Anda di halaman 1dari 14

Oleh

SEPTIANA MONICASARI
Meteorologi II A

AKADEMI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


JAKARTA
2012/2013

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas terselesaikannya tugas
rangkuman mengenai Payung Hukum Observasi Meteorologi Maritim.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Drs. Ponco Nugroho selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan kepada saya untuk membuat
rangkuman ini. Dan terimakasih juga saya ucapkan atas penjelasan yang beliau berikan
sehinnga dapat memjudahkan saya dalam menyelesaikan rangkuman ini.
Sebagai manusia biasa, tentu terdapat kekurangan begitupun dengan rangkuman yang
saya buat ini. Akhir kata Saya sebagai penulis memohon maaf atas kesalahan-kesalahan baik
pengetikan ataupun data yang saya berikan.

Pondok Betung, 2 Mei 2013

KESELAMATAN JIWA DI LAUT/SOLAS


(Safety Of Life At Sea)
Kata SOLAS adalah singkatan dari "Safety of Life at Sea" lengkapnya adalah
International Convention for Safety of Life at Sea. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia
kata SOLASberarti "Keselamatan Jiwa di Laut ".
SOLAS merupakan ketentuan yang sangat penting karena berkenaan dengan
keselamatan kapal-kapal yang melakukan pelayaran di laut. SOLAS berstatus internasional
dan berada dibawah naungan WMO (World Meteorological Observation).
Dalam dunia pelayaran dan perkapalan ada Badan Internasional yang sangat berperan
mengenai SOLAS yaitu IMCO. Kepanjangan dari IMCO (Inter-Governmental Maritime
Consultative Organization), adalah suatu badan internasional yang pada tahun 1959 sudah di
tetapkan mengenai Safety of Life at Sea (Keselamatan Jiwa di Laut) tahun 1948.
Dan sejak pertama kali ditetapkan SOLAS mengalami beberapa perubahan/amandemen
yaitu pada tahun 1929, 1948, 1960, dan 1974
Indonesia melakukan penandangan

kontrak

dengan

tujuan

mengembangkan

keselamatan saat berlayar dilaut agar lebuh bisa baik.Solas terus diamandemen,namun inti
dari solas tersebut tetaplah sama.
Isi SOLAS sesuai ratifikasi olek Keppres No 65 tanggal 25 Mei 1980 sebagai berikut.

BAB V
KESELAMATAN PELAYARAN
Peraturan 1
Penerapan
Intinya dalam peraturan 1, SOLAS diwajibkan bagi semua kapal pelayaran kecuali
untuk:
Kapal perang, dan
kapal-kapal yang perairan perhubungan dan lanjutan-lanjutan sejauh ke timur
sampai jalanan keluar hulu dan St. Lambert lock di Montreal di Provinsi Quebec,
Kanada.
Solas tidak diwajibkan bagi Kapal perang karena posisi kapal bisa saja diketahui oleh
musuh. Karena sifat kapal perang yang tersembunyi sehingga memudahkan bagi mereka
untuk melakukan pemantauan/ pengintaian. BMKG tidak mempunyai stasiun di tengah laut,

hanya saja BMKG bekerjasama dengan PT. Pelni, dll dengan menitipkan alat meteorologi
pada kapal-kapal tertentu, yaitu kapal yang memiliki GT ( Gross Ton ) >500

Peraturan 2
Berita-berita Bahaya
Inti dalam peraturan 2 Solas mengenai berita-berita berbahaya yaitu:
1. Tentang informasi yang harus dilaporkan oleh nahkoda kepada pejabat yang
berwenang bila menjumpai berita-berita bahaya seperti :
- Kerangka berbahaya
- Siklon tropis
- Suhu-suhu udara di bawah titik beku dibarengi angin berkecepatan 10
atau lebih pada skala beaufort.
- Angin dengan kecepatan 48 knots/lebih
10 beaufort = 48 55 knots
48 knots
= 88 km/jam
48 knots
= 24 m tinggi
gelombang
Bentuk pengiriman informasi ini tidak mengikat dalam artian boleh disampaikan

dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti atau bisa juga menggunakan
kode isyarat Internasional.Berikut skema pengiriman informasi tersebut:
Kapal

Baha
ya

menem
ui

Nahkod
a
Memberi laporan
ke
Kapal-Kapal dan
SROP
BMKG

Keterangan:

Ketika kapal menemui bahaya nahkoda mengirim informasi itu ke


kapal-kapal lain lalu ke Intansi pemerintah yang berwenag yaitu SROP
lalu SROP akan memberikan informasi tadi kepada BMKG selaku
pejabat yang berwenang.

