Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 1

1. Fitasari
2. Gerishela Wimanda
3. Ahmad Dayuardi

(P27820113006)
(P27820113015)
(P27820113024)

4. Izza Devi Yanuariska (P27820113026)


5. Nurul Hidayati

(P27820113029)

Penerapan Proses Pembelajaran


Berdasarkan Teori Rogers

Konsep Perubahan
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang
direncanakan yaitu suatu usaha sistematik untuk
mendesain ulang suatu organisasi dengan cara
melakukan adaptasi pada perubahan yang terjadi
dilingkungan eksternal maupun internal untuk mencapai
sasaran baru.
Perkembangan profesi keperawatan tidak terlepas dari
konsep perubahan yang dimiliki oleh para praktisi,
akademisi atau seseorang yang masih ingin
mengembangkan
keperawatan,
yang
memiliki
keyakinan dan teori perubahan yang ingin dimilkinya.
Sebagai gambaran dalam merubah profesi keperawatan
kearah yang lebih profesional.

Fungsi Perubahan
Adapun fungsi dari perubahan ialah :
a)Perubahan ditujukan untuk menyelesaikan
masalah.
b)Perubahan ditujukan untuk membuat
prosedur kerja lebih efisien.
c)Perubahan ditujukan untuk mengurangi
kegiatan yang tidak penting.

Teori Perubahan Menurut Carl


Rogers
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin
(1951) tentang 3 tahap perubahan dengan menekankan
pada latar belakang individu yang terlibat dalam
perubahan dan lingkungan dimana perubahan tersebut
dilaksanakan. Roger menjelaskan 5 tahap dalam
perubahan, yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi,
mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga sebagai
AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial and
Adoption). Menurut Roger E untuk mengadakan suatu
perubahan perlu ada ada langkah yang di tempuh
seningga harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat
tercapai.

Lanjutan..
Langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Tahap awarness
Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai
arti bahwa dalam mengadakan perubahan di perlukan adanya
kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk
berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu perubahan.

2.

Tahap interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan
harus timbul perasaan minat terhadap perubahan yang
dikenal. Timbul minat yang mendorong dan menguatkan
kesadaran untuk berubah.

Lanjutan..
3

Tahap evaluasi
Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap suatu yang
baru agar tidak terjadi hambatan yang akan ditemukan
selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat
memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan
perubahan.
4
Tahap trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap suatu
yang baru atau hasil perubahan dengan harapan suatu yang
baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan kondisi atau
situasi yang ada dan memudahkan untuk diterima oleh
lingkungan.

Lanjutan..
5

Tahap adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari
perubahan yaitu proses penerimaan terhadap suatu yang
baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya
manfaat dari suatu yang baru sehingga selalu
mempertahankan hasil perubahan.

Teori Belajar Menurut Carl


Rogers
Teori belajar Carl Rogers merupakan salah
satu teori belajar humanistic yang menekankan
perlunya sikap saling menghargai dan tanpa
prasangka (antara klien dan terapist) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya.

Aplikasi Teori Humanistik Carl


Rogers dalam Pendidikan
Aplikasi teori humanistik Carl Rogers
dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan
siswa untuk berpikir induktif, mementingkan
pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini
dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi,
membahas materi secara berkelompok sehingga
siswa dapat mengemukakan pendapatnya masingmasing di depan kelas. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.

Lanjutan..
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran
yang
bersifat
pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri. (Sanusi, 2009)

Aplikasi Teori Belajar Carl Rogers


terhadap Pembelajaran Guru dan Siswa
Guru yang baik menurut teori ini adalah
Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih
demokratis, mampu berhubungan dengan siswa
dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih
terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif
adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai
perasaan siswa dengan komentar yang
menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang
peka terhadap perubahan yang ada.

Lanjutan
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.Merespon perasaan siswa
2.Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan
interaksi yang sudah dirancang
3.Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.Menghargai siswa
5.Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan
untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.Tersenyum pada siswa

Lanjutan..
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya
daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya
dilalui adalah :
1.Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak
belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan
siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai
proses pembelajaran secara mandiri
5.Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat,
memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang
diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.

Lanjutan..
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha
memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan
atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju
sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual
berdasarkan perolehan prestasi siswa

Penerapan Proses Berubah pada Contoh


Kasus Proses Pembelajaran
Sistem pembelajaran di kampus keperawatan
soetomo, menerapkan model pembelajaran yang formal
dan konvensional. Terlihat dari cara dosen dalam
menyampaikan materi di dalam kelas. Mayoritas dosen
tidak memiliki rasa humor dan cenderung memiliki sifat
otoriter terhadap mahasiswa. Mahasiswa tidak diberi
kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya
melalui aktivitas terbuka diluar kelas. Sifat formal dari
proses pembelajaran ini membuat mahasiswa merasa
terbatasi oleh ruang lingkup kelas. Disini dosen kurang
menerapkan fungsinya sebagai fasilitator sebagaimana
yang terdapat dalam teori Rogers

Contoh Masalah 1
Dosen kurang berkomunikasi dengan mahasiswa
sehingga mahasiswa cenderung pasif terhadap materi
yang disampaikan oleh dosen.

