PENGANTAR
BG
menjadi
sangat
penting
karena
pengaturan
yang
dimuat
pusat,
dalam
hal
ini
Direktorat
Penataan
Bangunan
dan
pengaturan
penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
yang
telah
Halaman - 1
Surat
Edaran
dari
Menteri
Pekerjaan
Umum.
Legalisasi
ini
tahun
2012
pasca
UU
12/2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Halaman - 2
Halaman - 3
DAFTAR ISI
PENGANTAR ................................................................................................1
DAFTAR ISI .................................................................................................4
PENJABARAN MODEL PERDA TENTANG BANGUNAN GEDUNG ......................8
I. JUDUL.............................................................................................................. 8
II. PEMBUKAAN ................................................................................................... 8
2.1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa ......................................... 8
2.2. Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan ................................. 8
2.3. Konsiderans .............................................................................................. 8
2.4. Dasar Hukum............................................................................................. 9
2.5. Diktum .................................................................................................... 10
III. BATANG TUBUH ........................................................................................... 10
3.1. Ketentuan Umum .................................................................................... 10
3.1.1. Pengertian ................................................................................................. 10
3.1.2. Azas, Tujuan, dan Lingkup ........................................................................ 16
3.2. Fungsi Dan Klasifikasi Bangunan Gedung ................................................ 17
3.3. Persyaratan Bangunan Gedung ................................................................ 23
3.3.1. Umum ....................................................................................................... 23
3.3.2. Persyaratan Administratif .......................................................................... 24
3.3.2.1. Status Kepemilikan Hak Atas Tanah ................................................... 24
3.3.2.2. Status Kepemilikan Bangunan Gedung ............................................... 25
3.3.2.3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ......................................................... 26
3.3.2.4. IMB di Atas dan/atau di Bawah Tanah, Air dan/atau
Prasarana/Sarana Umum .................................................................. 27
3.3.2.5. Kelembagaan ....................................................................................... 28
3.3.3. Persyaratan Teknis Bangunan Gedung ...................................................... 28
3.3.3.1. Umum ................................................................................................. 28
3.3.3.2. Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan ...................................... 29
3.3.3.3. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung ................ 29
3.3.3.4. Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung .......................................... 34
3.3.3.5. Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan .................................. 40
3.3.3.6. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ........................................... 40
Halaman - 4
Halaman - 7
SISTEMATIKA PENULISAN
I. JUDUL
BUPATI/WALIKOTA ......
PROVINSI .....
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
NOMOR .......... TAHUN ....
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
II. PEMBUKAAN
2.1. Frasa Dengan Rahmat
BUPATI/WALIKOTA ,
Peraturan Perundangundangan
2.3. Konsiderans
Halaman - 8
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
frasa Dengan
Persetujuan Bersama
KABUPATEN/KOTA ..
...
dan
kata Memutuskan
BUPATI/WALIKOTA ..
kata Menetapkan
MEMUTUSKAN:
Peraturan Perundangundangan
BAB I
KETENTUAN UMUM
3.1.1. Pengertian
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
Halaman - 10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SISTEMATIKA PENULISAN
8.
9.
10.
11.
12.
Keterangan
Rencana
Kabupaten/Kota
adalah
informasi tentang persyaratan tata bangunan dan
lingkungan yang diberlakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota pada lokasi tertentu.
13.
14.
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 12
15.
16.
Koefisien
Dasar
Bangunan,
yang
selanjutnya
disingkat KDB adalah angka persentase perbandingan
antara luas seluruh lantai dasar Bangunan Gedung
dan
luas
lahan/tanah
perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang
dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
SISTEMATIKA PENULISAN
yang
telah
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 14
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Pengguna
Bangunan
Gedung
adalah
Pemilik
Bangunan
Gedung
dan/atau
bukan
Pemilik
Bangunan Gedung berdasarkan kesepakatan dengan
Pemilik Bangunan Gedung, yang menggunakan
dan/atau mengelola Bangunan Gedung atau bagian
Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi yang
ditetapkan.
41.
SISTEMATIKA PENULISAN
43.
44.
45.
46.
47.
48.
SISTEMATIKA PENULISAN
49.
50.
51.
Pemberdayaan
adalah
kegiatan
untuk
menumbuhkembangkan
kesadaran
akan
hak,
kewajiban, dan peran para Penyelenggara Bangunan
Gedung dan aparat Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan Bangunan Gedung.
52.
Pengawasan
adalah
pemantauan
terhadap
pelaksanaan
penerapan
peraturan
perundangundangan bidang Bangunan Gedung dan upaya
penegakan hukum.
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan, dan Lingkup
Paragraf 1
Maksud
Pasal 2
SISTEMATIKA PENULISAN
tertib
penyelenggaraan
Paragraf 2
Tujuan
Pasal 3
Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:
1.
2.
3.
mewujudkan
kepastian
hukum
penyelenggaraan Bangunan Gedung.
dalam
Paragraf 3
Lingkup
Pasal 4
(1)
(2)
BAB II
FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG
Klasifikasi Bangunan
Gedung
Pasal 5
(1)
Fungsi
Bangunan
Gedung
merupakan
ketetapan
Halaman - 17
SISTEMATIKA PENULISAN
b.
c.
d.
e.
f.
(1)
(2)
Halaman - 18
b.
c.
d.
b.
c.
bangunan pura;
d.
bangunan vihara;
e.
f.
SISTEMATIKA PENULISAN
(3)
(4)
Bangunan
Gedung
perkantoran
seperti
bangunan perkantoran non-pemerintah dan
sejenisnya;
b.
Bangunan
Gedung
perdagangan
seperti
bangunan pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan,
mal dan sejenisnya;
c.
d.
e.
f.
g.
Bangunan
Gedung
tempat
penyimpanan
sementara seperti bangunan gudang, gedung
parkir dan sejenisnya; dan
h.
b.
c.
d.
Bangunan
Gedung
laboratorium
seperti
bangunan laboratorium fisika, laboratorium
kimia, dan laboratorium lainnya, dan
e.
SISTEMATIKA PENULISAN
bangunan stadion,
sejenisnya.
gedung
olah
raga
dan
(5)
(6)
b.
c.
d.
e.
dan sejenisnya.
Pasal 7
(1)
(2)
(3)
(4)
Halaman - 20
SISTEMATIKA PENULISAN
Klasifikasi
meliputi:
berdasarkan
tingkat
risiko
kebakaran
(7)
Halaman - 21
SISTEMATIKA PENULISAN
(9)
Halaman - 22
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
3.3. Persyaratan
BAB III
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG
Bangunan Gedung
3.3.1. Umum
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
(1)
Setiap
Bangunan
Gedung
harus
memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis
sesuai dengan fungsi Bangunan Gedung.
Halaman - 23
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
status
hak
atas
tanah
dan/atau
izin
pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b.
c.
IMB.
b.
3.3.2. Persyaratan
2)
3)
4)
5)
untuk
persyaratan keselamatan;
2)
persyaratan kesehatan;
3)
4)
persyaratan kemudahan.
Bagian Kedua
Persyaratan Administratif
Administratif
Paragraf 1
Halaman - 24
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Paragraf 2
Bangunan Gedung
(2)
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
kearifan
lokal
masyarakatnya.
yang
berlaku
Gedung
di
lingkungan
(4)
Kepemilikan Bangunan
kepada pihak lain.
dapat
(5)
(6)
(7)
(8)
Paragraf 3
Bangunan (IMB)
dialihkan
adat pada
masyarakat
norma dan
lingkungan
Pasal 13
(1)
(2)
Halaman - 26
dan/atau
b.
rehabilitasi/renovasi
Bangunan
Gedung
dan/atau prasarana Bangunan Gedung meliputi
perbaikan/perawatan,
perubahan, perluasan/
pengurangan; dan
c.
