Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PELATIHAN PEMBELAJARAN DAN

BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA


GURU IPA SMP DI KABUPATEN JEPARA

ARTIKEL

OLEH
Abdul Mukhid
NPM : 10510057

PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


POGRAM PASCASARJANA
IKIP PGRI SEMARANG
2013

ABSTRAK
Mukhid, Abdul. 2013. Pengaruh Pelatihan Pembelajaran dan Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Guru IPA SMP Di Kabupaten Jepara. Tesis. Pembimbing: (1)
Prof. Dr. AT. Soegito, S.H, M.M; (2) Dra. M.Th. S.R Retnaningdyastuti, M.Pd.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) seberapa besar pengaruh
pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten Jepara?; (2)
seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru IPA SMP di
kabupaten Jepara?; (3) seberapa besar pengaruh pelatihan pembelajaran dan
budaya organisasi secara simultan terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten
Jepara. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui seberapa besar pengaruh
pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten Jepara; (2)
mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru IPA
SMP di kabupaten Jepara; (3) mengetahui seberapa pengaruh pelatihan
pembelajaran dan budaya organisasi secara simultan terhadap kinerja guru IPA
SMP di kabupaten Jepara.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPA SMP di kabupaten
Jepara yang berjumlah 129 orang, dengan menggunakan teknik area random
sampling diperoleh sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, metode pengumpulan data survei dengan instrumen
kuisioner tertutup dengan lima skala Likert. Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif, uji persyaratan meliputi (a) normalitas, (b) homogenitas, (c)
multikoliniearitas dan (d) liniearitas regresi Y atas X, dan uji hipotesis yang
meliputi uji regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat; dan uji regresi ganda untuk mengetahui
pengaruh varibel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Untuk
menganalisis data menggunakan fasilitas program SPSS for Window Release 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata (mean) perolehan skor
pelatihan pembelajaran adalah 109,68 berkategori baik, rerata (mean) perolehan
skor budaya organisasi adalah 140,15 berkategori kuat, dan rerata (mean)
perolehan skor kinerja guru adalah 111,05 berkategori sangat baik. Hasil uji
prasyarat menunjukkan semua data berdistribusi normal, homogen, linier, dan
tidak terjadi multikolinier. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh
positif dan signifikan pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di
kabupaten Jepara yang dapat dinyatakan dalam persamaan = 31,177 + 0,266 X1
dengan kekuatan korelasi 0,449 dan kontribusi sebesar 20,10%; terdapat pengaruh
positif dan signifikan budaya organisasi terhadap kinerja guru IPA SMP di
kabupaten Jepara yang dapat dinyatakan dalam persamaan = 19,927 + 0,288 X2
dengan kekuatan korelasi 0,475 dan kontribusi sebesar 22,50%; dan terdapat
pengaruh positif dan signifikan pelatihan pembelajaran dan budaya organisasi
secara simultan terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten Jepara yang dapat
dinyatakan dalam persamaan = 14,900 + 0,160X1 + 0,199X2 dengan kekuatan
korelasi 0,526 dan kontribusi sebesar 27,70%.
Kata kunci: pelatihan pembelajaran, budaya organisasi, dan kinerja guru.

ABSTRACT
Mukhid, Abdul. 2013."The Influence of Instructional Training and Organizational
Culture on Performance of Junior High School Science Teachers in the District of
Jepara". Thesis. Supervisor: (1) Prof. Dr. AT. Soegito, S.H, M.M, (2) Dra. M.Th.
S.R Retnaningdyastuti, M.Pd.
The problem in this study were (1) how much influence of learning
training on the performance of junior high schools science teachers in the district
of Jepara?, (2) how much influence of organizational culture on the performance
of junior high school science teachers in the district of Jepara?, (3) how much
influence the learning training and organizational culture simultaneously on the
performance of junior high school science teachers in the district of Jepara? This
study is aimed to (1) to find out how much influence of learning training on the
performance of junior high schools science teachers in the district of Jepara?, (2)
to find out how much influence of organizational culture on the performance of
junior high school science teachers in the district of Jepara?, (3) knowing how
much influence the learning training and organizational culture simultaneously on
the performance of junior high school science teachers in the district of Jepara.
Populations on this study are all junior high school science teachers in
district of Jepara of 129 teachers, using area proportional random sampling
techniques obtained a sample of 60 teachers. This study uses a quantitative
approach, method of data collection is survey by covered questionnaire instrument
with five Likert scale. To analysis of the data in this study, is using descriptive
analysis. Test requirements include (a) normality, (b) homogeneity, (c)
multikoliniearity and (d) liniearity regression Y on X, and test hypotheses include
simple regression to find out the influence of each independent variable on the
dependent variable, and multiple regression to find out the influence independent
variable simultaneously on the dependent variable. To analyze the data using
SPSS for Window Release 16 facility.
The results of this study showed that the average (mean) of learning
training gain score was 109,68 categorized as good, the average (mean) of
organizational culture gain score was 140,15 categorized as strong, and the
average (mean) of the teacher performance gain score was 111,05 categorized as
very good. Prerequisite test results showed all the data were normally distributed,
homogeneous, linear, and does not occur multikolinier. Hypothesis test results
show there is a positive and significant effect of the learning training on the
performance of junior high school science teacher in the district of Jepara which
can be expressed in the equation = 31,177 + 0,266 X1 with 0,449 correlation
strength and contribution of 20,10%; there is a positive and significant influence
of organizational culture on performance of junior high school science teacher in
the district of Jepara which can be expressed in the equation = 19,927 + 0,288
X2 with 0,475 correlation strength and contribution of 22,50%; and there is a
positive and significant effect of learning training and organizational culture
simultaneously on the performance of junior high school science teachers in the
district Jepara which can be expressed in the equation = 14,900 + 0,160 X1 +
0,199 X2 with 0,526 correlation strength and contribution of 27,70%.
Keywords: instructional training, organizational culture, and teacher performance.

A. PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
(Pasal: 1, Ayat: 19). Menurut Dunkin dan Biddle dalam Majid (2008: 111) proses
pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: variabel pertanda
(presage variables) berupa pendidik; variabel konteks (contex variables) berupa
peserta didik; variabel proses (process variables); dan variabel produk (product
variables) berupa perkembangan peseta didik baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Untuk mencapai pembelajaran yang optimal, maka keempat
variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik.
Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (UU Sisdiknas, Pasal:
39, ayat: 2). Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki
jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Tidaklah berlebihan
kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian
besar ditentukan oleh guru (Kemendiknas, 2011: 1).
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Guru
adalah

pendidik

profesional

dengan

tugas

utama mendidik,

mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah
(Pasal 1).
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran dalam pendidikan yang bermutu. Faktor-faktor tersebut adalah:
guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan dan kurikulum. Kelima
faktor tersebut memegang peranan dan wewenang masing-masing yang saling
mendukung (Hadi: 2010).
Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan karena guru yang
bersingunggan langsung dengan peserta didik. Sarana dan prasarana merupakan
pendukung dalam tercapainya tujuan pendidikan, begitu juga dengan kurikulum
yang berperan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran bagi siswa untuk
dipelajari sesuai dengan tingkatan dan kompetensinya. Sehingga faktor-faktor
tersebut harus berjalan dengan baik dan saling menguatkan.
Berdasarkan observasi pada kegiatan MGMP Program Bermutu, yang
dilaksanakan pada bulan Februari 2012, diketahui guru-guru IPA SMP di
kabupaten Jepara tingkat kompetensi pedagogik rata-rata 60% dan kompetensi
profesional rata-rata 70%.
Selain data tersebut di atas, dari hasil observasi pengurus FMGMP dan
kegiatan lesson study di setiap kelompok kerja MGMP IPA SMP diperoleh data
bahwa

80% para

guru IPA SMP dalam membuat silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih meng-adopsi dari contoh Badan Standar


Nasional Pendidikan (BSNP) dan MGMP. Dengan demikian diartikan bahwa (1)
kemampuan guru untuk mengembangkan silabus dan RPP perlu ditingkatkan agar
dapat memenuhi standar isi (Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006) yaitu RPP

dirancang untuk mencapai pembelajaran efektif dan sesuai dengan kebutuhan


peserta didik memperhatikan perbedaan gender, kemampuan awal, tahap
intelektual, minat, bakat, motivasi belajar, potensi, kemampuan sosial, emosional,
gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,
nilai-nilai, dan lingkungan peserta didik; (2) pelaksanaan pembelajaran belum
sesuai dengan dengan standar proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007)
yaitu pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang
serta memotivasi peserta didik

mencakup kegiatan pendahuluan, inti, dan

penutup, karena metode pembelajaran yang digunakan 70%

ceramah, tanya

jawab siswa yang aktif dalam setiap kelas hanya 20% , dan pemberian tugas
rumah (PR). Oleh karena itu pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher
oriented). Pada bidang pengembangan karier baru seorang guru IPA SMP di
kabupaten Jepara yang dapat meraih golongan IV/ b.
Danim (2002: 168) mengungkapkan bahwa salah satu krisis pendidikan di
Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance)
yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya
ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, Oleh karena itu
perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran ialah
dengan mengikutsertakan guru-guru dalam program pengembangan diri melalui
program pelatihan. Melalui pelatihan, guru diharapkan memperoleh penyegaranpenyegaran dan peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja.
Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan pemerintah melalui UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa pemberdayaan

profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara


demokratis,

berkeadilan,

tidak

diskriminatif,

dan

berkelanjutan

dengan

menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,


kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi (Pasal 7). Undang-undang tersebut
juga mengamanatkan, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 8); kualifikasi akademik yang
dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
diploma empat, (pasal 9 ); kompetensi guru yang dimaksud meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (pasal 10). Di sampig itu,
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban (1) merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Pasal 20).
Salah satu jenis pelatihan yang bisa diikuti oleh guru-guru IPA SMP dan
guru-guru matapelajaran Ujian Nasional (UN) yang lain di kabupaten Jepara
adalah pelatihan pembelajaran yang dilaksanakan oleh MGMP masing-masing
mata pelajaran yang dinamakan pelatihan MGMP Program BERMUTU (Better
Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah budaya
organisasi (Soepartono, 2002: 45). Senada dengan penelitian Soepartono, Riani
(2011: 97) mengungkapkan bahwa suatu lingkungan kerja dan budaya organisasi

yang menyenangkan dapat mendorong tingkat kinerja karyawan yang produktif.