Srop Intansi pemerintah dibawah kementrian perhubungan yang berhak


berkomunikasi dengan kapal dengan biaya cuma-cuma. Yang gratis disini
hanya khusus data informai cuaca saja.
Peraturan 3
Informasi Yang Diisyaratkan Dalam Berita-Berita Bahaya
Dalam peraturan 3 ini berisi tentang bahaya-bahaya yang diinformasikan pihak kapal
kepada SROP. Isinya hampir sama seperti peraturan 2.
Peraturan 4
Pelayanan-Pelayanan Meteorologi
Peraturan 4 ini berisi tentang pelayanan-pelayanan meteorologi yang dilakukan oleh
pemerintah pemerintah penandatanganan. pemerintah penandatangan akan mengambil
beberapa langkah, seperti :
- Menganjurkan pengambilan data cuaca oleh kapal-kapal laut
- Menata penelitian, penyebaran dan pertukaran data-data
- Menganjurkan penggunaan peralatan dengan derajat ketelitian yang
-

tinggi
Menyediakan kemudahan pengujian peralatan yang demikian.
Pemerintah penandatangan dalam hal ini adalah:
Kementrian perhubungan

syah bandar

kapal-kapal

Syahbandar sendiri adalah pejabat kementrian perhubungan yang tugasnya menerbitkan


surat ijin berlayar (SIB). Sedangkan, Surat Ijin Berlayar (SIB) adalah Surat ijin yang
diterbitkan oleh syah bandar yang menyatakan bahwa kapal tersebut layak dan laik untuk
berlayar. Laik adalah memenuhi syarat-syarat teknis dan syarat-syarat operasional kapal.
Dan secara khusus, pemerintah penandatanganan ( mengambil langkah bekerja sama
dengan melaksanakan) :
-

Peringatan tentang adanya angin kencang, badai & siklon tropis.


Menyiarkan tiap hari dengan radio, bulletin-bulletin cuaca dan laut yang
sesuai bagi pelayaran.
Menyiapkan dan menyiarkan terbitan-terbitan untuk melakukan
meteorologi efisien dan informasi bagi kapal-kapal yang berangkat.
Pemerintah penandatangan dalam hal ini adalah:
Kementrian perhubungan

BMKG

Peraturan 5
Dinas Ronda Es
Peraturan ini berisi tentang ronda es. Kapal-kapal dan pesawat-pesawat terbang yang
digunakan untuk ronda es dapat dibebani tugas-tugas lain oleh Pemerintah pengelola dengan
ketentuan tidak menggangu tugas-tugas pokok mereka atau menambah besarnya jumlah
biaya pelayanan ini.
Peraturan 6
Ronda Es, Pengelolaan dan Pembiayaan
Peraturan ini berisi apabila pemerintah penandatanganan menginginkan informasi
mengenai ronda es dari pihak Amerika Serikat yang bertindak sebagai pengumpul data maka
pemerintah penandatangananharus membiayai untuk biaya pengoprasian kegiatan ini setiap
tahunnya. Pada peratuan ini juga dijelaskan kewajiban dari pihak penyumbang biaya serta
dari pihak penyedia data.
Peraturan 7
Kecepatan Di Dekat Es
Peraturan ini berisi tentang tindakan yang harus dilakukan oleh nahkoda kapal untuk
menjauhkan kapal dari kemungkinan tabrakan dengan mengurangi kecepatan kapal hingga
kecepatan sedang dan atau mengubah haluannya.