SISTEMATIKA PENULISAN
oleh Pemerintah.
(3)
Pemerintah Daerah wajib memberikan secara cumacuma surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk lokasi
yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan
mengajukan
permohonan
IMB
sebagai
dasar
penyusunan rencana teknis Bangunan Gedung.
(4)
Surat
Keterangan
Rencana
Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
lokasi
yang
bersangkutan dan berisi:
a. fungsi Bangunan Gedung yang dapat dibangun
pada lokasi bersangkutan;
b. ketinggian maksimum Bangunan Gedung yang
diizinkan;
c. jumlah lantai/lapis Bangunan Gedung di bawah
permukaan tanah dan KTB yang diizinkan;
d. garis sempadan dan jarak bebas minimum
Bangunan Gedung yang diizinkan;
e. KDB maksimum yang diizinkan;
f. KLB maksimum yang diizinkan;
g. KDH minimum yang diwajibkan;
h. KTB maksimum yang diizinkan; dan
i. jaringan utilitas kota.
(5)
dan/atau
Prasarana/Sarana Umum
Pasal 14
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
3.3.2.5. Kelembagaan
Paragraf 5
Kelembagaan
Pasal 15
(1)
(2)
Pemeriksaan
dokumen
rencana
teknis
dan
administratif dilaksanakan oleh instansi teknis
pembina
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang Bangunan Gedung.
(3)
Bupati/walikota
dapat
melimpahkan
sebagian
kewenangan penerbitan IMB sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Camat.
(4)
(5)
a.
b.
c.
d.
Bagian Ketiga
Bangunan Gedung
3.3.3.1. Umum
Halaman - 28
Paragraf 1
SISTEMATIKA PENULISAN
Umum
Pasal 16
Persyaratan
teknis
Bangunan
Gedung
meliputi
persyaratan tata bangunan dan lingkungan dan
persyaratan keandalan bangunan.
3.3.3.2. Persyaratan Tata
Paragraf 2
Bangunan dan
Lingkungan
Pasal 17
Persyaratan tata bangunan dan lingkungan sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
16
meliputi
persyaratan
peruntukan
dan
intensitas
Bangunan
Gedung,
persyaratan arsitektur Bangunan Gedung dan persyaratan
pengendalian dampak lingkungan.
3.3.3.3. Persyaratan
Paragraf 3
Bangunan Gedung
Pasal 18
(1)
(2)
(3)
(4)
b.
c.
d.
SISTEMATIKA PENULISAN
e.
f.
di
Kawasan
Keselamatan
Penerbangan (KKOP);
Operasional
harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan memperoleh pertimbangan serta
persetujuan dari Pemerintah Daerah dan/atau
instansi terkait lainnya.
(5)
(1)
(2)
Halaman - 30
(1)
(2)
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 23
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Halaman - 32
(1)
Garis
sempadan
bangunan
ditentukan
atas
pertimbangan keamanan, kesehatan, kenyamanan
dan keserasian dengan lingkungan dan ketinggian
bangunan.
(2)
Garis
Sempadan
Bangunan
Gedung
meliputi
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(5)
(6)
untuk
Pasal 26
(1)
(2)
(3)
Halaman - 33
SISTEMATIKA PENULISAN
tanah (besmen).
(4)
(5)
(7)
untuk
Paragraf 4
Bangunan Gedung
Halaman - 34
(1)
Persyaratan
penampilan
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 disesuaikan
dengan penetapan tema arsitektur bangunan di dalam
peraturan zonasi dalam RDTR dan/atau peraturan
bupati/walikota tentang RTBL.
(2)
Penampilan
Bangunan
Gedung
sebagaimana
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 36
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
b.
c.
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 31
(1)
Persyaratan
keseimbangan,
keserasian
dan
keselarasan
Bangunan
Gedung
dengan
lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar
dan ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi dan
selaras dengan lingkungannya yang diwujudkan
dalam pemenuhan persyaratan daerah resapan, akses
penyelamatan, sirkulasi kendaraan dan manusia
serta terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana
luar Bangunan Gedung.
(2)
Persyaratan
keseimbangan,
keserasian
dan
keselarasan
Bangunan
Gedung
dengan
lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.
b.
c.
d.
Ketinggian
bangunan;
e.
f.
Tata tanaman;
g.
h.
i.
pekarangan
dan
lantai
dasar
Pasal 32
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
pihak berkepentingan.
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
Halaman - 38
Daerah
hijau
bangunan
(DHB)
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf e dapat
berupa taman atap atau penanaman pada sisi
SISTEMATIKA PENULISAN
bangunan.
(2)
(2)
(3)
(1)
(2)
Halaman - 39
SISTEMATIKA PENULISAN
(1)
Pencahayaan
ruang
luar
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf
i harus disediakan dengan memperhatikan karakter
lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan, estetika
amenitas dan komponen promosi.
(2)
3.3.3.5. Persyaratan
Paragraf 5
Pengendalian Dampak
Lingkungan
Pasal 40
(1)
Setiap
kegiatan
dalam
bangunan
dan/atau
lingkungannya yang mengganggu atau menimbulkan
dampak besar dan penting harus dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
(2)
(3)
Paragraf 6
Bangunan dan
Lingkungan
Pasal 41
Halaman - 40
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
Rencana
umum
dan
panduan
rancangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan
pada suatu lingkungan/ kawasan yang memuat
rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana
perpetakan,
rencana
tapak,
rencana
sistem
pergerakan,
rencana
aksesibilitas
lingkungan,
rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana
wujud visual bangunan, dan ruang terbuka hijau.
(4)
(5)
Ketentuan
pengendalian
rencana
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan alat mobilisasi
peran masing-masing pemangku kepentingan pada
masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTBL
sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang
disepakati bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi
para pemangku kepentingan untuk mengukur tingkat
keberhasilan
kesinambungan
pentahapan
pelaksanaan pembangunan.
(6)
(7)
SISTEMATIKA PENULISAN
(9)
3.3.3.7. Persyaratan
Keandalan Bangunan
Paragraf 7
Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung
Gedung
Pasal 42
Persyaratan keandalan Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
16
meliputi
persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
3.3.3.8. Persyaratan
Keselamatan Bangunan
Paragraf 8
Persyaratan Keselamatan Bangunan Gedung
Gedung
Pasal 43
Persyaratan keandalan Bangunan Gedung terdiri dari
persyaratan keselamatan Bangunan Gedung, persyaratan
kesehatan Bangunan Gedung, persyaratan kenyamanan
Bangunan Gedung dan persyaratan kemudahan Bangunan
Gedung.
Halaman - 42
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 44
Persyaratan keselamatan Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
43
meliputi
persyaratan
kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan,
persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap
bahaya
kebakaran
dan
persyaratan
kemampuan
Bangunan Gedung terhadap bahaya petir.
Pasal 45
(1)
(2)
(3)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 44
b.
c.
SISTEMATIKA PENULISAN
d.
konstruksi
bambu:
mengikuti
kaidah
perencanaan konstruksi bambu berdasarkan
pedoman dan standar yang terkait, dan
e.
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(1)
harus
memenuhi
persyaratan
keamanan,
keselamatan lingkungan dan Pengguna Bangunan
Gedung serta sesuai dengan SNI terkait.
Pasal 46
(1)
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 46
ke luar dan
kebakaran,
arah ke luar
persyaratan
persyaratan
manajemen
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
SISTEMATIKA PENULISAN
(8)
(1)
(2)
Persyaratan
instalasi
proteksi
petir
harus
memperhatikan perencanaan sistem proteksi petir,
instalasi
proteksi
petir,
pemeriksaan
dan
pemeliharaan serta memenuhi SNI 03-7015-2004
Sistem proteksi petir pada Bangunan Gedung, atau
edisi terbaru dan/atau Standar Teknis lainnya.
