PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu kedokteran gigi pencegahan, banyak hal yang patut kita perhatikan.
Salah satunya adalah mengenai kesehatan lingkungan rumah sakit. Kesehatan lingkungan
rumah sakit meliputi pengelolaan instalasi pengolahan limbah, higine dan sanitasi lingkungan
sekitar, serta masalah pencemaran lingkungan rumah sakit.
Pengelolaan instalasi pengolahan limbah meliputi cara untuk mengolah limbah, proses
pemanfaatan dari kegiatan (rumah tangga dan industri) yang berbahaya bagi kesehatan
lingkungan, serta system daur ulang limbah agar tidak mencemari lingkungan.
Menjaga higine termasuk aspek non fisik yang patut diperhatikan. Hal tersebut meliputi suatu
upaya yang menjaga, memelihara, dan mempertinggi derajat dari faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan. Sedangkan aspek fisiknya meliputi menjaga sanitasi, yaitu suatu
upaya yang dilakukan untuk menjadikan keadaan yang lebih baik sehingga kesehatan
semakin meningkat.
Hal terakhir mengenai kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu pencemaran. Pencemaran
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga mutu kualitas lingkungan turun
sampa pada tingkat tertentu yang menyebebkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sanitasi?
2. Bagaimana kriteria sanitasi dan hygiene?
3. Bagaimana cara mengelola limbah medik?
4. Bagaimana hubungan pencemaran lingkungan terhadap kesgilut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sanitasi.
2. Untuk mengetahui kriteria sanitasi dan hygiene.
3. Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah medik.
4. Untuk megetahui hunbungan pencemaran lingkungan terhadap kesgilut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi menurut kamus bahasa indonesia diartikan sebagai pemiliharaan kesehatan.
Menurut WHO sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian
semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungin menimbulkan atau dapat menimbulkan
hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia.
Dalam lingkup rumah sakit (RS), sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor
lingkungan fisik, kimiawi, dan biologik di RS yang menimbulkan atau mungkin dapat
mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun
bagi masyarakat disekitar RS. Dari pengertian diatas maka sanitasi RS merupakan upaya dan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di RS dalam memberikan
layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya, karena tujuan dari sanitasi RS seringkali
ditafsirkan secara sempit, yakni hanya ospek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti
kebersihan gedung, kamar mandi, dan WC, pelayanan makanan minuman. Ada juga kalangan
yang menganggap bahwa sanitasi RS hanyalah merupakan upaya pemborosan dan tidak
berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan di RS. Sehingga seringkali dengan dalih
kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana
pemiliharaan sanitasi, bahkan cenderung mengabaikan masalah sanitasi.
(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10sanitasiRS083.pdf/10SanitasiRS083.html)
Manfaat yang diperoleh dari adanya upaya-upaya dan sarana sanitasi, baik secara langsung
maupun tidak langsung, antara lain :
1. Dapat mengurangi kemungkinan terjadinya re-infeksi dan infeksi silang di RS
2. Dapat mempercepat proses penyembuhan penderita
3. Akibat dari butir 1 dan 2 akan dapat dihemat biaya pengeluaran RS dan masyarakat yang
terkena infeksi (pasien, petugas, dan pengunjung RS ).
4. Mengurangi dampak negatif limbah RS terhadap lingkungan dan masyarakat.
5. Rumah sakit yang saniter merupakan daya tank bagi masyarakat untuk menggunakannya.
6. Meningkatkan citra RS sebagai tempat bersih, sehat, dan tenang.
(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10sanitasiRS083.pdf/10SanitasiRS083.html)
Pembuangan limbah yang bejumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan
memilah-milah limbah kedalam berbagai kategori. Untuk masing-masing jenis kategori
diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah
sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminasi dan trauma (injury).
Jenis-jenis limbah rumah sakitmeliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998 ).
a. Limbah klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan unit-unit resiko
tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai
resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan
badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan
produk darah.
b. Limbah patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
c. Limbah bukan klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik tang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar unuk mengangkut dan membuangnya.
d. Limbah dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu,
dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di rumah
sakit.
e. Limbah radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit,
pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.
(http://www.shantybio.transdigit.com/?Biology_-)
KONSEP SANITASI RUMAH SAKIT
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di dalamnya terdapat bangunan,
peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan,
ternyata di samping dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan
yang baik terhadap pasien, juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh buruk
kepada manusia seperti pencemaran lingk mgan, sumber penularan penyakit dan
menghambat proses penyembuhan dan pemulihan penderita. Untuk itu sanitasi RS diarahkan
untuk
mengawasi faktor-faktor tersebut agar tidak membahayakan. Dengan demikian, sesuai
dengan pengertian sanitasi, lingkup sanitasi RS menjadi luas mencakup upaya-upaya yang
bersifat fisik seperti pembangunan sarana pengolahan air limbah, penyediaan air bersih,
fasilitas cuci tangan, masker, fasilitas pembuangan sampah, serta upaya non fisik seperti
pemeriksaan, pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan.
