapasitas/kemampuan dalam mengembalikan pinjaman dan
bunganya pada saat jatuh tempo.

Risk-bearing Ability yaitu menilai kemampuan PT. Telkom dalam menanggung risiko
kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan penggunaan kredit.

Pedoman 5C

Character yaitu penilaian kualitatif atas kemauan peminjam untuk memenuhi kewajiban
hutangnya dan bunganya.
Capacity yaitu penilaian kualitatif atas peminjam untuk melunasi kewajiban hutangnya
melalu pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien.
Capital yaitu penilaian kualitatif posisi keuangan perusahaan (peminjam) secara
keseluruhan.
Collateral yaitu penilaian kualitatif aset yang dijaminkan (dijadikan agunan) untuk suatu
pinjaman.
Condition yaitu penilaian kualitatif tentang sejauh mana kondisi perekonomian akan
mempengaruhi kemampuan mengembalikan pinjaman.

Adapun Penilaian Risiko Kredit secara kuantitatif, yaitu

Model Scoring Kredit,

RAROC,

Yield Income,

Mortality Rate,

Credit Metrics,

dan kerangka opsi.

Model Skoring Kredit


Model Diskriminan Altman
Analisis diskriminan pada dasarnya ingin melihat apakah suatu perusahaan sebaiknya
dimasukkan ke dalam kategori tertentu. Sebagai contoh, misalkan kita mempunyai dua kategori
yaitu perusahaan yang mengalami kegagalan bayar dan yang tidak mengalami kegagalan bayar.
Yang pertama kali dilakukan adalah mengestimasi persamaan diskriminan, yaitu dengan
menggunakan variabel dependen (tidak bebas) yang bersifat kategori, yaitu gagal bayar dan tidak
gagal bayar, dan menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai variabel tidak bebas. Persamaan
model diskriminan altman dijabarkan sebagai berikut:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Dimana:

X1 = modal kerja / total aset

X2 = laba yang ditahan / total aset


X3 = laba sebelum bunga dan pajak / total aset
X4 = nilai pasar saham / nilai buku saham
X5 = penjualan / total aset

Perhitungan dengan Model Diskriminan Altman


Perhitungan nilai Z PT Telkom dengan menggunakan model diskriminan sebagai berikut:

Z = 1,2 (0,17) + 1,4 (0,37) + 3,3 (0,25) + 0,6 (31,16) + 1,0 (0,66)
= 0,204 + 0,518 + 0,825 + 18,696 + 0,66
= 20,903
Cut

off

rate

model

diskriminan

altman

berdasarkan

nilai

pasar:

Dari hasil perhitungan nilai Z diatas, PT Telkom memiliki nilai Z sebesar 20,903 dimana nilai ini
lebih besar dari batas tidak bangkrut yaitu 2,99. Hal ini mencerminkan bahwa perusahaan
memiliki Risiko bangkrut yang sangat kecil, bahkan nyaris tidak ada karena nilai Z PT Telkom
terpaut jauh dengan batas tidak bangkrut Model Diskriminan Altman berdasarkan nilai pasar.
Artinya kinerja keuangan PT Telkom selama tahun 2009 cukup bagus dan PT Telkom mampu
meyakinkan para investor mengenai risiko gagal bayar yang nyaris tidak ada atau sangat kecil
sekali.

Anda mungkin juga menyukai