Iklim atau suasana kerja akan menghasilkan budaya organisasi yang akan
berpengaruh kuat terhadap kinerja guru. Budaya organisasi yang kuat dengan
sistem kerja teratur akan mampu mendorong guru dalam meningkatkan kinerjanya
sehingga dalam tataran tertentu guru akan merasa puas untuk selalu bekerja di
lingkungan kerjanya.
Budaya organisasi memiliki peran menetapkan tapal batas artinya budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas dari pada
kepentingan individu, juga menetapkan sistem sosial, sehinga akan membentuk
sikap dan perilaku pegawai, artinya budaya dapat menigkatkan komitmen
orgnisasi dan meningkatkan konsistensi kinerja pegawai (Robbins, 2001: 294).
Budaya kuat menurut Sathe dalam Ndraha (2003: 122) adalah budaya organisasi
yang ideal. Kekuatan budaya mempengaruhi intensitas perilaku anggotanya.
Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2011: 49) menjelaskan fungsi
budaya organisasi adalah 1) memberi anggota identitas organisasional; 2)
memfasilitasi komitmen kolektif; 3) meningkatkan stabilitas sistem sosial; dan 4)
membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari atas lingkungannya.
Terkait dengan budaya organisasi di sekolah dapat dipaparkan sebagai
berikut: di sekolah terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan
dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan
perasaan tertentu. Dalam hal ini, sekolah harus dapat menciptakan suasana
lingkungan kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah,
melalui berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya.

Bila diamati di lapangan, budaya organisasi sekolah-sekolah di kabupaten


Jepara pada umumnya menunjukkan kategori budaya yang kuat. Tetapi masih
dijumpai perilaku-perilaku sebagian kecil anggota organnisasi beberapa sekolah di
kabupaten Jepara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini benar dan
baik oleh organisasi tersebut. Beberapa contoh perilaku tersebut antara lain: 1)
datang di sekolah tidak tepat waktu, 2) tidak mengikuti upacara, 3) tidak
mengenakan pakaian seragam sesuai dengan ketentuan, 4) tidak mau mengisi
presensi, 5) tidak masuk tanpa keterangan (mangkir), 6) pulang sebelum saatnya,
7) meninggalkan sekolah pada jam-jam efektif tanpa keterangan, 8) tidak
memahami visi, misi, dan program-program sekolah, 9) tidak mengikuti acaraacara kekeluargaan sekolah, dan 10) bekerja seenaknya bila tanpa pengawasan
kepala sekolah.
Berdasarkan teori dan beberapa penelitian dari berbagai sumber di atas
perlu dilakukan penelitian yang membahas faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja guru IPA SMP, oleh karena itu penelitian ini berjudul: Pengaruh
Pelatihan Pembelajaran dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru IPA SMP
di Kabupaten Jepara.
B. Kajian Teori
1. Kinerja Guru
Kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance yang didefinisikan
sebagai hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai & Basri,

2005: 14). Bernardin dan Russel dalam Ruky (2001: 15) mendefinisikan kinerja
guru sebagai berikut: performance as defined of record of outcomes produced
on a specified in time period (kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun
waktu tertentu).
Amstrong dan Baron dalam Fahmi (2010: 2) mengatakan kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan
strategis organisasi dan kepuasan konsumen. Indra Bastian dalam Ruky (2001:
20) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategis planning)
suatu organisasi.
Mangkunegara (2001: 67), mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Samsudin (2006: 159) memberikan pengertian kinerja sebagai tingkat pelaksanaan
tugas yang dapat dicapai seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada
dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Nawawi (2005: 234) memberikan pengertian kinerja sebagai hasil pelaksanaan
suatu pekerjaan, dan Mulyasa (2007: 136) mendefinisikan kinerja sebagai prestasi
kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.
Berdasarkan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan kinerja adalah
prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau
pekerjaannya baik kualitas maupun kuantitas selama periode tertentu berdasarkan

10

standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi dan
kepuasan konsumen dengan cara yang legal sesuai norma agama dan masyarakat,
moral atau etika, yang dapat diukur berdasarkan tiga dimensi yaitu: 1) perencanaan
pembelajaran, meliputi penyusunan silabus, RPP, dan bahan ajar; 2) pelaksanaan
pembelajaran, digambarkan

kemampuan mengelola pembelajaran dan komitmen

menjalankan tugas; 3) penilaian hasil belajar.


2. Pelatihan Pembelajaran

Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata training dalam bahasa


Inggris. Secara harfiah akar kata training adalah train, yang berarti: 1)
memberi pelajaran dan praktik (give teaching and practice); 2) menjadikan
berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to grow in a required direction),
dan praktik (practice) (Kamil, 2010: 3).
Menurut Nitisemito (1994: 82),

Pelatihan adalah suatu kegiatan dari

perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan


sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan yang
sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan. Sejalan dengan pendapat
di atas Simamora (1997: 256) mengungkapkan: pelatihan adalah proses sistematik
pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuantujuan organisasional.
Sementara Jucius dalam Kamil (2010: 3) mengemukakan: The term
training is used here to indicate any process bay wich aptitudes, skill, and
abilities of employes to perform specipic jobs are in creased (istilah latihan yang
dipergunakan di sini adalah untuk menunjukkan setiap proses
mengembangkan

bakat,

keterampilan,

dan

menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu).


