berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan
sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun
berturut-turut. Temuan patologis pada bronchitis kronik adalah hipertrofi kelenjar mukosa
bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang
dan edema mukosa bronkus. Pembentukan mucus yang meningkat mengakibatkan gejala
khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil hingga menjadi rusak dan dindingnya
melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara industri. Polusi udara
yang terus menerus merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat
aktivitas silia dan fagositosis, sehingga timbunan mucus meningkat dan mekanisme
pertahanan melemah (Wilson, 2006). Diagnosis ini sebaiknya diduga pada perokok lama
(Stark,1990). Pada pemeriksaan fisik thorax kesannya emfisematosa karena terdapat
kumpulan udara secara patologis (Dorland, 2009). Thoraks emfisema (barrel-shape)
mempunyai ciri berupa: (1) Dada menggembung; (2) Diameter antero-posterior lebih
besar dari diameter latero-lateral; (3) Tulang punggung kifosis dan angulus costa
>90(Rumende, 2007). Foto thorax kesan hiperlusen karena banyaknya udara yang
terkumpul dalam paru melebihi normal.
Sputum: Bahan yang didorong keluar dari trakea, bronki, dan paru melalui mulut
Mucus: Lendir bebas membran mukosa, terdiri dari sekresi kelenjar, berbagai garam, sel
yang berdeskuamasi, dan leukosit.
Kifosis: Curvatura vertebra melengkung secara berlebihan kearah anterior.
Mukoporulen: Mengandung mucus maup