Penyelesaian tahap awareness :


Dosen harusnya menyadari kurangnya komunikasi
akan membuat suasana kelas yang membosankan dan
membuat interaksi yang kurang antara dosen dengan
mahasiswa, sedangkan interaksi dibutuhkan agar
mahasiswa menjadi lebih aktif didalam kelas. Tidak
hanya dosen, mahasiswa pun juga harus sadar bahwa
ilmu yang disampaikan sangat penting untuk dirinya
sendiri, sehingga akan tercipta rasa saling menghargai
antara mahasiswa dengan dosen dan sebaliknya.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap interest :
Setelah terbentuk interaksi yang baik dan suasana kelas
menjadi lebih aktif, selanjutnya dosen juga harus memperbaiki
materi dengan menambahkan aplikasi berupa video dan
gambar untuk memperjelas materi. Supaya materi yang
tersampaikan dapat dicerna dan disimpan dengan baik.
Penyelesaian tahap evaluasi :
Dosen dan mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik
serta dengan adanya penambahan aplikasi seperti video dan
gambar yang dapat memperjelas materi membuat mahasiswa
semakin tertarik dengan materi yang disampaikan. Akan tetapi,
penambahan aplikasi tersebut dapat menyita waktu dan
terkadang membuat materi yang diberikan kurang
tersampaikan sepenuhnya.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap trial :
Setelah tahap evaluasi berlangsung, saatnya perubahan
yang telah direncanakan diujicobakan untuk diterapkan.
Perubahan
pada
proses
pembelajaran
ini
baik
untukmeningkatkan interaksi dantara dosen dan mahasiswa seta
membuat suasana kelas menjadi lebih aktif. Hal ini dapat dilihat
saat mahasiswa yang memperhatikan saat dosen memberikan
materi serta diskusi pada saat tanya-jawab.
Penyelesaian tahap adoption :
Setelah melihat hasil dari tahap trial, ternyata perubahan
pembelajaran tersebut efektif untuk diterapkan ke semua mata
kuliah. Komunikasi yang baik antara dosen dan mahasiswa
dapat membuat mahasiswa lebih aktif pada materi yang
disampaikan.

Contoh kasus 2
Karena jadwal yang kurang terstruktur, seringkali terjadi
kesalahpahaman antara dosen dengan mahasiswa. Pada institusi
ini pernah terjadi didalam kelas, dosen memarahi dan memaki
mahasiswa tanpa memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
menjelaskan penyebab kesalahan tersebut.
Penyelesaian tahap awareness :
Dosen harusnya menyadari bahwa kata-kata yang tidak baik
yang diucapkan oleh dosen akan membuat mahasiswa sulit
menerima materi yang disampaikan karena mahasiswa merasa tidak
dihargai dan merasa tersakiti oleh kata-kata yang tidak baik tersebut.
Maka dari itu, dosen sebaiknya mengingatkan kesalahan mahasiswa
tersebut dengan kata-kata yang baik yang sifatnya menasehati dan
tidak menyakiti hati. Sehingga mahasiswa menghargai keberadaan
dosen dan menyadari dengan baik kesalahan yang diperbuat. Cara
tersebut lebih efektif untuk mendorong mahasiswa memperbaiki
kesalahannya dengan segera.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap interest :
dosen harus lebih meningkatkan minat mahasiswa
yang sulit atau tidak mau menerima materi yang
disampaikannya dengan cara dosen harus saling
menghargai antara mahasiswa dan dosen, lebih bisa
menjaga perkataan agar tidak membuat mahasiswa
merasa tidak mampu, lalu mangajak dan sharing dengan
mahasiswa untuk lebih giat dalam proses belajar.
Mahasiswa pun harus melakukan perubahan pada diri
sendiri menjadi lebih dewasa untuk lebih menigkatkan
minat dalam menerima materi yang disampaikan dosen.
Baiknya mahasiswa lebih berpikir untuk mengambil hal
positif tidak mengambil hal negatif dari dosen.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap evaluasi :
dosen yang bisa menggunakan perkataan yang baik
dalam mengajar akan membuat mahasiswa merasa
nyaman. Mahasiswa yang tidak sepenuhnya
mengutamakan hal negatif dari dosen akan tetap berminat
atau mau menerima yang disampaikan dosen. Tidak hanya
itu dosen bisa membuat rasa nyaman dengan mahasiswa
akan membuat mahasiswa lebih giat belajar.
Penyelesaian tahap trial :
Pada tahap uji coba, diharapkan hubungan antara
dosen dengan mahasiswa akan menjadi lebih baik. Dengan
dosen yang bisa menjaga perkataannya diharapkan
membuat mahasiswa mau menerima materi yang
disampaikan dosen.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap adoption :
Perubahan yang terjadi setelah dosen
menerapkan
suatu
pembelajaran
yang
menggunakan kata-kata yang baik, dosen lebih
dihargai oleh mahasiswa, dan mahasiswa
menjadi lebih nyaman dalam proses belajar.
Suasana kelas pun akan menjadi lebih baik,
mahasiswa dan dosen pun akan lebih aktif dalam
berdiskusi.