11

kemampuan

pegawai

untuk
guna

Hamalik dalam Saydam (2006: 71) menjelaskan pelatihan merupakan


suatu tindakan/perbuatan pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan
hasil belajar. Sedangkan Bernandian dan Russel dalam Musfah (2011: 23)
mengemukakan Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performance
pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya.
Matheson dalam Musfah (2011: 23) lebih fokus mendefinisikan pelatihan
pembelajaran sebagai Pendekatan institusional yang disadari dan dimaksudkan
untuk meningkatkan kesanggupan staf guna mengisi peran khususnya, terutama
dalam kaitannya dengan mengajar.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan pelatihan adalah
proses belajar yang berupa kegiatan-kegiatan yang mengutamakan metode praktik
dengan dalam jangka waktu yang relatif singkat yang bertujuan untuk
mengembangkan

pengetahuan,

keterampilan,

dan

bakat

sehingga

dapat

meningkatkan kinerja para pesertanya guna menyelesaikan tugas dan kewajiban


organisasional. Sedangkan terkait dengan pelatihan pembelajaran secara khusus
dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan/perbuatan pengulangan yang bertujuan
untuk lebih memantapkan hasil belajar. Pemantapan diartikan sebagai upaya
perbaikan terhadap pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan
(skill) yang sudah dimiliki, dan juga sebagai usaha perluasan ke tingkat yang lebih
terampil dan mahir dalam jangka waktu yang relatif pendek,
Indikator pelatihan pembelajaran dalam penelitian ini terangkum dalam
empat dimensi, yaitu reaction, learning, behavior, dan result.

12

3. Budaya Organisasi

Suwarto & Koeshartono (2009: 1) menjelaskan budaya berasal dari kata


Sanskerta budhayah, yaitu bentuk dari budi atau akal. Dalam arti yang lebih
luas budaya diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan
menjadi pedoman tingkah lakunya.
Wibowo (2011: 16) mengemukakan budaya merupakan pola kegiatan
manusia yang secara sistematis diturunkan dari generasi ke generasi melalui
berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup terentu yang paling
cocok dengan lingkungannya. Kusdi (2011: 11) mengartikan budaya sebagai
hasil kerja dari sejumlah akal dan bukan hanya satu akal, yang mengandung tiga
unsur, yakni cipta, rasa, dan karsa (pikiran, perasaan, dan kehendak).
Edward Tylor dalam Sobirin (2009: 50) sebagai orang

pertama

menggunakan istilah budaya dalam karya antropologinya mengemukakan:


Cultur or civizalation is that complex whole wich includes knowledges, belief,
art, morals, law, custom, and any capabilities and habits acquired by man as a
member of society (Budaya atau peradaban adalah kompleksitas menyeluruh
yang terdiri dari pengetahuan, kayakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan
berbagai kapabilitas lainnya serta kebiasaan apa saja yang diperoleh seorang
manusia sebagai bagian dari sebuah masyarakat).
Sobirin (2009: 5) menjelaskan secara harfiah kata organisasi berasal dari
bahasa Yunani orgason yang berarti alat atau instrumen. Definisi lebih
komprehensif diberikan oleh Robins (2009: 5) sebagai berikut:
Organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu
yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-

13

sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan
didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Senada dengan definisi di atas, Cherrington dalam Sobirin (2009: 5)
mendefisikan organisasi sebagai sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang
teratur yang didirikan oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia
dalam rangka untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan budaya organisasi
adalah nilai-nilai yang diyakini kebenarannya yang menjadi asumsi dasar para
anggota

suatu

organisasi

untuk

berpikir,

mengemukakan

pendapat,

berkomunikasi, berperilaku, berpakaian dan tindakan-tindakan yang lain seharihari yang membedakan satu organisasi dengan yang lain dan diwariskan kepada
generasi berikutnya melalui proses pembiasaan dan pembelajaran, dengan
indikator Individual inisiatif, Risk tolerance, Direction, Integration, Management
support, Control, Identity, Reward system, Conflic tolerance.
C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat expost facto, pendekatan yang digunakan adalah


kuantitatif, dengan metode survei. Alat pengumpul data yang digunakan adalah
instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner tertutup. Kuesioner tersebut, terdiri
atas kumpulan pernyataan yang dibuat menggunakan skala penilaian dengan 5
(lima) alternatif jawaban, baik untuk pernyataan positif maupun pernyataan
negatif.
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat yaitu kinerja guru dan
dua variabel bebas yaitu pelatihan pembelajaran dan budaya organisasi. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh guru matapelajaran IPA SMP di kabupaten

14

Jepara yang mengikuti pelatihan pembelajaran MGMP IPA SMP program


BERMUTU sebanyak 129 orang. Sampel ditentukan dengan menggunakan
teknik Area Random Sampling yaitu cara mengambil sampel dengan
memperhatikan letak atau daerah sebanyak 60 orang.
Penelitian ini menggunakan desain regresi sederhana dan regresi ganda
yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan dua varibel secara bersama-sama
dengan variabel lain.
X1
Y
X2

Gambar 3.1 Desain Penelitian


Keterangan:
X1

= Pelatihan Pembelajaran

X2

= Budaya Organisasi

= Kinerja Guru IPA SMP

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Deskripsi Data
a. Pelatihan pembelajaran (X1)
Pelatihan pembelajaran (X1) ini diukur melalui angket yang berjumlah 26
item/butir pernyataan, dengan skor 1 sampai 5; sehingga diperoleh rentangan skor
ideal antara 26 sampai dengan 130. Dari hasil analisis data dengan bantuan
software komputer diperoleh nilai tendensi sentral sebagai berikut: rerata (mean)

15

sebesar 109,68; median 106,5; mode 105; dan standar deviasi sebesar 9,06; serta
skor terendah 97 dan tertinggi 130.
Adapun distribusi frekuensi pelatihan pembalajaran guru IPA SMP di
Kabupaten Jepara berdasarkan pengkategorian skor disajikan pada tabel berikut
ini.
Tabel 1. Distribusi Data Pelatihan Pembelajaran Guru IPA SMP
Kabupaten Jepara Berdasarkan Pengkategorian Skor
Frekuensi
No.
Kategori Jawaban
Norma
Absolut
%
1.