(3)
Pasal 48
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(5)
(6)
Persyaratan
sistem
pengamanan
sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) yang meliputi ketentuan
mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeliharaan
instalasi
sistem
pengamanan
disesuaikan dengan pedoman dan Standar Teknis
yang terkait.
3.3.3.9. Persyaratan
Paragraf 9
Kesehatan Bangunan
Gedung
Pasal 49
Persyaratan kesehatan Bangunan Gedung meliputi
persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi
dan penggunaan bahan bangunan.
Pasal 50
(1)
Halaman - 48
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
a.
b.
c.
harus
dilengkapi
dengan
pengendali
manual/otomatis dan ditempatkan pada tempat
yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna
ruangan.
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
b.
c.
Halaman - 50
(1)
(2)
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
Halaman - 52
SISTEMATIKA PENULISAN
3.3.3.10. Persyaratan
b.
c.
d.
e.
ramah lingkungan.
Paragraf 10
Kenyamanan Bangunan
Gedung
Pasal 58
Persyaratan kenyamanan Bangunan Gedung meliputi
kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang,
kenyamanan kondisi udara dalam ruang, kenyamanan
pandangan, serta kenyamanan terhadap tingkat getaran
dan kebisingan.
Pasal 59
(1)
(2)
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
(4)
(5)
a.
b.
luar
Bangunan
b.
c.
pencegahan terhadap
pantulan sinar.
gangguan
silau
dan
(1)
Halaman - 54
SISTEMATIKA PENULISAN
(3)
3.3.3.11. Persyaratan
Paragraf 11
Kemudahan Bangunan
Gedung
Pasal 63
Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan
ke, dari dan di dalam Bangunan Gedung serta
kelengkapan sarana dan prasarana dalam Pemanfaatan
Bangunan Gedung.
Pasal 64
(1)
(2)
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
Setiap
Bangunan
Gedung
harus
memenuhi
persyaratan kemudahan hubungan horizontal berupa
tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai
dalam jumlah, ukuran dan jenis pintu, arah bukaan
pintu yang dipertimbangkan berdasarkan besaran
ruangan, fungsi ruangan dan jumlah Pengguna
Bangunan Gedung.
(5)
(6)
Kelengkapan
sarana
dan
prasarana
harus
disesuaikan dengan fungsi Bangunan Gedung dan
persyaratan lingkungan Bangunan Gedung.
Pasal 65
3.3.4. Persyaratan
Pembangunan
Bangunan Gedung di
Halaman - 56
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Bagian Keempat
Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung di Atas
atau di Bawah Tanah, Air atau Prasarana/Sarana
Umum, dan pada Daerah Hantaran Udara Listrik
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 66
Listrik Tegangan
Tinggi/Ekstra
a.
Tinggi/Ultra Tinggi
b.
c.
d.
mendapatkan persetujuan
berwenang; dan
e.
mempertimbangkan
pendapat
pendapat masyarakat.
(1)
dan/atau Menara
Telekomunikasi
dan/atau Menara Air
(2)
(3)
dari
bangunan
pihak
yang
TABG
dan
b.
c.
d.
f.
mendapatkan persetujuan
berwenang; dan
e.
mempertimbangkan
pendapat
pendapat masyarakat.
dari
pihak
yang
TABG
dan
b.
c.
d.
SISTEMATIKA PENULISAN
pengguna bangunan;
(4)
3.3.5. Persyaratan
Bangunan Gedung
Adat, Bangunan
Gedung Tradisional,
Pemanfaatan Simbol
dan Unsur/Elemen
Tradisional serta
Kearifan Lokal
Halaman - 58
g.
mendapatkan persetujuan
berwenang; dan
dari
e.
mempertimbangkan
pendapat
pendapat masyarakat.
pihak
yang
TABG
dan
b.
c.
d.
e.
mendapatkan persetujuan
berwenang; dan
f.
mempertimbangkan
pendapat
Tim
Ahli
Bangunan Gedung dan pendapat masyarakat.
dari
pihak
yang
Bagian Kelima
Persyaratan Bangunan Gedung Adat, Bangunan Gedung
Tradisional, Pemanfaatan Simbol dan Unsur/Elemen
Tradisional serta Kearifan Lokal
SISTEMATIKA PENULISAN
3.3.5.1. Bangunan Gedung
Paragraf 1
Adat
(2)
(3)
(4)
Ketentuan
mengenai
kaidah/norma
adat
dalam
penyelenggaraan Bangunan Gedung adat terdiri dari
ketentuan pada aspek perencanaan, pembangunan, dan
pemanfaatan, yang meliputi:
a. penentuan lokasi,
b. gaya/langgam arsitektur lokal,
c. arah/orientasi Bangunan Gedung,
d. besaran dan/atau luasan Bangunan Gedung dan
tapak,
e. simbol dan unsur/elemen Bangunan Gedung,
f.
g. aspek larangan,
h. aspek ritual,
i.
Halaman - 59
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 70
Gaya/langgam arsitektur lokal pada Bangunan Gedung
adat memiliki ketentuan sebagai berikut:
a. ... (dijelaskan apabila ada)
b. ... (dijelaskan apabila ada)
Pasal 71
Arah/orientasi Bangunan Gedung pada Bangunan Gedung
adat memiliki ketentuan sebagai berikut:
a. ... (dijelaskan apabila ada)
b. ... (dijelaskan apabila ada)
Pasal 72
(1)
(2)
(1)
(2)
Halaman - 60
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 74
(1)
(2)
Gedung
adat
Pasal 76
Aspek ritual pada Bangunan Gedung adat memiliki
ketentuan sebagai berikut:
a. ... (dijelaskan apabila ada)
b. ... (dijelaskan apabila ada)
Pasal 77
Penjelasan mengenai ketentuan teknis dan prinsip-prinsip
pembangunan Bangunan Gedung adat dijabarkan lebih
lanjut dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.
Pasal 78
Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan Bangunan
Gedung adat dapat diatur lebih lanjut dalam peraturan
bupati/walikota.
Paragraf 2
Bangunan Gedung dengan Gaya/Langgam Tradisional
Tradisional
Halaman - 61
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 79
(1)
(2)
Penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
dengan
gaya/langgam
tradisional
dilakukan
oleh
perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga swasta
atau
lembaga
pemerintah
sesuai
ketentuan
kaidah/norma tradisional yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3)
Penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
dengan
gaya/langgam
tradisional
dilakukan
dengan
mengikuti persyaratan administratif dan persyaratan
teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(1).
(4)
tapak,
e. simbol dan unsur/elemen Bangunan Gedung,
f.
g. aspek larangan,
j.
aspek ritual,
Pasal 81
Penentuan lokasi pada Bangunan Gedung
gaya/langgam tradisional memiliki ketentuan
Halaman - 62
dengan
sebagai
SISTEMATIKA PENULISAN
berikut:
a. ... (dijelaskan apabila ada)
b. ... (dijelaskan apabila ada)
Pasal 82
Gaya/langgam arsitektur tradisional pada Bangunan
Gedung dengan gaya/langgam tradisional memiliki
ketentuan sebagai berikut:
a. ... (dijelaskan apabila ada)
b. ... (dijelaskan apabila ada)
Pasal 83
Arah/orientasi Bangunan Gedung pada Bangunan Gedung
dengan gaya/langgam tradisional memiliki ketentuan
sebagai berikut:
a. ... (dijelaskan apabila ada)
b. ... (dijelaskan apabila ada)
Pasal 84
(1)
(2)
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
dengan
sebagai
Pasal 88
Aspek
ritual
pada
Bangunan
gaya/langgam tradisional memiliki
berikut:
Gedung
ketentuan
dengan
sebagai
Pasal 89
Penjelasan mengenai ketentuan teknis dan prinsip-prinsip
pembangunan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam
tradisional dijabarkan lebih lanjut dalam Lampiran III
Peraturan Daerah ini.
