CRS Ulkus Kornea
CRS Ulkus Kornea
ULKUS KORNEA
Oleh :
Muhammad Iqbal
Resti Winda Yulia Rahmi
Yosrizal
0810312103
0810312091
0810312048
Preseptor :
dr. Hendriati ,Sp.M
dr. Rinda Wati ,Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan
dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.Kebanyakan gangguan penglihatan ini
dapat dicegah, namun hanya bila didiagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini
dan diobati secara memadai. Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang
ditandai adanya infiltrat supuratif efek kornea bergaung,diskontinuitas jaringan
kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.Ulkus kornea yang luas
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah perluasan ulkus
dan timbulnya komplikasi berupa descematokel,perforasi,endoftalmitis,bahkan
kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan
merupakan penyebab kebutaan nmor dua di Indonesia.
1.2 Batasan Masalah
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi,
etiologi,klasifikasi, gambaran klinis, penatalaksanaan, komplikasi, prognosa dari
ulkus kornea.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulisan tentang
ulkus kornea.
1.4 Metode penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan
diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda beda, yaitu lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan
endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. 1
1. Lapisan epitel
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi
sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya
dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa
yang merupakan barrier.
2. Membran Bowman
3. Jaringan Stroma
4. Membran Descement
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 2040 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidosom dan zonula okluden.
Epidemiologi
Menurut Suharjo dan Fatah Widodo, penelitian di RS Sardjito, Yogyakarta,
terhadap 57 kasus ulkus kornea dengan tingkat keparahan ringan (43,9%), sedang
(31,6%), dan berat (24,7%). Faktor predisposisi terbanyak adalah trauma (68,4%).
Gambaran mikroskopik dan kultur dari hasil scraping didapatkan basil gram
(26,8%), coccus gram (16,7%), jamur (13,6%), coccus gram + (7,8%), basil
gram + (3%), dan yang tidak terdeteksi (33,4%). Komplikasi yang terjadi
perforasi 6 kasus, desmetocel 2 kasus, dan endopthalmitis 1 kasus. Keberhasilan
terapi yang dinilai dari visus didapatkan visus baik > 6/18 (21,1%), visus rendah
<6/18 (17,5%), buta < 3/60 (33,3%), dan tidak terdeteksi 16 (28,1%).3
2.4
Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea.3
Kornea mempunyai banyak serabut saraf, maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama
palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat
progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan
iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang
berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.1
2.5
Etiologi
a. Infeksi
o Infeksi Bakteri
P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk
sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang
keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan
infeksi P aeruginosa.
o Infeksi Jamur
Disebabkan
oleh
Candida,
Fusarium,
Aspergilus,
o Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam
air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik.
Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin
dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila
memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya
ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau
tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna
dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
2.6
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
Klasifikasi
Ulkus kornea dibagi atas :
1.
2.
sakus lakrimal. Juga tes anel, di samping pemeriksaan yang harus biasa
dilakukan pada keratitis.
Pada tempat trauma kornea timbul infiltrate, oleh karena
pengumpulan dari wandering cell disertai injeksi perikornea dan injeksi
konjungtiva. Penderita mengeluh kesakitan, disertai pembengkakan dari
palpebra. Infiltrat ini cepat membesardan ulkusnya menjalar kearah
permukaan dan kedalam,sehingga ulkus tergaung bentuknya dan
penjalarannya dari sentral ke perifer.
a. Ulkus Serpens Akut
Ulkus serpens atau ulkus serpenginosa akut menjalar dengan
bentuk khusus seperti binatang melata pada kornea yang kebanyakan
disebabkan oleh kuman pneumokokkus. Penyakit ini biasa didapatkan
pada petani, buruh tambang, orang-orang dengan hygiene buruk, orang
jompo, penderita glaucoma, pecandu alkohol dan obat bius. Biasanya
ulkus ini didahului oleh trauma yang merusak epitel kornea dan akibat
cacat kornea maka mudah terjadi invasi ke dalam kornea.
Pasien akan merasa nyeri pada mata dan kelopak, silau,
lakrimasi, dan tajam pengelihatan menurun. Pada mata pasien akan
terlihat kekeruhan kornea mulai dari central yang mempunyai ciri khas
berupa ulkus yang berbatas lebih tegas pada sisi-sisi yang paling aktif
disertai infiltrat yang berwarna kekuning-kuningan yang mudah pecah
dan menyebabkan pembentukan ulkus.
Ulkus menyebar di permukaan kornea kemudian merambat
lebih dalam yang dapat diikuti dengan perforasi kornea. Ulkus ini
ditandai dengan gejala khas berupa adanya hipopion yang steril yang
terjadi akibat rangsangan toksin kuman pada badan silier. Pada
konjungtiva terdapat tanda-tanda peradangan yang berat berupa injeksi
konjungtiva dan injeksi silier yang berat.
Ulkus serpenginosa akut diobati dengan antibiotik berspektrum
luas dapat diberikan secara topikal tiap jam atau lebih. Dapat juga
diberikan
penisilin
sebagai
pengobatan
tambahan
secara
10
bahwa
virulensi
pseudomonas
pada
kornea
Keratomikosis
Keratomikosis adalah suatu infeksi kornea oleh jamur.
Biasanya dimulai dengan rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon,
daun, dan bagian tumbuh-tumbuhan. Pada masa sekarang infeksi jamur
bertambah dengan pesat dan dianggap sebagai akibat sampingan
pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yang tidak tepat.
Setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian pasien akan
merasa sakit hebat pada mata dan silau. Ulkus terlihat menonjol di
11
12
a. Keratoplasty Lamellar/Partial-Thickness/Nonpenetrating
Mengangkat,
melepaskan,
dan
mengganti
lapisan
Leukemia
Sepsis
Infeksi : Hepatitis,HIV/AIDS
13
Komplikasi :
a.Perdarahan
b.Dislokasi graft
c.Infeksi
d.Glaukoma post operasi
e.Graft rejection : 10-14 hari post operasi
2. Ulkus kornea perifer
Ulkus perifer merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas
yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat
kelainannya.
Diduga
dasar
kelainannya
adalah
suatu
reaksi
terdapatnya
Streptococcus
pneumoniae,
Hemophillus
14
bersifat
rekuren,
dengan
kemingkinan
terdapatnya
15
b. Ulkus Mooren
Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang
dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan
progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini
mengenai seluruh kornea.
Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui.
Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas
terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap
toksin ankilostoma.
Merupakan ulkus kornea yamg idiopatik unilateral ataupun
bilateral. Pada usia lanjut biasanya unilateral dengan rasa sakit dan
merah. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan.
Ulkus ini menghancurkan membran Bowman dan stroma
kornea. Neovaskularisasi tidak terlihat pada bagian yang sedang aktif,
bila kronik akan terlihat jaringan parut dengan jaringan vaskularisasi.
Jarang terjadi perforasi maupun hipopion. Pasien terlihat sakit berat
dan 25% mengalami bilateral. Proses yang terjadi mungkin kematian
sel yang disusul dengan pengeluaran kolagenase.
Di klinis dikenal 2 bentuk, yaitu:
Pasien tua terutama laki-laki, 75% unilateral dengan rasa sakit
yang tidak berat, prognosis sedang dan jarang terjadi perforasi.
16
trauma
kornea
apabila
bertani
Nyeri dan merah, sama seperti
kebiruan
pada
ulkus
kornea
Pseudomonas.
Bentuk ulkus bulat atau oval,
awal
Feathery
border
pada
ulkus
dapat
membantu
untuk
immunocompromise.
Ulkus Pseudomonas berkembang
menegakan diagnosis.
Permukaan ulkus menonjol
ulkus
akan
perforasi
putih keabu-abuan.
Ulkus
oleh
jamur
yang
17
Manifestasi Klinis
Gejala Subjektif
Sekret mukopurulen
Pandangan kabur
Mata berair
Fotofobia
Nyeri
Gejala Objektif
2.8
Injeksi siliar
Hipopion
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
18
Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan
pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi
peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik - baiknya.
Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada
hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan
Infeksi pada mata harus diberikan :
19
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering.
Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada
pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat
memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea
kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa
dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin
B 1, 2, 5 mg / ml, Thiomerosal 10 mg / ml, Natamycin > 10 mg / ml,
golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin,
Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti
biotic
Anti Viral
20
Iris reposisi
Flap
amnion
dianjurkan
bila
gagal
atau
lama
perbaikan
dengan
medikamentosa.
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan,
kekeruhan
kornea
yang
menyebabkan
kemunduran
tajam
Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
21
: Ny. J
MR
: 793980
Umur
: 39 tahun
Pekerjaan
Pasien juga mengeluhkan mata kanannya merah sejak 2 yang lalu. Namun
sejak satu bulan ini timbul bintik putih pada mata kanan yang melebar
berangsur-angsur sehingga pasien mulai mengeluhkan penglihaannya
kabur.
Penglihatan kabur pada mata kanan seperti ada benda yang menghalangi
Kadang mata kanan terasa nyeri dan silau jika melihat cahaya terang
22
Ketika berumur sekitar 5 tahun, pasien pernah mengalami mata merah. Ibu
pasien memberikan obat berupa air perasan daun yang diteteskan pada
matanya yang merah tersebut. Lama pemberian obat air perasan daun
tersebut dan jenis daun yang diberikan tidak diketahui.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.
Pemeriksaan Fisik
Status Oftalmikus
STATUS OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi
Visus dengan koreksi
Refleks fundus
Silia / supersilia
-
OD
2/60
Bulu
mata
OS
5/5
+
Bulu mata
tumbuh -
tumbuh
luar.
arah luar.
ada
bagian
yang
Palpebra superior
dan beruban.
Edema (-), Tanda Radang (-),
Palpebra inferior
benjolan (-)
Edema (-) , Tanda Radang (-),
benjolan (-)
Edema (-) , Tanda Radang (-),
benjolan (-)
benjolan (-)
23
Aparat lakrimalis
Konjungtiva Tarsalis
Lakrimasi normal
Hiperemis (+), Papil (-), folikel
Lakrimasi normal
Hiperemis (-), Papil (-), folikel
Konjungtiva Forniks
Konjungtiva Bulbii
Sklera
Kornea
Bening
Cukup dalam
Coklat , Rugae (+)
Refleks cahaya (+/+), diameter
Lensa
Korpus vitreum
Fundus :
Sulit dinilai
- Media
- Media bening
- Papil optikus
- Makula
c/d = 0,3-0,4
- Refleks fovea (+)
- aa/vv retina
- aa : vv = 2 : 3
- Retina
Tidak dilakukan
Normal palpasi
Ortho
Bebas
Ortho
Bebas
Gambar
Pemeriksaan Penunjang :
24
1. Fluoresen kornea
2. Laboratorium
- Pewarnaan Giemsa
- Larutan KOH
3. Kultur
Diagnosis Kerja :
Ulkus Kornea sentral OD
Diagnosis Banding :
Ulkus kornea perifer
Keratitis
Rencana Terapi :
a.Pemberian obat-obatan
- Ulcori ed 6 x 1 OD
- SA ed 3 x 1 OD
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Cendo Lyteers 6 x 1 OD
- Repithel ed 4 x 1 OD
- Cebex 1 x 1
b. Tindakan Bedah
operasi flap amnion
BAB IV
DISKUSI
Pada saat masuk ke bangsal mata, pasien datang dengan pandangan mata
yang terhalang, mata merah, serta disertai nyeri. Setelah dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan, pasien didiagnosis sementara menderita ulkus kornea sentral .
Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah sulfas atropin sebagai
sedatif, dekongestif, dan melumpuhkan musculus siliaris dan musculus konstriktor
25
pupil. Dengan lumpuhnya otot tersebut mata dalam keadaan relaksasi dan
mencegah terjadinya sinekia posterior serta melepaskannya jika telah terjadi.
Selain itu juga diberikan analgetik dan antibiotik.Dan juga direncanakan operasi
flap amnion pada mata pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Vaughan dkk. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika
2.
3.
4.
Wijaya, Nana. 1989. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-4
26
5.
27