Oropharyngeal Tube
Oropharyngeal Tube
A. Pengertian
Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara
mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk
membebaskan jalan nafas. (Medical Dictionary)
Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang ideal
untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh
lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005)
Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau
plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau
memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior
sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang
bentuknya telah disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu
membebaskan dan mengedarkan jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat
juga berfungsi untuk memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas
dengan oropharingeal tube digunakan dalam jangka waktu pendek pada post
anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada
pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada selang
endotraceal.
2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar
karena dapat merangsang muntah, spasme laring.
Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
ditemukan
berbagai koloni bakteri, yang sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan kokus
gram positif. Pada fiksasi oropharyngeal tube juga sering kali menimbulkan
penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan
luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.
Sarung tangan
Plaster
Bengkok
Tounge spatel
Kasa
Suction
Selang penghisap
2. Persiapan Lingkungan
kooperatif
Siapkan sampiran atau sketsel
3. Persiapan Pasien
Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkun dengan bagian
atas empat tidur
Pastikan pasien dalm keadaan aman untuk dilakukan tindakan
Pastikan tidak terdapat reflek faring
K. Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal tube
1) cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2) pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin dilakukan
dengan menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan bagian datar di bibir.
Ujung dari jalan napas harus ada di dagu pasien.
3) Masukkan jalan napas dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini.
Balik jalan napas sehingga bagian atasnya menghadap kemuka. Mulai untuk
memasukkan jalan napas ke mulut. Sebagaimana jalan napas mendekati
dinding posterior Faring dekat lidah belakang, putar jalan napas pada posisi
yang seharusnya (180 )
Gunakan penekan lidah , gerakkan lidah keluar untuk menghindari terdorong
ke belakangmasuk faring posterior. Masukkan jalan napas oral ke dalam posisi
yang seharusnya dengan bagian atas masuk kebawah dan tidak perlu diputar.
4) Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera dan
masukkan kembali.
5) Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dan melintasi bagian
datar dari jalan napas, pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian terbuka dari
jalan napas. Harus berhati- hati untuk menjamin pasien tidak cegukan terhadap
jalan napas ketika direkatkan pada tempatnya. Perekatan dapat mencegah
pasien dari dislokasi jalan napas dan karena itu pasien muntah segera setelah
ia sadar kembali.
L. Evaluasi
1. Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan napas dapat menyebabkan
muntah-muntah pada pasien yang sensitif dan karenanya harus digunakan hanya
pada pasien sadar.
2. Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan rongga mulut
3. Jika
keadaan
pasien
memungkinkan,
pemakaian
jangka
Dokumentasi
1. Catat ukuran dari jalan napas yang digunakan
2. Catat waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
3. Catat setiap perubahan dalam status pasien dan atau setiap komplikasi
4. Catat kecepatan dan sifat dari pernapasan.
panjang
tube,
plester, atau pemegang oropharyngeal tube. Jika klien mengeluh atau nampak tidak nyaman,
instruksikan keluarga bertanya pada perawat.
Informasikan pada klien dan keluarga bahwa jika tube menyebabkan sumbatan, untuk
segera memberitahukan kepada perawat dan intervensi akan dilakukan untuk mengurangi
sumbatan.
PERAWATAN PASIEN
YANG TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE
Pendahuluan
Pengertian
3.
Indikasi perawatan
Indikasi
Pasien yang terpasang endotracheal tube.
Kontraindikasi
Tidak terdapat kontra indikasi yang absolute pada perawatan pasien yang terpasang
endotracheal tube.
4.
atau trakea dapat terjadi. Kekhawatiran pasien yang paling besar adalah
ketidakmampuan untuk berbicara dan mengkomunikasikan kebutuhan.
5.
ditemukan berbagai
koloni bakteri, yang sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan kokus gram
positif.
Pada fiksasi ETT juga sering kali menimbulkan penekanan pada salah
satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan luka/nekrotik sebagai
penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.
Mengingat besarnya pengaruh tidak baik pemasangan ETT terhadap
tubuh pasien maka diperlukan perawatan ETT yaitu:
1) Fiksasi harus baik, plester jangan terlalu tegang.
2) Pipa ET sebaiknya ditandai pada ujung mulut tercabut.
3) Pantau tekanan balon, jangan lebih dari 30 cm H2O.
4) Jaga patensi jalan napas dengan humidifikasi yang atau hidung
sehingga bisa untuk mengetahui secara dini pipa kedalaman atau baik
dan adekuat udara inspirasi.
5) Lakukan penghisapan lendir jika berlebih dan jika diperlukan lakukan
bronchiale toilet untuk mencegah penumpukan slym.