Pasal 90
Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan Bangunan
Halaman - 64
SISTEMATIKA PENULISAN
Paragraf 3
dan Unsur/Elemen
Tradisional
Pasal 91
(1)
(2)
(3)
Penggunaan
unsur/elemen
Bangunan
Gedung
tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 85 ayat (2).
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
SISTEMATIKA PENULISAN
Paragraf 4
Kearifan Lokal
Pasal 92
(1)
(2)
Penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
dilakukan
dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang
berlaku pada masyarakat setempat yang tidak
bertentangan
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
(3)
3.3.6. Persyaratan
Bagian Keenam
Persyaratan Bangunan Gedung Semi Permanen dan
Bangunan Gedung Darurat
Bangunan Gedung
Semi Permanen dan
Bangunan Gedung
Paragraf 1
Darurat
Halaman - 66
(1)
(2)
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
peraturan bupati/walikota.
3.3.7. Persyaratan
Bagian Ketujuh
Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan Rawan
Bencana Alam
Bangunan Gedung di
Kawasan Bencana Alam
3.3.7.1. Umum
Paragraf 1
Umum
Pasal 94
(1)
(2)
(3)
Kawasan
rawan
bencana
alam
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam RTRW, RDTR,
peraturan zonasi dan/atau penetapan dari instansi
yang berwenang lainnya.
(4)
3.3.7.2. Persyaratan
Paragraf 2
Bangunan Gedung di
Pasal 95
(1)
SISTEMATIKA PENULISAN
(3)
(4)
3.3.7.3. Persyaratan
Paragraf 3
Bangunan Gedung di
Kawasan Rawan
Gelombang Pasang
Pasal 96
Halaman - 68
(1)
(2)
(3)
(4)
Penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
di
kawasan
SISTEMATIKA PENULISAN
Paragraf 4
Bangunan Gedung di
Pasal 97
(1)
(2)
(3)
(4)
3.3.7.5. Persyaratan
Paragraf 5
Bangunan Gedung di
Pasal 98
(1)
(2)
Penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
di
kawasan
Halaman - 69
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
3.3.7.6. Persyaratan
Paragraf 6
Bangunan Gedung di
Pasal 99
Kawasan rawan bencana alam geologi
dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) meliputi:
sebagaimana
Pasal 100
Halaman - 70
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Halaman - 72
(1)
(2)
Penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
di
kawasan
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
lainnya.
(3)
(4)
Paragraf 6
Tata Cara Dan Persyaratan Penyelenggaraan Bangunan
Gedung di Kawasan Rawan Bencana Alam
Bangunan Gedung di
Kawasan Rawan Bencana
Alam
Pasal 107
Tata cara dan persyaratan penyelenggaraan Bangunan
Gedung di kawasan rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud Pasal 94 diatur lebih lanjut dalam peraturan
bupati/walikota.
3.4. Penyelenggaraan
BAB IV
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
Bangunan Gedung
3.4.1. Umum
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 108
Halaman - 74
(1)
(2)
Kegiatan
pembangunan
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
melalui proses Perencanaan Teknis dan proses
pelaksanaan konstruksi.
(3)
Kegiatan
Pemanfaatan
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kegiatan pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan
SISTEMATIKA PENULISAN
(5)
Kegiatan
pembongkaran
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
penetapan
pembongkaran
dan
pelaksanaan
pembongkaran serta pengawasan pembongkaran.
(6)
(7)
3.4.2. Kegiatan
Bagian Kedua
Kegiatan Pembangunan
Pembangunan
3.4.2.1. Umum
Paragraf 1
Umum
Pasal 109
Kegiatan
pembangunan
Bangunan
Gedung
dapat
diselenggarakan secara swakelola atau menggunakan
penyedia jasa di bidang perencanaan, pelaksanaan
dan/atau pengawasan.
Pasal 110
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
(3)
Pengawasan
pembangunan
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dalam rangka kelaikan fungsi
Bangunan Gedung.
Paragraf 2
Perencanaan Teknis
Pasal 111
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Gedung
rencana
harus
teknis
Paragraf 3
Teknis
Halaman - 76
Dokumen
rencana
teknis
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (5)
dapat meliputi:
SISTEMATIKA PENULISAN
a.
b.
gambar detail;
c.
d.
e.
laporan perencanaan.
(2)
(3)
untuk Bangunan
bagi kepentingan
b.
c.
(4)
(5)
Dokumen
disahkan
besarnya
Klasifikasi
(6)
Paragraf 4
Pengaturan Retribusi IMB
Halaman - 77
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 113
Pengaturan retribusi IMB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 112 ayat (6) meliputi:
a.
b.
c.
d.
(1)
(2)
pembangunan baru;
b.
rehabilitasi/renovasi
(perbaikan/perawatan,
perubahan, perluasan/pengurangan); dan
c.
pelestarian/pemugaran.
(1)
(2)
(3)
b.
besarnya retribusi;
c.
b.
c.
Halaman - 78
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
b.
c.
(1)
(2)
Indeks
penghitungan
besarnya
retribusi
IMB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 huruf c
mencakup:
a.
b.
skala indeks;
c.
kode.
jasa
sebagaimana
a.
b.
c.
(1)
Halaman - 79
SISTEMATIKA PENULISAN
b.
(2)
(3)
(4)
Harga
satuan
Bangunan
Gedung
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
(5)
Halaman - 80
ditetapkan
a.
dari
garis
b.
c.
d.
e.
Harga
satuan
prasarana
Bangunan
Gedung
dinyatakan per satuan volume prasarana berdasarkan
ketentuan sebagai berikut:
a.
konstruksi
m2 ;
pembatas/pengaman/penahan
b.
c.
d.
konstruksi
standar;
e.
f.
konstruksi menara
pertambahannya;
g.
h.
i.
konstruksi
penghubung
reklame
per
per
per
m2
unit
unit
atau
standar
standar
per
unit
dan
dan
SISTEMATIKA PENULISAN
pertambahannya, dan
j.
Paragraf 5
IMB
Permohonan
IMB
disampaikan
kepada
bupati/walikota
dengan
dilampiri
persyaratan
administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan
fungsi
dan
Klasifikasi
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal
7, Pasal 8, dan Pasal 9.
(2)
Persyaratan administratif
pada ayat (1) terdiri dari:
(3)
(4)
sebagaimana
dimaksud
a.
b.
c.
d.
e.
b.
b.
Halaman - 81
SISTEMATIKA PENULISAN
(5)
(6)
c.
d.
e.
rencana pelaksanaan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Halaman - 82
sebagaimana
2)
3)
b.
c.
d.
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 120
(1)
(2)
Bupati/walikota
menetapkan
retribusi
IMB
berdasarkan
bahan
persetujuan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
Halaman - 83
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 122
(1)
b.
(2)
(3)
(4)
a.
b.
Penggunaan
tanah
yang
akan
didirikan
Bangunan Gedung tidak sesuai dengan rencana
kota;
c.
Mengganggu
sekitarnya;
d.
e.
atau
memperburuk
lingkungan
Pasal 123
Halaman - 84
(1)
(2)
(3)
Bupati/walikota
dalam
waktu
paling
lambat
14
SISTEMATIKA PENULISAN
(5)
(6)
(1)
b.
c.
(2)
(3)
(4)
SISTEMATIKA PENULISAN
(1)
Halaman - 86
Memlester;
2)
3)
4)
5)
6)
Membuat
pemindah
konstruksi;
7)
8)
halaman
tanpa
b.
c.
d.
