Anda di halaman 1dari 6

Akuntansi Syariah 1

Muhammad Arief / A31111903

PEMBIAYAAN SUKUK
Salah satu jenis sumber pembiayaan dari instrumen utang adalah dengan menerbitkan
Surat Berharga Negara (SBN) yang terdiri atas Surat Utang Negara (SUN) dan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) atau yang lebih dikenal dengan sukuk.
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek syariah.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek (UU No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal). Maka Efek syariah adalah Efek yang pelaksanaan akad,
cara dan kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertengangan dengan
prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal (Peraturan Bapepam LK No IX A, 13). Beberapa
contoh efek syariah yang telah diterbitkan di pasar modal indonesia adalah Saham Syariah,
Sukuk, serta Reksa Dana Syariah.
Mengacu pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor 181/BL/2009 tentang Penerbitan Efek Syariah, sukuk didefinisikan sebagai
efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu/undividedshare) atas:
kepemilikan aset berwujud tertentu (ayan maujudat) , nilai manfaat atas aset berwujd
(manafiul ayan) tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada, jasa (al khadamat)
yang sudah ada maupun yang akan ada, aset proyek tertentu (maujudat masyru muayyan)
dan/atau kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah).
Menurut Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institution
(AAOIFI, 2002), sukuk adalah sertifikat

yang menunjukkan nilai yang sama setelah

penutupan subscription (pembubuhan tanda tangan), penerimaaan dari nilai atas sertifikat
dan meletakkanya untuk digunakan sebagaimana rencana, pemilikan saham dan hak atas aset
yang nampak, pengunaan dan jasa, dan equity (keadilan) atas proyek yang disebutkan atau
equity (keadilan) atas aktivitas investasi tertentu.
Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN), Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing (Pasal 1).

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS

Akuntansi Syariah 2
Muhammad Arief / A31111903
Dalam periode klasik, sukuk berasal dari bentuk jamak dalam bahasa Arab yakni saq
bermakna akta atau sertifikat kepemilikan. Sumber lain mengatakan, kata tersebut kemudian
menjadi asal dari kata cheque dalam bahasa Eropa yang berarti sebuah dokumen yang
mempresentasikan sebuah kontrak (contracts) atau pengalihan kepemilikan (conveyance of
rights), obligasi (obligations) atau kewajiban yang harus dipenuhi (monies done) berdasarkan
prinsip syariah.
Sukuk pada hakikatnya merupakan sertifikat kepemilikan atas suatu aset (proyek riil)
yang dapat digunakan dalam skala besar untuk membiayai pembangunan. Sukuk dipandang
sebagai alternatif yang lebih baik dari pada berutang dan mendasari penerbitan sukuk. Di
dalam sukuk, underlying asset (penjamin aset) dibutuhkan sebagai jaminan bahwa penerbitan
sukuk didasarkan nilai yang sama dengan aset yang tersedia. Oleh karenanya, aset harus
memiliki nilai ekonomis, baik berupa aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek
yang akan atau sedang dibangun. Adapun fungsi underlying asset (penjamin aset) tersebut
adalah untuk menghindari riba (tambahan) sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya
sukuk di pasar sekunder dan akan menentukan jenis struktur sukuk.
Di beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen pembiayaan anggaran negara
yang penting. Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk,
misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, Qatar, Pakistan, dan State
sof Saxony Anhalt Jerman. Penerbitan sukuk biasanya ditujukan untuk keperluan
pembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek
tertentu, misalnya pembangunan bendungan, unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar
udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk keperluan
pembiayaan cash-mismacth, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek
(Islamic Tresury Bills) dan juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang.

Peluang Pembiayaan Sukuk Melalui Penerbitan Sukuk Negara


Pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan Sukuk Negara sebenarnya telah

dilaksanakan mulai tahun 2010, yaitu sejak diterbitkannya Sukuk Negara dengan seri Project
Based Sukuk (PBS). Mekanisme pertama yang digunakan adalah dengan menggunakan
proyek-proyek pemerintah yang tercantum dalam APBN sebagai underlying asset Sukuk
Negara. Adapun mekanisme kedua yang digalakkan oleh pemerintah adalah inisiasi dari
Kementerian/Lembaga untuk meminta pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan Sukuk

