ARTIKEL
OLEH
Abdul Mukhid
NPM : 10510057
ABSTRAK
Mukhid, Abdul. 2013. Pengaruh Pelatihan Pembelajaran dan Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Guru IPA SMP Di Kabupaten Jepara. Tesis. Pembimbing: (1)
Prof. Dr. AT. Soegito, S.H, M.M; (2) Dra. M.Th. S.R Retnaningdyastuti, M.Pd.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) seberapa besar pengaruh
pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten Jepara?; (2)
seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru IPA SMP di
kabupaten Jepara?; (3) seberapa besar pengaruh pelatihan pembelajaran dan
budaya organisasi secara simultan terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten
Jepara. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui seberapa besar pengaruh
pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten Jepara; (2)
mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru IPA
SMP di kabupaten Jepara; (3) mengetahui seberapa pengaruh pelatihan
pembelajaran dan budaya organisasi secara simultan terhadap kinerja guru IPA
SMP di kabupaten Jepara.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPA SMP di kabupaten
Jepara yang berjumlah 129 orang, dengan menggunakan teknik area random
sampling diperoleh sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, metode pengumpulan data survei dengan instrumen
kuisioner tertutup dengan lima skala Likert. Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif, uji persyaratan meliputi (a) normalitas, (b) homogenitas, (c)
multikoliniearitas dan (d) liniearitas regresi Y atas X, dan uji hipotesis yang
meliputi uji regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat; dan uji regresi ganda untuk mengetahui
pengaruh varibel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Untuk
menganalisis data menggunakan fasilitas program SPSS for Window Release 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata (mean) perolehan skor
pelatihan pembelajaran adalah 109,68 berkategori baik, rerata (mean) perolehan
skor budaya organisasi adalah 140,15 berkategori kuat, dan rerata (mean)
perolehan skor kinerja guru adalah 111,05 berkategori sangat baik. Hasil uji
prasyarat menunjukkan semua data berdistribusi normal, homogen, linier, dan
tidak terjadi multikolinier. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh
positif dan signifikan pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di
kabupaten Jepara yang dapat dinyatakan dalam persamaan = 31,177 + 0,266 X1
dengan kekuatan korelasi 0,449 dan kontribusi sebesar 20,10%; terdapat pengaruh
positif dan signifikan budaya organisasi terhadap kinerja guru IPA SMP di
kabupaten Jepara yang dapat dinyatakan dalam persamaan = 19,927 + 0,288 X2
dengan kekuatan korelasi 0,475 dan kontribusi sebesar 22,50%; dan terdapat
pengaruh positif dan signifikan pelatihan pembelajaran dan budaya organisasi
secara simultan terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten Jepara yang dapat
dinyatakan dalam persamaan = 14,900 + 0,160X1 + 0,199X2 dengan kekuatan
korelasi 0,526 dan kontribusi sebesar 27,70%.
Kata kunci: pelatihan pembelajaran, budaya organisasi, dan kinerja guru.
ABSTRACT
Mukhid, Abdul. 2013."The Influence of Instructional Training and Organizational
Culture on Performance of Junior High School Science Teachers in the District of
Jepara". Thesis. Supervisor: (1) Prof. Dr. AT. Soegito, S.H, M.M, (2) Dra. M.Th.
S.R Retnaningdyastuti, M.Pd.
The problem in this study were (1) how much influence of learning
training on the performance of junior high schools science teachers in the district
of Jepara?, (2) how much influence of organizational culture on the performance
of junior high school science teachers in the district of Jepara?, (3) how much
influence the learning training and organizational culture simultaneously on the
performance of junior high school science teachers in the district of Jepara? This
study is aimed to (1) to find out how much influence of learning training on the
performance of junior high schools science teachers in the district of Jepara?, (2)
to find out how much influence of organizational culture on the performance of
junior high school science teachers in the district of Jepara?, (3) knowing how
much influence the learning training and organizational culture simultaneously on
the performance of junior high school science teachers in the district of Jepara.
Populations on this study are all junior high school science teachers in
district of Jepara of 129 teachers, using area proportional random sampling
techniques obtained a sample of 60 teachers. This study uses a quantitative
approach, method of data collection is survey by covered questionnaire instrument
with five Likert scale. To analysis of the data in this study, is using descriptive
analysis. Test requirements include (a) normality, (b) homogeneity, (c)
multikoliniearity and (d) liniearity regression Y on X, and test hypotheses include
simple regression to find out the influence of each independent variable on the
dependent variable, and multiple regression to find out the influence independent
variable simultaneously on the dependent variable. To analyze the data using
SPSS for Window Release 16 facility.
The results of this study showed that the average (mean) of learning
training gain score was 109,68 categorized as good, the average (mean) of
organizational culture gain score was 140,15 categorized as strong, and the
average (mean) of the teacher performance gain score was 111,05 categorized as
very good. Prerequisite test results showed all the data were normally distributed,
homogeneous, linear, and does not occur multikolinier. Hypothesis test results
show there is a positive and significant effect of the learning training on the
performance of junior high school science teacher in the district of Jepara which
can be expressed in the equation = 31,177 + 0,266 X1 with 0,449 correlation
strength and contribution of 20,10%; there is a positive and significant influence
of organizational culture on performance of junior high school science teacher in
the district of Jepara which can be expressed in the equation = 19,927 + 0,288
X2 with 0,475 correlation strength and contribution of 22,50%; and there is a
positive and significant effect of learning training and organizational culture
simultaneously on the performance of junior high school science teachers in the
district Jepara which can be expressed in the equation = 14,900 + 0,160 X1 +
0,199 X2 with 0,526 correlation strength and contribution of 27,70%.
Keywords: instructional training, organizational culture, and teacher performance.
A. PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
(Pasal: 1, Ayat: 19). Menurut Dunkin dan Biddle dalam Majid (2008: 111) proses
pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: variabel pertanda
(presage variables) berupa pendidik; variabel konteks (contex variables) berupa
peserta didik; variabel proses (process variables); dan variabel produk (product
variables) berupa perkembangan peseta didik baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Untuk mencapai pembelajaran yang optimal, maka keempat
variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik.
Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (UU Sisdiknas, Pasal:
39, ayat: 2). Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki
jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Tidaklah berlebihan
kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian
besar ditentukan oleh guru (Kemendiknas, 2011: 1).
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Guru
adalah
pendidik
profesional
dengan
tugas
utama mendidik,
mengajar,
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah
(Pasal 1).
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran dalam pendidikan yang bermutu. Faktor-faktor tersebut adalah:
guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan dan kurikulum. Kelima
faktor tersebut memegang peranan dan wewenang masing-masing yang saling
mendukung (Hadi: 2010).
Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan karena guru yang
bersingunggan langsung dengan peserta didik. Sarana dan prasarana merupakan
pendukung dalam tercapainya tujuan pendidikan, begitu juga dengan kurikulum
yang berperan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran bagi siswa untuk
dipelajari sesuai dengan tingkatan dan kompetensinya. Sehingga faktor-faktor
tersebut harus berjalan dengan baik dan saling menguatkan.
Berdasarkan observasi pada kegiatan MGMP Program Bermutu, yang
dilaksanakan pada bulan Februari 2012, diketahui guru-guru IPA SMP di
kabupaten Jepara tingkat kompetensi pedagogik rata-rata 60% dan kompetensi
profesional rata-rata 70%.
Selain data tersebut di atas, dari hasil observasi pengurus FMGMP dan
kegiatan lesson study di setiap kelompok kerja MGMP IPA SMP diperoleh data
bahwa
80% para
ceramah, tanya
jawab siswa yang aktif dalam setiap kelas hanya 20% , dan pemberian tugas
rumah (PR). Oleh karena itu pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher
oriented). Pada bidang pengembangan karier baru seorang guru IPA SMP di
kabupaten Jepara yang dapat meraih golongan IV/ b.
Danim (2002: 168) mengungkapkan bahwa salah satu krisis pendidikan di
Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance)
yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya
ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, Oleh karena itu
perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran ialah
dengan mengikutsertakan guru-guru dalam program pengembangan diri melalui
program pelatihan. Melalui pelatihan, guru diharapkan memperoleh penyegaranpenyegaran dan peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja.
Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan pemerintah melalui UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa pemberdayaan
berkeadilan,
tidak
diskriminatif,
dan
berkelanjutan
dengan
2005: 14). Bernardin dan Russel dalam Ruky (2001: 15) mendefinisikan kinerja
guru sebagai berikut: performance as defined of record of outcomes produced
on a specified in time period (kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun
waktu tertentu).
Amstrong dan Baron dalam Fahmi (2010: 2) mengatakan kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan
strategis organisasi dan kepuasan konsumen. Indra Bastian dalam Ruky (2001:
20) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategis planning)
suatu organisasi.
Mangkunegara (2001: 67), mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Samsudin (2006: 159) memberikan pengertian kinerja sebagai tingkat pelaksanaan
tugas yang dapat dicapai seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada
dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Nawawi (2005: 234) memberikan pengertian kinerja sebagai hasil pelaksanaan
suatu pekerjaan, dan Mulyasa (2007: 136) mendefinisikan kinerja sebagai prestasi
kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.
Berdasarkan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan kinerja adalah
prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau
pekerjaannya baik kualitas maupun kuantitas selama periode tertentu berdasarkan
10
standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi dan
kepuasan konsumen dengan cara yang legal sesuai norma agama dan masyarakat,
moral atau etika, yang dapat diukur berdasarkan tiga dimensi yaitu: 1) perencanaan
pembelajaran, meliputi penyusunan silabus, RPP, dan bahan ajar; 2) pelaksanaan
pembelajaran, digambarkan
bakat,
keterampilan,
dan
kemampuan
pegawai
untuk
guna
pengetahuan,
keterampilan,
dan
bakat
sehingga
dapat
12
3. Budaya Organisasi
pertama
13
sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan
didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Senada dengan definisi di atas, Cherrington dalam Sobirin (2009: 5)
mendefisikan organisasi sebagai sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang
teratur yang didirikan oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia
dalam rangka untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan budaya organisasi
adalah nilai-nilai yang diyakini kebenarannya yang menjadi asumsi dasar para
anggota
suatu
organisasi
untuk
berpikir,
mengemukakan
pendapat,
berkomunikasi, berperilaku, berpakaian dan tindakan-tindakan yang lain seharihari yang membedakan satu organisasi dengan yang lain dan diwariskan kepada
generasi berikutnya melalui proses pembiasaan dan pembelajaran, dengan
indikator Individual inisiatif, Risk tolerance, Direction, Integration, Management
support, Control, Identity, Reward system, Conflic tolerance.
C. METODE PENELITIAN
14
= Pelatihan Pembelajaran
X2
= Budaya Organisasi
15
sebesar 109,68; median 106,5; mode 105; dan standar deviasi sebesar 9,06; serta
skor terendah 97 dan tertinggi 130.
Adapun distribusi frekuensi pelatihan pembalajaran guru IPA SMP di
Kabupaten Jepara berdasarkan pengkategorian skor disajikan pada tabel berikut
ini.
Tabel 1. Distribusi Data Pelatihan Pembelajaran Guru IPA SMP
Kabupaten Jepara Berdasarkan Pengkategorian Skor
Frekuensi
No.
Kategori Jawaban
Norma
Absolut
%
1.
Sangat Baik
110 130
21
35,0
2.
Baik
89 109,99
39
65,0
3.
Cukup Baik
68 88,99
0,0
4.
Tidak Baik
47 67,99
0,0
5.
26 46,99
0,0
60
100,0
Jumlah
16
sehingga diperoleh rentangan skor ideal antara 33 sampai dengan 165. Dari hasil
analisis data dengan bantuan software komputer diperoleh nilai tendensi sentral
rata-rata (mean) = 140,15; titik tengah (median) = 141,5; nilai yang sering muncul
(mode) = 142, simpangan baku (standar deviasi) = 8,9; skor minimum = 114 dan
skor maksimum = 159, sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 6581.
Adapun distribusi frekuensi budaya organisasi guru IPA SMP di
Kabupaten Jepara berdasarkan pengkategorian skor disajikan pada tabel berikut
ini.
Tabel 2. Distribusi Data Budaya Organisasi Guru IPA SMP di
Kabupaten Jepara Berdasarkan Pengkategorian Skor
Frekuensi
No.
Kategori Jawaban
Norma
Absolut
%
1.
Sangat Kuat
141 - 165
33
55
2.
Kuat
114 140,99
27
45
3.
Cukup Kuat
87 113,99
0,0
4.
Tidak Kuat
60 86,99
0,0
5.
33 59,99
0,0
60
100,0
Jumlah
17
No.
Kategori Jawaban
Norma
1.
Sangat baik
110 130
40
66,7
2.
Baik
89 109,99
20
33,3
3.
Cukup
68 88,99
0,0
4.
Tidak baik
47 67,99
0,0
5.
26 46,99
0,0
100,0
Jumlah
Absolut
18
bahwa kinerja guru IPA SMP berada pada kategori sangat baik.
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Empat persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis
regresi, baik regresi linier sederhana maupun regresi ganda adalah (a) normalitas,
(b) homogenitas, (c) liniearitas, dan (d) multikolinieritas. Data dianalisis dengan
bantuan program SPSS versi 16, diketahui semua variabel berdistribusi normal,
homogen, liniear, dan tidak terjadi multkoliniearitas.
3. Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh pelatihan pembelajaran terhadap kinerja guru IPA SMP di kabupaten
Jepara
Tabel 4. Koefisien Korelasi X1 terhadap Y
Kinerja Guru IPA
SMP
Kinerja Guru IPA SMP
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
.449
**
.000
N
Pelatihan Pembelajaran
Pelatihan Pembelajaran
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
60
60
**
.449
.001
60
60
19
Model
1
R Square
.449
.201
.187
4.84394
B
(Constant)
Std. Error
31.177
7.659
.266
.070
Pelatihan
Pembelajara
n
Beta
.449
Sig.
4.071
.000
3.822
.000
20
Pearson Correlation
Budaya
Organisasi
.475
Sig. (2-tailed)
.001
N
Budaya Organisasi
**
Pearson Correlation
60
60
**
.475
Sig. (2-tailed)
.001
60
60
Model
1
R Square
.475
.225
4.76971
21
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
Sig.
(Constant)
19.927
9.857
3.022
.004
Budaya
Organisasi
.288
.070
.475 4.109
.000
Model
1
R Square
.526
.277
4.64970
Dari tabel diperoleh hasil R = 0,526. Hal ini berarti bahwa terdapat
korelasi ganda positif antara variabel X1 dan X2 secara simultan (bersama-sama)
terhadap Y. dengan melihat tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan oleh
Akdon, nilai r hitung sebesar 0,526 terletak pada interval 0,500 0,799 yang
menunjukkan tingkat kategori kuat.
22
Model
R Square
.526
.277
.251
4.64970
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
Standardi
zed
Coefficie
nts
Beta
Sig.
14.900
9.929
1.501
.139
Pelatihan Pembelajaran
.160
.080
.270 2.008
.049
Budaya Organisasi
.199
.082
.328 2.439
.018
23
pembelajaran
memberikan pengaruh dengan kategori sebesar 20,10% terhadap kinerja guru IPA
SMP. Hubungan antara kedua variabel tersebut oleh persamaan regresi =
31,177 + 0,266 X1. Dengan demikian hipotesis statistik pertama Ho: rx1y = 0 (tidak
ada pengaruh X1 terhadap Y) ditolak, dan Ha: rx1y 0 (ada pengaruh X1 terhadap
Y) diterima.
Kedua, terdapat pengaruh pengaruh positif dan signifikan antara budaya
organisasi terhadap kinerja guru IPA SMP. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
thitung sebesar 4,109 sedangkan t tabel pada signifikansi 0,05 dengan dk (60-2) =
58 diperoleh sebesar 1,032. Ternyata t hitung (4,109) > ttabel (1,032), maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikansi antara budaya
organisasi dengan kinerja guru IPA SMP.
pengaruh dengan kategori
24
Rx1.2y
diterima.
2. Saran-saran
Berdasarkan beberapa simpulan di atas, disarankan beberapa hal, sebagai
berikut:
a. Bagi Pemerintah Kabupaten Jepara
Terkait dengan adanya pengaruh yang positif dan signifikan pelatihan
pembelajaran terhadap kinerja guru disarankan Pemerintah Kabupaten Jepara cq
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga agar menyusun dan melaksanakan
program replikasi pelatihan MGMP program BERMUTU untuk MGMP yang
belum mendapat kesempatan mengikuti pelatihan pembelajaran program
BERMUTU. Terkait budaya organisasi, disarankan Disdikpora kabupaten
Jepara menyusun renstra
25
diberi pembinaan. Khusus untuk oknum guru atau tenaga kependidikan yang
mencedrai budaya organisasi, Disdikpora bisarankan memberi pembinaan dan
atau punishment yang menjadikan efek jera.
b. Bagi Sekolah
Terkait pelatihan pembelajaran, indikator yang memerlukan perhatian
kepala sekolah adalah behavioral. Oleh karena itu kepala sekolah disarankan
untuk memberi kesempatan kepada guru-guru yang telah selesai mengikuti
pelatihan pembelajaran untuk mendesiminasikan hasil pelatihan kepada guru-guru
yang belum mendapat kesempatan mengikuti pelatihan pembelajaran dan
memantau
(supervisi)
penerapan
hasil-hasil
pelatihan
pada pelaksanaan
kesempatan
mengikuti
pelatihan
26
atau
MGMP
sekolah
serta
Penelitian
Suatu
Pendekatan
27
Sertifikasi
Guru.
Bandung:
28
29
Januari
30