Membuat
pagar
halaman
yang
sifatnya
sementara (tidak permanen) yang tingginya tidak
melebihi 120 (seratus dua puluh) centimeter
kecuali
adanya
pagar
ini
mengganggu
kepentingan orang lain atau umum.
e.
(2)
(3)
Paragraf 6
Penyedia Jasa Perencanaan Teknis
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 126
(1)
(2)
Penyedia
jasa
perencana
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a.
Perencana arsitektur;
b.
Perencana stuktur;
c.
Perencana mekanikal;
d.
Perencana elektrikal;
e.
f.
g.
(3)
(4)
(5)
a.
b.
prarencana;
c.
pengembangan rencana;
d.
rencana detail;
e.
f.
g.
h.
3.4.3. Pelaksanaan
Bagian Ketiga
Konstruksi
Pelaksanaan Konstruksi
konstruksi
Gedung
rencana
harus
teknis
Halaman - 87
SISTEMATIKA PENULISAN
3.4.3.1. Pelaksanaan
Paragraf 1
Konstruksi
Pelaksanaan Konstruksi
Pasal 127
(1)
(2)
(3)
(4)
b.
Nomor IMB;
c.
Lokasi Bangunan;
d.
Halaman - 88
(1)
(2)
Pelaksanaan
konstruksi
Bangunan
Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pembangunan Bangunan Gedung baru, perbaikan,
penambahan,
perubahan
dan/atau
pemugaran
Bangunan Gedung dan/atau instalasi dan/atau
perlengkapan Bangunan Gedung.
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 130
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
3.4.3.2. Pengawasan
Paragraf 2
Pelaksanaan Konstruksi
SISTEMATIKA PENULISAN
b.
c.
Memerintahkan
untuk
menyingkirkan
bahan
bangunan dan bangunan yang tidak memenuhi
syarat, yang dapat mengancam kesehatan dan
keselamatan umum.
d.
Menghentikan
pelaksanaan
konstruksi,
melaporkan kepada instansi yang berwenang.
dan
Paragraf 4
Halaman - 90
(1)
(2)
(3)
(4)
SISTEMATIKA PENULISAN
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
(5)
Halaman - 92
(1)
(2)
Dalam
hal
di
instansi
Pemerintah
Daerah
sebagaimana dimaksud ada ayat (1) tidak terdapat
tenaga teknis yang cukup, Pemerintah Daerah dapat
menugaskan penyedia jasa pengkajian teknis
kontruksi Bangunan Gedung untuk melakukan
pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung
hunian rumah tinggal tunggal sederhana dan rumah
tinggal deret sederhana.
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
Paragraf 5
(2)
(3)
(4)
Persyaratan administratif
pada ayat (1):
a.
b.
(5)
Pada proses
Gedung:
pertama
sebagaimana
kali
SLF
dimaksud
Bangunan
1)
2)
3)
Pada proses
Gedung:
perpanjangan
SLF
Bangunan
1)
2)
3)
SISTEMATIKA PENULISAN
a.
b.
(6)
Halaman - 94
Pada proses
Gedung:
pertama
kali
SLF
Bangunan
1)
2)
Pada proses
Gedung:
perpanjangan
SLF
Bangunan
1)
2)
SISTEMATIKA PENULISAN
Paragraf 6
Gedung
Bupati/walikota
wajib
melakukan
pendataan
Bangunan
Gedung
untuk
keperluan
tertib
administrasi pembangunan dan tertib administrasi
Pemanfaatan Bangunan Gedung.
(2)
(3)
Khusus
pendataan
Bangunan
Gedung
baru,
dilakukan bersamaan dengan proses IMB, proses SLF
dan proses sertifikasi kepemilikan Bangunan Gedung.
(4)
(5)
Pendataan
Bangunan
Gedung
fungsi
dilakukan
oleh
Pemerintah
Daerah
berkoordinasi dengan Pemerintah.
3.4.4. Kegiatan
khusus
dengan
Bagian Keempat
Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung
Pemanfaatan Bangunan
Gedung
3.4.4.1. Umum
Paragraf 1
Umum
Pasal 139
Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung meliputi
pemanfaatan, pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan
secara berkala, perpanjangan SLF, dan pengawasan
pemanfaatan.
Pasal 140
(1)
Pemanfatan
Bangunan
Gedung
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 138 merupakan kegiatan
memanfaatkan Bangunan Gedung sesuai dengan
Halaman - 95
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
3.4.4.2. Pemeliharaan
Paragraf 2
Pemeliharaan
Pasal 141
3.4.4.3. Perawatan
(1)
Kegiatan
pemeliharaan
gedung
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 138 meliputi pembersihan,
perapian,
pemeriksaan,
pengujian,
perbaikan
dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan
Bangunan Gedung dan/atau kegiatan sejenis lainnya
berdasarkan
pedoman
pengoperasian
dan
pemeliharaan Bangunan Gedung.
(2)
(3)
(4)
Paragraf 3
Perawatan
Halaman - 96
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 142
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Paragraf 4
Pemeriksaan Berkala
Pasal 143
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
pemeriksaan
dokumen
pelaksanaan, pemeliharaan
Bangunan Gedung;
dan
administrasi,
perawatan
b.
c.
d.
(4)
(5)
Paragraf 5
Perpanjangan SLF
Pasal 144
Halaman - 98
(1)
(2)
b.
c.
SISTEMATIKA PENULISAN
(4)
(5)
a.
laporan
Pemeriksaan
Berkala,
laporan
pemeriksaan dan perawatan Bangunan Gedung;
b.
c.
dokumen
surat
kelaikan
fungsi
rekomendasi.
kelaikan
fungsi
pernyataan
pemeriksaan
Bangunan
Gedung
atau
b.
c.
as built drawings;
d.
fotokopi
IMB
perubahannya;
e.
f.
g.
rekomendasi
dari
instansi
teknis
yang
bertanggung jawab di bidang fungsi khusus; dan
h.
Bangunan
Gedung
atau
(6)
(7)
SISTEMATIKA PENULISAN
3.4.4.6. Pengawasan
Paragraf 6
Pemanfaatan Bangunan
Gedung
Pasal 146
Pengawasan Pemanfaatan Bangunan Gedung dilakukan
oleh Pemerintah Daerah:
a.
b.
c.
adanya
indikasi
perubahan
fungsi
dan/atau
Bangunan Gedung yang membahayakan lingkungan.
3.4.4.7. Pelestarian
Paragraf 7
Pelestarian
Pasal 147
(1)
(2)
Pelestarian
Bangunan
Gedung
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara tertib
dan menjamin kelaikan fungsi Bangunan Gedung dan
lingkungannya sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Paragraf 8
Pendaftaran Bangunan
Pasal 148
(1)
Halaman - 100
Bangunan
Gedung
dan
lingkungannya
dapat
SISTEMATIKA PENULISAN
(3)
(4)
b.
c.
(5)
(6)
Keputusan
penetapan
Bangunan
Gedung
Halaman - 101
dan
SISTEMATIKA PENULISAN
3.4.4.9. Pemanfaatan
Paragraf 9
Dilestarikan
Pasal 149
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
Halaman - 102
SISTEMATIKA PENULISAN
3.4.5. Pembongkaran
Bagian Kelima
Pembongkaran
3.4.5.1. Umum
Paragraf 1
Umum
Pasal 151
(1)
(2)
(3)
3.4.5.2. Penetapan
Paragraf 2
Pembongkaran
Penetapan Pembongkaran
Pasal 152
(1)
Pemerintah
dan/atau
Pemerintah
Daerah
mengidentifikasi Bangunan Gedung yang akan
ditetapkan untuk dibongkar berdasarkan hasil
pemeriksaan dan/atau laporan dari masyarakat.
