Anda di halaman 1dari 13

MACAM-MACAM AKUIFER MATERIAL LEPAS

(UNCONSOLIDATED AQUIFER)
Makalah Geohidrologi

Disusun oleh:
HUTOMO PANJI AHMAD
121.101.054

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar, yang berjudul Macam-Macam
Akuifer Material Lepas (Unconsolidated Aquifer).
Metode penulisan makalah ini mencakup pada kajian pustaka. Adapun isi
dari makalah ini yakni mengenai air tanah dan macam-macam perlakuan litologi
terhadap air tanah, juga macam-macam akuifer material lepas (Unconsolidated
Aquifer).
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan makalah ilmiah
ini, terutama kepada bapak Miftahussalam S.T.,M.T, selaku dosen pengampu
matakuliah Geohidrologi yang telah memberikan banyak masukan dan saran
selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dengan segala kekurangan yang ada, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif, agar dapat digunakan sebagai
pengalaman berharga dimasa yang akan datang.

D.I. Yogyakarta, Oktober 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batubara

2.2 Material Pembentuk Batubara

2.3 Tempat Terbentuknya Batubara

2.4 Faktor Yang Berpengaruh

2.5 Kelas dan Jenis Batubara

2.6 Sumber Daya Batubara Di Indonesia

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Dampak Penambangan Batubara Terhadap Lingkungan

3.2. Usaha Mengurangi Dampak Pertambangan

BAB VI. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

10

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tambang batubara
terbesar di dunia. Salah satu daerah di Indonesia yang merupakan penghasil
tambang batubara terbesar di Indonesia adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan
tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena semakin banyak
lahan tambang baru yang ditemukan.
Namun, pertumbuhan yang pesat tidak diimbangi dengan pengelolaan
yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi
tentang pengelolaan tambang dengan baik kepada masyarakat, menyebabkan
banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa,
namun beberapa tahun kemudian dampak pengelolaan tambang yang salah bisa
mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi
pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata.
Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa dampak penambangan batubara terhadap lingkungan?
2. Apa saja usaha-usaha yang dapat mengurangi dampak pertambangan?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Sesuai dengan permasalahan yang di atas, tujuan yang hendak dicapai
dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dampak pengelolaan tambang batubara, dan.
2. Mengetahui solusi untuk mengatasinya.

Manfaat dari penyusunan laporan dari tugas ini diantaranya dapat


mengetahui banyak tentang sumber daya alam batubara. Dengan adanya makalah
ini, para pembaca diharapkan dapat mengetahui akan petambangan batubara,
dampak yang ditimbulkan dari pertambangan, serta upaya-upaya mengurangi
dampak pertambangan batubara.

BAB II
LANDASN TEORI

2.1 Pengertian Batubara


Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang
terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, jenis
sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik akibat
timbunan (burial) dan diagenesa (Sukandarrumidi 2006:11).
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam
rawa-rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisikondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi.
Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu adalah masa pembentukan
batubara yang paling produktif.
2.2 Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan, jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya adalah sebagai berikut:
1. Algae, dari zaman prekambrium hingga ordovisium dan bersel tunggal sangat
sedikit endapan batu bara dari periode ini Silofita, dari zaman Silur hingga
devon tengah merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari
periode ini.
2. Plirodefita, umur devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan pembentuknya
merupakan tumbuhan tanpa bunga dan biji serta berkembangbiak dengan
spora.
3. Gimnospermae, dari zaman permian hingga kapur tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, contohnya Pinus.
4. Angiosspermae, dari zaman kapur atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang terawetkan.

2.3 Tempat Terbentuknya Batubara


Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal dua macam
teori:
1.

Teori drift
Teori ini menjelaskan bahwa endapan batubara yang terdapat pada

cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara


mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan
sedimen.
2.

Teori insitu
Teori ini menjelaskan bahwa bahan-bahan pembentukan lapisan batubara,

terbentuk di mana tumbuh-tumbuhan asal itu berada.


2.4 Faktor Yang Berpengaruh
Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang kompleks, dalam arti
harus dipelajari dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Terdapat serangkaian
faktor yang diperlukan dalam pembentukan batubara yaitu:
1.

Posisi geotektionik

2.

Topografi (morfologi)

3.

Iklim

4.

Penurunan

5.

Umur geologis

6.

Tumbuh-tumbuhan

7.

Dekomposisi

8.

Sejarah sesudah pengendapan

9.

Struktur cekungan batubara

10. Metamorfosis organik


2.5 Kelas dan Jenis Batubara
Berdasarkan proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas,
dan waktu, umumnya batubara dibagi kedalam lima kelas yaitu:

1.

Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan.


(luster) metalik. Mengandung antara 86 % 98 % unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8 % .

2.

Bituminus mengandung 68 86 % Unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10 %


dari beratnya.

3.

Subbituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Sehingga menjadi


sumber panas yang kurang efisien dibanding dengan bituminus.

4.

Lignit atau batubara cokelat adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35 75 % dari beratnya.

5.

Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75 % serta nilai kalori yang
paling rendah.

2.6 Sumber Daya Batubara Di Indonesia


Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di
pulau Kalimantan dan pulau Sumatera. Batubara merupakan bahan bakar utama
selain solar (diesel fuel) yang digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis
batubara jauh lebih hemat dari pada solar dengan perbandingan sebagai berikut:
solar Rp.0,74/kilokalori sedangkan batubara Rp.0.09/kilokalori. Dari segi
kuantitas, batubara merupakan cadangan energi fosil terpenting di Indonesia,
jumlahnya sangat melimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup
untuk memasak kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun kedepan.
Sayangnya Indonesia tidak mungkin membakar habis batubara dan
mengubahnya menjadi energi listrik karena selain mengotori lingkungan melalui
polutan CO2, SO2, Nox, dan CxHx, cara ini dinilai kurang efisien dan kurang
memberi nilai tambah tinggi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Dampak Penambangan Batubara Terhadap Lingkungan


Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga telah menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, udara,
dan hutan.
1. Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara
dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna
air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam
slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.
2. Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat
pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak
mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan
kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat kimia
seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun
bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran
tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
3. Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari
pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan

juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level
ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya
bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran
pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup
akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir cacat.
4. Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan
rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh
perusahaan.

Hal

ini

disebabkan

adanya

perluasan

tambang

sehingga

mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa


menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya
menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya
tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
5. Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat
aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran
juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar
laut tersebut.

3.2 Usaha Mengurangi Dampak Pertambangan


Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pertambangan
batubara adalah sebagai berikut:
1.

Penghentian penggunaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara,


harus ada ketegasan pemerintah daerah untuk memberhentikan dan menindak
tegas setiap penguasaha pertambangan ilegal yang selama ini semakin
menjamur yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan sosial yang
ditimbulkannya.

2.

Tidak mengeluarkan perizinan baru agar tidak menambah semrawutnya


pengelolaan sumber daya alam batubara, saat ini hal yang paling mudah dan
sangat mungkin untuk dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru

lagi. Sehingga memudahkan untuk melakukan monitoring terhadap


pertambangan batubara yang ada.
3.

Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total, pemerintah harus


melakukan penghentian pertambangan batubara ilegal secara tegas tanpa
padang bulu dan transparan.

4.

Evaluasi perizinan yang telah diberikan, dan lakukan audit lingkungan semua
usaha pertambangan batubara.

5.

Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan komitmen


untuk kelestarian lingkungan hidup.

6.

Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan


perusahaan pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai
pihak.

7.

Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam.

8.

Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas penambangan dan


menjamin serta memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL. Dan
pihak pemerintah harus mengawasi jalannya proses reklamasi tersebut,
sehingga benar-benar yakin kalau proses reklamasi berjalan dengan baik dan
menampakkan hasil.

9.

Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga


meminimalisasi dampak lingkungan serta memperkecil angka kecelakaan
dalam pertambangan batubara tersebut.

BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan, dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Materi pembentuk batubara adalah algae, silofita,
pteridofita, imnospermae, dan angiospermae. Kelas dan jenis batubara yaitu
antrasit, bituminus, subbituminus, lignit, gambut. Sumber daya batubara di
Indonesia jumlahnya sangat melimpah seperti di Kalimantan Selatan yang cukup
untuk pasokan energi beberapa tahun kedepan.
Dampak penambangan batubara adalah kerusakan terhadap lingkungan
yaitu air, udara, tanah, hutan dan laut. Usaha mengurangi dampak pertambangan
bisa diupayakan oleh pemerintah maupun pihak perusahaan.
4.2 Saran
Dengan mengetahui apa itu batubara dan peranan pentingnya, diharapkan
batubara tidak semata dipandang sebagai komoditas belaka saja, tapi yang lebih
penting adalah bahwa batubara merupakan salah satu sumber daya strategis bagi
keamanan energi di dalam negeri. Terlebih dengan kenyataan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan batubara yang besar, yaitu
sekitar 38,8 milyar ton dimana 70%-nya merupakan batubara muda sedangkan
30% sisanya adalah batubara kualitas tinggi.
Potensi ini hendaknya disadari oleh segenap lapisan masyarakat sehingga
pengelolaan batubara secara optimal untuk kepentingan bangsa dapat terus
dipantau dan diperhatikan bersamasama.

DAFTAR PUSTAKA

http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dansolusi.html#axzz32d0RTpBS, diakses 20 Mei 2014, pukul 20.45 WIB


Prasetyanto, Inti Widi., 2005, Diktat Kuliah: Geologi Batubara, Yogyakarta
Sukandarrumidi., 2006, Batubara dan Gambut, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Tim Kajian Batubara Nasional., 2006, Batubara Indonesia, Jakarta, dalam
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf,
diakses 23 Mei 2014, pukul 13.32 WIB
Zen, MT., 1984. Sumberdaya dan Industri Mineral: Gadjah Mada University
Press

10

Anda mungkin juga menyukai