(http://www.pdfdatabase.com/index.php?q...pengolahan+limbah+medis)
Ben Freedman menyebutkan lingkup garapan sanitasi RS meliputi :
A. Aspek Kerumahtanggaan (Housekeeping) seperti :
1. Kebersihan gedung secara keseluruhan.
2. Kebersihan dinding dan lantai.
3. Pemeriksaan karpet lantai.
4. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.
5. Penghawaan dan pembersihan udara.
6. Gudang dan ruangan.
7. Pelayanan makanan dan minuman.
B. Aspek khusus Sanitasi.
1. Penanganan sampah kering mudah terbakar.
2. Pembuangan sampah basah.
3. Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.
4. Tipe incinerator Rumah Sakit.
5. Kesehatan kerja dan proses-proses operasional.
6. Pencahayaan dan instalasi listrik.
7. Radiasi.
8. Sanitasi linen, sarung dan prosedur pencucian.
9. Teknik-teknik aseptik.
10. Tempat cuci tangan.
11. Pakaian operasi.
12. Sistim isolasi sempurna.
C. Aspek dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi.
1. Sumber-sumber kontaminasi.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sanitasi
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. (Notoadmojo, 2003)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sanitasi diartikan sebagai pemeliharaan kesehatan
Sedangkan pengertian sanitasi lingkungan menurut WHO yaitu upaya pengendalian semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik dan daya tahan tubuh manusia. Sanitasi sebagai pengawasan faktor dan
lingkungan fisik manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap
perkembangan jasmani.
Sanitasi adalah bagian dari sistem pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut
pembuangan air kotor dari limbah rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air buangan dari
WC, air cucian, dan lain-lain). Selain berasal dari rumah tangga, limbah juga dapat berasal
dari sisa-sisa proses industri, pertanian, perternakan, dan rumah sakit (sektor kesehatan).
(Said, 1987:12)
2.2 Kriteria Sanitasi dan Hygiene
Hygiene merupakan ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Contoh kriteria
untuk hygiene meliputi:
Menjaga kebersihan pakaian secara periodic
Menjaga kebersihan kuku (pendek dan tidak dicat) dan tangan
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, kriteria sanitasi dan hygiene meliputi kriteria
kesehatan lingkungan. Contohnya penyehatan lingkungan bangunan dan halaman Rumah
Sakit. Kriterianya yaitu:
a. Lingkungan bangunan:
Bebas rokok
Bersih
Tersedia sarana sanitasi yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas. Contohnya seperti
mencegah perkembangbiakan hewan yang merugikan
Lantai bersih, kedap air, dan mudah dibersihkan
Pencahayaan: ruang-ruang harus diberi penerangan yang baik
Ventilasi: suhu dan aliran kelembaban harus memberikan kenyamanan
Tersedia fasilitas air minum dan air bersih
Fasilitas toilet dan kamar mandi.
Tata laksana:
Dibersihkan pagi dan sore
Ruang pasien rutin dibersihkan
Pembersihan debu agar tidak menyebar
Percikan ludah, darah, dan lain-lain harus dibersihkan dengan antiseptik.
b. sanitasi hygiene makanan dan minuman
c. Pengelolaan limbah yang baik.
2.3 Pengolahan Limbah Medik
a. Limbah medis padat
1. Minimasi Limbah
Reduksi limbah dimulai dari sumber
Mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
Pengelolaan bahan kimia dan farmasi
Pengelolaan limbah medis dimulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan
2. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang
Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak
dimanfaatkan kembali.
Limbah benda tajam darus dikumpulkan dalam suatu wadah yang anti bocor, anti rusak dan
tidak mudah dibuka.
Jarum dan syringes harus dipisahkan.
3. Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan di lingkungan rumah sakit
Pengumpulan dari setiap ruangan dengan menggunakan troli khusus yang tertutup
Penyimpanan pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24
jam.
4. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit
Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
Menggunakan kendaraan khusus
5. Pengolahan dan pemusnahan
Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir
limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
Pengolahan dan pemusnahan disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah
medis padat yang ada, dengan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan
insenerator.
b. Limbah medis nonpadat
1. Pemilahan dan pewadahan
Harus dipisahkan dari limbah padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
Tempat pewadahan harus dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah
padat dalam lambang domestik warna putih
2. Pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan
Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang pengganggu
yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.
3. Pengolahan dan pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbha padat nonmedis harus dilakukan sesuai dengan
persyaratan kesehatan.
c. Limbah cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus
memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat
d. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnahan limbah medis padat dengan
insenerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep13/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan, pengelolaan limbah medis dapat dilakukan
dengan cara:
Minimasi
Dapat berupa pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, daur ulang, pengumpulan,