(2)
Bangunan
Gedung
yang
dapat
dibongkar
Halaman - 103
SISTEMATIKA PENULISAN
b.
Bangunan
Gedung
yang
pemanfaatannya
menimbulkan
bahaya
bagi
pengguna,
masyarakat, dan lingkungannya;
c.
d.
Bangunan
Gedung
yang
menginginkan tampilan baru.
pemiliknya
(3)
(4)
(5)
(6)
Paragraf 3
Pembongkaran
Halaman - 104
Pembongkaran
Bangunan
Gedung
yang
pelaksanaannya dapat menimbulkan dampak luas
terhadap keselamatan umum dan lingkungan harus
dilaksanakan
berdasarkan
rencana
teknis
SISTEMATIKA PENULISAN
Rencana
teknis
pembongkaran
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disetujui oleh
Pemerintah Daerah, setelah mendapat pertimbangan
dari TABG.
(3)
(4)
3.4.5.4. Pelaksanaan
Paragraf 4
Pembongkaran
Pelaksanaan Pembongkaran
Pasal 154
3.4.5.5. Pengawasan
Pembongkaran Bangunan
(1)
(2)
(3)
Paragraf 5
Pengawasan Pembongkaran Bangunan Gedung
Gedung
Pasal 155
Halaman - 105
SISTEMATIKA PENULISAN
(1)
(2)
(3)
(4)
3.4.6. Penyelenggaraan
Bagian Keenam
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pascabencana
Bangunan Gedung
Pascabencana
3.4.6.1. Penanggulangan
Paragraf 1
Darurat
Penanggulangan Darurat
Pasal 156
Halaman - 106
(1)
(2)
(3)
(4)
b.
c.
Bupati/walikota
untuk
bencana
alam
skala
SISTEMATIKA PENULISAN
kabupaten/kota.
(5)
Paragraf 2
Penampungan
Pasal 157
(1)
(2)
(3)
(4)
Penyelenggaraan
bangunan
penampungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dalam
peraturan
bupati/walikota
berdasarkan
persyaratan teknis sesuai dengan lokasi bencananya.
3.4.6.3. Rehabilitasi
Bagian Ketujuh
Pascabencana
Rehabilitasi Pascabencana
Pasal 158
(1)
(2)
(3)
SISTEMATIKA PENULISAN
berbentuk pemberian
masyarakat.
bantuan
perbaikan
rumah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
a.
b.
c.
d.
e.
Bantuan lainnya.
Untuk
mempercepat
pelaksanaan
rehabilitasi
Bangunan Gedung hunian sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) bupati/walikota dapat menyerahkan
kewenangan
penerbitan
IMB
kepada
pejabat
pemerintahan di tingkat paling bawah.
Halaman - 108
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB V
TIM AHLI BANGUNAN GEDUNG (TABG)
Gedung (TABG)
3.5.1. Pembentukan TABG
Bagian Kesatu
Pembentukan TABG
Pasal 160
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pengarah
b.
Ketua
c.
Wakil Ketua
d.
Sekretaris
e.
Anggota
asosiasi profesi;
b.
c.
perguruan tinggi;
d.
Bangunan
SISTEMATIKA PENULISAN
(5)
(6)
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 162
(1)
(2)
(3)
Halaman - 110
Memberikan
Pertimbangan
Teknis
berupa
nasehat,
pendapat,
dan
pertimbangan
profesional pada pengesahan rencana teknis
Bangunan Gedung untuk kepentingan umum.
b.
b.
Pengkajian
dokumen
rencana
teknis
berdasarkan ketentuan tentang persyaratan tata
bangunan.
c.
Pengkajian
dokumen
rencana
teknis
berdasarkan ketentuan tentang persyaratan
keandalan Bangunan Gedung.
b.
Penyelesaian masalah;
c.
Penyempurnaan
standar.
peraturan,
pedoman
dan
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 163
(1)
(2)
Masa kerja TABG dapat diperpanjang sebanyakbanyaknya 2 (dua) kali masa kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Bagian Ketiga
Pembiayaan TABG
Pasal 164
(1)
(2)
b.
(3)
(4)
BAB VI
PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN
BANGUNAN GEDUNG
Bangunan Gedung
3.6.1. Lingkup Peran
Masyarakat
Paragraf 1
Lingkup Peran Masyarakat
Pasal 165
Peran Masyarakat dalam
Gedung dapat terdiri atas:
penyelenggaraan
Bangunan
Halaman - 111
SISTEMATIKA PENULISAN
a.
pemantauan
dan
penjagaan
penyelenggaraan Bangunan Gedung;
ketertiban
b.
c.
d.
(1)
(2)
(3)
Halaman - 112
a.
b.
c.
d.
b.
Bangunan
Gedung
yang
pemanfaatan,
pelestarian
pembangunan,
dan/atau
SISTEMATIKA PENULISAN
pembongkarannya
berpotensi
menimbulkan
tingkat gangguan bagi pengguna dan/ atau
masyarakat dan lingkungannya;
c.
Bangunan
Gedung
yang
pembangunan,
pemanfaatan,
pelestarian
dan/atau
pembongkarannya
berpotensi
menimbulkan
tingkat bahaya tertentu bagi pengguna dan/atau
masyarakat dan lingkungannya.
d.
(4)
(5)
Pemeritah
daerah
wajib
menanggapi
dan
menindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dengan melakukan penelitian dan evaluasi
secara administratif dan secara teknis melalui
pemeriksaan lapangan dan melakukan tindakan yang
diperlukan serta menyampaikan hasilnya kepada
pelapor.
Pasal 167
(1)
(2)
(3)
pencegahan
perbuatan
perorangan
atau
kelompok masyarakat yang dapat mengurangi
tingkat keandalan Bangunan Gedung;
b.
pencegahan
perbuatan
perseorangan
atau
kelompok masyarakat yang dapat menggangu
penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
dan
lingkungannya.
b.
pihak
pemilik,
pengguna
Bangunan Gedung.
atau
pengelola
Pemeritah
daerah
wajib
menanggapi
dan
menindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dengan melakukan penelitian dan evaluasi
Halaman - 113
SISTEMATIKA PENULISAN
(2)
(3)
a.
perorangan;
b.
kelompok masyarakat;
c.
organisasi kemasyarakatan;
d.
e.
Halaman - 114
(1)
(2)
Penyampaian
pendapat
dan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
oleh:
a.
perorangan;
b.
kelompok masyarakat;
SISTEMATIKA PENULISAN
c.
organisasi kemasyarakatan;
d.
e.
(3)
(4)
Paragraf 2
Forum Dengar Pendapat
Pendapat
Pasal 170
(1)
(2)
b.
penyebarluasan
konsep
atau
rencana
sebagaimana dimaksud pada huruf a kepada
masyarakat
khususnya
masyarakat
yang
berkepentingan dengan RTBL dan Bangunan
Gedung yang akan menimbulkan dampak
penting bagi lingkungan;
c.
mengundang
masyarakat
sebagaimana
dimaksud pada huruf b untuk menghadiri forum
Halaman - 115
SISTEMATIKA PENULISAN
dengar pendapat.
(3)
(4)
(5)
(6)
Paragraf 3
Gugatan Perwakilan
Pasal 171
Halaman - 116
(1)
Gugatan
Perwakilan
terhadap
penyelenggaraan
Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 164 huruf d dapat diajukan ke pengadilan
apabila hasil penyelenggaraan Bangunan Gedung
telah menimbulkan dampak yang mengganggu atau
merugikan masyarakat dan lingkungannya yang tidak
diperkirakan pada saat perencanaan, pelaksanaan
dan/atau pemantauan.