Contoh Masalah 3
Kurangnya fasilitas yang disediakan oleh institusi
membuat dosen enggan untuk mengajak
mahasiswa belajar langsung di tempat yang
sesuai dengan materi. Contoh dalam mata kuliah
studi diagnostic, mahasiswa hanya ditunjukkan
alat dan tempat melalui materi yang
disampaikan. Dosen tidak mengajak mahasiswa
untuk datang langsung ke Rumah Sakit untuk
menunjukkan alat dan tempat yang sebenarnya.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap awareness :
Dengan cara/model pembelajaran seperti itu,
harusnya dosen menyadari bahwa cara tersebut
tidaklah efektif diterapkan untuk mahasiswa
keperawatan. Karena persepsi mahasiswa satu
dengan yang lain akan berbeda. Ilmu yang
didapatpun tidak lebih banyak dibandingkan dengan
datang langsung dan ditunjukkan serta dijelaskan
dengan alat yang sebenarnya. Kepada mahasiswa,
seharusnya lebih kritis dalam menghadapi proses
pembelajaran seperti ini. Seharusnya mahasiswa
menuntut adanya fasilitas perkuliahan diluar kelas.
Karena ilmu yang didapat akan lebih maksimal.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap interest :
Dalam mata kuliah studi diagnostic, harusnya yang
menyampaikan materi adalah dosen yang berkeahlian dalam
bidang tersebut. Namun selama ini, dosen mata kuliah studi
diagnostic adalah dosen-dosen yang berkeahlian di bidang
maternitas dan KMB. Jelas proses pembelajaran ini perlu
diperbaiki. Tentunya untuk menerapkan proses pembelajaran
yang baru, terlebih dahulu dosen harusnya menumbuhkan
minat untuk merubah proses pembelajaran yang selama ini
masih menetap diterapkan. Pentingnya minat yang tumbuh dari
dalam
diri
akan
mempermudah
penerapan
proses
pembelajaran. Apalagi proses pembelajaran diluar kelas yang
memerlukan dukungan dari pihak dosen dan institusi. Kalau
minat saja tidak ada, bagaimana pihak institusi dapat
mengetahui bahwa proses pembelajaran yg selama diterapkan
perlu diperbaiki.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap evaluasi :
Dosen dan mahasiswa menaruh minat yang besar
dengan adanya perubahan proses pembelajaran mata
kuliah studi diagnostic. Terlihat dari argument-argumen
dosen maupun mahasiswa terhadap proses
pembelajaran yang kurang efektif diterapkan. Fasilitas
memang penting untuk membantu meningkatkan kualitas
skill dan pengetahuan mahasiswa. Namun, sayangnya
sarana dan prasarana serta SDM yang terbatas tidak
begitu diperhatikan oleh pihak institusi, walaupun dosen
dan mahasiswa memiliki minat yang sangat besar. Inilah
hambatan yang dialami, sehingga menyulitkan adanya
perubahan.

Lanjutan..
Penyelesaian tahap trial :
Setelah tahap evaluasi berlangsung, saatnya perubahan yang telah
direncanakan diujicobakan untuk diterapkan. Ternyata perubahan
proses pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan skill dan
pengetahuan mahasiswa dalam mata kuliah studi diagnostic, terlihat
dari kemampuan mahasiswa dalam berdiskusi dan tanya-jawab.
Penyelesaian tahap adoption :
Setelah melihat hasil dari tahap trial, ternyata perubahan
pembelajaran tersebut efektif untuk diterapkan pada mata kuliah studi
diagnostic. Dosen yang menyampaikan materi berkompeten dalam
bidangnya dan mahasiswa semakin dapat mengembangkan ilmunya.
Proses pembelajaran ini sebaiknya diterapkan terus-menerus agar
dosen dan mahasiswa dapat dengan mudah beradaptasi dengan
perubahan tersebut.

Implikasi Teori Humanistic Carl


Rogers
Implikasi teori belajar humanistik Rogers terhadap
metode pembelajaran lebih menunjuk pada ruh atau spirit
selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode
yang diterapkan dalam proses pembelajaran.
Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan
seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di
dalamnya.
Rogers juga mengabaikan aspek aspek tidak sadar
dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada
pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada
masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman
traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu
penyakit psikologis.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai