Sebuah nyata dari eksotisme pagi, siang, senja, dan malam yg kuindrai Bukan lagi rangkaian kata yang terbangun dari imaji Tapi, mungkin ini tentang bahasa hati Bibirku tak dapat mendeskripsikan gejolak perasaanku Ia kelu oleh sebuah haru yang menyelusup sayup-sayup Ini pertama kali bagiku Meski mungkin ini sudah biasa Bagi mereka yang sudah sering bercengkerama Dengan dentingan merdu embun yang menyentuh dedaunan Bertegur sapa dengan mentari dan rembulan yang menyembul malu-malu dari peraduannya Memandang penuh cinta pada aliran sungai yang akan melepaskan rindu
Lantas seketika aku dikagetkan
Oleh sekawanan bulir-bulir air yang dikirimkan sang Pencipta Ku Ia turun semakin deras Kutepis yang menembus baju biru tua ku Beradu dengan kulit tanganku Ah, apa gunanya? Ini air, yang begitu lembut namun tak bisa kutaklukkan Aku tersenyum memikirkannya Lalu di sini, semua cerita menemukan alurnya yang indah Dan kutuliskan sajakku Tentangku, tentang mereka, dan tentu saja tentang Mu Cendrana,,, di tengah medan penuh perjuangan yang baru kukenali: di sini