(2)
(3)
(4)
SISTEMATIKA PENULISAN
Paragraf 4
Bentuk Peran Masyarakat dalam Tahap Rencana
Pembangunan
Masyarakat dalam
Tahap Rencana
Pembangunan
Pasal 172
Peran Masyarakat dalam tahap rencana pembangunan
Bangunan Gedung dapat dilakukan dalam bentuk:
a.
penyampaian
keberatan
terhadap
rencana
pembangunan Bangunan Gedung yang tidak sesuai
dengan RTRW, RDTR, Peraturan Zonasi dan/atau
RTBL;
b.
c.
Paragraf 5
Bentuk Peran Masyarakat dalam Proses Pelaksanaan
Konstruksi
Masyarakat dalam
Proses Pelaksanaan
Konstruksi
Pasal 173
Peran
Masyarakat
dalam
pelaksanaan
konstruksi
Bangunan Gedung dapat dilakukan dalam bentuk:
a.
b.
c.
Halaman - 117
SISTEMATIKA PENULISAN
d.
e.
Paragraf 6
Bentuk Peran Masyarakat dalam Pemanfaatan
Bangunan Gedung
Masyarakat dalam
Pemanfaatan Bangunan
Gedung
Pasal 174
Peran Masyarakat dalam Pemanfaatan Bangunan Gedung
dapat dilakukan dalam bentuk:
a.
b.
c.
d.
e.
Paragraf 7
Bentuk Peran Masyarakat dalam Pelestarian Bangunan
Gedung
Gedung
Pasal 175
Peran Masyarakat dalam pelestarian Bangunan Gedung
dapat dilakukan dalam bentuk:
a.
Halaman - 118
SISTEMATIKA PENULISAN
c.
d.
Paragraf 8
Bentuk Peran Masyarakat dalam Pembongkaran
Bangunan Gedung
Masyarakat dalam
Pembongkaran
Bangunan
Pasal 176
Peran Masyarakat dalam pembongkaran
Gedung dapat dilakukan dalam bentuk:
Bangunan
a.
b.
c.
d.
melakukan
pemantauan
atas
pembangunan Bangunan Gedung.
pelaksanaan
Paragraf 9
Halaman - 119
SISTEMATIKA PENULISAN
Tindak Lanjut
Pasal 177
Instansi yang berwenang wajib menanggapi keluhan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171,
Pasal 172, Pasal 173, Pasal 174, dan Pasal 175 dengan
melakukan kegiatan tindak lanjut baik secara teknis
maupun secara administratif untuk dilakukan tindakan
yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
3.7. Pembinaan
BAB VII
PEMBINAAN
3.7.1. Umum
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 178
(1)
Pemerintah
Daerah
melakukan
Pembinaan
Penyelenggaraan Bangunan Gedung melalui kegiatan
pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.
(2)
(3)
3.7.2. Pengaturan
Bagian Kedua
Pengaturan
Pasal 179
Halaman - 120
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
Teknis
Bangunan
operasionalisasinya.
Gedung
dan
tata
cara
(3)
(4)
3.7.3. Pemberdayaan
Bagian Ketiga
Pemberdayaan
Pasal 180
(1)
(2)
(3)
b.
pendampingan
pada
saat
penyelenggaraan
Bangunan
Gedung
dalam
bentuk
kegiatan
penyuluhan, bimbingan teknis, pelatihan dan
pemberian tenaga teknis pendamping;
c.
SISTEMATIKA PENULISAN
3.7.4. Pengawasan
Bagian Keempat
Pengawasan
Pasal 183
(1)
(2)
Dalam
pengawasan
pelaksanaan
peraturan
perundang-undangan di bidang penyelenggaraan
Bangunan Gedung, Pemerintah Daerah dapat
melibatkan Peran Masyarakat:
a.
b.
pada
setiap
tahapan
Bangunan Gedung;
c.
penyelenggaraan
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Umum
Halaman - 122
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 184
(1)
peringatan tertulis;
b.
c.
pada
d.
pada
e.
f.
g.
h.
i.
tetap
(2)
(3)
(4)
(5)
Bagian Kedua
Sanksi Administratif Pada Tahap Pembangunan
Pasal 185
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturutturut dalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh)
hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan
atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dikenakan sanksi berupa pembatasan kegiatan
pembangunan.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Halaman - 124
(1)
(2)
SISTEMATIKA PENULISAN
perintah pembongkaran.
Bagian Kedua
Sanksi Administratif Pada Tahap Pemanfaatan
Pasal 187
(1)
(2)
(3)
(4)
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Bagian Kesatu
Faktor Kesengajaan yang Tidak Mengakibatkan
Kerugian Orang Lain
Halaman - 125
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 188
Setiap pemilik dan/atau Pengguna Bangunan Gedung
yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah
ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
Bagian Kedua
Faktor Kesengajaan yang Mengakibatkan Kerugian
Orang Lain
Pasal 189
(1)
(2)
(3)
(4)
Halaman - 126
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 190
(1)
(2)
3.10. Ketentuan
a.
b.
c.
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Penyidikan
Pasal 191
(1)
(2)
Penyidikan
dugaan
tindak
pidana
bidang
penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dilakukan oleh penyidik
umum sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Halaman - 127
SISTEMATIKA PENULISAN
3.11. Ketentuan
BAB XI
Peralihan
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 192
Halaman - 128
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
SISTEMATIKA PENULISAN
(10) Bangunan
(11) Bangunan
(12) Pemerintah
Daerah
melaksanakan
penertiban
kepemilikan IMB dan SLF dengan ketentuan
pentahapan sebagai berikut:
a.
b.
c.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 193
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan
Halaman - 129
SISTEMATIKA PENULISAN
IV. PENUTUP
rumusan perintah
pengundangan dan
penempatan
................... .
penandatanganan
penetapan Perda
penetapan Perda
Ditetapkan di ...................
Diundangkan di ...................
pada tanggal ...........................
SEKRETARIS DAERAH,
tanda tangan
NAMA LENGKAP SEKDA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA .........................
TAHUN ... NOMOR ...
Halaman - 130
SISTEMATIKA PENULISAN
V. PENJELASAN
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
NOMOR .......... TAHUN ....
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
I. UMUM
Bangunan Gedung sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas,
dan jati diri manusia. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan
peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat,
serta untuk mewujudkan Bangunan Gedung yang andal,
berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya.
Bangunan Gedung merupakan salah satu wujud fisik dari
pemanfaatan ruang yang karenanya setiap
penyelenggaraan Bangunan Gedung harus berlandaskan
pada pengaturan penataan ruang.
Untuk menjamin kepastian hukum dan ketertiban
penyelenggaraan Bangunan Gedung, setiap Bangunan
Gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
teknis Bangunan Gedung.
Peraturan daerah ini berisi ketentuan yang mengatur
berbagai aspek penyelenggaraan Bangunan Gedung
meliputi aspek fungsi Bangunan Gedung, aspek
persyaratan Bangunan Gedung, aspek hak dan kewajiban
pemilik dan Pengguna Bangunan Gedung dalam tahapan
penyelenggaraan Bangunan Gedung, aspek Peran
Masyarakat, aspek pembinaan oleh pemerintah, aspek
Halaman - 131
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 132
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 133
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 134
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
demi Pasal
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
huruf a.
Cukup jelas.
huruf b.
Cukup jelas.
huruf c.
Cukup jelas.
huruf d.
Cukup jelas.
huruf e.
Halaman - 136
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 138
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 139
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 140
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 141
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 142
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
data
rencana
Bangunan
Gedung
(fungsi/klasifikasi, luas Bangunan Gedung,
jumlah lantai/ketinggian, KDB, KLB, KDH,
dll.); dan
mengajukan
permohonan
izin
SISTEMATIKA PENULISAN
kawasan
tertentu.
yang
diberlakukan
arsitektur
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan persetujuan dari instansi
terkait adalah rekomendasi teknis yang diberikan
oleh intansi terkait yang berwenang, baik dari
Pemerintah Daerah maupun Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Halaman - 145
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 146
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 147
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 148
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 150
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
sirkulasi
Halaman - 152
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
cina,
kolonial,
atau
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Misalnya suatu kawasan ditetapkan sebagai
kawasan berarsitektur melayu, atau suatu
ditetapkan
sebagai
kawasan
berarsitektur
modern.
Tim ahli misalnya pakar arsitektur, pemuka adat
setempat, budayawan.
Pendapat publik, khususnya masyarakat yang
tinggal pada kawasan yang bersangkutan dan
sekitarnya, dimaksudkan agar ikut membahas,
menyampaikan pendapat, menyepakati, dan
melaksanakan dengan kesadaran serta ikut
memiliki. Pendapat publik diperoleh melalui
proses Dengar Pendapat Publik, atau forum dialog
publik.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Persyaratan daerah resapan berkaitan dengan
pemenuhan persyaratan minimal koefisien daerah
hijau yang harus disediakan, sedangkan akses
penyelamatan untuk bangunan umum berkaitan
dengan
penyediaan
akses
kendaraan
penyelamatan, seperti kendaraan pemadam
kebakaran dan ambulan, untuk masuk ke dalam
Halaman - 154
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 155
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 156
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 158
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 160
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 161
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 162
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 164
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 165
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 166
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 167
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 168
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 170
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 171
SISTEMATIKA PENULISAN
arsitektur
Bangunan
4) Rancangan struktur;
5) Rancangan utilitas secara sederhana.
Rencana teknis untuk bangunan hunian
rumah tinggal tunggal tidak sederhana atau 2
lantai atau lebih dan gedung lainnya pada
umumnya, terdiri atas:
1) Gambar rencana arsitektur terdiri atas
Halaman - 172
SISTEMATIKA PENULISAN
Gedung
Halaman - 173
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 174
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 176
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 178
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 179
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 180
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Gedung
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah
perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pasca-bencana dengan
sasaran
utama
untuk
normalisasi
atau
berjalannya
secara
wajar
semua
aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
Ayat (3)
Yang dimaksud rumah masyarakat adalah rumah
tinggal berupa rumah individual atau rumah
bersama yang berbentuk Bangunan Gedung
dengan fungsi sebagai hunian warga masyarakat
yang secara fisik terdiri atas komponen Bangunan
Gedung, pekarangan atau tempat berdirinya
bangunan dan utilitasnya.
Yang dimaksud dengan pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat adalah bantuan
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagai
Halaman - 182
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 183
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 184
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 185
SISTEMATIKA PENULISAN
Ayat (2)
Halaman - 186
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 187
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 188
SISTEMATIKA PENULISAN
SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman - 190
SISTEMATIKA PENULISAN
Pasal 193
Cukup jelas.
Pasal 194
Cukup jelas.
5.3. Tambahan Lembaran
Daerah
VI. LAMPIRAN
(Jika Diperlukan)
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA
NOMOR .......... TAHUN ....
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
Halaman - 191
SISTEMATIKA PENULISAN
BUPATI/WALIKOTA ......................,
mengesahkan atau
tanda tangan
menetapkan (pada
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA
NOMOR .......... TAHUN ....
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
BUPATI/WALIKOTA ......................,
mengesahkan atau
tanda tangan
menetapkan (pada
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA
Halaman - 192
SISTEMATIKA PENULISAN
..............................
BUPATI/WALIKOTA ......................,
mengesahkan atau
tanda tangan
menetapkan (pada
Halaman - 193
Ketentuan
sebagian
lebih
lanjut
kewenangan
mengenai
penerbitan
pelimpahan
IMB
kepada
Camat.
2.
3.
Ketentuan
intensitas
sementara
bangunan
mengenai
gedung
persyaratan
sebagai
acuan
intensitas
dalam
RTRW,
RDTR,
5.
6.
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pertandaan
Penetapan RTBL
8.
9.
Pasal 78 -
Ketentuan
lebih
lanjut
dan
tata
cara
11. Pasal 80 -
Ketentuan
lebih
penyelenggaraan
lanjut
bangunan
dan
tata
gedung
cara
dengan
gaya/langgam tradisional
12. Pasal 91 ayat (8) -
Halaman - 194
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan
bangunan gedung
14. Pasal 93 ayat (3) -
tertentu
keselamatan
dan
dengan
mempertimbangkan
keamanan
demi
kepentingan
umum
16. Pasal 95 ayat (3) -
Tata
cara
dan
persyaratan
penyelenggaraan
Ketentuan
besarnya
insentif
untuk
melindungi
Halaman - 195
Bentuk
dan
tata
cara
penyelenggaraan
forum
dengar pendapat
SNI
1726:2012
Tata
cara
perencanaan
3.
4.
5.
struktur
pasangan
blok
beton
7.
8.
SNI
03-3449-2002
Tata
cara
rencana
Pasal 45 ayat (4) huruf b. - SNI 03-1729-2002 Tata cara pembuatan dan
perakitan konstruksi baja
proteksi
pasif
untuk
pencegahan
Halaman - 196
dan
pencegahan
lingkungan
bahaya
untuk
kebakaran
pada
proteksi
pasif
untuk
pencegahan
SNI
04-0225-2000
Persyaratan
umum
instalasi listrik
19. Pasal 47 ayat (3) -
darurat
menggunakan
energi
tersimpan
21. Pasal 50 ayat (3) -
26. Pasal 52 ayat (3) huruf b. - SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000
27. Pasal 53 ayat (3) -
Halaman - 197
SNI
03-6379-2000
Spesifikasi
dan
SNI
03-7011-2004
Keselamatan
pada
resapan
air
hujan
untuk
lahan
pekarangan
31. Pasal 55 ayat (4) -
SNI
03-2459-2002
Spesifikasi
sumur
SNI
03-6389-2000
Konservasi
energi
SNI
03-6573-2001
perancangan
sistem
tentang
tata
transportasi
cara
vertikal
SNI
03-1726-2002
tentang
tata
cara
2.
3.
4.
Halaman - 198
5.
6.
7.
8.
9.
Pasal 2 -
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Tahun
2005
tentang
Peraturan
Gedung
serta
peraturan
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Halaman - 199
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
tinggi,
kebencana-alaman,
dan
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
2011
tentang
Penyelenggaraan
RTRWN,
Perpres
tentang
RTR
Strategis
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota,
tentang
RTR
Provinsi,
tentang
Perda
Perda
RTRW
Kabupaten/Kota
Kawasan
Strategis
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
2000
tentang
PP No. 53
Telekomunikasi
Halaman - 200
8.
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Air
Minum
dan
Permen
perundang-undangan
pembangunan
dan
telekomunikasi,
mengenai
penggunaan
yaitu
Surat
menara
Keputusan
nomor
Komunikasi
07/PRT/M/2009,
dan
Menteri
Informatika
nomor
tentang
Konstruksi,
serta
Penyelenggaraan
peraturan
Jasa
turunannya
yang berkaitan.
11. Pasal 140 ayat (2) -
tentang
Konstruksi,
serta
Penyelenggaraan
peraturan
Jasa
turunannya
yang berkaitan.
12. Pasal 141 ayat (2) -
tentang
Konstruksi,
serta
Penyelenggaraan
peraturan
Jasa
turunannya
yang berkaitan.
13. Pasal 146 ayat (2) -
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Halaman - 201
tentang
Cagar
Budaya
serta
peraturan
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Cagar
Budaya
serta
peraturan
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
UU
No.
17
Tahun
2003
tentang
Peraturan
perundang-undangan
mengenai
tentang
Konstruksi,
serta
yang berkaitan.
Halaman - 202
Penyelenggaraan
peraturan
Jasa
turunannya