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS

Akuntansi Syariah 3
Muhammad Arief / A31111903
Negara sejak diusulkan ke Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas). Mekanisme
ini pada akhirnya dapat menjadi pendorong bagi Kementerian/Lembaga untuk menyelesaikan
pekerjaan infrastruktur secara transparan dan akuntabel. Pemerintah meyakini bahwa
penerbitan Sukuk Negara akan menjadi salah satu sumber utama untuk pembiayaan
infrastruktur di masa yang akan datang karena peluangnya yang sangat besar, yaitu:
a. Dukungan kebijakan
Dukungan penuh pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan Sukuk Negara
tercermin dari disahkannya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Negara atau Sukuk Negara. Adanya Undang-Undang tersebut menjadi landasan hukum
utama bagi pemerintah untuk menerbitkan Sukuk Negara. Selain itu, peraturan tersebut
memberi kewenangan bagi pemerintah untuk menggunakan Barang Milik Negara (BMN)
sebagai underlying asset dan membiayai pembangunan infrastruktur melalui penerbitan
Sukuk Negara. Melalui peraturan ini pemerintah dapat mengatur komposisi penerbitan Sukuk
Negara untuk pembiayaan proyek, sehingga hasil penerbitan Sukuk Negara dapat diarahkan
untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur.
b. Kebutuhan pembiayaan yang sangat besar
Dalam rangka mempercepat laju pembangunan infrastruktur, Pemerintah telah
menetapkan proritas-prioritas pembangunan infrastruktur yang dituangkan dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dari data MP3EI
kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur berjumlah total sebesar 1.786 triliun
rupiah, yang terdiri dari pembangunan jalan, pelabuhan, bandara, rel kereta, utilitas air,
telematika dan infrastruktur lainnya. Pembiayaan yang sangat besar menjadikan sukuk
sebagai opsi yang menjanjikan.
c. Potensi pasar Sukuk Negara yang sangat luas
Seiring dengan perkembangan ekonomi Islam yang sangat fantastis, maka
berkembang pula kesadaran untuk memilih instrumen investasi yang sesuai syariah.
Kesadaran ini telah menumbuhkan investor yang berwawasan syariah minded atau hanya
berinvestasi pada instrumen syariah. Di sisi lain, instrumen investasi syariah biasanya
memberikan imbalan yang lebih menarik dibandingkan instrumen investasi konvensional.
Hal ini menjadi daya tarik bagi investor konvensional untuk ikut berinvestasi di instrumen

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS

Akuntansi Syariah 4
Muhammad Arief / A31111903
syariah. Kondisi ini tentu menjadi penyebab potensi pasar instrumen syariah menjadi lebih
luas. Demikian halnya dengan Sukuk Negara sebagai salah satu instrumen investasi berbasis
syariah, instrumen investasi ini tentu dapat dimiliki oleh semua kalangan di semua kawasan
sehingga potensi pasarnya menjadi sangat luas. Bila kondisi ini dapat dimanfaatkan, maka
peluang untuk pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan Sukuk Negara akan menjadi
sangat besar.

Kemampuan Sukuk Mendorong Perekonomian


Mengenai penerbitan sukuk global yang melambat saat ini, memang tidak terlepas

dari kondisi keuangan dunia yang mengalami krisis sehingga berdampak pada masih berhatihatinya para investor untuk menghindari risiko dampak krisis keuangan global.
Namun kehati-hatian itu merupakan sesuatu yang berlebihan dan tidak beralasan.
Pasalnya, subprime mortgage yang menjadi penyebab krisis ekonomi di Amerika berbeda
dengan sukuk. Subprime mortgage tidak memiliki landasan yang jelas dan memiliki turunan
derivatif, sementara sukuk memiliki landasan (underlying asset) yang jelas.
Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa sukuk dapat mendorong perekonomian?
Ada beberapa alasan mengapa sukuk dapat mendorong perekonomian suatu negara.
Pertama, sukuk menjamin aliran dana yang diterima akan masuk kepada proyekproyek investasi di sektor riil, karena akad-akad dalam keuangan syariah semuanya berbasis
pada sektor riil. Hal ini berbeda dengan SUN, yang tidak ada jaminan bahwa uang yang
masuk akan diinvestasikan ke sektor riil. Dengan mengalirnya dana-dana sukuk ke sektor riil
maka dapat dipastikan tingkat produktivitas akan cenderung naik, dengan naiknya
produktivitas maka output akan naik yang disertai dengan naiknya jumlah barang dan jasa.
Dengan kenaikan jumlah barang dan jasa maka penyerapan tenaga kerja akan cenderung
naik, dengan begitu PDB negara akan terkatrol naik dengan sendirinya. Dan dipastikan jika
itu terjadi maka pendapatan per kapita negara juga akan naik. Dari sinilah keseimbangan
ekonomi itu terjadi dan akan terjadi hubungan kesinambungan yang positif antara sektor
moneter dengan sektor riil.
Kedua, sukuk dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi secara lebih baik bila
dibandingkan dengan SUN, karena sukuk memberikan peluang lebih besar terhadap
pembukaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Sedangkan SUN, sesuai dengan namanya