Peraturan 8
Tata Pengaturan Rute
Pada peraturan 8 ini berisi tentang Tata pengaturan Rute kapal. Kebiasaan untuk
mengikuti rute-rute yang disahkan disarankan digunakan oleh semua kapal dalam usaha
mewujudkan keselamatan pelayaran di laut (safety of life at sea)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 17 TAHUN 2008
TENTANG
PE LAYAR AN
UU ini adalah merupakan UU pengganti dari UU RI 21 Tahun 1992. Pokok/Isi utama
dari UU ini adalah:
1. Angkutan di perairan

2. Kepelabuhan
3. Keselamatan dan keamanan pelayaran
4. Perlindungan lingkungan maritim
Hal yang baru / penting dari UU ini adalah penyelenggara pelabuhan :
a. Otoritas pelabuhan = syahbandar
b. Unit penyelenggara pelabuhan = kanpel
c. Badan Usaha Pelabuhan ( BUP)

Bisa oleh :
KANPEL

BUMN, BUMD perusahaan


swasta

(Kantor Pelabuhan) adalah

instasi yang bertindak sebagai penguasa dan pengusaha.


Pelabuhan diusahakan

Pelabuha
n Laut

pelabuhan diusahakan adalah pelabuhan dimana ada pengusaha


dan penguasa. Yang bertindak sebagai penguasa adalah syahbandar
sedangkan pengusahanya adalah PT Pelindo ( pelabuhan Indonesia ) /
BUP (Badan Usaha Pelabuhan). Pembagian tugasnya adalah penguasa
sebagai penegak peraturan sedangkan, pengusaha bertugas sebagai
pemungut biaya sekitarnya seperti : biaya tambat labuh.
Pelabuhan tidak
diusahakan

Pelabuhan tidak diusahakan adalah pelabuhan dimana penguasa


dan pengusaha dilakukan oleh satu instansi tersebut. Contohnya
KANPEL.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 yang terkait dengan


BMKG adalah sebagai berikut:
1. Khususnya pasal 132

Kewajiban kapal ada alat meteo dan obs cuaca serta

nahkoda lapor tentang cuaca buruk


Undang-undang pelayaran halaman 61
2. Pasal 308 dan 309 Sanksi denda dikenakan bagi pelanggaran terhadap pasal 132.
Sanksi berupa denda sebesar Rp 300.000.000,00 atau kurungan 2 Tahun penjara
Undang-Undang Pelayaran (Halaman 120)
3. Pasal 183 Pancaran siaran tanda waktu untuk kapal & SROP.
Undang-Undang Pelayaran Halaman 77
4. Pasal 186
Pemerintah (BMKG) wajib info keadaan cuaca & laut dan parkiraannya

BMKG melakukan kalibrasi & sertifikasi alat pengamatan di kapal


BMKG melakukan bimbingan ke kapal untuk menunjang masukan data

cuaca.
Undang-Undang Pelayaran Halaman 77

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN


NOMOR KM.295/MG.201/Phb-81
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PENGAMATAN CUACA
DAN PENGIRIMAN DATA CUACA
Dalam peraturan ini berisi tentang data hasil pengamatan cuaca di laut,
pulau

dipulau-

yang terpencil maupun bangunan-bangunan di laut. Data cuaca ini sangat penting

bagi BMKG untuk keperluan


Pasal-pasal terkait Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.295/MG.201/PHB-81
adalah sebagai berikut :
1. Pasal 2
Waktu pengamatan cuaca dilaksanakan pada jam-jam 00.00 GMT, 06.00
GMT,12.00 GMT dan 18.00 GMT dalam sehari.
2. Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas penelitian dan pengamatan cuaca Badan
Meteorologi dan Geofisika dapat mengikut sertakan petugasnya dalam kapal-kapal
yang sedang berlayar. Dalam melakukan bimbingan kekapal pihak yang di bimbing
adalah mualim kapal.
Catatan: Kapal GT >500 sudah memiliki alat-alat meteorologi tersertifikasi
dari sejak di buat. Sertifikasi ini dibuat oleh BMKG dimana kapal itu di buat.
1 GT = 1,85 Km/jam