Sangat Baik

110 130

21

35,0

2.

Baik

89 109,99

39

65,0

3.

Cukup Baik

68 88,99

0,0

4.

Tidak Baik

47 67,99

0,0

5.

Sangat Tidak Baik

26 46,99

0,0

60

100,0

Jumlah

Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas, diketahui bahwa dari 60


orang guru IPA SMP Kabupaten Jepara, sebanyak 21 (35,0%) guru peserta
pelatihan pembelajaran berada pada kategori sangat baik; 39 (65,0%) guru
pelatihan pembelajaran dalam kategori baik; serta tidak ada guru yang pelatihan
pembelajaran berada pada kategori cukup baik, tidak baik dan sangat tidak baik.
Dilihat dari rerata skor yang diperoleh, sebesar 109,68 berada pada interval 89 1099

kategori baik; dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelatihan

pembelajaran guru IPA SMP berada pada kategori baik.


b. Budaya Organisasi (X2)
Budaya organisasi guru IPA SMP di Kabupaten Jepara ini diukur melalui
angket yang berjumlah 33 item/butir pernyataan, dengan skor 1 sampai 5;

16

sehingga diperoleh rentangan skor ideal antara 33 sampai dengan 165. Dari hasil
analisis data dengan bantuan software komputer diperoleh nilai tendensi sentral
rata-rata (mean) = 140,15; titik tengah (median) = 141,5; nilai yang sering muncul
(mode) = 142, simpangan baku (standar deviasi) = 8,9; skor minimum = 114 dan
skor maksimum = 159, sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 6581.
Adapun distribusi frekuensi budaya organisasi guru IPA SMP di
Kabupaten Jepara berdasarkan pengkategorian skor disajikan pada tabel berikut
ini.
Tabel 2. Distribusi Data Budaya Organisasi Guru IPA SMP di
Kabupaten Jepara Berdasarkan Pengkategorian Skor
Frekuensi
No.
Kategori Jawaban
Norma
Absolut
%
1.

Sangat Kuat

141 - 165

33

55

2.

Kuat

114 140,99

27

45

3.

Cukup Kuat

87 113,99

0,0

4.

Tidak Kuat

60 86,99

0,0

5.

Sangat Tidak Kuat

33 59,99

0,0

60

100,0

Jumlah

Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas, diketahui bahwa dari 60


orang guru IPA SMP di Kabupaten Jepara, sebanyak 33 (55%) guru menyatakan
budaya organisasi adalah sangat kuat; 27 (45%) guru menyatakan kuat; dan tidak
ada guru yang menyatakan cukup kuat, tidak kuat dan sangat tidak kuat. Dilihat
dari rerata skor yang diperoleh, sebesar 140,15 berada pada interval 114 140,99
kategori kuat; dengan demikian dapat dikatakan bahwa budaya organisasi guru
IPA SMP di Kabupaten Jepara berada pada kategori kuat.

17

c. Kinerja Guru IPA (Y)


Kinerja guru IPA SMP di Kabupaten Jepara ini diukur melalui angket
yang berjumlah 26 item/butir pernyataan, dengan skor 1 sampai 5; sehingga
diperoleh rentangan skor ideal antara 26 sampai dengan 130. Dari hasil analisis
data dengan bantuan software komputer diperoleh nilai tendensi sentral rata-rata
(mean) = 111,05; titik tengah (median) = 110; nilai yang sering muncul (mode) =
116 simpangan baku (standar deviasi) = 6,3; skor minimum = 97 dan skor
maksimum = 123, sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 6663.
Adapun distribusi frekuensi kinerja guru IPA SMP di Kabupaten Jepara
berdasarkan pengkategorian skor disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.

Distribusi Data Kinerja Guru IPA SMP di Kabupaten Jepara


Frekuensi

No.

Kategori Jawaban

Norma

1.

Sangat baik

110 130

40

66,7

2.

Baik

89 109,99

20

33,3

3.

Cukup

68 88,99

0,0

4.

Tidak baik

47 67,99

0,0

5.

Sangat tidak baik

26 46,99

0,0

100,0

Jumlah

Absolut

Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas, diketahui bahwa dari 60


orang guru IPA SMP di Kabupaten Jepara, sebanyak 40 (66,7%) guru kinerjanya
kerjanya berada pada kategori sangat baik; 20 (33,3%) guru kinerjanya baik; serta
tidak ada guru yang kinerjanya berada pada kategori cukup, tidak baik dan sangat
tidak baik. Dilihat dari rerata skor yang diperoleh, sebesar 111,05 berada pada

18

interval 110 - 130

kategori sangat tinggi; dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kinerja guru IPA SMP berada pada kategori sangat baik.
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Empat persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis
regresi, baik regresi linier sederhana maupun regresi ganda adalah (a) normalitas,
(b) homogenitas, (c) liniearitas, dan (d) multikolinieritas. Data dianalisis dengan
bantuan program SPSS versi 16, diketahui semua variabel berdistribusi normal,
homogen, liniear, dan tidak terjadi multkoliniearitas.
3. Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten
Jepara
Tabel 4. Koefisien Korelasi X1 terhadap Y
Kinerja Guru IPA
SMP
Kinerja Guru IPA SMP

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

.449

**

.000

N
Pelatihan Pembelajaran

Pelatihan Pembelajaran

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

60

60

**

.449

.001

60

60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas diperoleh hasil r = 0,449 dengan tingkat signifikan p =


0,001 < = 0,05. Hal ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel
X1 terhadap Y. dengan melihat tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan oleh
Akdon, nilai r hitung sebesar 0,449 terletak pada interval 0,400 0,599 yang
menunjukkan tingkat kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang sedang antara pelatihan pembelajaran dengan kinerja guru IPA SMP
SMP Kabupaten Jepara.

