Anda di halaman 1dari 11

1

MAKALAH OSTEOSARKOMA

Disusun oleh :
Bayu Agung Sangkara Putra
10/297056/KU/13740

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2014

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor
ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1962:1213). Menurut badan
kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlahpenderita kanker 6.25 juta
orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kankerdiantara 100.000 penduduk per
tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapatsekitar 11.000 anak yang menderita
kanker per tahun.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga
penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebarke
organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadangmemerlukan
pembedahan radikal diikuti kemotherapy.Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering
menyerang kelompok usia 15 25 tahun( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis padaumur 15 tahun. Angka kejadian pada anak lakilaki sama dengan anak perempuan. Tetapipada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di
temukan pada anak laki-laki. Sampaisekarang penyebab pasti belum diketahui.Melihat jumlah
kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksiandan penanganan sejak dini.

I.2 Rumusan Masalah

Dari

uraian

latar

belakang

di

atas,

permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah


apakah

terdapat

perbedaan

pendeteksian

Methicillin

Resistant

Staphylococcus

aureus

(MRSA)

menggunakan

CHROMagar dibanding cefoxitin.

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
membandingkan
dibandingkan

kecepatan
cefoxitn

dan
dalam

keakuratan

CHROMagar

mendiagnosis

bakteri

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

I.4 Keaslian Penelitian


Beberapa

penelitian

sebelumnya

yang

meneliti

tentang Bakteri MRSA dan antibiotik adalah:

I.5 Manfaat Penelitian


Dengan
CHROMagar
bakteri

mengetahui

dibandingkan

MRSA,

hasil

seberapa

cepat

Cefoxitin

penelitian

ini

dan

dalam
dapat

akurat

mendeteksi
digunakan

sebagai pertimbangan untuk memilih seatu alat diagnosis


untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri MRSA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka


II.1.1 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah penyebab utama dari
infeksi

nosokomial

maupun

komunitas

dan

mungkin

penyebab paling umum dari infeksi nosokomial di seluruh


dunia. Staphylococcus aureus sering menjadi penyebab
dari

infeksi

kulit

dan

soft

tissue,

pneumonia,

bacteremia dan endokarditis. Staphylococcus aureus juga


mempunyai

sejarah

perubahan

manifestasi

klinis

dan

perilaku epidemiologis yang mencengangkan. Kemunculan


yang

mendadak

evolusi

dari

paralel

virulensi

yang

Toxic

dari
terus

Shock

Syndrome

resistensi
berlanjut

(TSS)

antibiotik

adalah

dua

dan
dan

contoh

keunikan staphylococcus aureus dibandingkan organisme


pathogen yang lain. Bakteri ini secara luar biasa terus
berevolusi
lebih

dan

maju

mengembangkan

daripada

dirinya

kemajuan

sendiri

terapi

infeksi

untuk
yang

disebabkan bakteri ini. Pertama Staphylococcus aureus


resisten terhadap penicillin, lalu sekarang methicillin
dan

golongan

tidak

poten

cephalosporins
terhadap

bakteri

menjadi
ini.

antibiotic

Bahkan

yang

vancomycin

yang dipakai sebagai drug of choice untuk infeksi yang


disebabkan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap

methicillin

mulai

dikhawatirkan

akan

menjadi

tidak

poten seiring terus berevolusinya Staphylococcus secara


genetik1.

II.1.2 Methicillin Resistant Staphylococcus aureus


Methicillin

Resistant

Staphylococcus

aureus

(MRSA) pertama kali dilaporkan pada tahum 1961, dua


tahun setelah methicillin mulai digunakan untuk terapi
infeksi

penicillin

resistant

Staphylococcus

aureus.

Data dari the National Healthcare-associated Infections


Surveillance (NHIS) system of the Centers for Disease
Control

and

Prevention

(CDC)

menunjukkan

50%

isolat

healthcare-associated S. aureus telah resisten terhadap


methicillin. MRSA adalah multidrug resistant organism,
selain resisten terhadap methicillin bakteri ini juga
resisten

terhadap

lincosamide,

macrolide,

aminoglycoside dan floroquinolone. Dalam sebuah studi


pada pasien-pasien UGD, ditemukan colonisasi MRSA dan
VRE

(Vancomycin

pasien.