3. Pasal 4

1GT = 2,83 m33

Penempatan

perlengkapan

peralatan

Meteorologi

untuk

keperluan

pengamatan cuaca di kapal-kapal niaga Indonesia, di pantai, di mercusuar atau


bangunan-bangunan di laut ditetapkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika.
Mercusuar adalah rambu laut.
4. Pasal 5
Setiap kapal yang berlabuh wajib memberikan kesempatan atau bantuan
kepada petugas Badan Meteorologi dan Geofisika

yang

akan

melakukan

pemeriksaan atau perbaikan alat - alat meteorologi atau memberikan petunjuk petunjuk sehubungan dengan pengamatan cuaca di laut.
BAB II
Tata Cara Pengiriman Dan Pengumpulan Data Cuaca
1. Pasal 6
Bagi

kapal - kapal

segera mengirimkan

berita

niaga
cuaca

dan

mercusuar - mercusuar

diwajibkan

ke stasiun radio pantai yang terdekat

sesudah pengamatan selesai.


2. Pasal 7
(1) Penetapan dan pengaturan stasiun-stasiun radio pantai yang melaksanakan
penerimaan

berita-berta

cuaca

(OBS) dari kapal-kapal dan penyiaran

ramalan cuaca yang diterima oleh Badan Meteorologi dan Geofisika dilakukan
oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(2) Hasil Pengamatan cuaca dalam bentuk

berita

cuaca

dikirim

dalam

kesempatan pertama ke setiap stasiun radio pantai.


3. Pasal 8
(1) Stasiun laporan pengamatan dan cuaca termasuk yang menggunakan saluran
radio, ditetapkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika.
(2) Badan Meteorologi dan Geofisika menyiapkan berita-berita cuaca untuk
stasiun radio pantai guna disiarkan bagi mereka yang berada di laut.
(3) Penetapan stasiun meteorologi di pelabuhan ditetapkan oleh Badan
Meteorologi dan Geofisika dan diumumkan dalam daftar resmi.
4. Pasal 9
Semua kapal niaga Indonesia setiap kali memasuki pelabuhan di mana
terdapat stasiun meteorologi wajib menukar buku pengamatan cuaca yang telah
penuh terpakai kepada Syahbandar setempat.
5. Pasal 10
(1) Pandu kapal setempat memandu kapal masuk wajib

mengambil dan

menyerahkan buku pengamatan cuaca atau laporan tertulis


syahbandar

kepada

setempat. Pandu adalah petugas pelabuhan yang memiliki

serifikat Nahkoda yang mengambil alih tugas Nahkoda untuk measuki


pelabuhan.
(2) Dalam hal tidak memakai pandu penyerahan buku laporan cuaca

atau

laporan tertulis dilakukan oleh salah satu awak kapal yang bersangkutan.
(3) Syahbandar diwajibkan mengawasi pelaksanaan ayat (1) dan (1).
6. Pasal 11
Berita-berita cuaca yang dikirim oleh kapal-kapal niaga Indonesia maupun
kapal asing melalui stasiun-stasiun radio

pantai

dibebaskan

dari

biaya

pengiriman.
BAB III
Pengaturan Dan Pengadaan Fasilitas
1.

Pasal 12
Badan Meteorologi dan Geofisika :
(1)Menyediakan tenaga kerja yang cakap dan trampil untuk melayani
perlengkapan data cuaca.
(2)Melatih petugas-petugas yang

akan

menggunakan

atau

melayani

perlengkapan yang dimaksud pada ayat di atas dalam hal pemakaian

dan

perawatannya.
(3)Menyediakan buku-buku petunjuk dan tabel-tabel yang diperlukan untuk
2.

melaksanakan tugas-tugas yang dimaksud pada ayat (2).