19

Tabel 5. Uji Koefisien Determinasi

Model
1

R Square
.449

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

.201

.187

4.84394

a. Predictors: (Constant), Pelatihan Pembelajaran


b. Dependent Variable: Kinerja Guru IPA SMP

Berdasarkan hasil perhitung diperoleh hasi R Square sebesar 0,201 atau


20,10% yang berarti bahwa pelatihan pembelajaran memberikan pengaruh dengan
kategori sebesar 20,10% terhadap kinerja guru IPA SMP Kabupaten Jepara.
Tabel 6. Analisis Regresi
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error

31.177

7.659

.266

.070

Pelatihan
Pembelajara
n

Beta

.449

Sig.

4.071

.000

3.822

.000

a. Dependent Variable: Kinerja Guru IPA SMP

Hasil perhitungan regresi b sebesar 0,266 dan konstanta atau a sebesar


31,177. Maka dapat digambarkan bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut
oleh persamaan regresi = 31,177 + 0,266 X1. Hal ini berarti dapat menjelaskan
ramalan (forecasting) yang menyatakan bahwa peningkatan satu unit pelatihan
pembelajaran akan diikuti dengan meningkatknya kinerja guru IPA SMP sebesar
0,266 unit pada konstanta 31,177.

20

2. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten


Jepara
Tabel 7. Koefisien Korelasi X2 terhadap Y
Kinerja Guru IPA
SMP
Kinerja Guru IPA SMP

Pearson Correlation

Budaya
Organisasi
.475

Sig. (2-tailed)

.001

N
Budaya Organisasi

**

Pearson Correlation

60

60

**

.475

Sig. (2-tailed)

.001

60

60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas diperoleh hasil r = 0,475 dengan tingkat signifikan p =


0,001 < = 0,05. Hal ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel
X2 terhadap Y. dengan melihat tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan oleh
Akdon, nilai r hitung sebesar 0,475 terletak pada interval 0,400 0,599 yang
menunjukkan tingkat kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang sedang antara budaya organisasi dengan kinerja guru IPA SMP.
Tabel 8. Uji Koefisien Determinasi

Model
1

R Square
.475

.225

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


.212

4.76971

a. Predictors: (Constant), Pelatihan Pembelajaran


b. Dependent Variable: Kinerja Guru IPA SMP

Berdasarkan hasil perhitung diperoleh hasi R Square sebesar 0,225 atau


22,50% yang berarti bahwa budaya organisasi memberikan pengaruh dengan
kategori sebesar 22,50% terhadap kinerja guru IPA SMP.

21

Tabel 9. Analisis Regresi


Unstandardized
Coefficients
Model
1

Standardized
Coefficients

Std. Error

Beta

Sig.

(Constant)

19.927

9.857

3.022

.004

Budaya
Organisasi

.288

.070

.475 4.109

.000

a. Dependent Variable: Kinerja Guru IPA SMP

Hasil perhitungan regresi b sebesar 0,288 dan konstanta atau a sebesar


19,927. Maka dapat digambarkan bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut
oleh persamaan regresi = 19,927 + 0,288 X2. Hal ini berarti dapat menjelaskan
ramalan (forecasting) yang menyatakan bahwa peningkatan satu unit budaya
organisasi akan diikuti dengan meningkatknya kinerja guru IPA SMP sebesar
0,288 unit pada konstanta 19,927.
3. Pengaruh pelatihan pembelajaran dan budaya organisasi secara simultan
terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten Jepara
Tabel 10. Analisis Koefisien Korelasi Ganda

Model
1

R Square
.526

.277

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


.251

4.64970

a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Pelatihan Pembelajaran


b. Dependent Variable: Kinerja Guru IPA SMP

Dari tabel diperoleh hasil R = 0,526. Hal ini berarti bahwa terdapat
korelasi ganda positif antara variabel X1 dan X2 secara simultan (bersama-sama)
terhadap Y. dengan melihat tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan oleh
Akdon, nilai r hitung sebesar 0,526 terletak pada interval 0,500 0,799 yang
menunjukkan tingkat kategori kuat.

22

Tabel 11. Analisis Koefisien Determinasi

Model

R Square
.526

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

.277

.251

4.64970

a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Pelatihan Pembelajaran


b. Dependent Variable: Kinerja Guru IPA SMP

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil R Square sebesar 0,277 atau


27,70% yang berarti bahwa pelatihan pembelajaran dan budaya organisasi
memberikan pengaruh dengan kategori sebesar 27,70% terhadap kinerja guru IPA
SMP, sedangkan sisanya 72,30% dipengaruhi oleh faktor lain.
Tabel 12. Analisis Regresi

Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error

Standardi
zed
Coefficie
nts
Beta

Sig.

14.900

9.929

1.501

.139

Pelatihan Pembelajaran

.160

.080

.270 2.008

.049

Budaya Organisasi

.199

.082

.328 2.439

.018

a. Dependent Variable: Kinerja Guru IPA SMP

Hasil perhitungan regresi b1 sebesar 0,160 dan b2 sebesar 0,199 dan


konstanta atau a sebesar 14,900. Maka dapat digambarkan bentuk hubungan
antara kedua variabel tersebut oleh persamaan regresi = 14,900 + 0,160X1 +
0,199X2. Hal ini berarti dapat menjelaskan ramalan (forecasting) bahwa
peningkatan satu unit pelatihan pembelajaran dan satu unit budaya organisasi akan
diikuti dengan meningkatknya kinerja guru IPA SMP sebesar 1,000 (0,160+0,199)
unit pada konstanta 14,900.

