Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Tawuran Antar
Pelajar
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ........................................................................................................... 3
2. Identifikasi Masalah ................................................................................................... 3
3. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 3
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Teori Perilaku Menyimpang ....................................................................................... 4
2. Pengertian Perilaku Menyimpang ............................................................................... 5
3. Jenis-jenis Perilaku Menyimpang ............................................................................... 5
4. Faktor-faktor Terjadinya Tawuran .............................................................................. 6
5. Dampak Terjadinya Tawuran ...................................................................................... 8
6. Upaya Pencegahan Tawuran ....................................................................................... 8
BAB 3 PENUTUPAN
1. Kesimpulan ................................................................................................................. 10
2. Saran ........................................................................................................................... 10
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau negatif disebut dengan penyimpangan
sosial. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang melanggar norma-norma yang ada.
Penyimpangan sosial juga terdiri atas berbagai bentuk ada yang berbentuk individu dan ada
pula yang berbentuk kelompok. Salah satu dari penyimpangan sosial berbentuk kelompok
adalah tawuran, tawuran yang sering kali terjadi di antara para pelajar yang seharusnya
menjadi impian dan harapan bangsa tapi mereka malah melakukan perkelahian secara
bergerombol yang sama sekali tidak ada gunanya.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami membahas tentang pengertian dari
penyimpangan sosial, apa saja yang menyebabkan terjadinya tawuran di kalangan pelajar itu
sendiri dan bagaimana cara pencegahan terjadinya tawuran untuk nantinya.
Identifikasi Masalah
2. Tujuan Penulisan
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Teori Perilaku Menyimpang
berbeda. Perilaku menyimpang terjadi melalui proses ahli budaya, di mana seseorang
mempelajari suatu budaya menyimpang seperti perilaku homoseksual, hubungan seks
pernikahan, dan penyalahgunaan narkoba. Hal inilah yang biasanya terjadi pada kehidupan
siswa tanpa memandang jenjang pendidikannya. Pada saat ini perilaku menyimpang sudah
biasa dilakukan oleh murid Sekolah Dasar, karena adanya proses alih budaya.
Teori Labeling
Menurut teori ini, seseorang menjadi menyimpang karena proses Lableing, pemberian
julukan, cap, etiket, dan merek yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang.
Teori Merton
Menurut Merton perilaku menyimpang bersumber dari struktur sosial yang bisa
terjadi, karena setiap individu itu berbeda tergantung faktor keturunannya, lingkungan
fisiknya, dan lingkungan sosialnya. Dengan demikian kejahatan itu selalu ada, dan menurut
Durkheim kejadian itu perlu, akan moralitas dan hukum berkembang secara formal.
Teori Konflik
Teori ini dianjurkan oleh Karl Marx, ia mengemukakan bahwa kejahatan erat
kaitannya dengan perkembangan kapitalisme. Menurut teori ini, apa yang merupakan
perilaku menyimpang hanya dalam pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi
kepentingan mereka. Oleh sebab itu orang yang melakukan kejahatan dan terkena hukuman
pidana, umumnya dari kalangan rakyat miskin (Umasih, 2007)
Penyimpangan Individual
Penyimpangan individual atau personal adalah suatu perilaku pada seseorang dengan
melakukan pelanggaran terhadap suatu norma pada kebudayaan yang telah mapan akibat
sikap perilaku yang jahat atau terjadinya gangguan jiwa pada seseorang.
Macam-macam bentuk penyimpangan individual antara lain:
-
Penyalahgunaan Narkoba
Pelacuran
pembunuhan,
Gaya Hidup (wanita bepakaian minimalis di tempat umum, pria beranting, suka
berbohong, dsb).
Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan Kelompok adalah suatu perilaku yang menyimpang yang dilakukan
oleh kelompok orang secara bersama-sama dengan melanggar norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat sehingga menimbulkan keresahan, ketidakamanan, ketidaknyamanan serta
tindak kriminalitas lainnya.
Tindak Kenakalan
Penyimpangan Budaya
Faktor Internal
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada
memanfaatkan
biasanya
situasi
mudah
itu
putus
untuk
asa,
pengembangan
cepat
melarikan
dirinya.
diri
dari
masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan
cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan
bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak
peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka
biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
Faktor Eksternal
- Faktor Keluarga
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya)
jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah
bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau melakukan kekerasan yang sama.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai
individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu
bergabung dengan teman-temannya, banyak anak akan menyerahkan dirinya secara total
terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Selain itu suasana
keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama
pada
masa
remaja.
Menurut
Hirschi
(dalam
Mussen
dkk,
1994)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
6
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997). Sehingga peran besar keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar
anak-anak tidak mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.