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS

Akuntansi Syariah 5
Muhammad Arief / A31111903
yaitu Surat Utang Negara maka fungsi penerbitan SUN digunakan untuk menutup defisit
APBN bukan untuk investasi di sektor riil. Atau dengan kata lain gali lubang tutup lubang,
dan ada indikasi menggali lubang yang semakin besar karena terkena beban bunga.
Ketiga, beban utang SUN jauh lebih berat bila dibandingkan dengan beban return
sukuk. Dengan menerbitkan SUN, pemerintah berkewajiban untuk membayar sejumlah
bunga kepada investor yang bersifat fixed. Sementara dalam sukuk, return bagi investor
sangat bergantung pada jenis akad yang digunakan.

Potensi Besar Sukuk Nasional


Ada beberapa alasan mengapa sukuk menjadi instrumen pembiayaan yang sangat

potensial bagi Indonesia, diantaranya adalah:


(1) Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar dunia. Sebagaimana yang telah
dimaklumi bahwa Indonesia menyimpan penduduk muslim terbesar di dunia. 207.176.162
(87,18 persen) dari penduduk indonesia adalah muslim (publikasi sensus penduduk 2010,
bps). Potensi ini jauh lebih besar dari negara-negara lain yang menguasai pangsa pasar sukuk
dunia saat ini. Dengan jumlah penduduk muslim yang besar, tentu ini menjadi potensi
tersendiri bagi Indonesia karena itu berati market size indonesia khususnya untuk sukuk ritel,
misalnya, sangat besar sekali.
(2) Proyek infrastruktur di Indonesia begitu banyak. Pemerintah Indonesia sedang
mencanangkan pembangunan infrastruktur secara menyeluruh di Indonesia demi terwujudnya
indonesia sebagai negara maju ditahun 2030 (versi KEN) atau 2045 (versi SBY). Hal ini
dapat terlihat jelas dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI).
(3) Permintaan terhadap sukuk pun tinggi. Hal ini dapat dilihat dari trend penjualan
sukuk yang terus meningkat baik SBSN, Sukuk Negara Ritel, maupun Sukuk Korporasi (lihat
grafik I, II, dan III). Penjualan Sukuk Negara Ritel pun selalu melampaui target yang
dicanangkan dari pemerintah (Laporan Hasil Penjualan Sukuk Negara Ritel [SR-001 samapai
SR-004], Kementerian Keuangan).
(4) Perekonomian indonesia cenderung stabil dibandingkan dengan perekonomian
global. Ditengah terpaan krisis global indonesia masih dapat bersinar dalam hal ekonomi.
data-data ekonomi indonesia memberikan angin kehidupan yang sejuk bagi perekonomian di

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS

Akuntansi Syariah 6
Muhammad Arief / A31111903
masa mendatang. Torehan tersebut dapat tercermin dari pertumbuhan PDB Indonesia yang
berada diatas 6% dari 2008 2011, menjadi bagian dari G-20, bahkan BPS merilis data
persentase kemiskinan yang selalu menurun sampai pada 12,49% pada 2011. Selanjutnya
yang lebih relevan dengan pembahasan kita adalah peringkat Investasi indonesia yang telah
dinaikan menjadi Investment Grade oleh beberapa lembaga pemeringkat seperti R&I, Fitch
dan Moodys. Hal ini menunjukan indonesia adalah tujuan investasi yang layak.
(5) Melimpahnya dana dari timur tengah atas keuntungan harga minyak yang tinggi.
Timur tengah yang mayoritas muslim tentu ingin menanamkan modalnya pada instrumeninstrumen syariah. Ditambah instability pasar modal Amerika dan Eropa yang masih dalam
proses recovery dari krisis. Potensi dana besar timur tengah tersebut selama ini diparkirkan ke
negara lain selain Indonesia seperti Malaysia.
(6) Regulatory framework telah ada. Diantaranya adalah UU Nomor 19 Tahun 2008
tengan Surat Berharga Syariah Negara. Bila sebelum ada landasan hukum saja geliat sukuk
sudah mencuat ke permukaan (melalui sukuk Indosat 2002 sebagai inisiasi) bagaimana bila
landasan hukum yang ada sudah siap.
Sumber :
1. Peluang Pembiayaan Infrastruktur Melalui Sukuk Negara oleh Eri Hariyanto (kemenkeu)
2. http://untukmuilmu.blogspot.com/2013/01/sukuk-sebuah-alternatif-pembiayaan.html

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS

Anda mungkin juga menyukai