23

1. Simpulan dan Saran


1. Simpulan
Pertama, terdapat pengaruh positif dan signifikan pelatihan pembelajaran
terhadap kinerja guru IPA SMP. Berdasarkan perhitungan, diperoleh t hitung
sebesar 3,822 sedangkan t tabel pada signifikansi 0,05 dengan dk(60-2) = 58
diperoleh sebesar 1,032. Ternyata t hitung (3,822) > t tabel (1,032), maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikansi pelatihan
pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP. Pelatihan

pembelajaran

memberikan pengaruh dengan kategori sebesar 20,10% terhadap kinerja guru IPA
SMP. Hubungan antara kedua variabel tersebut oleh persamaan regresi =
31,177 + 0,266 X1. Dengan demikian hipotesis statistik pertama Ho: rx1y = 0 (tidak
ada pengaruh X1 terhadap Y) ditolak, dan Ha: rx1y 0 (ada pengaruh X1 terhadap
Y) diterima.
Kedua, terdapat pengaruh pengaruh positif dan signifikan antara budaya
organisasi terhadap kinerja guru IPA SMP. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
thitung sebesar 4,109 sedangkan t tabel pada signifikansi 0,05 dengan dk (60-2) =
58 diperoleh sebesar 1,032. Ternyata t hitung (4,109) > ttabel (1,032), maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikansi antara budaya
organisasi dengan kinerja guru IPA SMP.
pengaruh dengan kategori

Budaya organisasi memberikan

sebesar 22,50% terhadap kinerja guru IPA SMP.

Bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut oleh persamaan regresi =


19,927 + 0,288 X2. Dengan demikian hipotisis statistik kedua Ho: rx2y = 0 (tidak
ada pengaruh X2 terhadap Y) ditolak, dan H1: rx2y 0 (ada pengaruh X2 terhadap
Y) diterima.

24

Ketiga, terdapat pengaruh ganda positif antara variabel pelatihan pembelajaran


dan budaya organisasi secara simultan (bersama-sama) terhadap kinerja guru IPA
SMP. Pelatihan pembelajaran dan budaya organisasi secara simultan memberikan
pengaruh dengan kategori sebesar 27,70% terhadap kinerja guru IPA SMP,
sedangkan sisanya 72,30% dipengaruhi oleh faktor lain. Bentuk hubungan antara
kedua variabel tersebut oleh persamaan regresi = 14,900 + 0,160X1 + 0,199X2.
Dengan demikian hipotesis statistik ketiga Ho: Rx1.2y = 0 (tidak ada pengaruh X1,
X2 terhadap Y) ditolak, dan H1:

Rx1.2y

0 (ada pengaruh X1, X2 terhadap Y)

diterima.
2. Saran-saran
Berdasarkan beberapa simpulan di atas, disarankan beberapa hal, sebagai
berikut:
a. Bagi Pemerintah Kabupaten Jepara
Terkait dengan adanya pengaruh yang positif dan signifikan pelatihan
pembelajaran terhadap kinerja guru disarankan Pemerintah Kabupaten Jepara cq
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga agar menyusun dan melaksanakan
program replikasi pelatihan MGMP program BERMUTU untuk MGMP yang
belum mendapat kesempatan mengikuti pelatihan pembelajaran program
BERMUTU. Terkait budaya organisasi, disarankan Disdikpora kabupaten
Jepara menyusun renstra

dengan memasukkan kegiatan lomba antar sekolah

misalnya sekolah berkarakter, sekolah adiwiyata, dan Wawasan Wiyatamandala.


Selanjutnya sekolah memiliki budaya kuat atau sangat kuat diikutsertakankan
pada lomba ke tingkat yang lebih tinggi dan diberikan reward atau penghargaan
yang memuaskan, dan bagi sekolah yang budaya organisasinya masih lemah

25

diberi pembinaan. Khusus untuk oknum guru atau tenaga kependidikan yang
mencedrai budaya organisasi, Disdikpora bisarankan memberi pembinaan dan
atau punishment yang menjadikan efek jera.
b. Bagi Sekolah
Terkait pelatihan pembelajaran, indikator yang memerlukan perhatian
kepala sekolah adalah behavioral. Oleh karena itu kepala sekolah disarankan
untuk memberi kesempatan kepada guru-guru yang telah selesai mengikuti
pelatihan pembelajaran untuk mendesiminasikan hasil pelatihan kepada guru-guru
yang belum mendapat kesempatan mengikuti pelatihan pembelajaran dan
memantau