6) Reposisi atau pindah-pindahkan penempatan pipa ET dari satu sisi
mulut pasien ke sisi lainnya sesuai kebutuhan.
6.
Perawatan intubasi
1) Fiksasi harus baik
2) Gunakan oropharing air way (guedel) pada pasien yang tidak
kooperatif
3) Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasien.
4) Jaga kebersihan mulut dan hidung
5) Jaga patensi jalan napas
6) Humidifikasi yang adekuat
7) Pantau tekanan balon
8) Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru
9) Lakukan fisioterapi napas tiap 4 jam
10) Lakukan suction setiap fisioterapi napas dan sewaktu-waktu bila ada
suara lender
11) Yakinkan bahwa posisi konektor dalam kondisi baik
12) Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan.
13) Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu
tertentu.
14) Observasi terjadinya empisema kutis
15) Air dalam water trap harus sering terbuang
16) Pipa endotracheal tube ditandai diujung mulut / hidung.
7.
Kaji adanya suara stridor pada pasien dan adanya secret yang menyumbat jalan
nafas
8.
Kaji adanya lecet ataupun nekrosis pada mulut atau mukosa membrane
9.
Resiko infeksi
Kerusakan menelan
Resiko aspirasi
Tidak terjadi infeksi pernafasan atau terjadi perbaikan setelah pipa dipasang
Kulit dan mukosa oral sekitar pipa endotracheal bersih dan utuh
10. Persiapan
Persiapan Alat
Suction
Mangkok steril
Handuk
Perlak karet
Sarung tangan
Gunting
Hydrogen peroksida
Persiapan Lingkungan
kooperatif
Siapkan sampiran atau sketsel
Persiapan Pasien
sadar.
Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan
tindakan
11) Lepaskan semua plester sekitar pipa dengan hati2 dan cermat, kemudian
buang di bengkok
Rasional : memungkinkan untuk hygiene kulit oral. Plester dapat
menyebabkan iritsi kulit
12) Jika terpasang jalan udara oral lepaskan dan letakkan dalam mangkok yang
berisi hydrogen peroksida
Rasional : memungkinkan untuk akses ke dalam rongga mulut ketika alat
jaln udara direndam
13) Lakukan oral hygiene pada sisi mulut yang tidak terhalang oleh
pipa,gerakkan dengan perlahan kemudian bersihkan sisi yang lain
14) Basuh wajah dan area sekitar leher menggunakan waslap bersabun, bilas
dengan air basah, dan keringkan menggunakan handuk.
15) Dengan sikat, bersihkan jalan udara oral dan bilas dengan bersih
menggunakan air. Buang air yang sudah digunakan.
16) Pasang kembali plester anti air atau plaster adhesive secara tepat dan cermat
17) Pasang kembali jalan udara oral dengan tepat
18) Atur kembali posisi klien
Rasional : mempertahankan kenyamanan pasien
19) Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang di tempat yang
disediakan.
Rasional : meminimaliasi penyebaran mikroorganisme
20) Evaluasi status pernafasan klien
21) Evaluasi kenyamanan klien
22) Perawat mencuci tangan
23) Dokumentasikan kegiatan
12. Evaluasi
-
Bandingkan dan kaji pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan ET tube care.
Kaji kulit sekitar mulut dan keutuhan mukosa oral membran dan penekanan area.
Dokumentasi
Instruksikan klien dan keluarga untuk tidak menggerakkan ET tube, plester, atau
pemegang ET tube. Jika klien mengeluh atau nampak tidak nyaman, instruksikan
keluarga bertanya pada perawat.
Informasikan pada klien dan keluarga bahwa jika tube menyebabkan sumbatan,
untuk segera memberitahukan kepada perawat dan intervensi akan dilakukan untuk
mengurangi sumbatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta : EGC.
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, 2005, Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU, Jakarta : Dir Jen Pelayanan Medik Dep.Kes RI
Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, Volume 1, Edisi VI,
Jakarta : EGC.
Linelle N.B.Pierce, 1995, Mechanical Ventilation and Intensive Respiratory Care,
Philadelpia : W.B.Saunders
Loyd Y , 2006, Terapi Oksigen, Jakarta : Instalasi Rawat Intensif RSUP Fatmawati
Mancini E, 1994, Seri pedoman Praktis .Prosedur Perawatan Darurat.. Jakarta : EGC
Instalasi Rawat Intensif & Reanimasi, SMF Anestesiologi dan Reanimasi RSUP Dr.
Soetomo, 2007, Materi Pelatihan Intensif Care Unit (ICU), Surabaya : Bidang
Diklit RSUP Dr. Soetomo.
Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Jakarta : EGC.