Resistent

Co-colonisasi

memfasilitasi
glycopeptida
memunculkan

transfer
dari

VRE

VRE
gen
ke

kekhawatiran

enterococci)
dan
yang
MRSA,

pada

MRSA

ini

mengkode
hal

munculnya

9.5%
dapat

resistensi

inilah

yang

Vancomycin

resistant

Staphylococcus

tersebut

diatas

kami

aureus.
menilai

Berdasarkan
perlunya

hal-hal

dilakukan

penelitian untuk mengetahui kepekaan bakteri MRSA di


masa kini terhadap antibiotik yang tersedia1.

II.1.3 CHROMagar

II.1.4 CEFOXITIN

II.2 Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan pada penelitian
ini yaitu CHROMagar lebih baik dari Cefoxitin dalam
mendiagnosis MRSA

II.3 Kerangka konsep

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian dengan
metode kuasi eksperimental untuk mengukur kecepatan dan
keakuratan CHROMagar dan cefoxitin dalam mendiagnosis
bakteri MRSA.
B. Subjek Penelitian
Subjek
dari

penelitian

laboratorium

ini

adalah

mikrobiologi

isolat

bakteri

Fakultas

MRSA

Kedokteran

Universitas Gadjah Mada yang diambil dari pasien yang


terdiagnosis MRSA.
C. Pengukuran Hasil Penelitian
I.
Alat dan Bahan
II.
III. Cara Kerja
CHROMagar
Lakukan secara aseptik.
Pastikan permukaan agar harus halus dan

lembab tapi tidak terlalu lembab


Taruh media disuhu kamar supaya hangat dan
pada ruang yang gelap sebelum melakukan

inokulasi
Inokulasikan spesimen ke CHROMagar dan di

streak untuk isolasi


Inkubasi secara aerob pada suhu 35-37C
selama 20-26 jam pada posisi terbalik

Jangan isolasi pada suasana karbondioksida dan


hindari paparan cahara selama inkubasi. Paparan
cahaya boleh jika warna pada koloni berkembang
Hasil : Jika terdapat mauve

Cefoxitin
Cara Kirby Bauer :
Diambil
beberapa
koloni
bakteri
dari
pertumbuhan
24
jam
pada
agar,
disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHl cair,
inkubasikan selama 4 jam pada
37C
Suspensi tersebut ditambah dengan akuades
steril hingga kekeruhan tertentu sesuai standard
Mac Farlan
konsentrasi bakteri 108 CFU per ml

Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam


suspensi bakteri lalu ditekan-tekan
pada
dinding tabung hingga kapasnya
tidak
terlalu
basah, kemudian
dioleskan pada permukaan media
agar MH
hingga rata
Letakkan disk antibiotika di atasnya,
inkubasi pada 37C selama 18-24 jam
Hasil : Diameter 19mm resisten

D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas berupa CHROMagar dan Cefoxitin
2. Variabel
terikat
berupa
sensitifitas
dan
spesifisitas terhadap bakteri MRSA.

E. Lokasi dan waktu penelitian


Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi FK UGM
Waktu :
Time Table 1.1
Time
Ket.

nov

des

jan

feb

mar

apr

mei

Pilot
study
x
x
x

Table Cefoxitin
Cefoxitin

N
14

Positive
Negative

15

16

17

Zona Resistensi (mm)


18 19 20 21 22 23 24

25

26

27

28

10

Table CHROMagar
CHROMagar
Positive
Negative

Jumlah

Table perbandingan CHROMagar dengan Cefoxitin

CHROMagar
Positive
Negative

Cefoxitin
Positive Negative

Total

F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari hasil uji bakteri terhadar
CHROMagar dan Cefoxitin akan dianalisis menggunakan uji
Chi-squared test

11

DAFTAR PUSTAKA
1.

Weigelt,

J.A.

USA : 1-300.

2007.

MRSA.

Informa

Healthcare

Anda mungkin juga menyukai