Pasal 13
Badan Meteorologi dan Geofisika menetapkan
persyaratan

teknis

meteorologi untuk kapal-kapal niaga Indonesia sebagai selected ships,


supplementary ships atau auxillary ships.
BAB IV
PENUTUP
Pasal 14
Badan

Meteorologi

dan

Geofisika

setahun

sekali

atas

nama

Departemen Perhubungan, dapat memberikan piagam atau tanda penghargaan


lainnya kepada kapal-kapal, mercusuar-mercusuar yang dijaga atau bangunanbangunan di laut yang telah menunjukan prestasi
melaksanakan pengamatan cuaca selama tahun silam.

tertinggi

dalam

hal

PERATURAN KBMG
No. SK.170/ME.007/KB/BMG-2006
Tentang
PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL STASIUN METEOROLOGI MARITIM
1.

Pasal 1
(1) Stasiun Meteorologi Maritim wajib melaksanakan kegiatan operasional yang
meliputi kegiatan :
a. Pelayanan jasa informasi cuaca kelautan
b. Bimbingan kepada kapal-kapal dalam rangka program Pengamatan
cuaca sukarela (Voluntary Observing Ships)
c. Pengamatan dan pengumpulan data cuaca.
(2) Stasiun Meteorologi Maritim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I, Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II,
Stasiun Meteorologi Maritim Kelas III dan Stasiun Meteorologi Maritim
Kelas IV.
(3) Wilayah perairan yang belum mendapat pelayanan informasi cuaca kelautan
untuk sementara dilayani oleh

3 (tiga) Stasiun Meteorologi yang ditunjuk

sebagaimana tercantum dalam Lampiran IA nomor urut 11 (sebelas) sampai


dengan 13 (tiga belas) Peraturan ini.
(4) Peta wilayah pelayanan informasi meteorologi maritim sebagaimana
2.

tercantum dalam Lampiran IB Peraturan ini.


Pasal 2
(1) Pelayanan jasa informasi cuaca kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 ayat (1) huruf a terdiri dari :
a. informasi cuaca pelayaran (weather bulletin for shipping);
b. informasi cuaca pelabuhan;
c. informasi cuaca khusus.
(2) Informasi cuaca kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

3.

kepada pengguna jasa untuk berbagai keperluan :


a. transportasi laut;
b. perikanan;
c. wisata laut;
d. pertambangan;
e. pertahanan dan keamanan;
f. pencarian dan penyelamatan;
g. pelestarian lingkungan.
Pasal 7

Pelayanan jasa informasi cuaca kelautan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat


(1) dikenakan tarif jasa sesuai peraturan yang berlaku kecuali
4.

Informasi cuaca

pelayaran (weather bulletin for shipping);


Pasal 8
(1) Bimbingan kepada kapal-kapal dalam rangka program Pengamatan cuaca
sukarela (Voluntary Observing Ships) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1) huruf b dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas
data cuaca laut (data Ship).
(2) Bimbingan sebagaimana dalam ayat (1) berupa kegiatan :
a. melakukan hubungan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
b.
c.

pelayaran dalam rangka program Voluntary Observing Ships;


merekrut kapal-kapal niaga dan kapal-kapal penumpang nasional untuk
dijadikan armada kapal pengamat cuaca;
ikut berlayar dan/atau kunjungan ke kapal-kapal untuk :
memberikan bimbingan pengamatan cuaca dan sosialisasi tentang
pentingnya informasi cuaca kelautan untuk keselamatan pelayaran
kepada Nahkoda / petugas pengamat cuaca di kapal;
memeriksa dan melakukan kalibrasi peralatan meteorologi di kapal;
memberikan buku instruksi dan log book ship untuk keperluan

pengamatan cuaca;
mengambil data ship hasil pengamatan cuaca di kapal.
(3) Kegiatan kunjungan ke kapal-kapal dilakukan secara rutin ke setiap kapal
yang sedang sandar di pelabuhan setempat sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali.
Kegiatan ikut berlayar oleh petugas Stasiun Meteorologi Maritim dilakukan
sekurang-kurangnya satu kali setahun dan diprioritaskan pada kapal yang
memerlukan bimbingan pengamatan cuaca.

Puji syukur saya panjatkan atas terselesaikannya tugas ini. Mudahmudahan dengan sudah terselesaikannya tugas ini dapat memenuhi nilai tugas dari
mata kuliah meteorologi maritim ini. Dan apabila dalam penulisan rangkuman ini
terdapat banyak kesalahan, saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai