Anda di halaman 1dari 7

TUGAS K3LL NO.

3
PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT PADA BANDAR UDARA

KELOMPOK : 3
NAMA ANGGOTA :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

SAEFUL PRANATA
ANIFAH
LITA LIANTI
MARISKA MAGHFIROH
MUSLIMAH
SITI ADLINA PANCA PUTRI

1106013290
1106011461
1106011120
1106022843
1106017622
1106069222

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPOK, 2013

DAFTAR ISI
Pendahuluan.............................................................................................................. 1
Isi............................................................................................................................... 2
Daftar Pustaka........................................................................................................... 6

A. Pendahuluan
I.

Latar Belakang
Keselamatan

dalam Penerbangan

adalah suatu keadaan

terpenuhinya

persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara,


bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang
dan fasilitas umum lainnya. (undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang
penerbangan).
Pada umumnya, masyarakat tidak menghiraukan ancaman bahaya atau
resiko yang dapat menimbulkan suatu kecelakaan

atau tidak didapatkannya

keselamatan sebagaimana mereka harapkan. Akan tetapi, terkait dengan


keselamatan penerbangan, banyak faktor penting dalam Ancaman Bahaya yang
beresiko tinggi dalam penerbangan.
Keselamatan Penerbangan sebagaimana diamanahkan oleh undang-undang
adalah terpenuhi persyaratan yang terdiri dari beberapa elemen yang mana
harus

dapat

dikendalikan

oleh

masing-masing

unsur

pengelola

seperti

pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara,


navigasi

penerbangan,

serta

fasilitas

penunjang

umum

lainya.

Untuk

pemenuhan keselamatan dalam penerbangan dan dalam ruang penerbangan


maka selain melakukan identifikasi bahaya, yang harus diperlukan adalah suatu
peralatan yang dapat melindungi para pekerja dan orang-orang yang berada di
Bandar udara dari kemungkinan terjadinya kecelakaan.
II.

Tujuan
Tujuan dari adanya Personal Protective Equipment pada Bandar udara ialah

untuk melindungi para pekerja maupun orang-orang yang memiliki kemungkinan


kecelakaan pada bandar udara sehingga dapat mengurangi resiko bahaya yang
dapat terjadi pada bandar udara.

B. Isi
PPE merupakan pakaian atau peralatan yang didesain untuk mengendalikan
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Secara umum PPE
meliputi keselamatan pada anggota tubuh seperti kepala, wajah, mata, telinga,
tangan, kaki, paru-paru, dan keseluruhan badan. Jenis kebutuhan alat pelindung ini
juga akan sangat bergantung pada jenis industrinya. Dalam makalah ini akan
dibahas PPE pada bandar udara.
Personal Protective Equipment pada bandar udara salah satunya meliputi
perlengkapan keselamatan saat penerbangan.
Bagian tubuh
Badan

Potensi Bahaya
Terbentur

Peralatan Pelindung Pribadi (PPE)


Sabuk

pengaman Sabuk

pengaman

atau safety belt, dari bahan elastis


masker

oksigen, Sabuk pengaman


pelampung
memiliki pengunci

Terpelanting

Terjatuh

Sabuk

pengaman

terdiri

dari

macam

dua
yaitu

untuk

orang

dewasa dan anakanak serta untuk


bayi
Gangguan

bila

Masker dilengkapi

pesawat

dengan

kantung

kehilangan

oksigen

tekana.
Jatuh dari pesawat

Otomatis

keluar

saat

terjadi

dekompresi udara
Pelampung terdiri
atas

pipa

tiup

untuk

menambah

udara, lampu, dan


2

peluit.

Penumpang pesawat

memerlukan Personal

Protective

Equipment saat

melakukan penerbangan untuk mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan seperti


pesawat terjatuh, terjadi dekompresi udara atau kemungkinan kecelakaan lainnya.
Sabuk pengaman harus dikenakan dengan baik, terkunci seperti prosedur
yang

ditentukan.

Penumpang

pesawat

juga

sebaiknya

mengenakan

sabuk

pengaman ini sepanjang penerbangan, dan terutama harus mengenakan saat


lampu tanda kenakan sabuk pengaman menyala. Sabuk pengaman ini dapat
menjaga

penumpang

pada

posisi

aman

sehingga

terhindar dari

benturan,

goncangan, dan lain-lain.


Masker oksigen digunakan jika tekanan di dalam kabin lebih dari batas yang
telah ditentukan. Saat kondisi ini terjadi masker akan otomatis keluar dari atas
tempat duduk. Tindakan yang harus segera dilakukan adalah menarik masker dan
langsung

mengenakannya

sebelum

mengenakan

pada

orang

lain.

Setelah

mengenakan masker oksigen, langkah selanjutnya adalah memastikan sabuk


pengaman terpasang dengan baik dan langkah terakhir adalah bernafas seperti
biasa.
Baju pelampung, digunakan bila terjadi kecelakaan pesawat. Baju pelampung
digembungkan saat penumpang akan melompat keluar dari pesawat pada proses
evakuasi. Penumpang dilarang menggembungkan baju pelampung di dalam
pesawat karena kan menghambat evakuasi.
Personal Protective Equipment pada bandar udara juga dibutuhkan untuk
pekerja yang berada di bandara dan kawasan landas pacu pesawat.
Bagian tubuh
Telinga

Potensi Bahaya

Peralatan Pelindung Pribadi (PPE)

Gangguan

Alat

Pelindung Dibuat dari plastik

pendengaran

Telinga (Ear muff), atau karet dengan

Kerusakan

Helmet, ear plug

gendang telinga
Mata

Paparan
kimia

bahan Masker,
yang pelindung

ukuran

small,

medium dan large


baju Masker dan baju
pelindung

dapat

menyebabkan

melindungi

tubuh

kerusakan

dari

lensa

paparan
3

mata dan katarak

bahan-bahan
kimia.

Organ Reproduksi

Kemandulan
karena

Masker,

Baju Masker dan baju

paparan Pelindung, Sarung pelindung

bahan kimia

tangan

dapat

melindungi
dari

tubuh

paparan

bahan-bahan
kimia.
Gen

Mutasi
akibat

genetik Masker,
paparan

bahan kimia

Baju Masker dan baju

Pelindung, Sarung pelindung

dapat

tangan

tubuh

melindungi
dari

paparan

bahan-bahan
kimia.

Bising yang terdapat di bandara terutama berasal dari mesin pesawat yang
mempunyai frekuensi tinggi dan intensitas besar, yaitu 90-110 dBA atau lebih.
Menurut Kepmenaker No. Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja bahwa untuk NAB kebisingan adalah 85 dBA untuk pemajanan
8 jam sehari. Artinya tenaga kerja dapat bekerja dengan intensitas kebisingan
sebesar 85 dBA maksimal hanya 8 jam. Sedangkan kebisingan di bandara yang
mencapai 90-100 dBA hanya boleh di alami tenaga kerja maksimal selama 2 jam.
Untuk itu tenaga kerja harus memakai alat pelindung diri, karena intensitas
pekerjaan hampir selama 24 jam.
Akibat bising yang paling penting adalah menurunnya pendengaran dan
dapat terjadi tuli permanen (sensoric deafness). Hampir 15% dari awak darat
mengalami gangguan ini secara tak langsung. Dalam hubungannya dengan
pesawat tersebut karyawan dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1. Golongan I: yang bekerja dekat sekali dengan pesawat (kurang dari 8 meter)
selama runs up. Untuk pekerja golongan ini harus memakai helmet dan ear
plug.

2. Golongan II: yang bekerja relatif dekat (8-50 meter) dari pesawat, misalnya
maintenance personnel, starting crew, dan trouble line personel. Untuk
pekerja golongan ini harus memakai ear muff.
3. Golongan III: yang kadang-kadang harus bekerja tidak jauh dari pesawat (50120 meter), misal pramugari darat, personel cargo, dan lain-lain. Untuk
pekerja golongan ini cukup memakai ear plug.
Para tenaga kerja atau karyawan di darat juga dihadapkan pada bahan kimia,
seperti bahan bakar (bensin, bensol, avtur) minyak hidrolik, larutan desinfektans,
insektisida dsb. Bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan dermatitis kontak, dan
bila tertelan atau terhirup dapat terjadi intoksikasi yang membahayakan. Peraturan
yang mengatur tentang bahan kimia adalah SE Menaker No. SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja dan juga Kepmenaker No. KEP
187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kima berbahaya di tempat kerja. Di
dalamnya diatur tentang Nilai Ambang Batas bahan kimia dan juga mencegah
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di
tempat kerja maka perlu diatur pengendaliannya.
Dalam pengoperasian radar digunakan gelombang mikro dan sinar X.
Gangguan yang ditimbulkan gelombang ini akan dirasakan terutama oleh teknisi
radar, jarang pada operator radar. Gelombang mikro dapat merusak lensa mata dan
terjadilah katarak, atau dapat juga merusak kelenjar testis, akibatnya adalah
kemandulan. Oleh karena hal-hal tersebut perlu dilakukan usaha pencegahannya.
Dalam Kepmenaker No. Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
di Tempat Kerja menyatakan bahwa NAB untuk gelombang mikro. Sinar X juga dapat
menimbulkan

gangguan

kesehatan,

yaitu

dapat

menyebabkan

mutasi

gen,

munculnya kanker dan lain sebagainya.

Daftar Pustaka
Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2009. Petunjuk
dan Tata Cara Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
Management System) Operasi Bandar Udara, Bagian 139-01.
Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2009. Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil (P.S.P.K) Bagian 139.

Anda mungkin juga menyukai