(supervisi)

penerapan

hasil-hasil

pelatihan

pada pelaksanaan

pembelajaran di kelas. Terkait budaya organisasi, indikator yang perlu


diperhatikan adalah risk tolerance, oleh karena itu Kepala Sekolah disarankan
senantiasa memberi motivasi kepada para guru untuk berani mengambil resiko
sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya dapat agresif, kreatif, dan inovatif
demi berlangsungnya pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan
(PAIKEM), dan menantang. Kepala sekolah juga disarankan memberi apresiasi
bagi guru-guru yang telah berani mengambil resiko dalam menunaikan tugastuganya, dan tidak sekali-kali mencela atau mencemooh guru-guru yang sudah
berusaha mengmbil resiko, tetapi belum berhasil dalam berkreasi dan berinovasi.
c. Bagi Guru
Terkait variabel pelatihan pembelajaran para guru disarankan agar
senantiasa proaktif dan mencari peluang untuk mengikuti pelatihan serta
mendesiminasikan hasil pelatihan kepada guru-guru yang lain yang belum
mendapat

kesempatan

mengikuti

pelatihan

26

atau

MGMP

sekolah

serta

mempraktikan hasil-hasil pelatihan dalam pembelajaran. Terkait variabel budaya


organisasi para guru dan tenaga kependidikan diasarankan berani mengambil
resiko dalam melaksanakan tugasnya sehingga tercipta budaya kerja yang agresif,
kreatif, dan inovatif.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya agar meneliti dengan sampel yang lebih banyak dan
luas, juga dengan menambah variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap
kinerja guru. Contohnya motivasi berprestasi, kepemimpinan kepala sekolah,
pemberian reward.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Hadi, S. 2004. Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Penelitian

Suatu

Pendekatan

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Panduan Manajemen Berbasis Sekolah.
Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi Depdiknas
2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Jakarta: PB. PGRI
Dharma, Surya. 2011. Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasinya. Bandung:
Alfabeta Grafindo Persada.
Hadari, Nawawi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetitif. Yogyakarta: University Press
Hadi, Syamsul. 2010 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran
online (http://hadirukoyablogspot.com) 30 Mei 2012 pukul 20.00 WIB

27

Hasanah, Sofia, Dedeh. Fattah, Nanang. Prehatin, Eka. 2010. Pengaruh


Pendidikan
Latihan
Kepemimpinan Guru Dan Iklim Kerja
Terhadap
Kinerja
Guru SD Se Kecamatan Babakoncikao
Kabupaten Purwakarta. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 2
Hudoyo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya
Di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional
Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan Konsep dan Aplikasinya.
Bandung: Alfabeta
Kaswan. 2011. Pelatihan dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta
Kemmendikbud. 2012. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta:
Dirjen PMPTK
Kemmendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Kinerja Guru. Jakarta: Pusat
Pengembangan Profesi
Kunartinah. http://www.google.co.id/#hl=id&tbo=d&sclient=psy-ab&q. Diakses
20 Oktober 2012, pukul 21.00 WIB
Kusdi. 2011. Budaya Organisasi Teori Penelitian dan Praktik. Jakarta: Salemba
Empat
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mangkunegara, A. Anwar Prabu. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Manullang, M. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFEYogyakarta
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan
Rosdakarya

Sertifikasi

Guru.

Bandung:

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan


Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Muslich, Mansur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Nasution, S. 2009. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Ndraha Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta
Nitisemito, A.S. 1994. Manajemen Personalia. P.T Gramedia. Jakarta.
Nurdin, Syafaruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Quantum Teaching

28

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan
Priyatno, Duwi. 2009. SPSS Untuk Analisis Korelasi Regresi, dan Multivariet.
Yogyakarta: Gava Media
Riani, Asri, Laksmi. 2011. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rivai, V., Basri, A.,F.,M., 2005. Performance Appraisal, Edisi 1, Jakarta: PT Raja
Robbin, Stephen P. 2001. Prilaku Organisasi. Jakarta: PT. Perhallindo Panjang
Ruky, Ahmad. 2001. Prilaku Organisasi. Jakarta: PT Prehallindo
Sadili, Samsudin. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka
Setia
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Bandung: Rosdakarya
Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Saydam, Ghozali. 2006. Built InTraining. Bandung Remaja Rosda Karya
Silverius, Suke. 2003. Guru Pahlawan yang Dipahlawankan Dalam Persebaran
Menurut Kebutuhan Sekolah. Jakarta: Depdiknas
Simamora, H, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta,
Bagian Penerbitan STIE
Sobirin, Ahmad. 2009. Budaya Organisasi Pengertian Makna dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN
Soegito, A.T. 2010 Total Quality Management (TQM) di Perguruan Tinggi,
Semarang: UPT UNNES Press
Soepartono. 2005. Pengararuh Keefektifan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Sekolah. Semarang: UNNES
Soetomo. 2011. Aspek Augmentatif Manajemen Control. Bandung: Pustakamas
Sudharto. http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/jmp/article/view/211.
Diakses 4 Desember 2012 pukul 20.00 WIB
Sudrajat, Akhmad. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budayaorganisasi-di-sekolah).Diakses 5 September 2012 pukul 15.30 WIB.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suharto. Cahyono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan
Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di

29

Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah. JRBI. Vol. 1. No. 1


2005

Januari

Sukmadinata, N.S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:


Remaja Rosdakarya
Sulistyorini. Rosidah 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala
Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Jakarta:
Rineka
Cipta
Suwartono. Kusharono. 2011. Budaya Organisasi Kajian Konsep dan
Implementasinya. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Triyanti,
B.
http://fuddin.wordpress.com/2010/04/20/kinerja-pegawai-danbudaya-organisasi/. Diakses 9 September 2012
Wibowo, 2011. Budaya Organisasi Sebuah Kebutuhan dan Menigkatkan Kinerja
Panjang. Jakarta: Rajawali Pers
Widodo. http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal. Diakses 10 Oktober 2012, pukul
20.15 WIB.
Yuni Ulita. http://www.google.co.id/#hl=id&tbo=d&sclient=psy-ab&q. Diakses
15 Desember 2012 pukul 21.10 WIB

30

Anda mungkin juga menyukai