Sosiologi Sastra
Sosiologi Sastra
Maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai-nilai sosial. Dalam
hubungan ini ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang menganggap sastra sama
derajatnya dengan karya pendeta atau nabi. Karena itu, sastra harus berfungsi
sebagai pembaharu dan perombak;
2. Sastra sebagai penghibur saja;
3. Sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata
sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti
sabda, perkataan, perumpamaan.
Hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat oleh Wellek dan Werren dapat diteliti melalui:
1. Sosiologi Pengarang
Menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil Karya satra. Mempermasalahkan status sosial,
ideologi sosial pengarang, dan ketertiban pengarang di luar karya sastra.
Menyangkut eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang
tersirat dalam karya sastra itu sendiri, dan yang berkaitan masalah-masalah sosial.
3. Sosiologi Pembaca
Mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya tersebut, yakni sejauh mana dampak sosial
sastra bagi masyarakat pembacanya ( Wellek dan Werren, 1990: 111 ).
Atau tidak
Beberapa pengertian dan pendapat di atas menyimpulkan bahwa pendekatan sosiologi sastra adalah
pendekatan terhadap karya sastra dengan tidak meninggalkan segi-segi masyarakat, termasuk latar
belakang kehidupan pengarang dan pembaca karya sastra.
Pada umumnya, pengarang juga merupakan warga masyarakat dimana ia berdomisili. Banyak
karya-karya sastra yang menngungkapkan perasaan masyarakat. Hubungan sastra dengan
masyarakat lebih bersifat deskriptif, simbolik, dan bermakna.
3. Ciri-ciri hubungan konsepsi sastra dan masyarakat
1. Sastra dipelajari sebagai dokumen sosial dan potret kenyataan sosial sebagai suatu pendekatan.
2. Sastra terjadi dalam konteks sosial.
3.
Sastra
mencerminkan
dan
mengekspresikan
kehidupan
bermasyarakat.
4. Sastra hanya berkaitan secara tidak langsung dengan situasi ekonomi, politik, sosial yang
konkret.
5. Memakai istilah-istilah yang mengacu pada integrasi sistem budaya dan keterkaitan antara
berbagai aktivitas manusia.
6. Aktifitas, pernyataan dan keputusan dalam hidup pengarang tidak boleh dicampuradukkan
dengan implikasi sosial karya mereka.
5. Contoh
Didalam Roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli muncul adat Minangkabau yang sangat kuat.
Suatu adat yang tidak bisa dilupakan oleh Samsul Bahri walaupun ia harus menempuh
pendidikan di luar pulau. Selain hal diatas, dalam Roman Siti Nurbaya juga terdapat stratifikasi
sosial. Kekuasaan diktator para penjajah membuat rakyat biasa menjadi tertekan dalam
kesehariannya.
Sastra merupakan institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik sastra seperti pada sastra
tradisional yaitu simbolisme dan mantra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat.
Kehidupan ini sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun kadang karya sastra meniru alam dan
dunia subjektif manusia. Penyair merupakan warga masyarakat yang memiliki status khusus. Penyair
mendapatkan pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai massa walaupun secara teoritis.
kaitan
dan
Sosiologi sastra merupakan salah alat kritis sastra. Sastra sendiri merupakan bagian
dari masyarakat, jadi tidak aneh jika dikatakan bahwa sastra adalah produk
kebudayaan sehingga sastra tidak bisa terlepas dari keberadaban manusia
dikarenakan sastra menceritakan tentang kehidupan dari masyarakat itu sendiri.
Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi
pengaruh terhadapa masyarakat (Semi, 1990: 73). Sastra dapat dikatakan sebagai
cerminan masyarakat, tetapi tidak berarti masyarakat seluruhnya tergambarkan
dalam sastra, yang didapat di dalamnya adalah gambaran masalah masyarakat
secara umum ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas dan berperan
sebagai mikrokosmos sosial, seperti lingkungan bangsawan, penguasa,
gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya.
BAB III
1.
2.
3.
4.
1)
2)
PENUTUP
Sosiologi sastra adalah salah satu pendekatan untuk mengurai karya sastra yang mengupas
hubungan antara pengarang dengan masyarakat dan hasil berupa karya sastra dengan masyarakat.
Namun dalam kajian ini hanya dibatasi dalam kajian mengenai gambaran pengarang melalui
karya sastra mengenai kondisi suatu masyarakat.
Sosiologi sastra sebagai suatu jenis pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan
asumsi dan implikasi epistemologis yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra
berdasarkan prinsip otonomi sastra. Sebagai suatu bidang teori, maka sosiologi sastra dituntut
memenuhi persyaratan-persyaratan keilmuan dalam menangani objek sasarannya.
Sejarah pertumbuhan konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis
oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami
sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk
oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya.
Sasaran penelitian sosiologi sastra terdiri atas 3 bagian, yaitu:
Konteks sosial pengarang;
Sastra sebagai cerminan masyarakat; dan
3) Fungsi sosial.
5. Karya sastra
-menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus
-memberi pengaruh terhadap masyarakat (Semi, 1990: 73).
Sastra dapat dikatakan sebagai cerminan masyarakat, tetapi tidak berarti masyarakat seluruhnya
tergambarkan dalam sastra.