-
Faktor Sekolah
Sekolah bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi
sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu,
lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas
yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas
praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah
bersama teman-temannya. Setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan
peranan paling penting. Tetapi sekarang guru lebih berperan sebagai penghukum dan
pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara
kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya dan tidak jarang guru
bertindak tidak adil . Namun, disamping itu semua hal yang paling penting dalam mengajar
adalah menumbuhkan motivasi diri (self motivation) untuk belajar. Dengan ada keinginan
sendiri untuk belajar bagi para siswa maka mereka akan bisa lebih fokus terhadap pelajaran
yang diberikan oleh pengajar.
- Faktor Lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga
membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang
sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba).
Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga
lingkungan kota ataupun negara yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang
remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang
berkembang
mendukung
untuk
munculnya
perilaku
berkelahi.
Lingkungan yang tidak menerima eksistensi para remaja juga menjadi salah satu faktor
pemicu seorang pelajar atau remaja melakukan perbuatan-perbuatan anarki. Padahal pada
usia remaja tersebut remaja dalam taraf pencarian jati diri, dan dibutuhkan sekali dukungan
dan partisipasi warga masyarakat dilingkungan sekitar mereka berada. Hal itu bisa dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya mengadakan wadah organisasi pemuda, memberikan
apresiasi terhadap remaja yang berprestasi, melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan
kemsyarakatan sampai dengan memberikan tanggung jawab yang lebih untuk menjadi panitia
sebuah kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mungkin bisa diharapkan
Pelajar yang terlibat dalam tawuran dapat mengalami cedera atau bahkan tewas
konsekuensi
jangka
panjang
terhadap
kelangsungan
hidup
bermasyarakat di Indonesia.
Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan. Dengan
keadaan keluarga yang seperti ini, mengakibatkan anak-anak remaja lebih sering
tinggal dirumah daripada keluyuran di luar rumah. Tindakan ini lebih
mendekatkan hubungan orang tua dengan anaknya.
Orang tua selalu berbagi (sharing) pengalaman, cerita dan informasi kepada anakanak remaja. Sehingga mereka dapat memilih figure dan sikap yang cocok unutk
dijadikan pegangan dalam bertingkah laku.
Orang tua sebaiknya memperlihatkan sikap-sikap yang pantas dan dapat diteladani
oleh anak-anak mereka.
Menegakkan disiplin sekolah yang wajar dan dapat diterima siswa dan penhuni
sekolah. Disiplin yang baik dan wajar dapat diterapkan dengan pembentukan
aturan-aturan yang sesuai dan tidak merugikan berbagai pihak
Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu. Tinadakan dilakukan
dengan cara memberikan sangsi yang sesuai terhadap semua siswa yang
melanggar peraturan tanpa melihat keadaan orang tua siswa tersebut. Seperti siswa
yang berasal dari kaluarga terpandang atau pejabat.
BAB 3
PENUTUPAN
1.
Kesimpulan
Salah satu penyimpangan sosial yang sering terjadi di lingkungan masyarakat
umumnya ialah tindakan tawuran. Namun bisa dikatakan bahwa kenakalan remaja seperti
halnya tawuran pelajar tidak bisa dikatakan bahwa semua aspek pendorong berasal dari
internal mereka saja. Namun faktor lingkungan dimana mereka berada juga menjadi faktor
besar dalam memicu seorang pelajar mencari pelampiasan-pelampiasan negatif. Seperti
faktor keluarga yang dipenuhi oleh kekerasan orang tua, faktor sekolah yang kurang
memperhatikan potensi anak-anak didiknya. Sampai faktor masyarakat yang senantiasa
menyepelekan
keberadaan
mereka.
Untuk menindak lanjuti itu semua sebaiknya masyarakat yang meliputi keluarga, sekolah,
dan masyarakat sadar betapa pentingnya menjaga kestabilan remaja dengan memberi ruang
yang cukup kepada mereka untuk berekspresi. Dengan hal-hal tersebut diharapkan
masyarakat bisa meminimalisasi potensi-potensi yang ada guna menimbulkan remaja yang
kreatif, aktif, produktif dan berpotensi menjadi generasi penerus yang baik.
2. Saran
- Sedari sekarang masyarakat harus sadar akan pentingnya peran mereka dalam
membentuk lingkungan yang kondusif.
- Keluarga sebagai elemen dasar sebuah bangunan pendidikan agar lebih aktif
dalam memperhatikan anak-anaknya, pentingnya menciptakan demokrasi dalam
keluarga.
- Sekolah sebagai suatu lembaga pendidik seharusnya memperhatikan potensipotensi dasar peserta didik untuk lebih meningkatkan daya kreativitas mereka.
- Adanya sistem penanganan yang lebih tepat apabila menemukan tawuran pelajar.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://fathmasari-f.blogspot.com/2013/01/makalah-tawuran-antar-pelajar.html
http://sibage.blogspot.com/2013/04/makalah-pengaruh-perilaku-menyimpang.html
http://dinnirwanrusti20.blogspot.com/2014/01/makalah-perilaku-menyimpang-remaja.html
11